Ekspresi Matriks Metalloproteinase-9 Pada Polip Hidung Di Rsup H. Adam Malik Medan

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Polip hidung merupakan penyakit inflamasi kronis pada saluran nafas

atas dengan infiltrasi sel sel inflamasi, remodeling jaringan disertai fibrosis
matriks ekstra seluler. Didalam rongga hidung tampilan polip seperti
anggur, memiliki 'badan' dan 'tangkai' dengan permukaan yang licin dan
warnanya lebih kuning dari pada selaput lendir. Polip menonjol ke dalam
rongga hidung dari meatus media dan superior, sehingga terjadi
penyumbatan hidung dan menghambat aliran udara ke regio olfaktorius
(Lee et al 2003, Mygind and Lund 2009).
Prevalensi polip hidung dilaporkan bervariasi antara 1% sampai 4%
dari seluruh populasi, Larsen dkk memperkirakan kejadian sekitar 32%
pada pemeriksaan hidung dan sinus paranasal dengan menggunakan
nasoendoskopi pada 69 pemeriksaan autopsi. Frekuensi polip hidung
meningkat dengan bertambahnya usia dan pada individu berusia 50 tahun
keatas. Adanya riwayat keluarga telah dilaporkan pada 14% pasien polip

hidung (Pearlman 2010; Aouad and Chiu 2011). Di RSUP H. Adam Malik
Medan selama Maret 2004 sampai Februari 2005, kasus polip hidung
sebanyak 26 orang yang terdiri dari 17 pria (65%) dan 9 wanita (35%)
(Munir

2008).

Selama

Januari

sampai

Desember

2010,

Dewi

mendapatkan kasus polip hidung sebanyak 43 orang yang terdiri dari 22

pria (51,2 %) dan 21 wanita (48,8%). Sembiring (2014) melaporkan,
terdapat 29 kasus penderita polip hidung baru di RSUP. H. Adam Malik
Medan yang terdiri dari 19 pria dan 10 wanita.
Mekanisme pembentukan polip diantaranya karena adanya penyakit
kronis, perubahan aerodinamis, intoleransi aspirin, robeknya epitel, defek
pada sel epitel, penghapusan gen, alergi

inhalan atau makanan dan

peningkatan penyerapan natrium. Faktor keturunan memainkan peran
penting dalam pembentukan polip, namun

peradangan mukosa dan

1
Universitas Sumatera Utara

mediator

inflamasi


lokal

dianggap

sebagai

faktor

utama

dalam

etiopatogenesis polip (Kahveci et al 2008).
Proses yang mendasari perkembangan polip hidung masih belum
jelas. Dalam kebanyakan kasus, lamina propria dari polip hidung
menunjukkan

sejumlah


besar

limfosit

dan

eosinofil.

Peradangan

menyebabkan polip hidung yang diperantarai oleh neuropeptida, sitokin,
dan growth factors yang dihasilkan oleh sel-sel tersebut. Selain itu,
fibroblas, epitel, dan sel endotel berkontribusi terhadap regulasi respon
inflamasi pada polip hidung (Takeuchi and Majima 2005; De, Fenton and
Jones 2005).
Sesuai dengan patofisiologi polip hidung, pendekatan terapi terbaru
berfokus pada eosinofillic inflammation, eosinofil rekruitmen, T sel sebagai
oechestrating cell dan antibodi IgE, serta proses destruksi dan remodeling
jaringan. Antibiotik makrolide tidak hanya menurunkan virulensi kolonisasi
bakteri tapi juga beraktivitas sebagai anti inflamasi, menyebabkan

penurunan yang signifikan terhadap ukuran polip. Pendekatan terapi yang
sedang

berkembang,

khusus

menargetkan

rekruitmen

eosinofil

(chemokine receptor 3, eotaxin) dan inflamasi (interleukin-4, -5, -13),
imunoglobulin-E, atau remodeling jaringan dengan mengurangi aktivitas
metalloproteinase ( Bachert, Watelet, Gevaert and Cauwenberge 2005).
Matriks metaloproteinase (MMP) adalah keluarga dari zinc - dan
kalsium dependent endopeptidases yang memiliki peran dalam proses
inflamasi. Beberapa MMPs diketahui berperan dalam degradasi matrik
ekstraselular dan aktivasi sitokin. MMP-9 (92-kDa kolagenase IV)

disekresikan dari berbagai sel termasuk fibroblas, limfosit, sel endotel,
neutrofil, dan makrofag. Konsentrasi dan aktifitas MMPs diregulasi oleh
inhibitor jaringan endogen alami (TIMPs). Pada kondisi fisiologis, molekul
molekul tersebut dalam keadaan seimbang. Namun, dalam kondisi
patologis keseimbangan ini terganggu yang berhubungan dengan
kerusakan jaringan (De, Fenton and Jones 2005; Topal, Erbek, Kiyici and
Cakmak 2008; Kuzminsky, Przybyszewski, Graczyk and Bartuzi 2012).

2
Universitas Sumatera Utara

Keseimbangan antara MMP/TIMP sangat kritis terhadap remodeling
matriks dan berbagai proses fisiologis. Ketidakseimbangan antara enzim
enzim tersebut dan inhibitornya dapat menyebabkan proses patologis
seperti peradangan kronis, penyakit degeneratif dan invasi tumor. MMPs
dan TIMPs berperan dalam perkembangan otitis media akut maupun
kronik, polip hidung dan sjogren´s disease. Telah diketahui bahwa
terbentuknya polip karena adanya cedera pada mukosa sinonasal dan
remodeling jaringan tersebut (Guerra et al 2012; De, Fenton and Jones
2005).

Polip hidung merupakan penyakit yang sering ditemui di Departemen
THT-KL namun penyebabnya masih belum diketahui secara pasti. Oleh
karena itu, penulis berkeinginan untuk meneliti ekspresi matriks
metalloproteinase-9 pada polip hidung di RSUP H. Adam Malik Medan.

1.2

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah

penelitian yaitu : Bagaimana ekspresi matriks metalloproteinase-9 pada
polip hidung di RSUP H. Adam Malik Medan?
1.3

Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui ekspresi MMP-9 pada polip hidung
1.3.2 Tujuan khusus
a. Mengetahui distribusi frekuensi subjek penelitian berdasarkan

karakteristik.
b. Mengetahui distribusi frekuensi polip hidung berdasarkan
ekspresi MMP-9.
c. Mengetahui distribusi frekuensi tipe histopatologi jaringan polip
hidung berdasarkan ekspresi MMP-9.
d. Mengetahui distribusi frekuensi stadium

polip berdasarkan

ekspresi MMP-9.

3
Universitas Sumatera Utara

1.4

Manfaat Penelitian
a. Untuk mengetahui ekspresi MMP-9 pada polip hidung.
b. Sebagai rujukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan
peran MMP-9 sebagai faktor prognosis pada polip hidung.

c. Sebagai

dasar

pengembangan

penelitian
terapi

selanjutnya

terhadap

polip

dalam

usaha

hidung


dalam

mengoptimalkan efek terapi terhadap polip hidung.

4
Universitas Sumatera Utara