Antrolith dan Rinolth: Kasus Jarang

ANTROLITH DAN RINOLITH : KASUS JARANG
Alisyahbana Siregar, Budi Santoso
Departemen Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok – Bedah Kepala dan Leher
Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan

ABSTRAK
Rhinolith dan antrolith adalah benda asing yang tidak lazim pada hidung dan antrum,
Rhinolith adalah batu yang ditemukan di dalam rongga hidung. yang mungkin didapati secara
tidak sengaja selama pemeriksaan rutin. Rhinolithiasis sering tanpa keluhan yang tidak
terdeteksi selama bertahun-tahun sampai rhinolith tumbuh cukup besar untuk menyebabkan
gejala sumbatan hidung dan rinore. Kami melaporkan sebuah kasus seorang perempuan
berusia 62 tahun datang dengan keluhan hidung kanan tersumbat sejak 12 tahun yang lalu,
semakin lama semakin tersumbat, pasien juga mengeluhkan hidung kanan berbau dan
mengeluarkan sekret. Pasien ini tidak memiliki riwayat sakit maag sebelumnya, tidak ada
riwayat penyakit jantung maupun paru-paru atau trauma pada hidung. Pada rinoskopi anterior
tampak massa berwarna abu-abu kehitaman tertutupi sekret pada seluruh kavum nasi kanan,
sedangkan pada kavum nasi kiri dalam batas normal. Telinga dan orofaring dalam batas
normal. Dari pemeriksaan CT-Scan tampak massa hiperdens pada kavum nasi kanan dan
pada sinus maksilaris kanan. Pasien didiagnosa dengan rhinolithiasis pada kavum nasi kanan
dan antrolithiasis sinus maksilaris kanan dan dipersiapkan untuk operasi ekstraksi dengan
pendekatan endoskopi dan prosedur Caldwell Luc. Pada kavum nasi kanan dengan panduan

teleskop 00 dan menggunakan forcep rhinolith di ekstraksi sedikit demi sedikit sampai semua
rhinolith keluar. Lalu dilakukan prosedur caldwell luc untuk mengangkat antrolith pada sinus
maksilaris kanan. Pasien dirawat selama 2 hari dan diberi terapi antibiotik.
Kata kunci : rinolith, antrolith, prosedur caldwell luc

1

PENDAHULUAN
Rhinolith dan antrolith adalah benda asing yang tidak lazim pada hidung dan antrum,
Rhinolith adalah batu yang ditemukan di dalam rongga hidung yang mungkin didapati secara
tidak sengaja selama pemeriksaan rutin.1 Pembentukan rhinolith dan antrolith disebabkan
oleh kalsifikasi dari benda asing intranasal endogen atau eksogen. Gumpalan darah, gigi
ektopik, dan fragmen-fragmen tulang adalah contoh materi endogen sedangkan eksogen yaitu
biji buah, tanaman, manik-manik, kapas, dan bahan cetak gigi.2,3 Rhinolith biasanya
ditemukan di lantai rongga hidung, di pertengahan antara anterior dan posterior nares.4
Rhinolith dan antrolith dianggap sebagai suatu benda asing yang biasanya ditemukan pada
orang dewasa. Lebih banyak ditemukan pada pasien perempuan dibandingkan pria. Biasanya
hampir selalu tunggal dan unilateral. 2,5
Rhinolith berbentuk seperti bola yang irregular. Permukaan rhinolith seperti buah
murbei, berwana abu-abu kehitaman. Konsistensinya dapat lunak sampai keras dan rapuh.

Rhinolith ini terutama terbuat dari fosfat dan kalsium karbonat. Kadang-kadang juga dibentuk
oleh magnesium fosfat, natrium klorida dan magnesium karbonat. Kandungan ini berasal dari
sekresi mukous hidung, air mata, dan eksudat inflamasi.2
Rhinolithiasis sering tanpa keluhan yang tidak terdeteksi selama bertahun-tahun
sampai rhinolith tumbuh cukup besar untuk menyebabkan gejala sumbatan hidung dan
discharge, sering mengarahkan dokter kepada diagnosis yang tidak tepat dari rhinitis atau
sinusitis yang tak terobati.6 Meskipun banyak laporan kasus dengan rhinolith dalam literatur
akan tetapi tetap menjadi kondisi yang mungkin luput dari perhatian karena sering tak terlihat
pada pemeriksaan rhinoskopi anterior. Oleh karena itu penting untuk ahli THT untuk
menyadari keberadaan dan karakteristik rhinolithiasis, sehingga tidak salah diagnosis dengan
tumor atau kelainan lainnya.5,7,8
Gejala yang sering didapat adalah pasien mengeluhkan rinore yang purulent dan / atau
hidung tersumbat ipsilateral, sekret yang berbau busuk, perdarahan, obstruksi nasal. Gejala
lain termasuk bau mulut, epistaksis, sinusitis, sakit kepala dan, dalam kasus yang jarang
terjadi, epiphora.6 Tampak massa berwarna abu-abu, coklat, atau hitam kehijauan dengan
permukaan yang ireguler. Massa ini terlihat pada cavum nasi, di antara konka dan septum
nasi. Massa ini sering rapuh dan dapat terpotong sewaktu dilakukan pemeriksaan. Kadangkadang massa ini dikelilingi oleh jaringan granulasi. Biasanya didapatkan rinore yang
purulent dan berbau, kakosmia dan epistaksis. Penemuan yang lain adalah nyeri wajah pada

2


palpasi di bagian wajah dan epifora. Pada pemeriksaan palpasi di hidung bisa teraba massa
keras seperti batu.6
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan yaitu pemeriksaan radilogik dengan foto
polos kepala dan CT scan kepala. Pemeriksaan endoskopi /rhinoskopi mikroskopis digunakan
untuk mengidentifikasi benda asing pada tahap awal pengembangan.6,9
Operasi pengeluaran rhinolith, debridement, dan kontrol infeksi dengan penggunaan
antibiotik merupakan terapi pilihan untuk rhinolith. Operasi pengeluaran rhinolith dapat
dilakukan dengan menggunakan anestesi lokal atau anestesi umum. Jika ukuran batu yang
besar, permukaannya ireguler, dan mengenai konka nasalis inferior sinistra, maka pasien
harus menjalani operasi dengan menggunakan anestesi umum. 6,7,8

LAPORAN KASUS
Seorang perempuan berusia 62 tahun datang ke poli klinik THT-KL RSUD Pirngadi
Kota Medan dengan keluhan hidung kanan tersumbat sejak 12 tahun yang lalu, semakin lama
semakin tersumbat, pasien juga mengeluhkan hidung kanan berbau dan mengeluarkan sekret.
Pasien ini tidak memiliki riwayat sakit maag sebelumnya, tidak ada riwayat penyakit jantung
maupun paru-paru atau trauma pada hidung.
Pada pemeriksaan fisik yaitu rinoskopi anterior tampak massa berwarna abu-abu
kehitaman tertutupi sekret pada seluruh kavum nasi kanan, sedangkan pada kavum nasi kiri

dalam batas normal. Telinga dan orofaring dalam batas normal.
Dari pemeriksaan CT-Scan tampak massa hiperdens pada kavum nasi kanan dan pada
sinus maksilaris kanan.

3

Gambar 1. Pemeriksaan CT-Scan Sinus paranasal
Pasien didiagnosa dengan rhinolithiasis pada kavum nasi kanan dan antrolithiasis
sinus maksilaris kanan dan dipersiapkan untuk operasi ekstraksi dengan pendekatan
endoskopi dan Caldwell Luc pada tanggal 2 November 2016. Pemeriksaan laboratorium,
EKG dan foto toraks dilakukan, hasilnya menunjukkan dalam batas normal.
Tindakan ekstraksi dilakukan dengan anestesi umum, kemudian dilakukan aseptik dan
antiseptik pada daerah wajah dan sekitarnya dengan menggunakan povidon iodine. Lalu di
lakukan pemasangan tampon adrenalin yang di encerkan 1:4, didiamkan ± 5 menit, kemudian
tampon dicabut. Kemudian evaluasi dengan teleskop 00 pada kavum nasi kanan tampak massa
berwana abu-abu kehitaman memenuhi kavum nasi kanan dan pada kavum nasi kiri tampak
konka inferior eutrofi, kompleks osteomeatal terbuka. Pada kavum nasi kanan dengan
panduan teleskop 00 dan menggunakan forcep rhinolit di ekstraksi sedikit demi sedikit sampai
semua rhinolit keluar. Lalu dilakukan caldwell luc untuk mengangkat antrolith pada sinus
maksilaris kanan. Sinus maksilaris di evaluasi dengan teleskop sampai semua antrolith

dikeluarkan. Lalu dipasang tampon pada sinus maksila, ujung tampon diletakkan pada luka
insisi caldwell luc lalu dilakukan penjahitan sebagian pada luka caldwell luc. Setelah itu
dilakukan pemasangan tampon anterior. Operasi selesai, KU post op baik. Preparat hasil
operasi dikirim ke bagian patologi klinik akan tetapi saat ini pemeriksaan komposisi preparat
tidak dapat dilakukan.

4

Gambar 3. Prosedur Caldwell Luc

Gambar 2. Rhinolith di keluarkan dengan
forcep

Setelah dioperasi pasien tersebut dirawat selama 2 hari dan diberikan terapi
ceftriaxone injeksi 500mg/12 jam(IV), deksametason injeksi 2,5mg/12 jam(IV) untuk 1 hari
dan ketorolak 15mg/12 jam. Kondisi umum pasien setelah operasi baik dan pasien
diperbolehkan melanjutkan pengobatan rawat jalan.

DISKUSI
Rhinolith dan antrolith adalah benda asing yang tidak umum pada hidung dan antrum,

berbentuk batu yang ditemukan di dalam rongga hidung. pembentukan rhinolith disebabkan
oleh kalsifikasi dari benda asing intranasal endogen atau eksogen. Bartholin mengenalkan
pertama kali mengenai rhinolith pada tahun 1654. Sejak itu, lebih dari 400 kasus telah
dilaporkan dalam literatur. Insidensnya adalah 1 dalam setiap 10.000 pada pasien rawat jalan
THT. 1
Rhinolith lebih sering ditemukan pada orang dewasa dan lebih banyak pada
perempuan daripada laki-laki. Meskipun sebagian besar rhinolith terdeteksi pada orang
dewasa muda, mereka dapat ditemukan pada setiap usia (3 tahun sampai 76 tahun).9,10 Pada
kasus ini pasien seorang perempuan dan beusia 62 tahun. Hal sama dilaporkan oleh Armanti
dalam buku kumpulan naskah ilmiah konas XVI PERHATI-KL medan yaitu seorang wanita
berusia 43 tahun dengan antrolith dan rhinolith.11
Rhinolith terjadi karena adanya corpus alienum yang telah lama tinggal dalam hidung,
kemudian terbungkus oleh endapan garam kalsium atau magnesium sebagai ikatan fosfat atau
5

karbonat yang berasal dari kelenjar lacrimasi. Kalsifikasi benda asing di hidung dulunya
dikenal dengan rhinolith palsu (false rhinoliths) atau rhinolith sejati (true rhinoliths). Saat ini,
istilah ini telah digantikan oleh eksogen dan endogen, tergantung apakah ada atau tidak ada
inti. Rhinolith dapat terbentuk dari bahan di luar tubuh manusia yang masuk ke dalam hidung
dan yang tersisa di dalam rongga hidung seperti batu berbentuk cherry, batu, nasal swab yang

tertinggal, atau benda semacam ini yang disebut eksogen. Rhinolith endogen adalah bahanbahan yang dikembangkan yang berasal di sekitar tubuh sendiri misalnya, gigi ektopik di
sinus maksilaris, disekap tulang, bekuan darah yang mengering di rongga hidung, dan lendir
mengeras. Sekitar 20% dari rhinolith berasal dari materi endogen.9,12
Meskipun patogenesis tidak jelas, sejumlah faktor dianggap terlibat dalam
pembentukan rhinolith ini yaitu dengan masuknya benda asing dalam rongga hidung
kemudian terjadi pemadatan, peradangan akut atau kronis, obstruksi terjadi akibat
terhalangnya dan stagnasi mukus, serta pengendapan garam-garam mineral. Sekret hidung
menjadi bau karena memiliki kandungan kalsium dan / atau magnesium yang tinggi. Sekresi
tersebut terpapar dengan aliran udara dalam hidung yang menyebabkan terbentuknya endapan
garam-garam mineral. Perkembangan dan progresifitasnya terjadi bertahun tahun.9
Pada umumnya rhinolith terdiri dari 90% bahan anorganik, dengan sisa 10% yang
terbuat dari bahan organik dimasukkan ke dalam lesi dari sekret hidung. Garam-garam yang
tidak larut dalam sekret hidung membentuk suatu kalsifikasi sebesar benda asing atau bekuan
darah yang tertahan lama. Sekret pada sinusitis kronik dapat mengawali terbentuknya massa
kalsifikasi dalam rongga hidung. Rhinolith ini terutama terbuat dari fosfat dan kalsium
karbonat. Kadang-kadang juga dibentuk oleh magnesium fosfat, natrium klorida dan
magnesium karbonat. Garam ini juga dapat berasal dari sekresi mukosa hidung, air mata, dan
eksudat inflamasi.12,13 Pada kasus ini komposisi dari rhinolith tidak dapat diperiksa
dikarenakan tidak tersedianya pemeriksaan batu rhinolith di Kota Medan.
Sebagian besar ditemukan pada nares anterior, sebagian besar kasus, rhinolith terletak

di meatus nasal inferior. Gejala rhinolith bervariasi mulai dari yang ringan dengan keluarnya
sedikit sekret atau sumbatan dari salah satu sisi hidung sampai yang berat dengan perubahan
struktur yang hebat. Rhinolith yang berukuran kecil biasanya asimptomatik. Rhinolith yang
berukuran besar dapat menyebabkan rinore unilateral, nyeri pada hidung, obstruksi nasal,
napas yang berbau busuk (foetor), epistaksis, pembengkakan pada hidung atau wajah, sakit
kepala, sinusitis, anosmia, dan epiphora. Epistaksis dan nyeri neuralgia timbul akibat terjadi
ulserasi pada mukosa sekitarnya. Tampak massa berwarna abu-abu, coklat, atau hitam
6

kehijauan dengan permukaan yang ireguler. Massa ini terlihat pada kavum nasi, di antara
konka dan septum nasi. Massa ini sering rapuh dan dapat terpotong sewaktu dilakukan
pemeriksaan. Kadang-kadang massa ini dikelilingi oleh jaringan granulasi. Biasanya
didapatkan rinore yang purulent dan berbau, kakosmia dan epistaksis. Penemuan yang lain
adalah nyeri wajah pada palpasi di bagian wajah dan epifora. Pada pemeriksaan palpasi di
hidung bisa teraba massa keras seperti batu.6 Rhinolith juga dapat ditemukan di sinus
maksilaris, namun ini suatu kejadian langka. Akan tetapi belum ada laporan tentang adanya
kalsifikasi benda asing di salah satu sinus lainnya. Pada kasus ini pasien mengeluhkan hidung
tersumbat unilateral dan keluar sekret, dari hasil pemeriksaan penunjang CT-Scan batu
rhinolith terdapat pada kavum nasi dan sinus maksila kanan.7,8,9
Operasi pengeluaran rhinolith, dan kontrol infeksi dengan penggunaan antibiotik

merupakan terapi pilihan untuk rhinolith. Operasi pengeluaran rhinolith dapat dilakukan
dengan menggunakan anestesi lokal atau anestesi umum. Jika ukuran batu yang besar,
permukaannya ireguler, dan mengenai konka nasalis inferior sinistra, maka pasien harus
menjalani operasi dengan menggunakan anestesi umum. Rhinolith dikeluarkan dengan
menggunakan forsep nasal. Kebanyakan rhinolith dapat dikeluarkan melalui nares anterior.
Ukuran massa yang besar perlu dihancurkan terlebih dahulu dan dikeluarkan dalam bentuk
potongan yang kecil. Jika massanya sangat besar, keras, dan permukaannya ireguler, maka
perlu dilakukan lateral rhinotomy.9 Pada kasus ini pasien menjalani operasi ekstraksi
rhinolith dengan forcep dengan bantuan endoskopi dan prosedur Caldwell Luc.

KESIMPULAN
Kasus rhinolithiasis jarang dijumpai, harus dipertimbangkan pada pasien dengan
keluhan hidung tersumbat unilateral yang jangka panjang dan rhinorrhea purulen unilateral.
Penatalaksanaan dengan cara mengangkat rhinolith dan penggunaan terapi antibiotik yang
tepat untuk mengendalikan infeksi lokal. Nasoendoskopi hidung adalah metode yang paling
penting dalam diagnosis dan pengobatan.

7

DAFTAR PUSTAKA

1.

Shah, Fahim Ahmed et al. A Case Presentation of a Large Rhinolith. Oman Medical
Journal 2010, Volume 25, Issue 3, July 2010.

2.

Mundra RK, Verma JR, Koshta V, Alaknanda Gupta. Rhinolith a rare presentation in
adolescent age group. International Journal of Medical Science Research and Practice •
Vol 2 • Issue 3 • 2015

3.

Davis O, Wolff A. Rhinolithiasis and maxillary antrolithiasis. Ear, Nose and Throat J
2004; 64: 421-426.

4.

KEMALOGLU, Cemal Alper. A case presentation of a rhinolith and ectopic teeth. Acta
Medica 2016; 5: 30–33


5.

Appleton SS, Kimbrough RE, Engstrom HIM. Rhinolithiasis: a review. Oral Surg 2005;
65: 693-698.

6.

Yaroko AA, Mohamad I, Hashim HZ. Rhinolith: An important cause of foul-smelling
nasal discharge. Malaysian Family Physician 2014; Volume 9, Number 1

7.

Marano PD, Smart EA, Kolodny SC (1970) Rhinolith simulating osseous lesion: report
of case. J Oral Surg. 2000;28: 615-616.

8.

Levine B, Niego R. An unusual rhinolith. Oral Surg Oral Med Oral Pathol 2007;34:
163-164.

9.

Manikam D.I. Rhinolith. Info Kedokteraan [article]. Healthnews 27 July 2012

10.

P. T. Marfatia. Rhinolith. A brief review of the literature and a case report [article].
PubMed website. Postgrad Med J. 1999 June; 44 (512): 478-479.

11.

Armanti, Flora dkk. An unusual case of antrolith and rhinolith. Kumpulan naskah
ilmiah Konas XVI perhati-kl Medan 2013.

12.

Oman M.J. A case presentation of large Rhinolith. [journal]. [cited 2016 Dec 2].
Available: www.omjournal.org

13.

Karli. R. A diiferent placement of the stone; Rhinolithiasis. Department of the
otolaryngology, Turkey. 2002. case report

8