PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEMTINGKTNAN PENGEMBANGAN LUMBTING DESA DI KABUPATEN TABANAN, BALI.

H
fl!

SOr-

r

9(3) :324-329

ISSN:1411-7177

i

i;

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEMTINGKTNAN PENGEMBANGAN
LUMBTING DESA DI KABUPATEN TABANAN, BALI -)

I WAYAN BUDIASA, NYOMAN GEDE USTRIYANA, DAN IGAA LIES ANGGRENI
Pro gram Studi,A


gribisnis, Fakultas pertanian, uniu ersitas tJ day ana

ABSTRACT

d$"

level that zupports the food securiry improvement program
,J"*!y"8,1?1r" a food institution in the
(Desa Mandii. Pangan ) in rural area. This stud| aims to assesi^the social perception towld a"*top"""[t
of
lumbung dua tn Thbanan Regency.

SuyIy method *1"g1q]t" J9U"q ptu".y data from 60 households through non proporrional random
G:* V{"g", Penebel District and Belim-bing Village Pupuan"Distria. ny using descriptive
analysis, it was found thaj tle social perception tow-ard lumbun! daa
le"elopment in study area 6tt into gooa
saTPling in ruTS

category. It means-tha! the lumbung-dua ry the study area was iequired. Therefore, it is suggested that theiocal
govemment should support the lumbung dua development program.

Key words: lumbung dua, food security, perception.

ABSTRAK
Llmbung desa merupakan

ltfu\

salah- satu bentuk kelembagaan pangan di tingkat desa yang dapat dimanfaa&an
mlndulorng_program pelingkatan ketahanan pangan di wiliyah perdJsaan dan untik niewujudkan Desa
Penelitian ini bertujuan untuk menilai-persepsi masyarakat terhadap pengembanfan lumbung

Y*{d
lygan'
desa di Kabupaten Tabanan.
Metode

:"*".t

digunakan


non
TTk maengulqu$an data primer dari 60 rumah tangga yang diambil secan
pupuan.

proportional-random.sampllrgdi

!e.sa"n1ang

Gede, Kecamatan Penebel dan Desa

nefibingjfecamatan

deskripti{ diperoleh bahwa persepsi
terhadap pengembangan limbung desa di tot
rya_syarakat
".i
penelitian terkategori b+. y"i ini mengindikasikan, bahwa lumbung desa diSutuhkai di wilayah"stu& tersebut.
Oleh karena itu, disarankan kepada Pemerintah Daerah dapat mend*rg pengembangan lumbung desa d1 wilah
Deng-an analisis


studi.

Katakunci: lumbung duq ketahanan pangan, persepsi

PENDAHULUAN
LatarBelakang
Dalam konsep otonomi daerah &harapkan berbagai
potensi yang ada di daerah dapat dimanfaatkan
secara optimal untuk mendukung program-program
pembangunan pertanian secara berkelanjutan termasuk
Program Peningkatan Ketahanan Pangan yang telah
&canangkan oleh pemerintah. Diketahui, bahwa pangan
merupakan kebutuhan pokok masyarakat sehingga
terwujudnya ketahanan pangan merupakan tanggung
jawab semua pih& yarto pemerintah dan masyarakat dan
penanganannya berbasis pada keragaman sumberdaya
pmgm, kelembagaan, dan budaya lokal (UU No. 7
Thhun L996). Oleh karena itu, alternatif kelembagaan
pangan pedesaan menjadi sangat strategis yang dapat
menjamin ketahanan pangan rumah-tangga.

Propinsi Bali dengan luas wilayah 5.632,86 Km2,

terbagi kedalam 9 (sembilan) wilayah kabupaten/
kota. Penggunaan lahan pertanian, produktivitas, dan

*)

prgdulrli Z (tqufr) komoditas pangan utama di propinsi
Bali Tfiun 2006 disajikan pada Thbel t.
Tabel

1.

Luas tanam, produktivitas dan

produki pangan di propinsi Bali

tahun 2006
Komoditas
Padi

Jagung

Ubi ialar

Luas lahan (ha)

Produkfvitas
{ku/hal

Produksi (ton)

145.795

55,85

19.235

27,76

78.tM


6.688

92.O78

480.892

Ubi kayu

8.158

t27.16
t27.91

Kedele

7.544

14.32


10.845

10.548

13,43

18.040

859

9.73

1.259

Kacang Tanah
Kacans Hiiau

159.059

Sumber: Bappeda Propinsi Bali (2006)


Produksi gabah kering giling (GKG) di Propinsi Bali
pada Thhun 2006 tercatat sebesar 840.892ton. Dengan
rendemen sebesar 6312 persen maka produksi beras

di Propinsi Bali pada tahun yang sama diperkirakan
sebanyak 531.443,74 ton. Dengan asumsi konsumsi
beras sebanyak 115 kg/kapitaltahun, maka produksi

dan hasil "Studi Kemungkinan Pengembangan Lumbung Da,a dalam lJpaya Peningkatan Ketahanan Pangan Rumah-Tangga
di Kabupaten Tabanan, Bali" yang merupakan Hibah Kompetitif Penelitian Sesuai Prioritas Nasional Bakh II 2009.

Sebagian

324
iar'..*

:fiiā‚¬*

Perepsi Masyarakat Terhadap Kemungkinan Pengembangan Lumbung Desa di Kabupaten Tabanan, Bali


.

I

Wayan Budiasa, dkk.

rawan kemiskinan.
Dari sawah seluas 22.479 Ha di Kabupaten Tabanan

berkelanjutan, maka sistem lumbung seperti lumbung
desa menjadi sangat sangat strategis. Lumbung desa
dapat diharapkan sebagai lembaga ekonomi pedesaan
(BUUOE,S) yang berbadan hukum sebagai bagian dari
sistem pembiayaan usahatani melalui penyediaan kredit
bagi petani dan bagian dari sistem pemasaran dengan
fungsi distribusi dan fungpi logistik yang mandiri dan
tangguh. Kelembagaan lumbung desa juga merupakan
upaya pemberdayaan petani untuk mengatasi gejolak
harga gabah, dengan mengembangkan manajemen stok

disertai distribusi secarz optimal yang mempunyai tujuan,

diperoleh luas tanam 45.920 Ha dengan luas panen
45.109 Ha dan produksi 223.107 ton sehingga rata-

pasa4 sehingga menjamin adanya kepastian harga

beras tersebut seharusnya mampu memenuhi konsumsi

Tahun 2006 sekitar 393.599 ton untuk sekitar 3.422.600

iiwa penduduk. Namun, realisasi. Penyaluran beras
untuk sekitar 118.447 RT miskin (raskin) yang tersebar
di Propinsi Bali Tirhun 2006 mencapai 12.410,88 ton
(Biro Perekonomian dan Pembangunan Sekretaris
Daerah Propinsi Bali, 2007). lnformasi tersebut
mengindikasikan bahwa di Propirsi Bali masih terdapat
beberapa daerah yang mengalami rawan pangan dan

rata tingkat produkivitas lahan sawah sebesar 5,175 ton
GKP/Ha pida tahun 2007 (BPS Kabupaten Tabanan,
2008a). Dengan menggunakan rendemen 63,2 persen
maka diperoleh 141.00316 ton beras per tahun atau ratarata jumlah stok beras perkapita per tahun sebanyak
340,41kg. Dengan azumsi konsumsi beras sebanyak

115 kg per kapita per tahun maka secara teoritis
Kabupiten Tabanan telah berswasembada beras dengan
tingkat surplus 66,22 persen. Meiihat angka produksi
padi tersebut, maka Kabupaten Tabanan merupakan

pe.ry*gg" .rtama dalam penyediaan beras, dimana pada
lahun 2OOZ mampu menyumbang produksi sebanyak
zz3.Io7 ton GKP atau 141.003,6-ton beras (26,53o/o)
dari total produksi yang ada di Bali. Oleh karena
itu pula, sejak dahulu Kabupaten Tabanan mendapat
sebutan iumbung padi bagr Provinsi Bali. Permasalahan
yang dihadapi petani maupun para pelaku agribisnis
pmgm, khususnya beras sampai saat ini antara lain: ( 1)
panen raya yang terjadi s.eringkali bersamaan dengan
datangnya musim hujan (2) teriadinya masalah klasik
dimana harga komoditi pangan khususnya beras akan
turun pada musim panen tiba, sehingga petani menerima
nilai tukar yang rendah.
Saat ini, sistem lumbung sebagai pusat cadangan
pangan pedesaan semakin sulit ditemukan. Kemungkinan
alasannya adalah: ( 1) semakin kecilnya ulcuran usahatani

dan semakin merosotnya nilai tukar petani sehingga
tak dapat lagi menyisihkan sebagian produksinya untuk
disimpan di lumbung desa; (2) berubahnya sistem

panenan dari cara gotong-royong menjadi sistem
tebasan (menjual padi di lahan) sehingga tak dapat
lagi rnenyimpan padi di lumtung; dan (3) adanya
lumbung naiional (nUlOC) yang dianggap dapat
menggantikan peran lumbung desa dengan asumsi
keberhasilan Indonesia untuk swasembada beras.
Tirmpaknya, BULOG hanya mampu sebagai stabilisator
harga dan tidak mampu menyerap prodtlai petani, juga
Udak cukup mampu mendistribusikan bahan pangan ke
desa tepat waktu dan iumlah (Sibuea, zo09).
Di masa mendatangr untuk menjamin Daa Mandiri
Pangan, yaitu desa yang masyarakatnya mempunyai
kemampuan untuk mewujudkan ketahanan Pangan
dan gizi melalui pengembangan subsistem ketersediaan,

subJistem distribusi dan subsistem konsumsi
dengan memanfaatkan sumberdaya setemPat secara

yaitu (1) mengintegrasikan subsistim produksi dan
produk

tanaman pangan yang dapat memperbaiki pendapatan
petani, (2) memasyarakatkan dan memperkuat sistim

lumbung pangan untuk meningkatkan nilai tambah
produk tinaman pangan dan ketahanan pangan, dan (3)
mengembangkan kerjasama kemitraan dengan pihak lain
untuk mengembangkan agribisnis tanaman Pangan.
Pembinaan lumbung desa yang sebelumnya top
down nampaknya perlu diubah dan lebih berdasarkan
pada kebuluhan masyarakat pedesaan (bottom up)
dan berbasis pada lembaga yang telah mengakar
pada masyarakat. Bahkary secara formai Pemerintah
melalui DPR telah mengeluarkan tIU No 9 Tahun
2006 tentang Sistem Reii Gudang (Zulfikar, 2008).
Sistem Resi Gudang ini merupakan bentuk lain dari
konsep lumbung desa yang berFungsi untuk mengelola
cadangan pangan dan stabilitas hargapangan. Sistem Resi

Gudang merupakan

b"gr*

dari sistem pemasaran dan

pembiayaan untuk mengarahkan petani mulai beradaptasi

dengan mekanisme pasar dan menggunakannya untuk
mendapatkan keuntungan dari selisih kenaikan harga
di pasar intemasional. Dengan demikiary beban atau

peranan pemerintah dalam menyediakan subsidi,
insentif, bantuan saprodi, operasi pasa4 dan Penerapan

harga pembelian pemerintah (HPP) semakin lama
semakin berkr.rang, kecuali untuk memenuhi kebutuhan
darurat. Dalam merespon gejolak pasar, petani akan
menyimpan komoditasnya di dalam gudang saat harga
iatuh, dan menjualnya saat harga membaik. Oleh karena
itu, konsep lumbung desa modem melalui Sistem Resi
Gudang sebagar sebuah pola pembinaan petani untuk
beradaptasi dan menggunakan mekanisme pasar menjadi

kebutuhan mendesak untuk inenjawab kebutuhan/ood
security di era pasar bebas serta menjawab tantangan

dan prospek pasar global bagi komoditas pertanian
lndonesia pada umumnya dan BaIi dan Tabanan pada
khususnya.

Tuiuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian bertujuan untuk mengetahui persepsi
masyarakat Kabupaten Tabanan terhadap kemungkinan
pengembangan lumbung desa. Keberadaan kelembagaan
pangan seperti halnya lumbung desa yang dibangun
dari masyarakat sebagai kelembagaan usaha yang
terintegrasi dalam satu kesatuan sistem ketahanan
pangan (ketersediaan, distribusi, aksesibilitas, dan

325

r

SOCA. .

VOLUME

9

NOMOR 3 TAHUN 2OO9

Akreditasi: No. t08/Dikri/Kep/2007, Tanggal 23 Agustus
2007

f;
ijit
1*i

,i
:i

konzumsi),sangat relevan dan mendesak dalam upaya
mensukseskan?rogram Peningkatan Ketahanan fangrn

di daerah. Meningkatnyakemampuan pengelolian
cadangan (s1ok)- pingan daerah, m"ropakJ., s"lah
satu sasaran ketahi

j:f ilL**I
pangan 20A6-2009 (Biro perekonomian

febijakan umum

#il

xffi"J#g"

\"*!**
Pembangunan

dan

propinsi Bah, ZOIil).
Sekretaris
faerah
pangan tersebut sebaiknya

drk";i*gl;

f:],"Tbrpr* yang telah
o"tl
mengakar pada masyarikat
l"Io"g1

melalul pemngkatan kapasitasnya sehingga nantinya

mamp,u bglperan-sebagailembaga pangan

mandiri, dan berkelanjutan.

iirg

tangguh,

_ Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi
Pemerintah Daerah untuk- memintapkan ketahanJn
melalui pengembangan kelembagaan pangan.
l*B*,Persepsi yang baik dari masyarakat menj"adi referEnsi

yang larat bagr

kelutfian pengemb*g*Lt"-U"g"".,
untuf meningkaikan

pangan berupa lumbung desa

ketahanan pangan rumah--tangga perdesaan

reliabilitas digunakan urh+ mengetahui sejauhmanx
kuesioner tersebut dapat diperca:ya dan air"dJioi
t:figg alat ukur. Untui< pengujian valiat", f.""riorfr
dilakukan perhitungan klrefisi antara masins_masino
pertanyaan atau pemyataan dengan skor
totai a""*t
menggunakan rumus teknrk korjasi product
*";e;.'

N(Zr )-(Ix>y)

,=
dimana

r

adalah nilai korelasi product momoent,
X
pertaiyaan atau pemyataan,
391*
:1.r,-asing-masing
-r adalah skor total, Xf adalah skor masing-masino
p:.t1,yiT atau pernyataan dikalikan skor titaf dai

'J,Xilfr

1H'#""T5*dq"t1i#ffiT],Ul
I %), berarti pertanyaan

atau O,7 65 (tarafsignifikansi

pernyataan tersebut

_valid _atau

atau

konsisten 1Si"g"ri."Uun

19s9). Untuk uji reliabfitas Aplfifr ;[rik
,dT,Et"d,,
belah dua, yaitu
dengan mengelompokkan pertanyaan

atau pernyataan menjadi dua kelompo'k/belahan

(bemgmgJ ganjil dan genap) dengan syarat kuesioner
yang diuji haruslah
-"."iUtA *f,"i banyakpert;y;;
atau.pernyataan, y_aitu sekitar 50_60 item. 'Skor

METODOLOGI

Lokasi penelitian dipilih secara purposif di Z (dua)
,kecamatan
p,".t:T" (nomor ganjil) dikorelasikan
:,:"lT
yang masing-masing rr,"i.rp"ka.r r"rrtr" skor
total belahan kedua (nomor genap)

produksipadi terbesar dan-terkecil ii Kabuiaten Thbanan
serta terdapat rumah-tangga yang masih menggunakan

p"di;. l:lani;tnya, iada masinfrmasing
l_lTb"lg
kecamatan juga dipilih secara

puqposif sebanyaklsatu desl
sentra produksi padi dan terdapat desa pakraman

):b"g"i
qctesa adat)

yang memiliki LpD serta terdapit rumah_
,,1"993 yang menggu+"I lumbung padi.
Selanjutnya
di setiap desa akan dilakukan pemilih"n sampel
,"."r,
non proportional random sampling sebanyak
3O sampel

rumah, tangga yang memiti^ki

Iimbung padi dan 30
rumatr-tangga.
ti{ak
memiliki lumbung.
flry d"THT: l,*{ahrynq
Irenq
seluruh sampel harapan dalai
:r

penelitian ini adalah 120 rumah tangga yang
ferdiri atas

9l ya}'r

tangga

yang.".,gg.r.,rk i-I.,mb,ing padi d"n

oU;umah-tangga

tidak memiliki lumbring padi.
dalam studi ini
_ .Drt dan
Trngdikumpulkan
-"lip',rii d"t"
pnmer
data sekunder. Data primer dikumpulkan
dengan_ metode suryey
-".rggurirk* kuesion& yang
hiit
terlebih-dah"lu
( ii.,ga rimbu
l"-! oft:"qi,
9,p "Ir
yang
primer
dikimpulkan
.1989)..Data
1il studi ini
dalam
adalah (I) karakieris-tik responden,
dan (2).persepsi masyarakar yang
it"k ; d*i;ifik;i
pengetahuan dan sikapnya- t"rhiarp
bentuk
yang_

i

IT

,rrit

bentuk fisik dan strukiur, fungsi, bisis pengelolaan,
",

r8anlas a1i p engelola,.d an sumb ei
p erm o dal an iu mb un g
!
desa. Data sekunder diperoleh dariberbagai
institusi

referensi, diantaranya dari Kantor

atau

Desi

Badan pusat

Bali, dan hasil studi lumbung desa
:llti,str.k,Propinsi
ctan ketahanan pangan lainnya. Selanjutnya,
kueiioner
untuk mengumpulkan data primer
ITq {,p:rglrkg
,"11",?,h dahulu. diuji validitas Jan ieliabilttasnya.
Nilai

validitas menunjukkan sejauhmana kuesioner
itu mampu
mengukur sesuatu yang ingin diukur, sedangkan
niiai

dengan tekirik

korelasi product moment:
a

N(Zx

r=

iotal

dengan

)-