KALIMAT TRANSFORMASI BAHASA MINANGKABAU pariaman

Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun ke-9, No 2, Juni 2015
ISSN Cetak 1978-8266; ISSN Online 2356-3575

KALIMAT TRANSFORMASI BAHASA MINANGKABAU:
ANALISIS HUBUNGAN ANTARA STRUKTUR BATIN DAN STRUKTUR LAHIR
Rusdi Noor Rosa
rusdinoorrosa@yahoo.com
Universitas Negeri Padang
Abstrak
Makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk kalimat, kaidah, unsur
pembentuk, proses, dan hubungan antara struktur batin dan struktur lahir
kalimat transformasi dalam bahasa Minangkabau (BM) dalam media cetak lokal
di Sumatera Barat. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif kulaitatif. Data yang dianalisis dalam makalah ini adalah
kalimat-kalimat dalam BM yang mengalami proses transformasi yang terdapat di
kolom Palanta yang diterbitkan oleh Surat Kabar Singgalang setiap harinya.
Kolom Palanta dipilih sebagai sumber data karena kolom ini menggunakan BM
dalam penyampaian pesannya. Hasil temuan penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa analisis transformasi ini berguna sebagai dasar pembentukan suatu
kalimat, menjadi kalimat yang sesuai dengan pola struktur BM.
Kata Kunci: Bahasa Minangkabau, transformasi, struktur batin, struktur lahir.

PENDAHULUAN
Media cetak lokal, atau media cetak yang terbit hanya pada daerah tertentu saja,
merupakan salah satu sarana yang penting untuk melestarikan bahasa daerah setempat. Akan
tetapi, pada kenyataannya, meskipun pertumbuhan media cetak lokal di daerah-daerah
meningkat dengan pesat, hanya sedikit di antaranya yang peduli terhadap pelestarian bahasa
daerah. Mayoritas media cetak lokal masih menggunakan bahasa Indonesia dalam penulisan
seluruh pemberitaannya. Hal ini jelas memberikan efek yang buruk kepada pelestarian dan
pemertahanan bahasa daerah, bahkan sebagian generasi muda yang ada di Indonesia saat ini
tidak menguasai bahasa daerah yang ada di tempat mereka tinggal.
Salah satu media cetak lokal yang masih konsisten menggunakan bahasa daerah di
dalam beberapa kolomnya adalah Surat Kabar Harian Singgalang yang tumbuh dan
berkembang di daerah Sumatera Barat. Meskipun tidak secara keseluruhan menggunakan
bahasa daerah, bahasa Minangkabau (BM), namun ada beberapa kolom dimana di dalamnya
BM digunakan. Salah satu kolom yang menggunakan BM adalah Palanta. Sesuai dengan
judulnya, palanta (yang dalam bahasa Indonesia bermakna kedai kopi), kolom ini menceritakan
kebiasaan orang Minangkabau yang menggunakan palanta sebagai tempat berkumpul untuk
membahas masalah-masalah sosial yang terjadi di lingkungan mereka bahkan sampai ke
masalah politik. Tak jarang pembicaraan-pembicaraan di palanta ini menghasilkan suatu ide
yang dapat diterapkan untuk kemaslahatan masyarakat sekitar.
Dalam penyampaian cerita yang terdapat di dalam kolom Palanta ini, pastinya tidak

terlepas dari penggunaan kalimat-kalimta yang telah mengalami transformasi, baik
transformasi kalimat kompleks, kalimat pasif, dan lain-lain. Makalah ini bertujuan untuk
membahas kalimat transformasi BM apa saja yang terdapat dalam kolom Palanta serta
hubungan antara struktur lahir dan struktur batin kalimat transformasi dalam BM yang
terdapat di dalam kolom Palanta.
73

KAJIAN TEORI
Teori yang digunakan dalam makalah ini adalah teori transformasi generatif. Yang
memprakarsai lahirnya tata bahasa transformasi adalah Avram Noam Chomsky dari buku
yang diterbitkannya yang berjudul syntatic structure pada tahun 1957, yang kemudian
dikembangkan karena adanya kritik dan saran dari berbagai pihak. Sehingga dalam bukunya
yang kedua yang berjudul Aspect of the theory of syntax tahun 1965, nama yang dikembangkan
untuk model tata bahasa ini yaitu tata bahasa transformasi atau tata bahasa generatif (Chaer,
2007: 363-364). Menurut Chomsky tujuan dari penelitian bahasa yaitu menyusun tata bahasa
dari bahasa tersebut. Bahasa merupakan bagian dari kalimat yang dihasilkan dari deretan
bunyi yang memiliki makna. Oleh karena itu bahasa harus memiliki dua sarat, yaitu (1) kalimat
yang dihasilkan oleh tata bahasa itu harus dapat diterima oleh pemakai bahasa tersebut,
sebagai kalimat yang wajar dan tidak dibuat-buat; dan (2) tata bahasa tersebut harus berbentuk
sedemikian rupa, sehingga satuan atau istilah yang digunakan tidak berdasarkan pada gejala

bahasa tertentu saja, dan semuanya harus sejajar dengan teori linguistik tertentu.
Linguistik transformasional memiliki ciri-ciri umum, di antaranya: (1) Bertujuan untuk
mengungkapkan sifat umum suatu bahasa terutama untuk mengetahui kemampuan pemakai
bahasa dalam memahami dan menghasilkan kalimat-kalimat yang gramatikal; (2) Mengusung
aspek kreativitas dan produktivitas; (3) Bahasa merupakan sistem kognitif yang disesuaikan
dengan rumus-rumus yang unik, bisa dimanipulasi oleh pemakainya, menghasilkan bemacammacam kalimat yang tidak terbatas jumlahnya, berdasarkan unsur-unsur yang terbatas
jumlahnya, untuk dipakai dalam berbagai kegiatan; (4) Kegiatan berbahasa merupakan suatu
kegiatan yang didasari aturan-aturan, bebas dari stimulus. Aturan tersebut sangat
berpengaruh, sehingga pemakai bahasa mampu membuat dan mengerti dengan kalimat yang
tidak terbatas jumlahnya; (5) Memiliki dikotomi kompetensi dan performansi; (6) Memiliki
dikotomi bahasa yang mencakup struktur batin dan struktur lahir. Struktur batin merupakan
bentuk representasi suatu kalimat sebelum mengalami perubahan apapun. Struktur lahir
merupakan tampilan kalimat sebagaimana ditemukan dalam tuturan penuturnya baik tulis
maupun lisan; dan (7) Berhubungan dengan semantik atau makna (lihat Aoun dan Sportiche,
1980; Blevins dan Sag, 2012; Peters, Jr. dan Ritchie 1973; Scholz dan Pullum, 2007).
Dalam teori transformasi dikenal suatu diagram yang disebut diagram pohon atau
dikenal dengan pemarkah frasa (Riemsdijk dan Williams. 1986; Veit, 1986). Diagram pohon
dijadikan alat ukur untuk menghubungkan struktur batin dengan struktur lahir suatu kalimat.
Diagram ini pun berguna untuk menganalisis relasi gramatis dan generalisasi suatu kalimat.
Kaidah struktur frasa dimulai dengan simbol K (kalimat). Simbol N (nomina), A (adjektiva),

Asp. (aspek), dan V (verba) disebut dengan simbol terminal dimana keberadaannya tidak bisa
dikembangkan lagi oleh struktur frasa. Sedangkan simbol FN (frasa nomina) dan FV (frasa
verba), disebut dengan simbol non-terminal, karena masih bisa dikembangkan. Contoh
sederhana struktur suatu kalimat dapat dilihata pada (1).
(1) a. K
b. K = FN + FV
c. FN = N
d. FV = V + FN
e. FN = N + A
Berdasarkan struktur kalimat sederhana yang dirumuskan melalui kaidah struktur frasa
(KSF) seperti yang terdapat pada (1), beberapa kalimat dapat dibentuk seperti yang terdapat
pada (2).
(2) a. Amir membeli sepeda baru
b. Tina memakai baju biru.
74

Dengan menggunakan diagram pohon, maka struktur frasa kalimat-kalimat yang terdapat
pada (2) dapat digambarkan dengan menggunakan diagram pohon seperti yang terdapat pada
(3)
(3) a.

K
FN

FV

N

V

FN
N

A

Amir membeli sepeda baru
b.

K
FN
N


FV
V

Tina memakai

FN
N

A

baju

biru

METODE PENELITIAN
Penelitian Ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif karena penelitian ini
menggunakan data sebagaimana adanya dengan tidak diubah baik dalam bentuk simbol
maupun bilangan. Data penelitian ini adalah kalimat dalam bahasa Minangkabau (BM) yang
mengalami proses transformasi. Data diperoleh dari kolom Palanta yang terdapat pada Surat

Kabar Singgalang yang terbit setiap hari. Data dikumpulkan selama satu bulan penerbitan
Surat Kabar Singgalang, dengan demikian diperolehlah data yang cukup untuk menemukan
pola kalimat transformasi dalam BM. Kolom Palanta dipilih sebagai sumber data karena kolom
ini menggunakan BM dalam penyampaian pesannya. Data dianalisis dengan menggunakan
teori tata bahasa transformasi atau tata bahasa generatif yang diusung oleh Chomsky. Analisis
data dipresentasikan dalam bentuk diagram pohon (Riemsdijk dan Williams, 1986; Veit, 1986).
PEMBAHASAN
Berdasarkan teori transformasi, dalam menganalisis kalimat-kalimat transformasi harus
berdasarkan pertimbangan metodologis, di antaranya deskripsi struktural, yang berkaitan
dengan relasi leksikon secara fungsional, dan interpretasi semantis yang merupakan akibat dari
relasi-relasi struktur. Dan pertimbangan tersebut berkaitan dengan sistem konsituen yang
berlaku dalam kalimat yang diteliti.
Kalimat transformasi yang terdapat di dalam kolom Palanta Harian Singgalang dibagi
menjadi dua model, yaitu transformasi tunggal dan transformasi umum. Transformasi tunggal
terdiri dari (1) transformasi pasif, (2) transformasi imperatif, (3) transformasi interogatif, dan (4)
transformasi adverbia. Sedangkan transformasi kompleks dibedakan lagi menjadi: (1)
transformasi klausa adjektiva dan (2) transformasi adverbia.
75

Transformasi dengan kalimat masukan tunggal dan menghasilkan kalimat keluaran

struktur tunggal pula disebut dengan transformasi tunggal. Sedangkan transformasi dengan
kalimat masukan lebih dari satu, dan menghasilkan kalimat tunggal yang panjang ataupun
pendek sesuai dengan proyeksi makna yang dikehendaki disebut dengan transformasi
kompleks.
Kalimat transformasi memiliki struktur dalam yang selanjutnya akan disingkat menjadi
(SD) dan struktur luar yang selanjutnya akan disingkat (SL). Secara struktural satu kalimat
dalam BM terdiri dari unsur subjek, predikat, objek, katerangan, dan pelengkap.
1.
a.

Transformasi Tunggal
Transformasi Pasif
Transformasi pasif merupakan transformasi tidak wajib, bisa diterapkan seperlunya,
dan merupakan variasi stilistis dari beberapa macam kalimat. Perhatikan kalimat pasif yang
terdapat pada (4).
(4) Anak sikulah diabaian
dek angkutan kota.
anak sekolah di-abai-kan oleh angkutan kota
Anak sekolah diabaikan oleh angkutan kota.
Bentuk pasif merupakan bentuk struktur luar (SL), sehingga, menurut teori transformasi, harus

dibentuk struktur dalamnya (SD) terlebih dahulu seperti yang terdapat pada (5)
(5) Angkutan kota mangabaian
anak sikulah.
angkutan kota men-abai-kan anak sekolah
Angkutan kota mengabaikan anak sekolah.
Selanjutnya, dibentuklah kaidah struktur frasa (KSF) dari kalimat (5) dan (4) seperti
yang terdapat pada (6).
(6) a. K = FN + FV
(SD)
FN = N
FV = V + FN
FN = N + N
b. K = FN + FV
(SL)
FN = N +N
FV = V + FP
FP = P + FN
FN = N
Setelah dirumuskan KSF seperti yang terdapat pada (6a) dan (6b), maka dibuatlah
analisis diagram pohon seperti yang terdapat pada (7).

(7)
K
K
T-Pas
FN
N

FN

FV
V

FN
N

N
N

Angkutan mangabaian anak sikulah
kota


FV
N

V

FP
P

FN
N

Anak sikulah diabaian dek angkutan
kota
76

Berdasarkan diagram transformasi pasif (T-Pas) yang terdapat pada (7), pasif dalam BM
dibentuk dengan memindahkan FN (anak sikulah) dari konstituen langsung (KL) FV menjadi KL
dari K. Selanjutnya, FN (angkutan kota) yang merupakan KL dari K dipindahkan menjadi KL
dari FP. ‛erikutnya, afiks ma- diubah menjadi di- .
b.

Transformasi Imperatif
Kalimat imperatif dalam BM juga merupakan bentuk transformasi karena SD dan SL
kalimat imperatif dalam BM mengindikasikan adanya perbedaan seperti pada (8).
(8) a. Waang bakirok dari rumah ko! (SD)
kamu pergi dari rumah ini
Kamu angkat kaki dari rumah ini!
b. Bakirok dari rumah ko! (SL)
pergi dari rumah ini
Angkat kaki dari rumah ini!
Perbedaan SD dan SL dari kalimat yang terdapat pada (8) dapat dilihat dalam KSF imperatif
pada (9).
(9) a. K = FN + FV
(SD)
FN = Pro
FV = V + FP
FP = P + FN
FN = N + Pen
b. K = FV
(SL)
FV = V + FP
FP = P + FN
FN = N + Pen
Berdasarkan KSF yang terdapat pada (9), maka bentuk transformasi imperatif (T-Imp) kalimat
pada (8) dapat dilihat pada (10).
(10)
K
K
T-Imp
FN
N

FV
V

FV
FP

P

V
FN

N

FP
P

Pen

FN
N

Pen

Waang bakirok dari rumah ko
Bakirok dari rumah ko
Berdasarkan diagram transformasi imperatif (T-Imp) yang terdapat pada (10), kalimat
imperatif dalam BM dibentuk dengan menghilangkan FN (waang) yang terdapat pada SD.
Dengan demikian, KSF dari K hanya berisikan FV saja. Sementara itu, tidak terjadi perubahan
pada bentuk verba.
c.

Transformasi Interogatif
Kalimat interogatif dalam BM juga merupakan bentuk transformasi karena unsur-unsur
pembentuk kalimat yang terdapat pada SD mengalami perpindahan tempat di dalam Sl. Pada
umumnya, pembentukan kalimat interogatif dalam BM sama dengan yang terjadi pada bahasa
77

Indonesia, yaitu diawali kata tanya. ‚kan tetapi, dalam ‛M, kopula lai juga dapat berperan
sebagai penanda kalimat interogatif seperti yang terdapat pada (11).
(11) Lai santiang paja tu?
Kop hebat orang itu
Apakah orang itu hebat?
Bentuk interogatif ini memiliki kesamaan dengan struktur kalimat interogatif bahasa
Inggris yaitu dengan memindahkan to be ke awal kalimat. ‚kan tetapi, dalam ‛M
perpindahan tidak hanya melibatkan perpindahan kopulanya saja, namun predikatnya
(santiang) juga mengalami perpindahan. Bentuk SL dari kalimat interogatif ini dapat dilihat
pada (12)
(12) Paja tu lai santiang.
orang itu Kop hebat
Orang itu hebat.
Perbedaan SD dan SL dari kalimat yang terdapat pada (11) dan (12) dapat dilihat dalam
KSF imperatif pada (9).
(13) a. K = FN + FV
FN = N + Pen
FV = Kop + V
b. K = FV + FN
FV = Kop + V
FN = N + Pen
Berdasarkan KSF yang terdapat pada (13), dibuatlah diagram pohon yang menunjukkan
transformasi interogatif (T-Intr) seperti yang terdapat pada (14)
(14)
K
K
T-Intr
FN
N Pen
Paja tu

FV

FV

Kop

V

Kop

lai

santiang

Lai

FN
V

N

santiang paja

Pen
tu

Diagram pohon yang terdapat pada (14) menunjukkan bahwa transformasi interogatif
dalam (BM) melibatkan perpindahan FV. Perpindahan FV ini hanya berlaku untuk kalimat
interogatif BM yang tidak menggunakan kata tanya. Jika menggunakan kata tanya, maka
bentuk transformasi interogatif hanya menambahkan kata tanya saja di awal kalimat.
Perhatikan kalimat-kalimat interogatif BM yang menggunakan kata tanya pada (15).
(15) a. Manga nyo pai ka sinan?
mengapa dia pergi ke sana
Kenapa dia pergi ke sana?
b. Dima ang paelokan
oto
ang?
dimana kamu per-baik-an mobil kamu
Dimana kamu perbaiki mobilmu?
d.

Transformasi Adverbia
Adverbia dalam BM juga dapat mengalami transformasi yang, pada dasarnya,
disebabkan oleh perbedaan fokus atau tema pada kalimat tersebut. Perhatikan kalimat yang
terdapat pada (16).
78

(16) Harago minyak ka naiak bisuak ko.
harga minyak Kop naik besok ini
Harga minyak akan naik besok.
Kalimat pada (16) merupakan kalimat lazim yang terbentuk pada otak kita membentuk
suatu kalimat deklaratif atau berita, sehingga ini merupakan SD kalimat deklaratif. Akan tetapi
pada (17) kalimat ini mengalami perubahan yang disebabkan oleh perpindahan frasa adverbia
kalimat itu
(17) Bisuak ko harago minyak ka
naiak.
besok ini harga minyak Kop naik
Besok harga minyak akan naik.
Bentuk perpindahan dari SD menjadi SL dapat dilihat pada KSF transformasi adverbia (T-Adv)
yang terdapat pada (18).
(18) a. K = FN + FV
(SD)
FN = N + N
FV = Kop + V + FAdv
FV = Adv + Pen
b. K = FAdv + FN + FV
(SL)
FAdv = Adv + Pen
FN = N + N
FV = Kop + V
Selanjutnya, analisis KSF transformasi adverbia digambarkan melalui diagram pohon
seperti yang terdapat pada (19).
(19)

K

FN
N

FV
N

Kop

V

K

T-Adv
FAdv

FAdv

Adv Pen

Adv Pen

Harago minyak ka naiak bisuak ko

FN
N

FV
N

Kop

V

Bisuak ko harago minyak ka naiak

Berdasarkan diagram pada (19), FAdv yang merupakan KL dari FV berubah menjadi KL
dari K pada SL. Hal ini berarti bahwa fokus kalimat yang berada pada FN harago minyak
berpindah ke F‚dv bisuak ko .
2.

Transformasi Kompleks
Yang dimaksud transformasi kompleks di sini adalah transformasi yang melibatkan
lebih dari satu klausa.
a.

Transformasi Klausa Adjektiva
Perhatikan kalimat pada (20).
(20) Lai mambao
lutuik urang awak nan sato di TDS ko?.
Kop mem-bawa lutut orang kita PROR ikut di TDS ini
Apakah orang Minang yang ikut di TDS ini membawa lutut?
Kalimat pada (20) mengalami dua kali transformasi: (i) transformasi tunggal, yaitu
transformasi interogatif dan (ii) transformasi kompleks, yaitu transformasi klausa adjektiva (T79

FAdj). Meskipun diisi oleh konstituen klausa, istilah yang digunakan untuk klausa di sini
adalah frasa (F) karena fungsi klausa adjektiva di sini adalah sebagai frasa adjektiva yang
berfungsi menerangkan nomina (lihat Veit, 1986). Langkah pertama yang dilakukan adalah
memecahkan kalimat (20) menjadi dua buah klausa seperti yang terdapat pada (21).
(21) a. Urang awak lai mambao
lutuik.
orang kita Kop mem-bawa lutut
Orang Miang membawa lutut.
b. Urang awak sato di TDS ko.
orang kita ikut di TDS ini
Orang Minang ikut di TDS ini.
Langkah berikutnya adalah mengubah klausa pada (21a) menjadi klausa interogatif seperti
yang terdapat pada (22).
(22) Lai mambao
lutuik urang awak?
Kop mem-bawa lutut orang kita
Apakah orang Minang membawa lutut?
Bentuk transformasi interogatif yang melibatkan klausa (21a) dan 22 dapat dilihat pada KSF TIntr (23).
(23) a. K = FN1 + FV
FN1 = N + A
FV = Kop + V + FN2
FN2 = N
b. K = FV + FN1
FV = Kop + V + FN2
FN2 = N
FN1 = N + A
Penggunaan FN1 untuk menandakan FN yang termasuk konstituen langsung (KL) dari K,
sementara FN2 merupakan KL dari FV. KSF pada (23) dapat digambarkan melalui diagram
pohon seperti pada (24).
K
(24)
K
T-Intr
FN
N

FV
A

Kop

V

FV
FN

Kop

V

FN
FN

N

A

N

N

Urang awak lai mambao lutuik
Lai mambao lutuik urang awak
Langkah selanjutnya adalah menggabungkan dua buah klausa yang terdapat pada (21) dengan
menggunakan pronomina relatif (ProR). Transformasi yang terjadi melibatkan substitusi kata
yang masing-masing dijumpai di dalam kedua klausa tersebut (urang awak). KSF transformasi
klausa adjektiva (T-FAdj) ini dapat dilihat pada (25).
(25) a. K1 = FV1 + FN1
SD
FV1 = Kop + V + FN2
FN2 = N
FN1 = N + A + FAdj
FAdj = K2
K2 = FN3 + FV2
80

FN3 = N + A
FV2 = V + FP
FP = Prep + FN4
FN4 = N + Pen
b. K1 = FV1 + FN2
(SL)
FV1 = Kop + V + FN2
FN2 = N
FN1 = N + A + FAdj
FAdj = K2
K2 = FN3 + FV2
FN3 = ProR
FV2 = V + FP
FP = Prep + FN4
FN4 = N + Pen
Setelah menentukan KSF T-FAdj kalimat ini, langkah terakhir adalah menggambarkan
diagram pohon seperti yang terdapat pada (26).
(26)
K
FV
Kop

V

FN
FN

N

A

FAdj
K

N
FN
N

FV
A

V

FP
Prep

FN
N Pen

Lai mambao lutuik urang awak urang awak sato di TDS ko
T-FAdj
K
FV
Kop

V

FN
FN

N

A

FAdj

N

K
FN
ProR

FV
V

FP
Prep

FN
N Pen

Lai mambao lutuik urang awak nan
81

sato di TDS ko

b.

Transformasi Klausa Adverbia
Perhatikan kalimat pada (27).
(27) Dek udaro taraso labiah angek, urang bakipeh di dalam lapau.
KJ-SO udara ter-rasa lebih panas orang ber-kipas di dalam warung
Karena udara terasa lebih panas, orang berkipas di dalam warung.

Kalimat pada (27) merupakan kalimat kompleks yang digabungkan dengan
menggunakan konjungsi subordinatif (KJ-SO) ‛M dek yang menyatakan hubungan sebab .
Kalimat ini mengalami transformasi karena perpindahan posisi adverbia, dimana klausa
adverbia yang selazimnya (SD) terletak sesudah klausa utama dipindahkan ke awal kalimat
(SL). SD kalimat ini dapat dilihat pada (28).
(28) Urang bakipeh di dalam lapau dek
udaro taraso labiah angek.
orang ber-kipas di dalam warung KJ-SO udara ter-rasa lebih panas
Orang berkipas di dalam warung karena udara terasa lebih panas.
Transformasi klausa adverbia (T-FAdv) yang terdapat dalam BM sebenarnya juga
terjadi di dalam bahasa-bahasa lainnya, seperti bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Dalam TFAdv, seluruh konstituen FAdv dipindahkan dan menjadi klausa yang mengawali kalimat.
Analisis KSF dari kalimat pada (28) dan (27) dapat dilihat pada (29).
(29) a. K1 = FN1 + FV1
FN1 = N
FV1 = V + FP + FAdv
FP = Prep + FN2
FN2 = N + N
FAdv = KJ-SO + K2
K2 = FN3 + FV2
FN3 = N
FV2 = V + FA
FA = Ting (Tingkatan) + A
b. K1 = FAdv + FN1 + FV1
FAdv = KJ-SO + K2
K2 = FN2 + FV2
FN2 = N
FV2 = V + FA
FA = Ting (Tingkatan) + A
FN1 = N
FV1 = V + FP
FP = Prep + FN3
FN3 = N + N
Setelah analisis KSF dilakukan, langkah berikutnya adalah menggambarkan diagram
pohon berdasarkan KSF tersebut seperti yang terdapat pada (30).

82

(30)

K

FN
N

FV
V

FP
Prep

FAdv
KJ-SO

FN

K

N

N

FN
N

FV
V

FA
Ting

A

Urang bakipeh di dalam lapau dek udaro taraso labiah angek
T-FAdv
K
FAdv
KJ-SO

FN
N

K
FN
N

FV
V

FV
V

FP
Prep
N

FA
Ting

FN
N

A

Dek udaro taraso labiah angek

urang bakipeh di dalam lapau

SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa transformasi merupakan
bentuk perubahan dari bentuk struktur dalam (SD) menjadi bentuk struktur luar (SL) seperti
yang digambarkan pada Bagan 1.
Struktur Dalam (SD)
Kaidah Transformasi
Struktur Luar (SL)
Bagan 1 Kaidah Transformasi
Kaidah transformasi yang terdapat di dalam BM secara umum terbagi kepada dua:
transformasi tunggal dan transformasi kompleks. Transformasi tunggal meliputi (1)
transformasi pasif, (2) transformasi imperatif, (3) transformasi interogatif, dan (4) transformasi
adverbia. Sementara itu, transformasi kompleks meliputi (1) transformasi klausa adjektiva dan
83

(2) transformasi klausa adverbia. Hal yang unik dalam BM secara khusus terjadi pada
transformasi interogatif. Dalam BM, transformasi interogatif dapat dilakukan dengan
memindahkan seluruh konstituen FV ke awal kalimat, sedangkan pada bahasa-bahasa lainnya,
perpindahan hanya melibatkan perpindahan kopula atau kata kerja bantu, seperti yang
terdapat di dalam bahasa Inggris.
DAFTAR PUSTAKA
Aoun, Youssef dan Dominique Sportiche. (1980). Transformational generative grammar and
the study of language . A Research Program. Cambridge: MIT.
Blevins, James P. dan Ivan A. Sag. (2012). Cambridge Handbook of Generative Syntax. Cambridge:
Cambridge University Press.
Chaer, Abdul. (2007). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Chomsky, Noam. (1965). Aspects of The Theory of Syntax. Cambridge: The M.I.T

Press.

Chomsky, Noam. (2002). Syntactic Structures. New York: Mouton de Gruyter.
Peters, Jr., P. Stanley dan R. W. Ritchie. (1973). On the Generative Power of Transformational
Grammars . Information Sciences. Vol. 6. Hal. 49 – 83.
Riemsdijk, H.V. dan E. Williams. (1986). Introduction to the Theory of Grammar. London:
Massachusetts Institute of Technology Press.
Scholz, Barbara C. dan Geoffrey K. Pullum. (2007). Tracking the origins of transformational
generative grammar . Journal of Linguistics. Vol. 43. Hal.
1 – 19.
Veit, Richard. (1986). Discovering English Grammar. Boston: Houghton Mifflin Company.

84