BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Dengan Refined Economic Value Added dan Financial Value Added Serta Pengaruhnya Terhadap Harga Saham Perusahaan Food And Beverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Pendapatan per kapita masyarakat Indonesia tahun 2012 telah mencapai USD 3.562,6 per tahun. Peningkatan pendapatan per kapita ini searah dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mampu mencapai 6,23%. Pendapatan per kapita yang cukup tinggi tentu akan memacu peningkatan jumlah permintaan barang dan jasa. Peningkatan jumlah permintaan barang dan jasa ini berdampak pula pada peningkatan tingkat konsumsi. Pada tahun 2011 Gabungan Pengusaha Makanan dan Minunan Indonesia (GAPMMI) mencatat bahwa nilai penjualan makanan dan minuman mencapai 660 triliun rupiah sedangkan tahun 2012 meningkat hingga 700 triliun rupiah. Peningkatan konsumsi tersebut tentu akan mendorong pertumbuhan industri untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (www.beranda.miti.or.id ).

  Industri food and beverage adalah salah satu industri yang mempunyai masa depan cerah untuk mendapatkan keuntungan yang lebih baik karena kebutuhan konsumsi akan terus meningkat sejalan dengan peningkatan pendapatan per kapita. Pertumbuhan ini juga diperkirakan terus meningkat seiring laju pertumbuhan penduduk. Laju pertumbuhan penduduk di Indonesia saat ini yang telah mencapai lebih dari 230 juta jiwa dengan laju pertumbuhan 1,49% per tahun.

  Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang besar diantara negara-negara ASEAN, dengan tingkat permintaan yang nyaris tak pernah surut ( www.indonesiafinancetoday.com).

  Perilaku konsumsi dan populasi penduduk yang besar, selalu menjadi incaran bagi para pelaku usaha. Selama lima tahun terakhir, pertumbuhan konsumsi makanan olahan mencapai 41%. Hal ini telah menarik minat berbagai kalangan terkait untuk memacu kompetisi antar perusahaan food and beverage.

  Setiap perusahaan food and beverage akan menuntut strategi manajemen dalam meningkatkan kinerja perusahaan demi tercapainya tujuan perusahaan. Kondisi persaingan yang cukup ketat juga memacu perusahaan untuk meningkatkan kualitas layanan dan produk yang dihasilkan, serta meningkatkan nilai tambah perusahaan.

  Pengukuran kinerja keuangan perusahaan diperlukan untuk menentukan keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan. Analisis pengukuran kinerja keuangan perusahaan dapat diperoleh melalui analisis terhadap data keuangan perusahaan yang tersusun dalam laporan keuangan. Laporan keuangan memberikan banyak memberikan informasi yang berguna bagi perusahaan dan para investor. Informasi ini diperlukan untuk mengevaluasi kinerja yang dicapai manajemen perusahaan di masa yang lalu, dan juga untuk bahan pertimbangan dalam menyusun rencana perusahaan ke depan (Sudana, 2011:20). Informasi yang terkandung dalam analisis laporan keuangan tidak hanya berguna untuk perusahaan, tetapi juga pihak pemegang saham dan calon pemegang saham.

  Dilihat dari sudut pandang investor, peramalan masa depan adalah inti dari manajemen, analisis laporan keuangan berguna untuk membantu mengantisipasi kondisi masa depan, yang lebih penting lagi adalah sebagai titik awal untuk merencanakan tindakan-tindakan yang akan memperbaiki kinerja di masa depan (Brigham dan Ehrhardt, 2005:443). Dan pemegang saham sangat berkepentingan untuk mengetahui kondisi sebenarnya suatu perusahaan, agar pemegang saham merasa aman dan mendapatkan tingkat pengembalian yang menguntungkan dari investasi yang ditanamkannya.

  Rata-rata pertumbuhan industri food and beverage mencapai 9%. Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia, Franky Sibarani, mengatakan pertumbuhan industri makanan dan minuman akan mengalami perlambatan dan ditopang oleh peningkatan konsumsi di pasar dalam negeri. Melambatnya pertumbuhan industri makanan dan minuman ini dipicu oleh berbagai kenaikan biaya produksi seperti kenaikan upah minimum regional serta kenaikan tarif tenaga listrik (TTL).

  Berikut adalah perkembangan posisi perusahaan dan perbandingan kinerja perusahaan food and beverage dengan menggunakan rasio keuangan.Hal ini dapat terlihat pada Tabel 1.1 sebagai berikut:

Tabel 1.1 Kinerja Keuangan PT. Multi Bintang Indonesia, PT. Tbk Mayora

  

Indah, Tbk, PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk, PT. Siantar Top, Tbk, dan

PT. Ultra Milk Industry and Trading, Tbk Berdasarkan Rasio Keuangan

No Nama Emiten Tahun Current Ratio (X) ROE (%)

  2010 0,945 0,940 Multi Bintang Indonesia, 1 2011 0,994 0,957 Tbk 2012 0,580 1,374

  2010 2,581 0,252

  2 Mayora Indah, Tbk 2011 2,219 0,205 2012 2,761 0,248 2010 0,200 0,083

  Ultra Milk Industry and 3 2011 1,476 0,095 Trading, Tbk 2012 2,018 0,211

  Sumber: www.idx.co.id (data diolah)

  Dari Tabel 1.1 dapat dilihat perbandingan kinerja keuangan antar perusahaan food and beverage berdasarkan rasio keuangan. Rasio likuiditas diwakili oleh current ratio dan rasio profitabilitas diwakili oleh ROE. Rasio tersebut mengalami fluktuasi, seperti penurunan dalam beberapa tahun, tetapi kemudian dapat diikuti dengan kenaikan di tahun berikutnya.

  Current Ratio PT. Mayora Indah, Tbk selama tahun 2010 – 2012 mengalami

  fluktuasi. Tahun 2010 – 2011 PT. Mayora Indah, Tbk mengalami penurunan

  Current Ratio . Namun di tahun 2012 mengalami peningkatan Current Ratio. Hal

  ini sejalan dengan Return on Equity (ROE) PT. Mayora Indah, Tbk dimana pada tahun 2010 – 2011 mengalami penurunan ROE. Sedangkan di tahun 2012 mengalami peningkatan ROE. Sementara itu, PT. Ultra Milk Industry and Trading, Tbk terus mengalami peningkatan Current Ratio dari tahun 2010 – 2012.

  Dimana dapat dilihat dari Return on Equity PT. Ultra Milk Industry and Trading, Tbk juga mengalami peningkatan dari tahun 2010 – 2012.

  Dibandingkan dengan PT. Mayora Indah, Tbk dan PT. Ultra Milk Industry and Trading, Tbk, PT. Multi Bintang Indonesia, Tbk memiliki nilai Current Ratio yang paling kecil dan memiliki nilai Return on Equity yang paling tinggi selama tahun 2010 – 2012. Current Ratio PT. Multi Bintang Indonesia, Tbk selama tahun 2010 – 2012 mengalami fluktuasi. Tahun 2010 – 2011 PT. Multi Bintang Indonesia, Tbk mengalami peningkatan Current Ratio. Namun Return on Equity 2010 - 2012. Rasio likuiditas merupakan ukuran kinerja perusahaan dalam kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang segera jatuh tempo (Gitman, 2006:58). Current Ratio memberikan indikator atas besarnya klaim kreditor jangka pendek yang ditutup oleh aktiva yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam jangka pendek. Rumus untuk menghitung current ratio adalah membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Menurut Brigham dan Daves (2004:231), rasio lancar yang tinggi mencerminkan perusahaan mempunyai banyak uang yang menganggur sehingga menjadi asset yang tidak produktif, seperti kelebihan kas atau persediaan. Namun, kelemahan rasio ini adalah tidak dapat memberikan informasi mengenai kemampuan likuiditas perusahaan timbul karena prestasi perusahaan yang sehat, atau karena dilakukannya berbagai jalan pintas yang tidak sehat untuk sekedar menunjukkan posisi yang likuid.

  Rasio profitabilitas bertujuan mengukur efisiensi aktivitas perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan (Block dan Hirt, 2005:54). Return on Equity (ROE) mengukur tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham. Rumus untuk menghitung ROE adalah laba bersih yang tersedia bagi pemegang saham biasa dibagi jumlah ekuitas saham biasa. Rasio ini menunjukkan keberhasilan atau kegagalan pihak manajemen dalam memaksimumkan tingkat hasil pengembalian investasi pemegang saham. Menurut Gitman (2006:69), ROE berguna untuk mengukur tingkat pengembalian ROE relatif akan tinggi untuk perusahaan yang memiliki risiko tinggi, yaitu perusahaan yang mempunyai rasio utang yang besar dalam menjalankan aktivitasnya. Oleh karena itu, ROE belum cukup baik untuk menggambarkan kondisi keuangan perusahaan yang sesungguhnya.

  Pada umumnya, pengukuran kinerja keuangan berdasarkan laporan keuangan menggunakan rasio keuangan. Keuntungan dari rasio keuangan ialah kemudahan dalam perhitungannya selama data historis tersedia. Sedangkan kelemahan metode rasio keuangan adalah tidak mampunya mengukur kinerja perusahaan secara akurat. Hal ini dikarenakan data akuntansi yang digunakan tidak terpisah dari estimasi yang dapat menimbulkan berbagai macam distorsi sehingga pengukuran kinerja keuangan perusahaan tidak dapat terukur secara tepat dan akurat.

  Untuk mengatasi berbagai permasalahan dalam pengukuran kinerja keuangan berdasarkan data akuntasi, maka muncullah pengukuran kinerja keuangan berdasarkan nilai (value based management). Dengan value based

  

management sebagai alat ukur kinerja perusahaan, manajemen dituntut untuk

  meningkatkan nilai perusahaan. Pengukuran kinerja berdasarkan nilai tambah (value added) diharapkan dapat mengukur kinerja perusahaan yang realistis dan mendukung penyajian laporan keuangan, sehingga dapat membantu para pemakai laporan keuangan untuk mengambil keputusan yang tepat, baik untuk berinvestasi maupun untuk perencanaan peningkatan kinerja perusahaan (Iramani, 2005).

  Pendekatan metode pengukuran kinerja yang berbasis nilai tambah (value added) (FVA).

  Pengukuran kinerja dan nilai tambah perusahaan dapat dilakukan dengan menggunakan Refined Economic Value Added (REVA). Konsep Refined

  

Economic Value Added (REVA) merupakan konsep Economic Value Added

  (EVA) yang telah disempurnakan oleh Bacidore. Dalam perhitungannya, REVA memakai komponen seperti dalam perhitungan EVA, namun dibedakan dalam memperlakukan modal (Bacidore, 1997). EVA memakai nilai buku ekonomis (economic book value) sedangkan REVA menggunakan nilai pasar badan usaha (market value of the firm’s). Dalam REVA, laba operasi setelah pajak (NOPAT) dikurangi dengan biaya modal dari nilai pasar modal yang diinvestasikan.

  Paradigma value added yang belum begitu banyak dikemukakan adalah

  

Financial Value Added (FVA) yang merupakan metode baru dalam mengukur

  kinerja dan nilai tambah perusahaan. Metode ini mempertimbangkan kontribusi dari fixed assets dalam menghasilkan keuntungan bersih perusahaan (Sandias, 2002). Kelebihan FVA ini dibandingkan dengan EVA adalah konsep FVA ini mengintegrasikan seluruh kontribusi aset bagi kinerja perusahaan, selain itu FVA secara jelas mengakomodasikan kontribusi konsep value growth duration (durasi proses penciptaan nilai) sebagai unsur penambah nilai yang mana dalam konsep EVA proses ini tidak secara jelas dijabarkan.

  Dibanding EVA, FVA kurang praktis dalam mengantisipasi fenomena bila perusahaan (proyek) menjalankan investasi baru ditengah-tengah masa investasi aset dan sumber daya yang terlibat dalam perusahaan atau proyek.

  Berdasarkan uraian dan permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka perlu dilakukan penelitian dengan judul “Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Menggunakan Refined Economic Value Added (REVA) dan

  

Financial Value Added (FVA) serta Pengaruhnya terhadap Harga Saham

  Perusahaan Food and Beverage yang Terdaftar di BEI”

1.2 Perumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:

  1. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan atas hasil pengukuran kinerja perusahaan dengan menggunakan Refined Economic Value Added (REVA) dan Financial Value Added (FVA) pada perusahaan food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2010-2012?

2. Apakah pengukuran kinerja keuangan dengan menggunakan Refined

  

Economic Value Added (REVA) dan Financial Value Added (FVA)

  berpengaruh terhadap harga saham perusahaan food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2010-2012?

1.3 Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui dan menganalisis perbandingan Refined Economic Value Added keuangan perusahaan food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek

  Indonesia untuk periode tahun 2010 sampai dengan 2012.

2. Mengetahui dan menganalisis pengaruh Refined Economic Value Added

  (REVA) dan Financial Value Added (FVA) terhadap harga saham perusahaan

  

food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode tahun

2010 sampai dengan 2012.

1.4 Manfaat Penelitian

  Dengan tercapainya tujuan penelitian, diharapkan hasil dari penelitian ini akan memberikan manfaat, antara lain:

  1. Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagi perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat membuat kebijakan yang berorientasi pada peningkatan nilai perusahaan di masa yang akan datang.

  2. Bagi Investor dan Calon Investor Sebagai informasi, rekomendasi, serta dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi khususnya investasi pada perusahaan

  food and beverage di Bursa Efek Indonesia.

  3. Bagi Peneliti Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti di bidang keuangan khususnya REVA dan FVA.

  4. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan dapat menjadi bahan referensi dalam melakukan penelitian-penelitian sejenis.

Dokumen yang terkait

Profil penggunaan dan potensi interaksi obat analgetika pada pasien rawat jalan poli penyakit dalam di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan periode Mei 2014 - Juli 2014

0 0 14

Kajian Penyebaran Air Di Daerah Perakaran Pada Beberapa Jenis Tanah dan Tanaman Dalam Skala Laboratorium

0 0 40

Kajian Penyebaran Air Di Daerah Perakaran Pada Beberapa Jenis Tanah dan Tanaman Dalam Skala Laboratorium

0 0 18

Pengaruh kebijakan Penyusunan Anggaran, Penerapan Anggaran dan Belanja Daerah Berbasis Kinerja Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten Asahan)

0 1 29

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu 2.1.1 Akuntabilitas Kinerja - Pengaruh kebijakan Penyusunan Anggaran, Penerapan Anggaran dan Belanja Daerah Berbasis Kinerja Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Studi Kasu

0 0 28

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh kebijakan Penyusunan Anggaran, Penerapan Anggaran dan Belanja Daerah Berbasis Kinerja Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten Asahan)

0 0 9

Pengaruh kebijakan Penyusunan Anggaran, Penerapan Anggaran dan Belanja Daerah Berbasis Kinerja Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten Asahan)

0 5 12

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tinjauan Yuridis Perjanjian Kerjasama Pt.Indonesia Asahan Aluminium Dengan Pt.Putra Tanjung Lestari Dalam Pengandaan Tenaga Keeja Outsourcing Setelah Pt.Inalum Bumn

0 0 20

Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Dengan Refined Economic Value Added dan Financial Value Added Serta Pengaruhnya Terhadap Harga Saham Perusahaan Food And Beverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 2 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan - Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Dengan Refined Economic Value Added dan Financial Value Added Serta Pengaruhnya Terhadap Harga Saham Perusahaan Food An

0 0 24