View of PENGARUH SELF-MANAGEMENT EDUCATION TERHADAP PEMBERDAYAAN PASIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK (PPOK) DI RSUD WANGAYA DENPASAR
PENGARUH SELF-MANAGEMENT EDUCATION TERHADAP
PEMBERDAYAAN PASIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK (PPOK)
1)DI RSUD WANGAYA DENPASAR
Putu Wira Kusuma Putra1) Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Abstrak
PPOK merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas kronik di seluruh dunia. Tahun 2020 PPOK diprediksi sebagai penyebab kematian keempat di dunia. Pemberdayaa pasien untuk berpartisipasi aktif dibutuhkan dalam penanganan pasien PPOK. Akan tetapi, pemberdayaan pasien PPOK dalam mengelola penyakitnya masih rendah. Self management education merupakan salah satu intervensi untuk meningkatan pemberdayaan pasien. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh self management education terhadap pemberdayaan pasien PPOK. Penelitian ini menggunakan rancangan quasy experiment dengan pendekatan pre test and post test control group design.
Pengambilan sampel dengan teknik consecutive sampling yaitu sebesar 36 orang yang terdiri dari 18 kelompok perlakuan yang mendapatkan self management
education melalui media booklet dan 18 kelompok kontrol yang mendapat prosedur edukasi
yang berlaku di ruangan. Sampel diambil dari populasi pasien PPOK di Poliklinik paru RSUD Wangaya yang memenuhi kriteria inklusi. Data yang diambil meliputi karakteristik responden, pengetahuan, sikap, tindakan, kemampuan mengambil keputusan, self efficacy dan gejala PPOK. Data dikumpulkan dengan mengunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan uji
Paired t test, dan Mann whitney U test. Hasil uji statistik Mann Whitney U test menunjukkan
ada perbedaan komponen pemberdayaan (pengetahuan, sikap, tindakan, kemampuan mengambil keputusan dan self efficacy) antara kelompok perlakuan dan kontrol dengan p=<0,0001, sedangkan untuk gejala PPOK tidak terdapat perbedaan dengan p=0,713. Self management
education
efektif meningkatkan pemberdayaan pasien PPOK, tetapi belum efektif menurunkan gejala PPOK. Penelitian di tempat yang berbeda dengan responden yang lebih homogen dan waktu pengamatan yang lebih panjang perlu dikembangkan untuk penelitian selanjutnya Kata Kunci : Self Management Education, Pemberdayaan, Gejala PPOK.
Korespondensi : Br. Gede Anggungan, Lukluk, Mengwi. Mobile 087862306767, email : putuwirakusumaputra.com
CARING,
EFFECT OF SELF-MANAGEMENT EDUCATION ON EMPOWERMENT OF
PATIENT CHRONIC OBSRUCTIVE PULMONARY DISEASE (COPD) IN
WANGAYA DENPASAR
Abstract
COPD is a major cause of chronic morbidity and mortality throughout the world (GOLD 2015).
In 2020 COPD is predicted as the fourth leading cause of death. Empowering patients to
participate actively in the management of COPD patients are needed. Nervertheless, the
empowerment of COPD patients in managing the disease is still low. Self management
education is one of the interventions to increase patient empowerment. The purpose of this study
was to determine the effect of self-management education to the empowerment of patients with
COPD. The research method was quasy experiment with pre test and post-test control group
design. Consecutive sampling technique was applied consists of 36 respondents who are divided
into two groups. Each group consists of 18 respondents as treatment group were given self
management education through the booklet and 18 respondents as control group who received
standard education procedures in Polyclinic. Samples were taken from a population of patients
with COPD at lung Polyclinic in Wangaya Hospital who met the inclusion criteria. The data
which are taken included characteristics of respondents, knowledge, attitude, action, decision-
making capacity, self-efficacy and symptoms of COPD. Data were collected using
questionnaires and analyzed using Paired t test and Mann Whitney test. Statistical results of
Mann Whitney U test showed that there are differences in the components of empowerment
(knowledge, attitudes, actions, the ability to take decisions and self-efficacy) between treatment
and control groups with p = <0.0001, while for the symptoms of COPD, there is no difference
between treatment and control groups with p = 0.713. Self management education effectively
improve the empowerment of patients with COPD, but not effectively reduce symptoms of
COPD. Research on different places with respondents more homogeneous and a longer
observation time need to be developed for future research Keywords: Self-Management Education, Empowerment, Symptoms of COPDPendahuluan dan menjadi tantangan bagi dunia kesehatan
Penyakit Paru Obstruksi Kronik untuk dapat dicegah dan diobati. Data World
Health Organization
(PPOK) merupakan penyebab utama (WHO), menunjukkan morbiditas dan mortalitas kronik di seluruh bahwa lebih dari 3 juta orang meninggal dunia (GOLD, 2015). Seiring dengan karena PPOK pada tahun 2012, yakni sebesar meningkatnya prevalensi kejadian PPOK dan 6% dari semua kematian global tahun itu dan sifat penyakit PPOK yang kronik, fokus lebih dari 90% kematian PPOK terjadi di penanganan pasien PPOK bergeser negara berpenghasilan rendah dan menengah penekanannya dari pengobatan yang (WHO, 2014). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh petugas kesehatan profesional dilakukan di Poliklinik Paru RSUD Wangaya kini fokus pada pemberdayaan pasien untuk Denpasar ditemukan bahwa sebagian besar terlibat aktif dalam perawatan PPOK. Akan pasien menjalani rawat inap lebih dari sekali tetapi, pemberdayaan pasien PPOK dalam dalam setahun. Pasien hanya mengandalkan mengelola penyakitnya sampai saat ini masih obat-obatan yang diperoleh dari rumah sakit rendah. Hal ini bisa dilihat dari banyak pasien dan apabila obatnya sudah habis pasien PPOK yang harus berulang kali masuk rumah mengatakan kebingungan mengenai tindakan sakit karena keluhan masalah pernapasan apa yang mesti dilakukan untuk yang dialami. mempertahankan kondisinya. Selama ini
Pada tahun 2020 PPOK diprediksi edukasi yang diberikan di rumah sakit hanya sebagai penyebab kematian keempat di dunia, sebatas imbauan untuk menghindari faktor
CARING,
CARING,
risiko seperti merokok, asap berbahaya dan debu. Edukasi mengenai manajemen perawatan diri secara menyeluruh belum pernah diberikan. Intervensi manajemen diri membantu pasien dengan PPOK memperoleh dan melatih keterampilan yang mereka butuhkan untuk melaksanakan rejimen medis penyakit tertentu, memandu perubahan perilaku kesehatan dan memberikan dukungan emosional untuk memungkinkan pasien mengontrol penyakit mereka. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh self
management education terhadap pemberdayaan pasien PPOK.
Metode
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain quasi
experiment yaitu memberikan perlakuan atau
intervensi pada subyek penelitian kemudian efek perlakuan tersebut diukur dan dianalisis. Rancangan penelitian yang digunakan adalah dengan pendekatan pre test and post test with
control group design .
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien PPOK yang rawat jalan di Poliklinik Paru RSUD Wangaya Denpasar. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode non probability sampling melalui teknik Consecutive sampling, yaitu pemilihan sampel dengan menetapkan subjek yang memenuhi kriteria penelitian dimasukan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu sehingga jumlah responden yang diperlukan terpenuhi (Nursalam 2014). Besar sampel dalam penelitian ini berjumlah 18 orang pada kelompok perlakuan dan 18 orang pada kelompok kontrol. Penentuan sampel harus memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang terdiri dari kriteria inklusi: usia >40 tahun, pasien yang didiagnosa secara medis menderita PPOK oleh dokter spesialis paru dilihat dari rekam medis pasien terdiri dari hasil spirometri post-bronkodilator FEV1/FVC <0.70, gejala dyspnea progresif, batuk kronik, dan produksi sputum kronik, Pasien ppok dengan kondisi stabil dan kesadaran komposmentis dan kooperatif sedangkan kriteria eksklusi: Pasien sedang dalam keadaan nyeri, sesak atau keluhan lain yang mengganggu pasien, Pasien yang mengalami eksaserbasi dan indikasi rawat inap, menderita penyakit paru akibat infeksi seperti TBC dan pnemonia serta pasien dengan gangguan mental.
Variabel independen dalam penelitian ini adalah Edukasi mengenai manajemen perawatan diri (self management education) pada pasien PPOK Variabel dependen dari penelitian ini adalah pemberdayaan (empowerment) pasien PPOK, yang outputnya terdiri atas pengetahuan, sikap dan tindakan manajemen diri pasien PPOK, kemampuan pengambilan keputusan tentang perawatan pasien PPOK, self efficacy, dan gejala PPOK.
Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner Pengetahuan, sikap, tindakan, kemampuan mengambil keputusan, self-
efficacy menggunakan COPD self-efficacy questionnaire dan kuesioner COPD Assessment Test (CATs) penurunan gejala
PPOK serta media booklet untuk memberikan edukasi. Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Paru RSUD Wangaya denpasar dari bulan Februai-Mei 2016. Teknis penelitian: Responden pada kelompok intervensi menerima intervensi edukasi mengenai manajemen perawatan diri (self Management
Education ) dari peneliti di Poliklinik selama
60 menit. dengan menggunakan media booklet dilakukan tiap pasien secara individu yaitu satu persatu pasien yang melakukan kunjungan rawat jalan di Poliklinik Paru RSUD Wangaya Denpasar. Minggu keempat sampai dengan minggu keenam peneliti melakukan kunjungan rumah untuk mengukur pemberdayaan yang terdiri atas pengetahuan, sikap, tindakan manajemen diri, kemampuan mengambil keputusan, self-efficacy, dan status kesehatan yang dilihat dari penurunan gejala PPOK. Responden pada kelompok kontrol dikumpulkan selang satu hari setelah semua responden kelompok intervensi terpenuhi. Pasien PPOK yang rawat jalan di Poliklinik paru RSUD Wangaya Denpasar menjalankan prosedur edukasi yang berlaku di Poliklinik tersebut. Penelitian ini sudah dinyatakan laik etik sesuai dengan surat keputusan Komisi Etika Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar No: 234/UN.14.2/Litbang/2016.
Hasil
Tabel 2 Distribusi Rerata nilai sikap sebelum Analisis data menggunakan uji dan sesudah intervensi pada stastistik paired t test dan Mann whitney test kelompok perlakuan dan kontrol
Variabel N Rera SD P
untuk mengetahui pengaruh self management
- ta Va-
education terhadap indikator pemberdayaan lue
(pengetahuan, sikap, tindkan, kemampuan
Sikap Perlaku-
pengambilan keputusan, self-efficacy dan
an
penurunan gejala pasien PPOK pada
Pre test 18 38, 2,66 <0, kelompok perlakuan dan kontrol.
78 9 000
1 Tabel 1 Distribusi rerata nilai pengetahuan Post Test 18 45, 2,66
sebelum dan sesudah intervensi
83
2
pada kelompok perlakuan dan
Kontrol
kontrol
Pre test 18 38, 2,87 0,0 Variabel n Rera- SD P
44
4
07 Post Test 18 38, 3,02 ta va- lue
89
7 Kelom- Pengeta- Perlaku N Rera SD P
- -an
pok ta val huan Pre test 18 15,61 2,570 <0, ue 000 ∆ Sikap Perlaku-
18 7,0 0,99 <0, 1 (selisih) an 6 8 000 Post 18 20,06 1,211
1 Test Kontrol 18 0,3 0,60
Kon-
9
8 trol
Tabel 2 menunjukkan terdapat
Pre test 18 15,44 2,47 0,0
perbedaan sikap pasien PPOK antara pre test
9
03
dan post test pada kelompok perlakuan dan
Post 18 16,22 1,98
kelompok kontrol. Hasil uji statistik nilai
Test
7
delta (∆) atau selisih skor sikap pre post test
Kelom- N Rerat SD P
antara kelompok perlakuan dan kontrol
pok a valu
dengan Mann-Whitney U test didapatkan
e
p=<0,0001 yang menunjukkan bahwa ada ∆ Pengeta- Perlaku 18 4,44 2,03 <0. perbedaan yang signifikan sikap pasien PPOK
huan -an 6 000 (selisih) 1 antara kelompok perlakuan dan kelompok Kontrol 18 0,78 0,94
kontrol setelah mendapatkan self management
3 education .
Tabel 1 menunjukkan terdapat perbedaan pengetahuan pasien antara pre test Tabel 3 Distribusi rerata nilai tindakan dan post test pada kelompok perlakuan dan manajemen diri sebelum dan kontrol dengan uji statistik paired T test sesudah intervensi pada kelompok diperoleh p<0,050. Hasil uji statistik nilai perlakuan dan kontrol delta (∆) atau selisih skor pengetahuan pre
Variab N Rera SD P post test
antara kelompok perlakuan dan el -ta Va-
lue
kontrol dengan Mann-Whitney U test
Tindak Perlaku-
didapatkan p=<0,0001 yang menunjukkan
an an
bahwa ada perbedaan yang signifikan
manaje Pre test 18 40,6 3,343 <0,
pengetahuan pasien PPOK antara kelompok
men 7 000
perlakuan dan kelompok kontrol setelah
diri
1
mendapatkan self management education
Post Test 18 45,8 2,792
(lihat tabel 1)
3 Kontrol CARING,
18 0,44 0,616
15 Post Test 18 40,8
Tabel 4 menunjukkan terdapat perbedaan kekampuan pengambilan keputusan pasien PPOK antara pre test dan
4 3,129 0,0
3 2,915 Kelom- pok
N Rerat a SD P va- lue ∆Tinda
- kan manaje
- men diri (selisih ) Perlaku- an 18 5,22 1,215 <0, 000
Tabel 3 menunjukkan terdapat perbedaan tindakan manajemen diri pasien PPOK antara pre test dan post test pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan uji statistik paired T test diperoleh p<0,050. Hasil uji statistik nilai delta (∆) atau selisih skor tindakan manajemen diri pre post
2 Post Test 18 81,94 6,557 Kelom- pok
nilai delta (∆) atau selisih kemampuan pengambilan keputusan pre post test antara kelompok perlakuan dan kontrol dengan
Mann-Whitney U test
didapatkan p=<0,0001 yang menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan kemampuan pengambilan keputusan pasien PPOK antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol setelah mendapatkan self management education.
Tabel 5 Distribusi rerata nilai self-efficacy sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok perlakuan dan kontrol
Varia- bel N Rerata SD P Va- lue
Self- effic- acy
Perlaku- an Pre test 18 82,67 6,039 <0,0 001 Post Test
18 93,28 5,432 Kontrol Pre test 18 81,33 7,088 0,01
- lue Ke- mampu
- an pe- ngambi
- lan keputu
- san
N Rerata SD P valu e
pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan uji statistik paired
∆ self- effica- cy ( selisih )
Perlakuan 18 10,61 1,461 <0,0 001 Kontrol 18 0,61 0,916
Tabel 5 menunjukkan terdapat perbedaan self-efficacy pasien PPOK antara
pre test dan post test pada kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol. Hasil uji statistik nilai delta (∆) atau selisih self-
efficacy pre post test antara kelompok
perlakuan dan kontrol dengan Mann-Whitney
U test didapatkan p=<0,0001 yang
menunjukkan bahwa ada perbedaan yang
T test diperoleh p<0,050. Hasil uji statistik
CARING, Pre test 18 40,4
post test
8 3,35
dengan Mann-Whitney U test didapatkan p=<0,0001 yang menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan tindakan manajemen diri pasien PPOK antara kelompok perlakuan yang mendapatkan self
management education
dan kelompok kontrol. Tabel 4 Distribusi rerata nilai kemampuan pengambilan keputusan sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok perlakuan dan kontrol
Varia- bel N Rerat a
SD P Va
Perlakuan Pre test 18 50,5
6 2,77 <0,
00
01 Post Test 18 56,7
3 Kontrol Pre test 18 50,1
test antara kelompok perlakuan dan kontrol
1 2,44 7 0,0
07 Post Test 18 50,5
6 2,12
1 Kelom- pok
N Rerata SD P va- lue ∆
Kema mpuan Perlakua n
18 6,22 1,437 <0,
01 penga mbilan keputu san (selisih ) Kontrol
1 Kontrol 18 0,39 0,608
00
- lue Gejala PPOK
N Rerata S D P val ue ∆
management education pada pasien PPOK.
Konsep model self care Orem menyatakan bahwa dukungan edukasi pada pasien dalam pelayanan kesehatan juga dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan kognitif pasien, dalam hal ini adalah pasien PPOK. Sesuai dengan konsep self care deficit bahwa untuk merubah kemampuan perawatan diri klien dibutuhkan suatu pembelajaran, salah satu jenis pembelajarannya yaitu self
untuk meningkatkan pemberdayaan (empowerment) pada pasien PPOK yang terdiri atas pengetahuan, sikap, tindakan manajemen diri, kemampuan pengambilan keputusan, dan self-efficacy. Prosedur edukasi yang berlaku di ruangan Poliklink Paru juga terbukti meningkatkan indikator pemberdayaan walaupun dalam angka yang relatif kecil. Peningkatan variabel pemberdayaan yang meliputi pengetahuan, sikap, tindakan manajemen diri, kemampuan pengambilan keputusan dan self-efficacy pada kelompok perlakuan dikarenakan mendapatkan self management education. Intervensi ini diberikan untuk meningkatkan kemampuan dalam melakukan manajemen perawatan diri terutama pada pasien PPOK. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Efraimsson et al. 2008 yang menyebutkan bahwa perawatan secara konvensional saja tidak cukup untuk meningkatkan pengetahuan, manajemen penyakit, kualitas hidup dan kebiasaan merokok, akan tetapi dibutuhkan edukasi manajemen diri yang terstruktur untuk meningkatkan kesadaran dan merubah gaya hidup. Penelitian yang dilakukan oleh Dowson et al. 2010 juga menyatakan hal yang sama, bahwa pendidikan mengenai perawatan diri dapat meningkatkan pengelolaan dan perawatan serta kewaspadaan terhadap komplikasi dari PPOK.
Pembahasan Self management education efektif
didapatkan p=0,713 yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan gejala pasien PPOK antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
U test
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara gejala pasien PPOK pada pengukuran pertama dan kedua. Hasil uji statistik nilai delta (∆) atau selisih gejala PPOK pre post test antara kelompok perlakuan dan kontrol dengan Mann-Whitney
Test diperoleh nilai p=0,149, yang
diperoleh p=0,069 yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan gejala pasien PPOK pre test dan post test pada kelompok perlakuan. Demikian juga pada kelompok kontrol dengan menggunakan uji Paired T
7 Hasil uji statistik Paired T Test
09
13 Kon- trol 18 -0,44 1,
85 0,7
Gejala PPOK ( selisih) Perla- kuan 18 -0,39 0,
7 Ke- lom- pok
CARING,
19
49 Post Test 18 14,11 3,
4 0,1
63
18 14,50 3,
3 Kon- trol Pre test
77
69 Post Test 18 14,33 3,
1 0,0
69
18 14,72 3,
Perla- kuan Pre test
Variabel N Rerata SD P Va
signifikan self-effcacy pasien PPOK antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Tabel 6 Distribusi rerata nilai Gejala PPOK sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok perlakuan dan kontrol
Pemberian self management education efektif untuk meningkatkan pemberdayaan pasien (patient empowerment) yang terdiri atas pengetahuan, sikap, tindakan, kemampuan mengambil keputusan dan self-efficacy. Pendidikan pasien merupakan aspek penting dari program manajemen pasien dengan penyakit kronis seperti PPOK. Pendidikan
CARING,
Nursing Theory : utilization & application. Missouri; Mosby Inc.
10 (5), e0126553.
Barr. et al., (2015). Assessment of Patient Empowerment - A Systematic Review of Measures. Plos One ,
Community Nursing , 26(3), 4.
Barnes. et al., (2013). Chronic obstructive pulmonary disease and exacerbations: patient insights from the global Hidden Depths of COPD survey. BMC Pulmonary Medicine , 13, 54. Barnett, M., (2012). End of life issues in the management of COPD. Journal of
Anderson, R. M., (2014). Patient Empowerment, BMC Health Services Research. 18(7), 943 –949.
Egyptian Journal of Chest Diseases and Tuberculosis , 63(3), 603 –609.
6MWD of COPD stable patients.
Alsayed, S., Elnagar, K., & Mousa, E., (2014). Influence of 7 weeks self management education on the BAI and
. Missouri; Elsevier Mosby. Alligood, M.R & Tomey, A.M., (2006).
kesehatan ini dianjurkan diberikan mulai awal pasien terdiagnosis berkelanjutan sepanjang hidup sampai akhir hayat. Pendidikan manajemen diri bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, mengajarkan pasien mengenai ketrampilan-ketrampilan serta menekankan pada pengelolaan penyakit melalui perubahan perilaku. Pendidikan manajemen diri juga bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan terhadap pengobatan serta meningkatkan perbaikan kondisi klinis yang dialami pasien (Stoilkova et al. 2013). Penyakit kronik memerlukan perubahan mendasar dari manajemen diri penyakit yang berpusat pada pasien dan pendekatan yang berpusat pada keluarga, menggabungkan keduanya di masyarakat dengan dukungan tenaga kesehatan profesional yang terintegrasi dalam sistem tatanan kekehidupan masyarakat. Peran serta tenaga kesehatan termasuk didalamnya dokter dan perawat dalam meningkatkan pemberdayaan pasien sangat dibutuhkan dalam memberikan edukasi kepada pasien.
and their work. Edition 8
Alligood, M. R., (2014). Nursing theorists
Daftar Pustaka
Penelitian lebih lanjut dibutuhkan terutama penelitian yang dilakukan di dua atau lebih tempat berbeda untuk mencegah terjadinya pertukaran informasi antara responden kelompok perlakuan dan kontrol. Selain itu homogenitas responden perlu ditingkatkan seperti kontrol terhadap terapi pengobatan dan variabel lain yang bisa mempengaruhi hasil penelitian serta dan waktu pengamatan yang lebih panjang sehingga efektif untuk mengukur perubahan gejala PPOK.
Rumah sakit diharapkan menyediakan booklet mengenai penyakit dan perawatannya yang bisa dibawa pulang oleh setiap pasien khususnya pasien PPOK, sehingga keterlibatan pasien dan keluarga dalam manajemen pengelolan penyakit dapat ditingkatkan.
untuk meningkatkan komponen pemberdayaan pada pasien PPOK yang meliputi pengetahuan, sikap, tindakan manajemen diri, kemampuan pengambilan keputusan, dan self-efficacy, akan tetapi belum efektif untuk menurunkan gejala pasien PPOK. Self management education memberikan informasi dan pemahaman melalui media booklet pada pasien PPOK mengenai penyakit yang diderita dan ketrampilan perawatan diri sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan membangun sikap dan tindakan positif pasien mengenai manajemen perawatan akan mampu menghasilkan peningkatan self-efficacy dan perilaku kesehatan pasien secara umum.
Simpulan dan Saran Self management education efektif
efektif untuk mempebaiki gejala pasien PPOK. Gejala PPOK tidak dapat disembuhkan dan tidak bisa berubah secara drastis karena PPOK merupakan penyakit kronik. Perubahan gejala PPOK disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya yaitu terapi pengobatan. Waktu pengamatan yang lebih lama dibutuhkan untuk melihat perubahan gejala PPOK.
Self management education belum
Bentsen, SB., et al., (2010). Self-efficacy as a predictor of improvement in health status and overall quality of life in
CARING,
GOLD. (2014). Global Srategy for the Diagnosis, Management, and Prevention of Chronic Obstructive Pulmonary Disease. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease .
, 22(5), 178 –185. Emme, C., et al., (2012). Danish version of
“The COPD self-efficacy scale”: translation and psychometric properties.
Scandinavian Journal of Caring Sciences , 26(3), 615 –623
Fotoukian, Z., et al., (2014). Concept analysis of empowerment in old people with chronic diseases using a hybrid model.
Asian Nursing Research , 8(2), 118 –127.
GOLD. (2015). Global Srategy for the Diagnosis, Management, and Prevention of Chronic Obstructive Pulmonary Disease. Global Initiative for Chronic
Obstructive Lung Disease .
Hernandez P, et al., (2009). Living with chronic obstructive pulmonary disease : A survey of patients ’ knowledge and attitudes.
Efraimsson, E. Ö., Hillervik, C., & Ehrenberg, A. (2008). Effects of COPD self-care management education at a nurse-led primary health care clinic.
Respir Med .
2009;103(7):1004-1012. Howard, C., & Dupont, S. (2014) . “The
COPD breathlessness manual”: a randomised controlled trial to test a cognitive-behavioural manual versus information booklets on health service use, mood and health status, in patients with chronic obstructive pulmonary disease. Npj Primary Care Respiratory Medicine , 24(August), 14076. Hurley, J., et al., (2012). Meta-analysis of self-management education for patients with chronic obstructive pulmonary disease.
Southwest Journal of Pulmonary & Critical Care , 4, 194 –202.
Kadir. (2015). Statistika Terapan Konsep,
Contoh dan Analisis Data dengan program SPSS/Lisrel dalam penelitian .
Jakarta; Rajawali Pers Kementerian Kesehatan RI. (2012). Buletin
jendela data dan informasi kesehatan : Penyakit Tidak Menular
Scandinavian Journal of Caring Sciences
Effing, T. W., et al., (2012). Self-management programmes for COPD: Moving forward. Chronic Respiratory Disease, 9 (1), 27 –35.
pulmonary rehabilitation--an exploratory study. Patient Educations. 81(1):5-13. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2 0356 diaskes tanggal 22 Mei 2016. Blackler, et al., (2007). Managing Chronic
Currie, Graeme P. (2009). The fact Chronic
Obstructive Pulmonary Disease .
London; John Wilet & Sons. Bourbeau, Jean. (2002). Comprehensive
Management of Chronic Obstructive Pulmonary Disease . London ; BC
Decker Inc Bourbeau, J., & Saad, N., (2013). Integrated care model with self-management in chronic obstructive pulmonary disease: From family physicians to specialists.
Chronic Respiratory Disease , 10(2), 99 – 105.
Bravo, P., et al., (2015). Conceptualising patient empowerment: a mixed methods study. BMC Health Services Research, 15 (1), 252. Cosgrove, D., Macmahon, J., Bourbeau, J., Bradley, J. M., & O’Neill, B. (2013).
Facilitating education in pulmonary rehabilitation using the living well with COPD programme for pulmonary rehabilitation: a process evaluation.
BMC Pulmonary Medicine , 13(1), 50.
Obstructive Pulmonary Disease . New York: Oxford University Pres.
Respirology , 19(2), 151 –152.
Delgado-Passler, P., & McCaffrey, R. (2006).
The influences of postdischarge management by nurse practitioners on hospital readmission for heart failure.
Journal of the American Academy of Nurse Practitioners
, 18, 154 –160. Dowson, C. A., Kuijer, R. G., Town, I. G., &
Mulder, R. T. (2010). Impact of panic disorder upon self-management educational goals in chronic obstructive pulmonary disease? Chronic
Respiratory Disease , 7(2), 83 –90.
Effing, T., van der Palen, J., & Frith, P.
(2014). Education in COPD self- management: only part of the game.
. Jakarta;
CARING, Kemenkes RI.
Pulmonary Disease Patients’ Experiences of an Enhanced Self- Management Model of Care. Qualitative Health Research . http://doi.org/10.1177/10497323155730
kesehatan , Jakarta, Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. 2010)\. Metodologi Penlitian
kesehatan
, Jakarta, Rineka Cipta Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan . Pedoman Skripsi Tesis dan instrument penelitian keperawatan .
Jakarta: Salemba Medika Nursalam. 2014. Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan . Edisi 3. Jakarta: Salemba
Medika Patel, N., et al., 2015. Chronic Obstructive
13 Pearson, M., et al., (2007). Patient self- management support programs: an evaluation. Agency for Healthcare Research and Quality , (08), 282 –285. Potter, P., A., & Perry, A.G. (2009).
& ilmu perilaku , Jakarta, Rineka Cipta
Fundamental Keperawatan.Edisi 7 buku 1 & 2 . Jakarta: Salemba Medika
Pulvirenti, M., McMillan, J., & Lawn, S.
(2014). Empowerment, patient centred care and self-management. Health
Expectations , 17(3), 303 –310.
Rini, Ika S. (2011). hubungan antara efikasi
diri dengan kualitas hidup pasien penyakit paru obstruksi kronik dalam konteks asuhan keperawatan di RS Paru Batu dan RSU Dr Saiful Anwar Malang Jawa Timur . Tesis. universitas Indonesia. Tidak dipublikasikan.
Rogers, E. S., Ralph, R. O., & Salzer, M. S.
(2010). Validating the empowerment scale with a multisite sample of consumers of mental health services.
Psychiatric Services , 61(9), 933 –936.
Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu perilaku
Notoatmodjo, S. (2007). Promosi kesehatan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Marcinkho, S. (2008). The wellness planner:
(2013). Laporan Hasil Riset Kesehatan
Dasar Indonesia (Riskesdas)
. Jakarta; Kemenkes RI. Kim, S. H., & Youn, C. H.,(2015). Efficacy of Chronic Disease Self-management
Program in Older Korean Adults with Low and High Health Literacy. Asian
Nursing Research , 9(1), 42 –46.
Lenz, E & Lillie, M., (2002). Self-Efficacy in
Nursing; research and measurement perspectives . New York: Springer
Publishing Company. Li, J.-M., et al., (2014). Transitional care for patients with chronic obstructive pulmonary disease. International
Journal of Nursing Sciences , 1(2), 157 – 164.
Testing an intervention designed to increase empowerment and improve quality of life in individuals with mental illness. University of Manitoba (Canada)). ProQuest Dissertations and
Pulmonary Medicine , 11(1), 4.
Theses, , n/a. Retrieved from
McGEOCH, G., et al., (2006).
Self ‐ management plans in the primary care of patients with chronic obstructive pulmonary disease. Respirology, 11, 611 –618.
Ministry of Health. (2014). Self-management Support for people with long-term conditions, (November), 1 –7.
Monteagudo, M., et al., (2013). Factors associated with changes in quality of life of COPD patients: a prospective study in primary care. Respiratory Medicine,
107 (10), 1589 –97.
Monteagudo, M., et al., (2013). Effect of health professional education on outcomes of chronic obstructive pulmonary disease in primary care: a non-randomized clinical trial.
Respirology.
, 18, 718 –727. Murphy, K., et al., (2011). A cluster randomised controlled trial evaluating the effectiveness of a structured pulmonary rehabilitation education programme for improving the health status of people with chronic obstructive pulmonary disease (COPD): The PRINCE Study protocol. BMC
Sari, N., & Osman, M. (2015). The effects of patient education programs on medication use among asthma and COPD patients: a propensity score
CARING,
BMC Public Health , 9(1), 442.
Pulmonary Medicine , 11(1), 43.
Turner, A., et al., (2015). An evaluation of a self-management program for patients with long-term conditions. Patient
Education and Counseling , 98(2), 213 – 9.
Turner, A., Anderson, J., Wallace, L., & Kennedy-Williams, P. (2014. Evaluation of a self-management programme for patients with chronic obstructive pulmonary disease. Chronic Respiratory
Disease , 11(3), 163 –172.
Valero, C., et al., (2009). Evaluation of a combined strategy directed towards health-care professionals and patients with chronic obstructive pulmonary disease (COPD): Information and health education feedback for improving clinical monitoring and quality-of-life.
White, R., et al., (2006). Bristol COPD Knowledge Questionnaire (BCKQ): testing what we teach patients about COPD. Chronic Respiratory Disease, 3 (3), 123 –131.
Medicine , 107(11), 1637 –1650.
Wong, S., et al.,, (2014). Unmet needs of patients with chronic obstructive pulmonary disease (COPD): a qualitative study on patients and doctors. BMC Family Practice, 15(1), 67. World Health Organization. (2007). Global
Surveillance Prevention and Control of Chronic Respiratory Disease, a comprehensive approach . Jenewa.
Switzerland. World Health Organization. (2012).
noncommunicable disease. Jenewa.
Switerland. http://www.euro.who.int /en/ health-topics / noncommunicable diseases /pages /news /news / 2012 /4 /empowering-patients Diakses tgl 18 Mei 2016 diakses tanggal 18 Mei 2016.
World Health Organization. (2014). Global
status report on noncommunicable disease 2014
Trappenburg, et al., (2011). How do COPD patients respond to exacerbations? BMC
N(4); 147-153 Stoilkova, A., Janssen, D, & Wouters, E. F. M., (2013). Educational programmes in COPD management interventions: A systematic review. Respiratory
matching with a difference-in-difference regression approach. BMC Health
Streat Burlington USA; Jones & Bartleet Learning. Small, N., et al., (2013). Patient empowerment in long-term conditions: development and preliminary testing of a new measure. BMC Health Services
Services Research , 15(1), 332.
Sastroasmoro, S & Ismael, S. (2010). Dasar-
dasar metodologi penelitian klinis, edisi 3 , Jakarta; Sagung Seto.
Sidhu, et al., (2015). Patient self-management in primary care patients with mild COPD - protocol of a randomised controlled trial of telephone health coaching. BMC Pulmonary Medicine, 15 (1), 16. Simons-morton, BG.,McLeroy, K., Wendel,
M., (2012). Behavior Theory in Health
Promotion Practice and Research. Wall
Research , 13(1), 263.
International Journal Rehabilitation .
Smeltzer,S.,C. & Bare, G. (2008). Brunner &
Suddarth’s Textbook of Medical Surgical Nursing. Philadelpia: Lippincott.
Smeltzer, S.C., et al., (2010). Brunner &
Suddarth’s Textbook of Medical Surgical Nursing. Philadelpia: Lippincott.
Smilkstein, R., (2011).
We’re born to learn: using the brain’s natural learning process to create today’s curriculum second edition . California: Corwin.
Spalding. (2004). Preoperative education ; empowering patients with confidence.
. Jenewa. Switzerland.