Sejarah Pendidikan Bahasa Arab di mesir

SEJARAH PENDIDIKAN BAHASA ARAB
DI MESIR
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah: Sejarah Pendidikan Bahasa Arab
Dosen Pengampu : Dr. Sembodo Ardi Widodo, M.A

Disusun:
JAMALUDDIN SHIDDIQ
1420411139
PBA-A

PRODI PENDIDIKAN ISLAM
KONSENTRASI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2014

1

SEJARAH PENDIDIKAN BAHASA ARAB DI MESIR
A. PENDAHULUAN

Bahasa Arab adalah bahasa yang masuk dalam sub-rumpun bahasa semit dari rumpun
Hamito-Semit. Bahasa ini termasuk dalam bahasa klasik yang paling luas penggunaannya di
dunia ini dari pada bahasa-bahasa klasik lainnya, seperti bahasa Latin, bahasa Sansekerta,
bahasa Ibrani, dan bahasa lainnya. Setiap bahasa digunakan oleh orang yang termasuk dalam
suatu masyarakat bahasa. Masyarakat bahasa Arab adalah semua orang yang merasa memiliki
dan menggunakan bahasa Arab. Bahasa-bahasa yang ada di Mesir jika ditinjau dari formalitas
sebuah bahasa, dalam hal ini bahasa Arab maka terbagi menjadi dua bentuk, yakni: bentuk
bahasa Arab klasik (fuschā) dan bentuk bahasa Arab ragam cakapan (‘Āmmiyyah). Keadaan
ini sudah umum terjadi di setiap negara yang menggunakan bahasa Arab. Bahasa Arab yang
memiliki sejarah panjang berkembang secara cepat seiring kedatangan Islam abad ke-enam
Masehi dan mengalami berbagai fase kebahasaan yang membuatnya memiliki sekian banyak
variasi dan dialek.
B. SEJARAH PENDIDIKAN DI MESIR
Secara historis, modernisasi pendidikan di Mesir berawal dari pengenalan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi Napoleon Bonaparte pada saat penaklukan Mesir . Kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang dicapai Napoleon Bonaparte yang berkebangsaan
Perancis ini, memberikan inspirasi yang kuat bagi para pembaharu Mesir untuk melakukan
modernisasi pendidikan di Mesir yang dianggapnya stagnan. Diantara tokoh-tokoh
pembaharu tersebut adalah Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Muhammad Ali
Pasha. Dua yang terakhir, secara historis, kiprahnya paling menonjol jika dibandingkan

dengan tokoh-tokoh yang lain.
Sejarah modernisasi pendidikan di Mesir sangat lekat dengan gerakan pembaharuan
Islam. Hal ini karenakan, sebagaimana ungkap Esposito, hampir seluruh pelaku-pelakunya
adalah tokoh-tokoh pembaharu agama. Diantara tokoh-tokoh tersebut adalah Hasan al-Banna,
Rasyid Ridha, Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh, Muhammad Ali Pasha, dan yang
lainnya.
Secara historis, kesadaran pembaharuan dan modernisasi pendidikan di Mesir
berawal dari datangnya Napoleon Bonaparte di Alexandria, Mesir pada tanggal 2 Juli 1798
2

M. Tujuan utamanya adalah menguasai daerah Timur, terutama India. Napolen Bonaparte
menjadikan Mesir , hanya sebagai batu loncatan saja untuk menguasai India, yang pada
waktu itu dibawah pengaruh kekuasaan kolonial Inggris. Konon, kedatangan Napolen ke
Mesir tidak hanya dengan pasukan perang, tetapi juga dengan membawa seratus enam puluh
orang diantaranaya pakar ilmu pengetahuan, dua set percetakan dengan huruf latin, Arab,
Yunani, peralatan eksperimen (seperti: teleskop, mikroskop, kamera, dan lain sebagainya),
serta seribu orang sipil. Tidak hanya itu, ia pun mendirikan lembaga riset bernama Institut
d’Egypte, yang terdiri dari empat departemen, yaitu: ilmu alam, ilmu pasti, ekonomi dan
polititik, serta ilmu sastera dan kesenian. Lembaga ini bertugas memberikan masukan bagi
Napoleon dalam memerintah Mesir . Lembaga ini terbuka untuk umum terutama ilmuwan

(ulama’) Islam. Ini adalah moment kali pertama ilmuwan Islam kontak langsung dengan
peradaban Eropa, termasuk Abd al-Rahman al-Jabarti. Baginya perpustakaan yang dibangun
oleh Napoleon sangat menakjubkan karena Islam diungkapkan dalam berbagai bahasa dunia.
Menurut Joseph S. Szy Liowics, untuk memenuhi kebutuhan ekspedisinya, Napoleon
berusaha keras mengenalkan teknologi dan pemikiran modern kepada Mesir serta menggali
Sumber Daya Manusia (SDM) Mesir dengan cara mengalihkan budaya tinggi Perancis
kepada masyarakat setempat. Sehingga dalam waktu yang tidak lama, banyak diantara
cendekiawan Mesir

belajar tentang perpajakan, pertanian, kesehatan, administrasi, dan

arkeologi.
Ekspedisi Napoleon ke Mesir membawa angin segar dan perubahan signifikan bagi
sejarah perkembangan bangsa Mesir, terutama yang menyangkut pembaharuan dan
modernisasi pendidikan di sana. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi Perancis banyak
memberikan inspirasi bagi tokoh-tokoh Mesir untuk melakukan perubahan secara mendasar
sistem dan kurikulum pendidikan yang sebelunya dilakukan secara konvesional. Diantara
tokoh yang mendapatkan inspirasi tersebut adalah Muhammad Ali Pasa dan Muhammad
Abduh. Dua tokoh ini, secara historis, kiprahnya paling menonjol jika dibandingkan dengan
tokoh-tokoh yang lain. Berdasarkan asumsi tersebut, artikel ini akan mengkaji keterlibatan

keduanya dalam melakukan usaha pembaharuan dan modernisasi pendidikan di Mesir secara
berurutan.

3

C. STRUKTUR DAN JENIS PENDIDIKAN
1. Sistem Pendidikan Formal
Sistem pendidikan Mesir mempunyai dua struktur parallel:struktur sekuler
dan struktur keagamaan Al-Azhar. Struktur sekuler diatur oleh Kementerian
Pendidikan. Struktur Al-Azhar dilaksanakan oleh kementerian Agama di negaranegara lain. Selain dari kedua struktur ini, ada pula jenis sekolah yang diikuti
sejumlah kecil anak-anak. Misalnya, anak cacat masuk ke sekolah-sekolah khusus,
bagi yang ingin menjadi militer msuk ke sekolah militer, dan ada pula genrasi muda
yang meninggalkan sekolahnya dan mendaftar pada program-program nonformal
yang diselenggarakan oleh berbagai badan atau lembaga.
Berdasarkan Statistik tahun 1988, hanya 92% anak-anak pada umur tertentu
yang masuk sekolah. Hanya 62% anak-anak kelompok kelompok umur sekolah
menengah yang masuk ke sekolah menengah (Grades 6-11).Tetapi, dari 92% anakanak yang masuk sekolah, 3,6% diantaranya masuk jalu Al Azhar
2. Sistem Sekolah Sekuler
Pendidikan wajib di Mesir


berlaku sampai Grade 8 yang ingin dikenal

sebagai pendidikan dasar. Ada pendidikan taman kanak-kanak dan play group yang
mendahului pendidikan dasar, tapi jumlahnya sangat kecil dan kebanyakan berada di
kota-kota. Pendidikan dasar ini dibagi menjadi dua jenjang. Jenjang pertama yang
dikenal denga “Sekolah Dasar” mulai dari “Grade” 1 samapai “Grade”5 , dan
jenjang kedua, yang dikenal dengan “Sekolah Persiapan”, mulai dari “Grade 6”
samai”Grade” 8. Sekolah persiapan ini baru menjadi pendidikan wajib dalam tahun
1984, sehingga nama”Sekolah Persiapan” tidak tepat lagi.
Setelah mengikuti pendidikan dasar selama delapan tahun, murid-murid unya
empat pilihan:tidak bersekolah lagi, memasuki sekolah menengah umum,memasuki
sekolah tekhnik menengah tiga tahun, atau memasuki sekolah tekhnik lima tahun.
Pada sekolah umum tahun pertama (Grade 9) adalah kelas pertama pada Grade 10
murid harus memilih murid harus memilih antara bidang sains dan non sains (IPA vs
Non IPA) untuk Grade 10 dan 11.
Pendidikan tinggi di universitas institusi spesialisasi lainya menikuti
pendidikan akademik umum. Pendidikan pada sebagian lembagaa pendidikan tinggi

4


berlangsung selama dua, empat atau lima tahun tergantung pada program dan bidang
yang dipilih. Semenjak tahun 1951 sebagaian tamatan sekolah tekhnik dibolehkan
melanjutkan ke pendidikan tinggi.Pada level pendidikan tinggi, setruktur sekuler
mempunyai 220 fakultas dan intitusi pendidikan lainnya dengan 16.000 staf pengajar
dan 695.736 mahasiswa.
3. Sistem Sekolah Al-Azhar
Sistem sekolah ini hampir sama dengan sistem sekolah sekuler, yaitu ada
tingkatan sekolah dasar. Perbedaannya ialah bahwa pendidikan agama Islam lebih
mendapat tekanan. Tetapi, untuk mata pelajaran kurikulumnya seperti pada sistem
sekolah sekuler.Grade 10 dan Grade 11 sama untuk semua murid. Pada akhir Grade
11, murid boleh memilih apakah ingin masuk ke sekolah umum dua tahun lagi atau
masuk ke sekolah agama selama dua tahun.
Pada level universitas fakultas-fakultasnya sama dengan yang ada pada
pendidikan sekuler tetapi kurikulumnya lebih menekankan kepada keagamaan.
Selanjutnya, seluruh pendidikan guru untuk pendidikan keagamaan hanya
diselenggarakan dalam lingkungan sistem Al-Azhar. Sekolah-sekolah Al Azhar lebih
sedikit muridnya dibandingkan dengan jumlah murid sekolah sistem sekuler. Pada
tahun1988, prosentase murid pada sekolah Al-Azhar hanya 3,6% dari seluruh murid
dalam sistem sekuler. Pada tingkat pendidikan tinggi, jumlah mahasiswa pada jalur
Al-Azhar adalah 14,3% dari jumlah mahasiswa pada kedua jalur pada tahun 1988

lebih besar jumlah tamatan dari jalur Al-Azhar yang masuk ke pendidikan tinggi
dibandingkan dengan tamatan sistem sekolah sekuler. Perlu dicatat bahwa bahwa
pendidikan tekhnik pada sistem Al-Azhar
4. Pendidikan Vokasional dan teknik
Upaya untuk memperluas pendidikan tujaun (Vokasional) dan pendidikan
teknik dimulai tahun 1950 an. Jumlah sekolah vokasional dan teknik meningkat dari
134 (dengan 310.800 siswa) dalam tahun 1952 menjadi 456 buah (dengan siswa
115.600) dalam tahun 1960. Antara 1970 dan 1988 jumlah siswa ada kedua jenis
sekolah ini naik dari 275.300 orang menjadi 978.800. ini berarti kenaikan 19% dan
40% ada kedua periode tersebut.

5

Pada tahun 1988, Mesir memilki 563 buah sekolah vokasional dan teknik
yang berarti 48,7% dari seluruh sekolah yang ada. Jumlah murid pada sekolahsekolah ini melampai jumlah sekolah menengah umum. Pada sekolah vokasional
dan teknik pada tahun 1988 jumlah murid adalah 759.700 orang, sedangkan jumlah
murid sekolah menengah umum 564.688 orang. Jumlah murid wanita yang terdaftar
pada sekolah vokasional dan tekhnik meningkat cukup tinggi pada tahun 1970.
Pada tingkat pendidikan tinggi,dalam tahun 1988, terdaat 34 institut
tekhnik dengan jumlah mahasiswa 59.400 berdaarkan catatan the national center for

educational recarce. Ini sama dengan 7,5% dari total mahasiswa pendidikan tinggi.
Jumlah guru sekolah menengah vokasional dan teknik naik dari 130.700 orang
( 14% wanita ) tahun 1970 menjkadi 42.800 orang (26% wanita) tahun 1987 yang
berarti 23,6% dan 28,7% dari guru-guru sekolah menengah walaupun jumlah siswa
vokasional dan teknik naik cukup besar namun rasio murid-guru bertambah kecil
dari 20:1 mejadi 8:1 pada eriode 1970 – 1988. Pada level pendidikan tinggi staf
pengajar pada institusi teknik pengaja berjumlah 690 orang dalam tahun 1988, yaitu
4,3% dari seluruh staf pengajar pendidikan tinggi.
5. Pendidikan Nonformal
Pendidikan

Nonformal

didefinisikan

sebagai

serangkaian

kegiatan


pendidikan terencana diluar sistem pendidikan ini dimaksudkan untuk melayani
kebutuhan pendidikan bagi kelompok-kelompok orang tertentu apakah itu anakanak,generasi muda, atau orang dewasa; apakah mereka laki-laki atau perempuan,
petani, pedagang, atau pengrajin; apakah mereka dari keluarga orang kaya atau
keluarga miskin. Di Mesir , pendidikan nonformal terutama dikaitkan dengan
penghapusan ilistrasi. Dengan demikian, kebanyakan program lebih dikonsentarikan
pada pendidikan nonformal ada dalam asfek itu. Berdasakan hasil sensus 1960
Mesir, 70% diatas usia 10 tahun adalah buta hurup. Dalam tahun 1976, Mesir
mencatat 13,6 juta orang dewasa (diatas 15) yang buta hurup atau 61,8% dari total
penduduk orang dewasa pada tahun 1986 jumlah itu malah meningkat maenaji 17,2
juta orang, tetapi persentasenya menurun menjadi 49,9%.
Tingkat iliterasi wanita lebih tinggi dari tengkat iliterasi pria. Pada tahun
1976,77,6% wanita dewasa Mesir tidak dapat menulis dan membaca sedangkan pria

6

dewasa hanya 46,4%. Tahun 1986, persentase itu menurun menjadi 61,8 wanita, dan
37,8% pria.1
D. KURIKULUM DAN METODOLOGI PENGAJARAN
Di Mesir, kurikulum adalah hasil pekerjaan tim. Tim kurikulum terdiri dari konsultan,

suervisor, para ahli, para profesor pendidikan, dan guru-guru yang berpengalaman. Biasanya
ada sebuah panitai untuk setiap mata pelajaran atau kelompok pelajaran, dan ketua-ketua
panitia ini diundang rapat sehingga segala keputusan daat di koordinasikan. Kurikulum yang
sudah dihasilkan oleh panitia diserahkan kepada Dewan Pendidikan Pra universtias yang
secara resmi mengesahkan untuk diimplementasikan. Berdasarkan peraturan, kurikulum apat
diubah dan disesuaikan untuk mengakomodasikan kondisi setempat atau hal-hal khusus.
Pusat Penelitian pendidikan Nasional bertanggung jawab mengumpulkan informasi
mengenai materi pengajaran berdasarkan kurikulum dan mengenai implementasinya
dilapangan. Hasil penelitian itu disalurkan ke dewan kesekretariatan dan apabila diperlukan
perubahan, sebuah penelitian dibentuk dan dibagi tugas untuk mempelajarinya dan
merumuskan perubahan-perubahan itu. Sejumlah besar besar supervisor konsultan dari semua
level bertemu secara reguler dengan guru-guru guna memberikan bimbingan dan untuk
mengumpulkan informasi. Ada berbagai pusat latihan, sekolah percobaan, dan sekolah
percontohan, yang bertujuan untuk pembaharuan kurikulum serta perbaikan metode
mengajar. Garis besar kurikulum ditentukan sebuah tim kecil mirip dengan tim yang
diterangkan diatas dibentuk untuk menulis buku teks. Buku tes menurut kurikulum tidak
persis saama dengan kurikulum yang dilaksanakan. Perbedaannya disebabkan oleh faktor
seperti kondisi kelas, kurangnya alat peraga dan perlengkapan lainnya, dan kualitas guru
bertentangan dengan apa yang digariskan dalam kurikulum, kebanyakan pengajaran masih
berorientasi verbal.

Materi pelajaran disiapkan oleh berbagai badan atau lembaga-lembaga termasuk
anitia kurikulum dari semua jurusan ara akademisi dan asosiasi guru mata pelajaran.Pada
umumnya sekolah dan masing-masing guru mempunyai kebebasan yang aga luas dalam
memilih materi pelajaran.2
E. UNIVERSITAS AL-AZHAR
1 http://uusahmadhusaini.blogspot.com/2011/11/sistem-pendidikan-negara-mesir.html, diakses pada
hari Selasa, 21 Oktober 2014, pada pukul 13.00 WIB
2 http://uusahmadhusaini.blogspot.com/2011/11/sistem-pendidikan-negara-mesir.html, diakses pada
hari Selasa, 21 Oktober 2014, pada pukul 13.00 WIB.

7

Perjalanan panjang Al-azhar yang kini jelang usia 1037 tahun perhitungan masehi
atau 1069 tahun penanggalan hijriah memang menarik di simak. Sejak di bangun pertama kali
pada 29 jumadal ula 359 H.(970 M.) oleh panglima Jauhar Ash-shiqili lalu dibuka resmi dan
shalat jum’at bersama pada 7 Ramadhan 361 H. Lembaga besar yang mulanya sebuah masjid
ini bagai tak pernah lelah membidani kelahiran para ulama dan cendekiawan muslim. “masjid
sekaligus institusi pendidikan tertua,” itulah penghargaan sejarah buatnya.
Kelahiran Al-azhar tak bisa dipisahkan dari peran dinasti fathimi yang kala itu
dipimpin oleh khalifah mu’iz li dinillah Ma’ad bin Al-Mansur (319-365 H./931-975 M.),
khalifah keempat dari dinasti Fathimiyah. Jauh sebelumnya ketika islam mulai menyebar
kemesir (641 M.) dimasa khalifah Umar bin Khatab, pendidikan islam formal sebenarnya
telah berjalan sejak berdirinya masjid pertama di Afrika.
Sudah menjadi suatu kaedah tak tertulis bahwa peradaban islam disuatu daerah selau
di kaitkan dengan peran masjid Jami'(masjid negara) di kawasan tersebut. Hal ini mungkin di
ilhami dari kerja nyata rasul S.A.W, ketika hijrah ke Madinah, Tugas pertama yang yang
beliau lakukan adalah membamgun masjid nabawi. Ini menandakan peran masjid yang tidak
hanya terbatas dengan kegiatan ritual semata. Tapi lebih dari itu, masjid adalah sentral
pemerintahan islam, sarana pendidikan, mahkamah, tempat mengeluarkan fatwa, dan
sebagainya.
Hal inilah yang kemudian dilakukan oleh ‘Amru bin ‘Ash ketika menguasai wilayah
mesir. atas perintah khalifah umar, panglima Amru bin ‘Ash mendirikan masjid pertama di
afrika yang kemudian dinamakan masjid ‘Amru bin ‘Ash di kota fushtat, sekaligus menjadi
pusat pemerintahan islam mesir pada waktu itu. Selanjutnya dimasa dinasti Abbasiyah, ibu
kota pemerintahan ini berpindah lagi ke kota yang di sebut al-Qatha’i dan di tandai dengan
pembangunan sebuah masjid bernama Ahmad bin Thoulun.
Masa demi masa berlalu, pemerintahanpun silih berganti. Tiba era Daulah Fathimiyah
(385 H./969 M.) ibu kota mesir berpindah kedaerah baru atas perintah khalifah Al-Mu’iz li
Dinillah yang menugasi panglimanya, Jauhar Ash-Shiqili, untuk membangun pusat
pemerintahan. Setelah melalui tahap pembangunan, daerah ini dinamai kota al-Qahirah.
Sebagaimana sejarah islam masa lalu, setiap berganti daulah selalu di tandai dengan
pembangunan masjid di pusat ibu kota. Sehingga kurang setahun kemudian, beriringan
dengan pembangunan kota al -Qahirah didirikan pula sebuah masjid bernama jami’ah Al-

8

Qahirah (meniru nama ibu kota ). Seluruhnya masih dalam penanganan panglima Jauhar
Ash-Shiqili.
Pada masa khalifah Al-‘Aziz Billah, sekeliling jami’ Al-Qahirah dibangun beberapa
istana yang disebut al-Qushur az-Zahirah. Istana-istana ini sebagian besar berada di sebelah
timur (kini sebelah barat husein), sedangkan beberapa sisanya yang kecil di sebelah barat
(dekat masjid al -azhar sekarang), kedua istana dipisahkan oleh sebuah taman nan indah.
keseluruhan daerah ini dikenal sengan sebutan “Madinatul Fathimiyin al- Mulukiyah”.
kondisi sekitar yang begitu indah dan bercahaya ini mendorong orang menyebut jami’alQahirah dengan sebutan baru, Jami’ Al-Azhar (berasal dari kata Zahra’ artinya : yang
bersinar, bercahaya, berkilauan).
Para khalifah jauh-jauh hari menyadari bahwa kelanjutan al-Azhar tidak lepas dari
segi pendanaannya. Oleh karena itu setiap khalifah memberikan harta wakaf baik dari
kantong pribadi maupun kas negara. Penggagas pertama wakaf bagi al-Azhar dipelopori oleh
Khalifah Al-Hakim bin Amrillah, lalu diikuti oleh para khalifah berikutnya serta orang-orang
kaya setempat dan seluruh dunia Islam sampai saat ini -harta wakaf tersebut kabarnya pernah
mencapai sepertiga dari kekayaan Mesir. Dari harta wakaf inilah roda perjalanan al-Azhar
bisa terus berputar, termasuk memberikan bea siswa, asrama dan pengiriman utusan al-Azhar
ke berbagai penjuru dunia . Dari masjid ‘Amru bin ‘Ash dan Ahmad bin Thoulun, perlahan
poros pendidikan berpindah ke al-Azhar.3
Pada abad XXI ini, Al-Azhar mulai memandang perlunya mempelajari sistem
penelitian yang dilakukan universitas di Barat, dan mengirim alumni terbaiknya untuk belajar
ke Eropa dan Amerika. Tujuan pengiriman itu adalah untuk mengikuti perkembangan ilmiyah
di tingkat international sekaligus upaya perbandingan dan pengukuhan pemahaman islam
yang benar. Cukup banyak duta Al-Azhar yang berhasil yang berhasil meraih gelar Ph.D dari
universitas luar tersebut, diantaranya adalah syaikh DR. Abdul Halim Mahmud, syaikh DR.
Muhammad AL-Bahy, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Sebelumnya, pada tahun 1930, keluar undang-undang nomor 49 yang mengatur Alazhar mulai dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi dan membagi universitas Al-azhar
menjadi 3 fakultas,yaitu : Syari’ah, ushuluddin, dan bahasa arab.

3 http://marhamahsaleh.wordpress.com/category/mesir-selayang-pandang/, diakses pada hari Sabtu, 25
Oktober 2014, pada pukul 13.00 WIB

9

Fakultas induk Ayari’ah wal Qanun (hukum international) di Kairo merupakan
bangunan pertama yang berdiri pada tahun 1930. Semula bernama fakultas Syari’ah , lalu
pada tahun 1961 dirubah menjadi nama seperti sekarang. Fakultas induk Ushuluddin dan
bahasa arab di cairo juga didirikan pada tahun 1930, penjurusannya diatur kembali pada
tahun 1961. Fakultas Da’wah islamiyah didirikan dengan keputusan presiden (keppres)
nomor 380 tahun 1978 yang di keluarkan pada 16 Ramadhan 1398 H. bertepatan dengan 20
agustus 1978). Fakultas Dirasat islamiyah wal Arabiyah memulai kuliahnya tahun 1965
sebagai salah satu jurusan dari faklultas Syari’ah. pada tahun 1972 keluar keppres nomor 7
yang menjadikan fakultas ini sebagai lembaga tersendiri dengan nama (Ma’had Dirasat Alislamiyah wal Arabiyah (Institute of Islamic and Arabic Studies ). Namun, pada 1976 keluar
keppres No: 299 yang kembali menjadikan institut ini sebagai fakultas tersendiri, dengan
jurusan :Ushuluddin, Syari’ah Islamiyah, Bahasa arab dan Sastra arab.
Angin pembaharuan kembali berhembus di Al-azhar pada 5 Mei 1961 dimasa
kepemimpinan syaikh Mahmud Syaltout. Peran Syaikh Al-azhar di ciutkan menjadi jembatan
simbolis sehingga kurang mempunyai pengaruh langsung terhadap lembaga pendidikan yang
berada di bawah pimpinanya. Undang-undang revolusi Mesir no:103 tahun 1961. undangundang ini memberikan kemungkinan besar perubahan srtukturil pendidikan di Al-azhar,
sehingga di antaranya membolehkan lulusan SD atau SMP Al-azhar untuk melanjutkan
studinya ke SMP atau SMA milik departemaen pendidikan, atau sebaliknya. dalam ruang
lingkup pendidikan tinggi, disamping fakultas-fakultas keislaman, ditambahkan lagi fakultas
baru seperti: Tarbiyah, Kedokteran, Perdagangan, ekonomi, sains, pertanian, teknik, farmasi,
dan sebagainya. Juga dibangun khusus fakultas untuk mahasiswi (kuliyatul banat) dengan
berbagai jurusan.4
F. TEMPAT PENGAJARAN BAHASA ARAB DI MESIR
Berikut adalah lembaga yang terkenal dalam pusat studi pengajaran bahasa arab di
Mesir:
1. Al-Azhar University (Pusat Pendidikan bahasa Arab untuk asing)
untuk menentukan tingkat kompetensi pelamar dalam belajar bahasa Arab,
diadakan tes kempetensi dasar tentang kebahasaaraban, kemudian para pelamar
dibagi menjadi tuju.h tingkat kelas sesuai hasil tes dasar (A1 - A2 - B1 - B2 - C1 4 http://marhamahsaleh.wordpress.com/category/mesir-selayang-pandang/, diakses pada hari Sabtu,
25 Oktober 2014, pada pukul 13.00 WIB

10

C2 - Pendahuluan). Pihak kampus menggunakan hasil tes akhir pada tingkat ini
untuk mengukur kinerja siswa sesuai dengan keterampilan mendengarkan, berbicara,
membaca, menulis, interaksi dan partisipasi. Panitia Pusat akan memberikan
sertifikat dari Departemen Pendidikan Tinggi setelah selesai studi.
Program pusat untuk mengajar bahasa Arab sebagai bahasa asing:
a)

b)

Program tahun ajaran:
1) Kursus dimulai pada bulan Oktober dan berakhir pada bulan Mei.
2) The Program 300 jam total (rata-rata 4 hari per minggu / 3 jam per
hari).
Kursus musim panas:
3) Program (a) dimulai pada bulan Juni dan berakhir pada bulan Juli.
4) Program (b) dimulai pada bulan Agustus dan berakhir pada bulan
September.
5) Jam belajar adalah 200 jam (rata-rata 5 hari per minggu / 5 jam
sehari) untuk satu program.

2. Fajr Pusat
Lembaga ini didirikan pada tahun 1995.- Mendukung dalam pengajaran
bahasa arab dengan buku "Arabic between Your Hands ". Lembaga ini memiliki
buku yang laris manis di pasaran Mesir. Apakah agen tunggal untuk penjualan buku
ini di Republik Arab Mesir. Selain itu, lembaga ini menyediakan perumahan bagi
siswa dan memberikan visa bagi mahasiswa yang sedang belajar di sana. Lembaga
ini berafiliasi dengan Departemen Pendidikan dan Republik Arab Mesir. Lembaga
ini memiliki tiga cabang di Kairo, satu di Dokki - Kairo, kota Nasr - Kairo, dan
Ma'adi, Kairo.
3. Nile Arab
kurikulum pengajaran bahasa arab ddi lembaga ini telah disusun dari
beberapa buku oleh sekelompok guru di pusat bahasa. Pusat bahasa sendiri
berafiliasi dengan Departemen Pendidikan dan Republik Arab Mesir, Sebagian besar
mahasiswa di lembaga ini adalah pendatang Turki yang berasal dari Asia Timur.
Lembaga ini terletak di kota Nasr, Kairo.
4. Al-Ibaanah Arabic centre
Lembaga ini kadang-kadang memilih untuk mengajar bagian pertama dari
"al-Kitab al-Asasi" untuk tingkat dasar, dan memiliki Kurikulum sendiri Pusat ini
11

juga memberikan pelajaran dalam konservasi dan Qur'an tajwid, yang berada di
bawah manajemen warga AS dan melayani sebagian besar peserta berkebangsaan
Perancis, Amerika dan orang-orang dari Asia Timur. Lembaga ini terletak di kota
Nasr, Kairo.5
G. KESIMPULAN
Demikian makalah yang disampaikan. Dari paparan diatas, kita dapat menarik
kesimpulan bahwa, sejarah pendidikan di mesir dimulai dari pengenalan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi Napoleon Bonaparte pada saat penaklukan Mesir. Selanjutnya
kemajuan ini, memberikan inspirasi yang kuat bagi para pembaharu Mesir untuk melakukan
modernisasi pendidikan di Mesir yang dianggapnya stagnan. Diantaranya adalah Jamaluddin
al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Muhammad Ali Pasha.
Kemudian, struktur dan jenis pendidikan di mesir terbagi menjadi empat bagian,
yaitu: 1) Sistem Pendidikan Formal, 2) Sistem Sekolah Sekuler, 3) Sistem Sekolah Al-Azhar,
dan 4) Pendidikan Vokasional dan teknik.
H. PENUTUP
Demikian tulisan yang dapat disjaikan oleh penulis, mohon maaf sekaligus kiritik dan
saran untuk perbaikan tulisan ini selanjutnya. Terima kasih dan wallahu a’lam.

DAFTAR PUSTAKA
http://uusahmadhusaini.blogspot.com/2011/11/sistem-pendidikan-negara-mesir.html,
diakses pada hari Selasa, 21 Oktober 2014, pada pukul 13.00 WIB.
http://marhamahsaleh.wordpress.com/category/mesir-selayang-pandang/,
diakses
pada hari Sabtu, 25 Oktober 2014, pada pukul 13.00 WIB
http://www.earabiclearning.com/blog/2011/11/the-most-famous-institutes-to-teacharabic-in-egypt/, diakses pada hari Sabtu, 25 Oktober 2014, pada pukul 13.00 WIB

5 http://www.earabiclearning.com/blog/2011/11/the-most-famous-institutes-to-teach-arabic-in-egypt/,
diakses pada hari Sabtu, 25 Oktober 2014, pada pukul 13.00 WIB

12