BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Perbedaan Stres Kerja Ditinjau Dari Sistem Kerja Shift Pada Perawat RSUPH Adam Malik Medan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. STRES KERJA

1. Definisi Stres Kerja

  Spears (2008) mendefinisikan stres kerja sebagai reaksi seseorang terhadap tekanan yang berlebihan atau tuntutan ditempat kerja yang bersifat merugikan.

  Stres kerja adalah suatu kondisi dimana individu mendapatkan tekanan dari pihak internal maupun eksternal. Sumber tekanan internal dapat berupa kondisi fisik, perilaku, kognitif, emosional, dan lain-lain (Fathoni, 2006).

  Menurut Kavaganh, Hurst, & Rose (dalam Wijono, 2010), stres kerja merupakan suatu ketidakseimbangan persepsi individu tersebut terhadap kemampuannya untuk melakukan tindakan. Beehr & Newman (dalam Wijono, 2010) mendefinisikan bahwa stres kerja sebagai suatu keadaan yang timbul dalam interaksi diantara manusia dengan pekerjaan.

  Caplan et al (dalam Wijono, 2010) menyatakan bahwa stres kerja mengacu pada semua karakteristik pekerjaan yang mungkin memberi ancaman kepada individu tersebut. Dua jenis stres kerja mungkin mengancam individu yaitu baik berupa tuntutan dimana ketika individu tidak berusaha untuk memenuhi kebutuhannya atau persedian yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan individu tersebut.

  Rivai dan Sagala (2009) mendefenisikan stres kerja sebagai suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berfikir dan kondisi seseorang

  9 yang bekerja. Riggio (2003) mengemukakanstres kerja sebagai interaksi antara seseorang dan situasi lingkungan atau stresor yang menimbulkan reaksi pada fisiologis maupun psikologis pekerja. Menurut Gibson, dkk (2000) stres kerja adalah suatu respons yang dipengaruhi oleh karakteristik individu dan dilakukan untuk beradaptasi, stres kerja juga diartikan sebagai proses psikologis yang terjadi sebagai konsekuensi dari perilaku atau kejadian-kejadian pada lingkungan kerja dan menimbulkan akibat-akibat khusus secara psikologis, fisiologis dan perilaku individu.

  Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa stres kerja sebagai reaksi atau respon terhadap situasi yang menekan ataupun tekanan yang berlebihan terhadap tuntutan pekerjaan internal dan eksternal yang menyebabkan adanya ketidakseimbangan fisik, psikis, dan sosial yang dapat merugikan seseorang.

2. Faktor-Faktor Stres Kerja

  

Robbins (2014), ada tiga kategori faktor stres berupa : lingkungan,

organisasi, dan pribadi.

a. Faktor-Faktor Lingkungan

  Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi tingkat stres kerja pada karyawan dalam organisasi seperti desain struktur organisasi, pemerintahan baru di dalam suatu perusahaan, ekonomi perusahaan, iklim politik dan interaksi dengan orang-orang di dalam perusahaan.

b. Faktor-Faktor Organisasi

  Faktor Organisasi juga mempengaruhi timbulnya stres kerja pada karyawan, seperti tekanan untuk menyelesaikan tugas dengan waktu yang singkat, menghindari kesalahan, beban kerja yang berlebihan, atasan yang selalu menuntut dan tidak peka dan hubungan yang tidak baik dengan rekan kerja. Beberapa tuntutan kerja seperti : 1.

  Tuntutan tugas merupakan faktor yang terkait dengan pekerjaan seseorang. Tuntutan tugas tersebut meliputi bentuk pekerjaan individu (otonomi, keragaman tugas, tingkat otomatisasi), kondisi kerja, dan tata letak fisik pekerjaan. Penelitian Monk & Tepas (1985) menunjukkan bahwa kerja shift merupakan sumber utama dari stres bagi para pekerja pabrik.Para pekerja shift lebih sering mengeluh tentang kelelahan dan gangguan perut dari kerja shift terhadap kebiasaan makan yang mungkin menyebabkan gangguan-gangguan perut.

  2. Tuntutan peran berkaitan dengan tekanan yang diberikan kepada seseorang sebagai fungsi dari peran tertentu yang dimainkannya dalam organisasi. Konflik peran menciptakan ekspektasi yang mungkin sulit untuk diselesaikan atau dipenuhi. Beban peran yang berlebihan dialami ketika karyawan diharapkan melakukan lebih banyak daripada waktu yang ada. Ambiguitas peran tercipta ketika ekspektasi peran tidak dipahami secara jelas dan karyawan tidak yakin apa yang harus ia lakukan.

  3. Tuntutan antarpribadi merupakan tekanan yang diciptakan oleh karyawan. Hubungan dengan rekan kerja yang tidak baik dapat menyebabkan stres kerja, terutama di antara para karyawan yang memiliki kebutuhan sosial tinggi.

c. Faktor-faktor Pribadi

  Masalah diluar jam kerja setiap minggunya dapat terbawa ke dunia kerja. Faktor-faktor ini terutama adalah masalah keluarga, masalah ekonomi pribadi, serta kepribadian dan karakter yang melekat dalam diri seseorang.

3. Gejala- Gejala Stres Kerja

  Beehr & Newman 1978 (dalam Rice, 1987) menyatakan ada tiga efek samping yang ditimbulkan dari stres kerja berupa : gejala psikologis, gejala kesehatan fisik, dan gejala perilaku.

a. Gejala Psikologis 1.

  Kecemasan, ketegangan, dan mudah tersinggung 2. Perasaan frustasi, mudah marah dan benci 3. Tertekan 4. Menurunnya efektifitas dalam komunikasi 5. Menarik diri dan depresi 6. Merasa terisolasi dan terasingkan 7. Merasa bosan dan tidak puas terhadap pekerjaan 8. Kelelahan mental dan menurunnya fungsi intelektual

9. Kehilangan konsentrasi 10.

  Kehilangan spontanitas dan kreativitas Rasa cemas, tegang, marah dan benci merupakan beberapa gejala yang ditimbulkan akibat stres kerja. Ditemukan pada beberapa orang, tekanan pekerjaan berdampak pada peningkatan gangguan psikologis yang dapat menyebabkan depresi. Situasi ini terjadi setelah pekerja telah berusaha namun gagal.

  b. Gejala Kesehatan Fisik

  Ada beberapa gejala fisik yang sering muncul akibat stres kerja yaitu : 1.

  Peningkatan denyut jantung dan tekanan darah 2. Peningkatan sekresi hormon adrenalin dan noradrenaline 3. Penyakit gastrointestinal seperti maag 4. Masalah pernapasan 5. Peningkatan jumlah keringat 6. Sakit kepala 7. Kelelahan fisik 8. Ketegangan otot 9. Gangguan tidur

  c. Gejala Perilaku 1.

  Prokrastinasi dan menghindari pekerjaan 2. Penurunan prestasi dan produktivitas kerja secara menyeluruh 3. Meningkatnya penggunaan alkohol dan obat-obatan

  4. Sabotase langsung pada pekerjaan 5.

  Meningkatnya kunjungan ke klinik 6. Makan berlebihan sebagai pelarian yang mengarah ke obesitas 7. Tidak nafsu makan sebagai bentuk dari penarikan diri yang mungkin dikombinasikan dengan tanda-tanda depresi

  8. Kehilangan nafsu makan dan berat badan 9.

  Agresi, dan perusakan 10.

  Memburuknya hubungan dengan keluarga dan teman

4. Kategorisasi Stres Kerja

  Selye (1974) membagi stres menjadi dua jenis yaitu distress dan eustress a.

   Distress Distress merujuk pada stres yang merusak atau stres yang tidak

  menyenangkan. Stres negatif berupa perasaan cemas, tegang, takut, khawatir. Inti dari stres negatif ini ialah pengalaman psikologis negatif, menyakitkan, sesuatu yang harus dihindari.

  b.

   Eustress

  Stres yang terkait dengan pengalaman dan kenyamanan yang memuaskan. Eustress meningkatkan motivasi, memberikan motivasi terhadap individu untuk menciptakan sebuah karya seni. Eustress meningkatkan kesadaran, meningkatkan mental dan kinerja.

B. SISTEM KERJA SHIFT

  1. Definisi Shift Kerja Shift kerja merupakan periode waktu seseorang dalam melakukan

  pekerjaannya biasanya dalam periode 8 jam (Muchinsky, 2003). Shift kerja merupakan bentuk dari pembagian jadwal menjadi dua atau lebih dalam satu hari penuh (Schermerhorn, 2013). Menurut Riggio (1996) shift kerja merupakan bentuk dari penjadwalan kerja dimana tiap karyawan dapat terus bekerja dalam memanfaatkan keseluruhan waktu untuk perpanjangan operasi.

  Bagi seorang pekerja, shift kerja berarti berada pada tempat kerja yang sama waktunya teratur dan sama (shift kontinu) atau pada waktu yang berlainan (shift kerja rotasi). Shift kerja berbeda dengan jam kerja biasa, jam kerja yang biasa biasanya memiliki waktu kerja yang teratur dan waktunya telah ditentukan sedangkan shift kerja dilakukan lebih dari satu kali dalam 24 jam (Eko, 2004).

  2. Pembagian Shift Perusahaan-perusahaan menggunakan shift kerja yang berbeda-beda.

  Pembagian shiftkerja menurut Muchinsky (2003) ialah :

  a. : dimulai pukul 07.00-15.00 Shift Pagi b.

  Shift Siang : dimulai pukul 15.00-23.00 c. Shift Malam : dimulai pukul 23.00-07.00

3. Sistem Shift Kerja

  Menurut william (2004), ada dua macam sisitem shift berupa :

a. Shift rotasi

  Shift rotasi merupakan sistem penjadwal kerja yang tetap, bekerja pada tiap shift yang tetap setiap harinya.

b. Shift rotasi

  Shift rotasi adalah merupakan jenin shift yang menggangu irama circadian dibandingkan dengan shift permanen bila berlangsung dalam jangka panjang.ILO menyatakan pergantian shift yang normal adalam 8 jam pada setiap shift. Shift kerja yang dilaksanakan 24 jam termasuk hari minggu dan hari libur. Inggris menggunakan sistem 2-2-2, sistem ini disebut dengan sistem rotasi pendek dan masing-masing lamanya 2 hari dan pada akhir shift diberikan libur 2 hari.

4. Macam-macam Shift Kerja

  

Menurut Fish (2000) ada beberapa efek shift kerja yang dapat dirasakan

  tenaga kerja yaitu :

a. Efek fisiologis, berpengaruh terhadap : 1.

  Kapasitas fisik kerja yang mengalami penurunan karena adanya rasa kantuk dan lelah.

2. Memudarnya nafsu makan dan terjadi gangguan percernaan.

b. Efek psikososial

  Efek psikososial ini merupakan masalah yang lebih besar. Masalah yang dapat ditimbulkan dapat berupa gangguan dalam kehidupan keluarga, waktu luang yang semakin sedikit, kesempatan yang kecil untuk berinteraksi dengan teman dan mengganggu aktivitas kelompok dalam masyarakat. Demikian pula adanya pandangan di suatu daerah yang tidak mengizinkan pekerja wanita untuk bekerja pada malam hari, mengakibatkan tersisih dari masyarakat.

c. Efek kinerja

  Kinerja yang semakin menurun selama kerja shift malam dapat disebabkan oleh efek psikososial dan fisiologis. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan menurunnya kemampuan mental karyawan yang dapat berpengaruh terhadap kewaspadaan dalam bekerja seperti kualitas kontrol dan pemantauan.

d. Efek terhadap kesehatan

  Efek shift kerja terhadap kesehatan pekerja berupa gangguan gastrointestinal, yaitu dyspepsia atau ulcus ventriculimerupakan masalah yang biasa dialami pada umur 40-45 tahun. Sistem shift kerja dapat menjadi menimbulkan masalah dalam keseimbangan kadar gula dalam darah dan juga insulin bagi penderitaan diabetes. Menurut Attwood, Joseph, & Danz Reece (2004), efek shift kerja yang terhadap kesehatan terkait dua alasan utama, yaitu sirkadian ritme dan gangguan kebiasaan sehari-hari akibat dari perubahan kerja dari siang hari ke malam hari yang menyebabkan kebiasaan makan yang tidak sehat, hilangnya nafsu makan, gangguan psikosomatik, penyalahgunaan obat- obatan seperti mengkonsumsi obat tidur, gangguan tidur, dan masalah pencernaaan.

5. Managemen Shift Kerja

  Tayari dan smith (1997) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk managemen shift kerja adalah sebagai berikut : a.

  Mengurangi lamanya waktu bekerja pada shift malam tanpa mengurangi kompensasi dan keuntungan lainnya.

  b.

  Lamanya kerja shift tidak melebihi 8 jam.

  c.

  Tiap shift pagi, siang atau malam seharusnya diikuti dengan paling sedikit 24 jam libur dan shift malam dengan paling sedikit 2 hari libur, sehingga pekerja dapat mengatur kebiasaan tidur mereka.

  d.

  Memungkinkan adanya interaksi sosial dengan teman kerjanya.

  e.

  Musik yang tidak monoton selama bekerja pada shift malam sangat berguna.

C. Perawat

  1. Definisi Perawat Perawat merupakan tenaga kesehatan yang berada di rumah sakit dimana

  jumlah maupun keberadaanya dapat memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien dan mempunyai hubungan langsung dengan pasien (Praptiningsih, 2006).

  Peran perawat adalah memperhatikankebutuhan pasien dengan memberikanpelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan yang meliputi : pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi (Nursalam, 2007).

  2. Rumah Sakit

  Rumah sakit yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit empat spesialis dasar yaitu : pelayanan penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, obstetri dan geinekologi, 5 (lima) spesialis penunjang medik yaitu : pelayanan anestesiologi, radiologi, rehabilitasi medik, patologi klinik, dan patologi anatomi, 12 (dua belas) spesialis lain yaitu : mata, THT, syaraf, jantung dan pembuluh darah, kulit dan kelamin, jiwa, paru, onthopedi dan gigi mulut.

  3. Perawat yang bekerja di Rumah Sakit RSUPH Adam Malik

  Perawat yang bekerja di rumah sakit HAdam Malik merupakan tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan untuk melakukan perawatan dan jumlah maupun keberadaanya dapat memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien dan memiliki hubungan langsung dengan pasien.

  Menurut DiMatteo (1990), coping merupakan proses yang dinamis. Berbagai macam strategi coping mungkin telah dilakukan oleh individu dan umpan balik (feedback) tentang keberhasilan pada suatu tipe coping akan memacu seseorang untuk mencoba lagi tipe coping tersebut. Sedangkan jika gagal, disisi sebaliknya, akan membawa individu untuk mengganti dengan tipe coping yang lain. Individu secara berkelanjutan akan menilai lingkungan dan kemampuannya untuk melakukan suatu coping. Sejalan dengan DiMatteo, Dalton dkk. (2007) menyatakan bahwa coping juga merupakan proses yang dinamis, yang dapat berubah setiap waktu, tergantung pada tuntutan situasi, ketersedian sumber daya dan penilaian yang terus menerus.

  Perawat di RSUPH Adam Malik menggunakan sistem kerja shift sebagai bentuk penjadwalan kerja, rumah sakit menggunakan sistem kerja shift karena rumah rumah sakit memberikan pelayanan kesehatan selama 24 jam dan perawat memiliki peranan yang besar dalam memberikan pelayanan dan perawatan.

D. Dinamika Stres Kerja Ditinjau dari Sistem Kerja Shift Pada Perawat

   Lazarus (dalam Sarafino, 2011) mengemukakan bahwa stres merupakan

  suatu peristiwa atau keadaan yang mendesak dan melebihi kemampuan manusia untuk mengatasinya. Stres kerja sebagai reaksi seseorang terhadap tekanan yang berlebihan atau tuntutan ditempat kerja yang bersifat merugikan (Spears, 2008).

  Adapun beberapa gejala yang ditimbulkan dari stres kerja dapat dilihat dari berbagai faktor yang menunjukkan perubahan. Pertama, perubahan fisiologis, yang berupa gangguan tidur, penyakit gastrointestinal, ketegangan otot, kelelahan fisik, dan sakit kepala. Kedua, perubahan psikologis, ditandai dengan kecemasan yang terus-menerus, perasaan tertekan, perasaan frustasi dan marah, menarik diri , kehilangan konsentrasi, kebosanan dan ketidakpuasan kerja. Ketiga, perubahan perilaku, ditandai dengan menghindari pekerjaan , penurunan prestasi, makan berlebihan, kehilangan nafsu makan, dan memburuknya hubungan dengan keluarga (Rice, 1987).

  Ada beberapa sumber stres kerja, di mana salah satunya merupakan shift kerja. Robbins (2013) menjelaskan bahwa ada tiga faktor yang menyebabkan stres berupa : faktor lingkungan,organisasi dan pribadi. Tuntutan tugas yang terdapat pada faktor organisasi yang berupa shift kerja. Winarsunu (2008) juga berpendapat bahwa satu faktor yang mempengaruhi stres kerja adalah sistem shift kerja. Penggunaan shift kerja memiliki beberapa dampak yang kurang baik, terutama terhadap kesehatan baik secara fisik, psikologis, dan sosial (Aamondt, 1991).

  Shift kerja merupakan bentuk dari pembagian jadwal menjadi dua atau

  lebih dalam satu hari penuh (Schermerhorn, 2013). Jadwal kerja shift yang diberlakukan bervariasi, biasanya kerja 8 jam atau 12 jam dalam sehari (Dian Mariadi, 2008). Shiftkerja dibagi menjadi tiga bagian yaitu shift pagi, siang dan malam. Shiftkerja juga dapat dibedakan menjadi dua macam shift yaitu, shift tetap dan shift bergilir. Terdapat dua bentuk shift bergilir, yaitu dapat secara backwad dan fordward. Pada reaksi fordward, pekerja akan berpindah shift pagi ke shift siang, kemudian shift malam. Sedangkan pada reaksi backwad, pekerja akan berpindah dari shift pagi ke shift malam dan kemudian ke shift siang (Aamondt, 1991).

  Efek fisiologis yang ditimbulkan dari shift kerja akan memnggangu ritme harian karyawan seperti, tergangguanya pola makan, tidur dan istirahat yang akan mempengaruhi kesehatan seperti berkurangnya nafsu makan, kelelahan, gangguan pencernaan dan kurang tidur.Sedangkan efek psikologis yang ditimbulkan dari shift kerja akan mempengaruhi kehidupan keluarga, waktu luang yang semakin sedikit, dan kesempatan untuk berinteraksi dengan kelompok dalam masyarakat.

  Efek kinerja yang timbulnya dari shift mengakibatkan menurunnya kemampuan mental perawat yang dapat mempengaruhi kinerja dan produktivitas dalam bekerja. Dan efek yang ditimbulkan terhadap kesehatan berupa gangguan dyspesia atau ulcus ventriculi yang biasanya dialami pada umur 40-45 tahun. Dan efek lainnya berupa circadian rthyme dan gangguan kebiasaan sehari-hari akibat perubahan kerja dari siang hari ke malam hari.

  Shift kerja pagi memiliki kondisi bekerja yang lebih baik, jam kerja

  normal, suhu udara yang baik memiliki waktu istirahat dan tidur yang lebih banyak sehingga beban kerja tidak terlalu berat (Akerstedt & Froberg, 1976).

  Sedangkan shift kerja siang memiliki kondisi suhu yang cukup panas yang dapat mempegaruhi emosi, waktu istirahat yang sedikit di siang hari, memiliki waktu yang sedikit untuk melakukan interaksi dengan keluarga, dan tidak dapat mengikuti kegiatan lainnya yang dilakukan pada siang hari. Dan shift kerja malam menggangu circadian rhythm pada tiap individu yang berbeda-beda,jam tidur dan istirahat yang kurang, suhu lingkungan, pencahayaan yang tidak baik dalam penyesuaian kerja malam (Marcelia, 2014).

  Pelayanan kesehatan yaitu rumah sakit menggunakan sistem kerja shift sebagai jadwal kerja dikarenakan rumah sakit beroperasi selama 24 jam dalam memberikan pelayanannya (Wijaya, 2006). Perawat merupakan salah satu pekerja yang paling sering berada di rumah sakit dan menggunakan sistem kerja shift yang di tuntut untuk mengalami kondisi kerja pagi, siang dan malam (Hamid, 2000). Perawat memiliki tugas yang bervariasi, tergantung pada karakteristik- karakteristik tertentu dalam malaksanakan pekerjaanya (Manuaba, 2000). Hal ini didukung oleh penelitian Moustaka & Constantinidis (2010) yang menemukan bahwa perawat dihadapkan dengan tugas kerja yang berbeda, bekerja dengan shift.

  Hasil penelitian Gelseman (2005) menemukan bahwa perawat memiliki tingkat stres yang tinggi dalam menjalani profesinya.

E. Hipotesa Penelitian

  Berdasarkan hal diatas maka hipotesa dalam penelitian ini 1. Ada perbedaan stres kerja pada perawat yang bekerja dengan shift pagi dan siang.

  2. Ada perbedaan stres kerja pada perawat yang bekerja dengan shift siang dan malam.

  3. Ada perbedaan stres kerja pada perawat yang bekerja dengan shift malam dan pagi.

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jamur 2.1.1Definisi Jamur - Analisis Keberadaan Candida albicans dan Aspergillus spp. Serta Keluhan Kesehatan dan Perilaku Penjual Tentang Bahaya Kesehatan pada Pakaian Bekas di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan

0 0 30

Analisis Keberadaan Candida albicans dan Aspergillus spp. Serta Keluhan Kesehatan dan Perilaku Penjual Tentang Bahaya Kesehatan pada Pakaian Bekas di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan tahun 2015

0 0 17

Analisis Faktor Risiko Pasien Mioma Uteri Di RSUP. H. Adam Malik Medan Dan RS Jejaring

0 0 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Mioma Uteri - Analisis Faktor Risiko Pasien Mioma Uteri Di RSUP. H. Adam Malik Medan Dan RS Jejaring

0 0 17

Analisis Faktor Risiko Pasien Mioma Uteri Di RSUP. H. Adam Malik Medan Dan RS Jejaring

0 0 11

BAB II BERLARI DAN BERNYANYI - Geopark Kaldera Toba

0 0 38

BAB I AKU ADA KARENA KAU TERCIPTA A. Latar Belakang - Geopark Kaldera Toba

0 0 13

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Implementasi Penanganan Pneumonia pada Balita dengan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

0 2 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Keluarga Berencana - Implementasi Program Keluarga Berencana di Puskesmas Tanjung Beringin Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat Tahun 2015

0 0 36

Perbedaan Stres Kerja Ditinjau Dari Sistem Kerja Shift Pada Perawat RSUPH Adam Malik Medan

0 0 38