Penyelidikan Endapan Gambut, Di Daerah Barito Belawang, Kabupaten Barito Kuala, Propinsi Kalimantan Selatan
PENYELIDIKAN ENDAPAN GAMBUT
DI DAERAH BARITO BELAWANG, KABUPATN BARITO KUALA
PROPINSI KALIMANTAN SELATAN
Oleh
A.D. SOEBAKTY
Sub Direktorat Batubara
Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral
SARI
Daerah Barito Belawang secara administrasi terdapat 7 kecamatan, yaitu Kecamatan Carbon, Rantau
badauh, Mandastana, Anjir Muara, Anjir Pasar, Belawang dan Wanaraya, Kabupaten Barito Kuala, Propinsi
Kalimantan Selatan. Secara geografis terletak antara 3o00 - 3o15’ LS an 114o30’ – 114o45’ BT (Gambar 1).
Stratigrafi daerah penyelidikan disusun oleh satuan endapan Kuareter/aluvium, berumur Holosen (Gambar 2)
yang sebagian terisi endapan gambut.
Dari hasil pengamatan secara fisik, endapan gambut di daerah ini berasal dari sisa-sisa tumbuhan rendah
rawa. Seluruh endapan termasuk tipe “Topogeneus Peat” yang mempunyai ketebalan bebeapa cm hingga + 150 meter.
Hampir seluruh daerah telah dibakar penduduk djadikan ladang, pesawahan dan pertanian yang dikelola pemerintah
setempat.
Secara megaskpis diketahui terdapat kelas gambut, yaitu Hemic, Safric(>70%) dan Clayey Safric.
Perhitungan sementara sumberdaya gambut di atas 1 meter yaitu di Blok 4 sebesar + 54.687.500 m3 tersebar
dalam luas areal + 4375 Ha. Sedangkan ratusan ribu Ha pada lok 1, 2 dan 3 hanya terdapat sisa-sisa jejak gambut
dengan ketebalan maksimal + 0,3 meter.
sumber daya, mutu, bentuk endapan dan kondisi
1. PENDAHULUAN
geologi endapan gambut.
Selain hal tersebut juga dapat diketahui data
1.1 Latar Belakang
umum wilayah seperti infra struktur, kondisi sosial
Indonesia termasuk negara nomor 4 di dunia yang
mempunyai potensi endapan gambut setelah Kanda,
masyarakat, iklim, curah hujan, demografi dan hal-hal
lain yang erat kaitannya dengan kegiatan selanjutnya.
Rusia dan Amerika Serikat. Endapan gambut ini
tersebar di seluruh Indonesia seluas + 26 juta Ha
Seluruh data yang didapat diharapkan merupakan data
(Anderson, 1964, Reprton Energy use of Peat, Shell
inventaris yang akan menunjang dalam menentukan
Companies in Indonesia, 1981). Berkaitan dengan hal
prospek
tersebut, dalam rangka merealisasikan anggaran biaya
penggunaannya dikemudian hari.
pemanfaatan
dan
pengembangan
tambahan (ABT), DIK-S – BB/201,Direktorat Jenderal
Geologi dan Sumberdaya Mineral melalui Direktorat
Inventarisasi Sumber Daya Mineral telah melakukan
penylidikan
endapan
Belawang,
Kabupaten
gambut
Barito
di
daerah
Kuala,
1.3 Letak, Kesampaian dan Sarana Perhubungan
Daerah penyelidikan secara administrasi terdapat
Barito
dalam 7 kecamaatan, yaitu Kecamatan Carbon, Rantau
Propinsi
Badauh, Mandastana, Anjir Muara, Anjir pasar,
Belawang dan Wanaraya, Kabupaten Barito Kuala,
Kalimantan Selatan.
Propinsi Kalimantan Selatan.
Secara geografi terletak diantara 3o00’ – 3o15’ LS
1.2 Maksud dan Tujuan
untuk
dan 114o30’ – 14o45’ BT (Gambar 1). Daerah utama
mengetahui/ menginventarisasikan sebaran, ketebalan,
terletak + … km sebelah Utara Banjarmasin, dapat
Penyelidikan
ini
dilaksanakan
dicapai dengan kendaraan roda empat, kemudian
dilanjutkan dengan perahu motor dan sampan.
3. HASIL PENYELIDIKAN
3.1 Morfologi
Secara
1.4 Demografi, Iklim dan Tata Guna Lahan
keseluruhan
daerah
penyelidikan
Penduduk di daerah penyelidikan dan sekitarnya
memperlihatkan bentuk morfologi berelief rendah
menurut sensus registrasi akhir tahun 1999) tercatat
dengan ketinggian berkisar antara 3 sampai 13 meter di
93.841 jiwa dalam 7 kecamatan, dengan rata-rata
atas permukaan laut.
pertumbuhan per tahun 3,18%.
Dataran tertinggi berupa undak bukit dan
Keadaan iklim di daerah penyelidikan seperti
undak Sungai Barito di sekitar Baratlaut daerah
umumnya daerah tropis yang mempunyai kelembaban
penyelidikan dan sekitar S. Barito dengan ketinggian
dan curah hujan tinggi yang dipengaruhi oleh tiga
berkisar antara 10 hingga 13 meter. Batuan penyusun
karakteristik utama, yaitu curah hujan, angin dan
berupa satuan aluvium tua. Relief terendah berupa
temperatur
rawa-rawa dengan ketinggian 1-4 meter, disusun oleh
Data curah hujan dan curah hujan yang diketahui
endapan aluvium muda (Gambar 2).
dari Dinas Pertanian Kabupaten Barito Kuala tercatat
Pengukuran
rata-rata per tahun 2.074 mm, har hujan 123.
mempunyai titik ikat utama (Triangulasi), patok
Tata
guna
lahan,
hampir
seluruh
lintasan
topografi,
karena
tidak
daerah
pertama diambil dari pinggir sungai yang terletak di
penyelidikan tidak mempunyai tata guna lahan yang
sekitar ketingian daerah sekitarnya dengan ketinggian
jelas, kecuali di dekat kota kabupaten dan lokasi-lokasi
permukaan
transmigrasi. Dari + 502.183 Ha tanah, tercatat hanya
pemanfaatan gambut atau tanah akan dilaksanakan
43,668 Ha berupa prkebunan rakyat dan hutan negara
dapat dipertimbangkan seberapa dalam (tebal) gambut
(+ 11%), sisanya beberapa peladangan, sawah tadah
yang akan diproduksi. Dari hasil pengukuran tersebut
hujan, pasang surut dan lain-lain.
diketahui perbedaan ketinggian yang bergambut utuh
endapan
gambut,
sehinga
bilamana
antara cm sampai + 2 meter, sedangkan pada daerah
2. GEOLOGI UMUM
yang gambutnya sudah dibakar ketinggian permukaan
2.1 Geologi Regional
tanah lebih rendah sehingga terbentuk rawa-rawa yang
Daerah
penyelidikan
berupa
dataran
luas terendam air.
bergelombang rendah yang disusun oleh satuan
endapan aluvium yang terbentuk kala Holosen dan
3.2 Stratigrafi dan Lingkungan Pengendapan
dipisahkan oleh sungai-sungai berbentuk meander dan
Satuan batuan yang ditemukan di daerah
terjadi rawa-rawa yang sangat luas. Sungai utama S.
penyelidikan secara garis besar sudah dijelaskan pada
Barito, Sungai Alalak dan S. Martapura
sub bab stratigrafi. Dari hasil pemetaan geologi
permukaan dan didukung pengukuran lintasan jalur
2.2 Stratigrafi
bor, batas litologi terutama antara endapan gambut dan
Satuan endapan aluvium yang terddapat di
litologi sekitarnya dapat diketahui lebih jelas, satuan
daerah penyelidikan dapat dibedakan menjadi dua,
batuan yang terdapat di daerah penyelidikan terdiri
yaitu :
dari :
a.
a.
b.
Satuan aluvium tua (Qal), terdiri dari kerikil, pasir,
Satuan
aluvium
tua
(Qal),
kerikil
kelabu-
lanau dan lempung.
kekuningan kotor, pasir kelabu terang-kekuningan,
Satuan aluvium muda (Qa), terdir dari pasir halus
lanau kecoklatan-kekuningan, lempung, abu-abu
lanauan, lanau lempungan, lempung, lumpur dan
keputihan, padat-lunak.
gambut.
b.
Satuan aluvium muda (Qa), lanau kecoklatan-
¾
Safric berwarna coklat tua kehitaman terdiri
kekuningan kotor, lanau lempungan, pasir halus
dari sisa-sisa tumbuhan hampir semuanya
putih
halus
kekuningan,
lempung
abu-abu
muda-
keputihan kotor, lunak, lumpur organik kotorkehitaman
dan
gambut
coklat
tua-coklat
¾
kehitaman.
berupa
pasta,
fragmen-fagmen
tumbuhan masih terlihat ada (H7-H8).
Clayey safric berwarna kehitaman, terdiri dari
sisa-sisa tumbuhan sama seperti safric, tetapi
telah banyak bercampur lumpur lempungan
Pendekatan
yang
dipakai
dalam
analisis
(H8).
lingkungan pengedapan gambut adalah atas dasar sifatsifat litologi dan struktur sedimen yang berkembang di
Dari pengamatan megaskopis di lapangan
sekitar daerah pengendapan gambut. Pada umumnya
lebih dari 70% endapan gambut di daerah ini
endapan gambut didaerah ini terdapat berasosiasi
termasuk kelas safric.
dengan lempung karbonan atau lempung organik
dimana terlihat jelas jejak tempat hidup tumbuhan
3.3.2 Sumberdaya gambut
bersifat
ratusan ribu hektar daerah yang diselidiki,
“Autochtonous”/insitu. Selain itu endapan gambut
yang mempunyai ketebalan gambut lebih dari 1 meter
terbentuk diantara tanggul-tanggul alam atau levee,
adalah+ 4375 Ha, sedangkan sisanya berupa jejak-jejak
membentuk rawa-rawa terisi gambut.
gambut tebakar hanya mempunyai ketebalan beberapa
pembentuk
gambut
dan
endapannya
Dari hasil analisa conto gambut “Clay sapric” atau
cm sampai 0,30 meter (Gambar 2). Sumberdaya
gambut lempungan terlihat persentase minimal besi
gambut dihitung dari perkalian antara luas sebelum
sulfida tinggi. Berdasarkan data tersebut, maka
dengan ketebalan anatara rata-rata dua isopach adalah
pengendapan gambut di daerah ini adalah lingkungan
+ 54.687.50 m3 (Bok 4). Sedangkan sumberdaya pada
rawa.
Blok 1,2 dan 3yang mempunyai sisa ketebalan
maksimal 0,30m adalah + 1.006.500 m3.
3.3 ENDAPAN GAMBUT
Tabel 1. Perhitungan sumberdaya Gambut
3.3.1 Klasifkasi
Dari hasil pengamatan
penampang bor,
Blok
pembentukan gambut (genesa) diperkirakan dimulai
dari penimbunan sisa-sisa tumbuhan jenis tumbuhan
rendah
dan
belukar
pada
lensa-lensa
1
dataran
bergelombang. Dalam pembentukan awal pengaruh air
Ketebalan
Rata-rata
(m)
0.20
Luas
(Ha)
Sumberdaya
(m3)
135
270.000
0.20
225
450.000
0.15
191
286.500
1.25
4375
54.687,500
988,50
55.694,500
0.30
2
sungai masih dominan sehingga terbentuk endapan
gambut “Togeneous Peat” yang umumnya bercampur
Daerah
Isopach
(m)
0.10 –
0.10 –
0.30
3
lempung dengan ketebalan relatif tipis.
0.10 –
0.20
Hasil pengamatan secara megaskopis dari
pemboran maupun singkapan yang ada, endapan
4
1 – 1.5
Jumlah
gambut diketahui terdiri dari 3 kelas yaitu; Hemic,
safric dan clayey safric.
¾
Hemic
berwarna
3.3.3 Kualitas
coklat
tua
teriri
dari
Pembahasan kualitas gambut dilakukan secara
komponen serat-serat sisa kayu, batang, akar-
analisa kimia. Untuk mengetahui kualitas tersebut telah
akaran dan kulit berukuran dominan beberapa
dianalisa 14 conto yang dianggap mewakili sebagian
mm hingga 5 cm (H6-H7).
daerah penyelidikan. Conto-conto ini diambil dari
endapan gambut paling bawah secara “play sample”
1.
dari “Hemic sampai Clayeys afric”.
Secara stratigrafi, daerah penyelidikan hanya
disusun oleh satuan batuan aluvium tua (Qal)
Dari 14 conto yang dianalisa diketau raaratakandungan LN %, LJ%,M%VM5 FC %,St %, BD
dan muda (Qa).
2.
%CV KAL/GR,Ab % dan pH…
Endapan gambut yang dijumpai di daerah ini
terjadi di lngkungan rawa, temasuk jenis
endapan “Topogeneos Peat” dan terdiri dari 3
3.3.4 Prospek Pemanfaatan Endapan Gambut
umumnya
sebagai
bahan
kelas yaitu Hemic, safric (>70%) dan Clayey
berdasarkan pengalaman selain
energi
altenatif
gambut
dapat
safri.
3.
Dari hasil pengukuran lintasan topografi pada
dmanfaatkan antara lain untuk industri dan lahan
jalur-jalur pemboran diketahui permukaan
pertanian. Endapan gambut basa dikelompok sebagai
endapan gambut dan titik lokal berkisar hanya
berikut :
beberapa cm
¾
Daerah bergambut dengan ketebalan 0-atau
kurang dari 1 meter umumnya
¾
¾
dapat
2 meter, ketebalan gambut
maksimal 1,56 meter.
4.
Endapan
gambut
di
daerah
ini
tidak
dimanfaatkan sebagai lahan pertanian bahan
berkembang baik, disebabkan karena genesa
makanan,palawija dan hortikultura
pembentukannya pada lensa-lensa tipis dan
Lahan gambut dengan ketebalan kurang dari 2
bergelombang dan pengaruh anak-anak sungai
meter
digunakan
yang banyak mengalir di daerah ini dan lebih
sebagai lahan pertanian produksi perkebunan
dari 60% telah dibakar dijadikan lahan
rakyat ataupun perkebunan besar seperti karet,
pertanian
sagu dan sagu dengan irigasi yang teratur
gambut yang dihitung dari ketebalan 1 meter
Lahan gambut dengan ketebalan lebih dari 2
adalah + 54.687.500 m3 dalam luas areal
meter diharapkan dapat dipergunakan untuk
4375 Ha. Dari hasil analisa diketahui nilai
energi alternatif dan industri.
rata-rata kalori … kal/gr, kadar sulfur
biasanya
masih
dapat
dan
pesawahan.
Sumberdaya
% dan
kadar abu %.
Proses pemanfaatan dan pengembangan lahan
5.
Pemanfaatan
tanah
dan
lahan
gambut
gambut, karena ketebalan kurang dari 2 meter dan
disarankan
yang paling luas kurang dari 1 meter pada saat ini
pertanian, perkebunan dan lahan transmigrasi,
telah dimanfaatkan sebagai lahan transmigrasi di
dimana endapan gambut yang relatif tipis
blok 1,
merupakan bahan pengikat pupuk bila diolah
pertanian, sawah, sawah tadah hujan,
cukup
baik
sebagai
lahan
ladang hampir di seluruh daerah penyelidikan,
dengan
sedangkan di blok 4 masih belum dimanfaakan
alternatif tidak cukup prospek, untuk industri
berupa rawa-rawa.
sebagai pencampur bahan kertas di blok 4 bisa
baik,
dipertimbangkan.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Dari uraian-uraian yang telah dikembangkan
pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil
kesimpulan, bahwa :
sedangkan
untuk
energi
DAFTAR PUSTAKA
Bemmelen R.W.Van, 1949; The Geology of Indonesia, Martinus Nijhoff, The Haque.
Report on EnergyUse of Peat, United nations conference on New and Renewable Source of Energy, 1981.
Supardi, 1983; Kegunaan Gambut dan Perkembangannya di Indonesia, Direktorat sumberdaya Mineal, Bandung.
Supardi, dkk., 1990; Laporan Penyelidikan Endapan Gambut Daerah Muarakaman
N. Sikumbang dan R. Heryanto,1994; Peta Geologi Lembar Banjarmasin, Kalimantan
Timor, Jarsen, 1985; Energy Project Based on Peat and Bimass Indonesia. Technical Research Centre of Findland.
BARABAI
Pantai Hambawang
KANDANGAN
RANTAU
3° LS
MARABAHAN
KALIMANTAN
Tambarangan
Binuang
KOTABARU
BANJARMASIN
MARTAPURA
BANJARBARU
K
I
AL
N
MA
T
AN
SE
T
LA
AN
Batu Licin
Pagatan
Sabamban
PLEIHARI
P. LAUT
Satui
Kintap
Jorong
Asam-Asam
4° LS
L A U T
115° BT
J A W A
116° BT
Gambar 1. Lokasi dan kesampaian Daerah
BARABAI
Pantai Hambawang
KANDANGAN
Qal
GB.12
0.15
RANTAU
3° LS
MARABAHAN
Qal
KALIMANTAN
Tambarangan
Binuang
GB.19
0.25
BLOK 1
Qal
GB.13
0.25
KOTABARU
BANJARMASIN
MARTAPURA
n
un
ng
Ru
H
C
H.
pa
em
H.
a
tu
wa
ka
H
a
b
ib
.M
g
a
ra
e
is
.P
H
rw
ir
GB.27
0.20
H. T a r a m
H
a
.N
H
w
a
h
a
GB.26
0.15
G
.
H
m
e
b
i
H.
M
d
n
a
in
H
r ka
GB.44
0.15
H.
ta
a
la
B
.
a
N
m
a
r
J
u
b
il
.
H
ru
y
iu
GB.02
0.15
116° BT
GB.01
0.10
ir
U
.
H
.
J A W A
nd
Be
r
da
an
GB.08
0.10
GB.07
0.20
U
GB.06
0.20
GB.05
0.15
BLOK 3
r
GB.09
0.15
GB.10
0.20
SKALA 1 : 100.000
GB.11
0.20
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 Km
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 Cm
Ag
Ar
ia
ng
BANJAR UTARA
ar
S.
u
d
Bu
a
ay
KETERANGAN
a
Sungai
K E C. T A M B A N
13
G
it
it
Par
ah
am
KEC. SUNGAI TABUK
BANJARMASIN
Jalan
Qa
16
it
20
BANJAR TIMUR
it
arh
M
H.
ih
rs
be
Par
H.
Qal
ap
it
ta
Cin
Par
GB.47
0.20
Qal
rito
p
H.
21
u
GB.46
0.15
S.
b
n
a
n
aj
Qa
K E C. T A M B A N
p
m
u
.
H
rn
u
am
J
.
u
m
im
uk
KEC. ANJIRPASAR
Par
ka
er
a
ah
S
H.
a
li Ba
i t 10
nd
Par
K A
P U
A S
ku
H.
Batas litologi
KERTAHANYAR
BANJAR SELATAN
GB.86
0.90
GB.86
0.90
O
IT
AR
S. B
Qa
S. P a p a y
u
1 : 200
B
Batas Kecamatan
Qa
Satuan Litologi Aluvium muda
Qal
Satuan Litologi Aluvium tua
4
Titik ketinggian
Batas litologi
BLOK 4
GB.78
0.30
GB.79
0.60
GB.80
1.10
GB.81
1.20
GB.82
1.45
GB.83
1.50
GB.84
1.20
GB.76
1.05
GB.85
1.10
1 : 100.000
Isopah Gambut
GB.59
1.45
GB.70
GB.58
0.35
1.40
GB.57
GB.69
1.25
1.20
GB.56
1.20
GB.68
1.10
GB.55
GB.67
1.20
1.15
GB.51
GB.66
1.25
1.25
GB.54
GB.65
GB.52
0.70
1.30
1.10
GB.64
GB.53
1.35
0.30
GB.72
1.50
GB.71
GB.73
1.20
1.56
GB.74
1.50
GB.75
1.20
GB.77
0.40
Horisontal
Jalur lintasan topografi
GB.63
0.70
GB.60
1.40
C
Vertikal
Titik bor/ ketinggian
D
MARTAPURA
GB.62
1.20
GB.61
1.35
empat
S. Simpang
SKALA :
GB.87
1.15 KEC.
KEC. KERTAHANYAR
KEC. ALUH ALUH
PENAMPANG A
P. LAUT
PETA PETUNJUK
Qa
i
Se
i
er
L A U T
GB.03
0.10
KEC. ANJIR
MUARA
Par
i
B
H.
Pagatan
Sabamban
Satui
KEC. RANTAU BADAUH
n
na
S
S
rn
Mu
rn
Mu
ari
H
.
n
H
S . Ka
A
H.
uci
j
s
KEC. TAMBA
N
a
eti
H.
S
H.
Batu Licin
GB.43
0.15
GB.45
0.05
di
bu
S
H.
A
U
17
de
.
ru
GB.39
0.25
m
S
un
ek
H
.
rn
Mu
H.
ya
i Ja
M
H
GB.40
0.15
GB.41
0.20
GB.42
0.21
n
na
.
a
id
g
GB.38
0.20
GB.36
0.10
Sed
H.
N
115° BT
GB.04
0.05
k
H
H
GB.34
0.25
a
an
erh
a
B
GB.32
0.20
GB.33
0.20
U
g
GB.30
0.25
GB.31
0.34
GB.35
0.15
GB.37
0.05
TA
4° LS
GB.23
0.20
b
ra
H
BLOK 2
GB.24
0.15
s
.
H
Qa
S. Ba
ranaa
s
lu
i
GB.28
0.15
GB.29
0.05
a
T
.
O
n
LA
Asam-Asam
IT
a
SE
Kintap
R
p
MA
N
PLEIHARI
A
u
LI
A
NT
Jorong
GB.25
0.05
GB.48
0.30
GB.49
0.20
GB.50
0.15
KA
GB.16
0.40
B
h
GB.15
0.40
GB.21
0.20
S.
K
B
ra
Qal
it 6
Me
GB.20
0.20
GB.22
0.15
t
a
m
la
BANJARBARU
GB.14
0.35
GB.18
0.20
GB.17
0.30
H
S.
H.
e
.S
H
H.
S.
S.
i
a
Par
A
U
P
K
A
la
ot
ti
i
H.
A
H.
K
u
.M
rn
gu
u
an
S
H. B
PENAMPANG C
KEC. BANJARBARU
Saluran air
A
B
Garis penampang
D
S
6m
6m
6m
4m
4m
2m
2m
2m
2m
0m
0m
0m
0m
S S
4m
S
6m
S
S
Jalan
4m
DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL
DIREKTORAT JENDERAL GEOLOGI DAN SUMBERDAYA MINERAL
DIREKTORAT INVENTARISASI SUMBERDAYA MINERAL
PETA GEOLOGI DAN SEBARAN GAMBUT
DAERAH BARITO BELAWANG, KAB. BARITO KUALA
PROPINSI KALIMANTAN SELATAN
Disusun : Ir. A.D. Subekti
Diperiksa : Ir. Sukardi
Tahun
Digambar : A. Supardi
Disetujui : Ir. Sukardjo, M.Sc
Peta No. :
:
2001
2
DI DAERAH BARITO BELAWANG, KABUPATN BARITO KUALA
PROPINSI KALIMANTAN SELATAN
Oleh
A.D. SOEBAKTY
Sub Direktorat Batubara
Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral
SARI
Daerah Barito Belawang secara administrasi terdapat 7 kecamatan, yaitu Kecamatan Carbon, Rantau
badauh, Mandastana, Anjir Muara, Anjir Pasar, Belawang dan Wanaraya, Kabupaten Barito Kuala, Propinsi
Kalimantan Selatan. Secara geografis terletak antara 3o00 - 3o15’ LS an 114o30’ – 114o45’ BT (Gambar 1).
Stratigrafi daerah penyelidikan disusun oleh satuan endapan Kuareter/aluvium, berumur Holosen (Gambar 2)
yang sebagian terisi endapan gambut.
Dari hasil pengamatan secara fisik, endapan gambut di daerah ini berasal dari sisa-sisa tumbuhan rendah
rawa. Seluruh endapan termasuk tipe “Topogeneus Peat” yang mempunyai ketebalan bebeapa cm hingga + 150 meter.
Hampir seluruh daerah telah dibakar penduduk djadikan ladang, pesawahan dan pertanian yang dikelola pemerintah
setempat.
Secara megaskpis diketahui terdapat kelas gambut, yaitu Hemic, Safric(>70%) dan Clayey Safric.
Perhitungan sementara sumberdaya gambut di atas 1 meter yaitu di Blok 4 sebesar + 54.687.500 m3 tersebar
dalam luas areal + 4375 Ha. Sedangkan ratusan ribu Ha pada lok 1, 2 dan 3 hanya terdapat sisa-sisa jejak gambut
dengan ketebalan maksimal + 0,3 meter.
sumber daya, mutu, bentuk endapan dan kondisi
1. PENDAHULUAN
geologi endapan gambut.
Selain hal tersebut juga dapat diketahui data
1.1 Latar Belakang
umum wilayah seperti infra struktur, kondisi sosial
Indonesia termasuk negara nomor 4 di dunia yang
mempunyai potensi endapan gambut setelah Kanda,
masyarakat, iklim, curah hujan, demografi dan hal-hal
lain yang erat kaitannya dengan kegiatan selanjutnya.
Rusia dan Amerika Serikat. Endapan gambut ini
tersebar di seluruh Indonesia seluas + 26 juta Ha
Seluruh data yang didapat diharapkan merupakan data
(Anderson, 1964, Reprton Energy use of Peat, Shell
inventaris yang akan menunjang dalam menentukan
Companies in Indonesia, 1981). Berkaitan dengan hal
prospek
tersebut, dalam rangka merealisasikan anggaran biaya
penggunaannya dikemudian hari.
pemanfaatan
dan
pengembangan
tambahan (ABT), DIK-S – BB/201,Direktorat Jenderal
Geologi dan Sumberdaya Mineral melalui Direktorat
Inventarisasi Sumber Daya Mineral telah melakukan
penylidikan
endapan
Belawang,
Kabupaten
gambut
Barito
di
daerah
Kuala,
1.3 Letak, Kesampaian dan Sarana Perhubungan
Daerah penyelidikan secara administrasi terdapat
Barito
dalam 7 kecamaatan, yaitu Kecamatan Carbon, Rantau
Propinsi
Badauh, Mandastana, Anjir Muara, Anjir pasar,
Belawang dan Wanaraya, Kabupaten Barito Kuala,
Kalimantan Selatan.
Propinsi Kalimantan Selatan.
Secara geografi terletak diantara 3o00’ – 3o15’ LS
1.2 Maksud dan Tujuan
untuk
dan 114o30’ – 14o45’ BT (Gambar 1). Daerah utama
mengetahui/ menginventarisasikan sebaran, ketebalan,
terletak + … km sebelah Utara Banjarmasin, dapat
Penyelidikan
ini
dilaksanakan
dicapai dengan kendaraan roda empat, kemudian
dilanjutkan dengan perahu motor dan sampan.
3. HASIL PENYELIDIKAN
3.1 Morfologi
Secara
1.4 Demografi, Iklim dan Tata Guna Lahan
keseluruhan
daerah
penyelidikan
Penduduk di daerah penyelidikan dan sekitarnya
memperlihatkan bentuk morfologi berelief rendah
menurut sensus registrasi akhir tahun 1999) tercatat
dengan ketinggian berkisar antara 3 sampai 13 meter di
93.841 jiwa dalam 7 kecamatan, dengan rata-rata
atas permukaan laut.
pertumbuhan per tahun 3,18%.
Dataran tertinggi berupa undak bukit dan
Keadaan iklim di daerah penyelidikan seperti
undak Sungai Barito di sekitar Baratlaut daerah
umumnya daerah tropis yang mempunyai kelembaban
penyelidikan dan sekitar S. Barito dengan ketinggian
dan curah hujan tinggi yang dipengaruhi oleh tiga
berkisar antara 10 hingga 13 meter. Batuan penyusun
karakteristik utama, yaitu curah hujan, angin dan
berupa satuan aluvium tua. Relief terendah berupa
temperatur
rawa-rawa dengan ketinggian 1-4 meter, disusun oleh
Data curah hujan dan curah hujan yang diketahui
endapan aluvium muda (Gambar 2).
dari Dinas Pertanian Kabupaten Barito Kuala tercatat
Pengukuran
rata-rata per tahun 2.074 mm, har hujan 123.
mempunyai titik ikat utama (Triangulasi), patok
Tata
guna
lahan,
hampir
seluruh
lintasan
topografi,
karena
tidak
daerah
pertama diambil dari pinggir sungai yang terletak di
penyelidikan tidak mempunyai tata guna lahan yang
sekitar ketingian daerah sekitarnya dengan ketinggian
jelas, kecuali di dekat kota kabupaten dan lokasi-lokasi
permukaan
transmigrasi. Dari + 502.183 Ha tanah, tercatat hanya
pemanfaatan gambut atau tanah akan dilaksanakan
43,668 Ha berupa prkebunan rakyat dan hutan negara
dapat dipertimbangkan seberapa dalam (tebal) gambut
(+ 11%), sisanya beberapa peladangan, sawah tadah
yang akan diproduksi. Dari hasil pengukuran tersebut
hujan, pasang surut dan lain-lain.
diketahui perbedaan ketinggian yang bergambut utuh
endapan
gambut,
sehinga
bilamana
antara cm sampai + 2 meter, sedangkan pada daerah
2. GEOLOGI UMUM
yang gambutnya sudah dibakar ketinggian permukaan
2.1 Geologi Regional
tanah lebih rendah sehingga terbentuk rawa-rawa yang
Daerah
penyelidikan
berupa
dataran
luas terendam air.
bergelombang rendah yang disusun oleh satuan
endapan aluvium yang terbentuk kala Holosen dan
3.2 Stratigrafi dan Lingkungan Pengendapan
dipisahkan oleh sungai-sungai berbentuk meander dan
Satuan batuan yang ditemukan di daerah
terjadi rawa-rawa yang sangat luas. Sungai utama S.
penyelidikan secara garis besar sudah dijelaskan pada
Barito, Sungai Alalak dan S. Martapura
sub bab stratigrafi. Dari hasil pemetaan geologi
permukaan dan didukung pengukuran lintasan jalur
2.2 Stratigrafi
bor, batas litologi terutama antara endapan gambut dan
Satuan endapan aluvium yang terddapat di
litologi sekitarnya dapat diketahui lebih jelas, satuan
daerah penyelidikan dapat dibedakan menjadi dua,
batuan yang terdapat di daerah penyelidikan terdiri
yaitu :
dari :
a.
a.
b.
Satuan aluvium tua (Qal), terdiri dari kerikil, pasir,
Satuan
aluvium
tua
(Qal),
kerikil
kelabu-
lanau dan lempung.
kekuningan kotor, pasir kelabu terang-kekuningan,
Satuan aluvium muda (Qa), terdir dari pasir halus
lanau kecoklatan-kekuningan, lempung, abu-abu
lanauan, lanau lempungan, lempung, lumpur dan
keputihan, padat-lunak.
gambut.
b.
Satuan aluvium muda (Qa), lanau kecoklatan-
¾
Safric berwarna coklat tua kehitaman terdiri
kekuningan kotor, lanau lempungan, pasir halus
dari sisa-sisa tumbuhan hampir semuanya
putih
halus
kekuningan,
lempung
abu-abu
muda-
keputihan kotor, lunak, lumpur organik kotorkehitaman
dan
gambut
coklat
tua-coklat
¾
kehitaman.
berupa
pasta,
fragmen-fagmen
tumbuhan masih terlihat ada (H7-H8).
Clayey safric berwarna kehitaman, terdiri dari
sisa-sisa tumbuhan sama seperti safric, tetapi
telah banyak bercampur lumpur lempungan
Pendekatan
yang
dipakai
dalam
analisis
(H8).
lingkungan pengedapan gambut adalah atas dasar sifatsifat litologi dan struktur sedimen yang berkembang di
Dari pengamatan megaskopis di lapangan
sekitar daerah pengendapan gambut. Pada umumnya
lebih dari 70% endapan gambut di daerah ini
endapan gambut didaerah ini terdapat berasosiasi
termasuk kelas safric.
dengan lempung karbonan atau lempung organik
dimana terlihat jelas jejak tempat hidup tumbuhan
3.3.2 Sumberdaya gambut
bersifat
ratusan ribu hektar daerah yang diselidiki,
“Autochtonous”/insitu. Selain itu endapan gambut
yang mempunyai ketebalan gambut lebih dari 1 meter
terbentuk diantara tanggul-tanggul alam atau levee,
adalah+ 4375 Ha, sedangkan sisanya berupa jejak-jejak
membentuk rawa-rawa terisi gambut.
gambut tebakar hanya mempunyai ketebalan beberapa
pembentuk
gambut
dan
endapannya
Dari hasil analisa conto gambut “Clay sapric” atau
cm sampai 0,30 meter (Gambar 2). Sumberdaya
gambut lempungan terlihat persentase minimal besi
gambut dihitung dari perkalian antara luas sebelum
sulfida tinggi. Berdasarkan data tersebut, maka
dengan ketebalan anatara rata-rata dua isopach adalah
pengendapan gambut di daerah ini adalah lingkungan
+ 54.687.50 m3 (Bok 4). Sedangkan sumberdaya pada
rawa.
Blok 1,2 dan 3yang mempunyai sisa ketebalan
maksimal 0,30m adalah + 1.006.500 m3.
3.3 ENDAPAN GAMBUT
Tabel 1. Perhitungan sumberdaya Gambut
3.3.1 Klasifkasi
Dari hasil pengamatan
penampang bor,
Blok
pembentukan gambut (genesa) diperkirakan dimulai
dari penimbunan sisa-sisa tumbuhan jenis tumbuhan
rendah
dan
belukar
pada
lensa-lensa
1
dataran
bergelombang. Dalam pembentukan awal pengaruh air
Ketebalan
Rata-rata
(m)
0.20
Luas
(Ha)
Sumberdaya
(m3)
135
270.000
0.20
225
450.000
0.15
191
286.500
1.25
4375
54.687,500
988,50
55.694,500
0.30
2
sungai masih dominan sehingga terbentuk endapan
gambut “Togeneous Peat” yang umumnya bercampur
Daerah
Isopach
(m)
0.10 –
0.10 –
0.30
3
lempung dengan ketebalan relatif tipis.
0.10 –
0.20
Hasil pengamatan secara megaskopis dari
pemboran maupun singkapan yang ada, endapan
4
1 – 1.5
Jumlah
gambut diketahui terdiri dari 3 kelas yaitu; Hemic,
safric dan clayey safric.
¾
Hemic
berwarna
3.3.3 Kualitas
coklat
tua
teriri
dari
Pembahasan kualitas gambut dilakukan secara
komponen serat-serat sisa kayu, batang, akar-
analisa kimia. Untuk mengetahui kualitas tersebut telah
akaran dan kulit berukuran dominan beberapa
dianalisa 14 conto yang dianggap mewakili sebagian
mm hingga 5 cm (H6-H7).
daerah penyelidikan. Conto-conto ini diambil dari
endapan gambut paling bawah secara “play sample”
1.
dari “Hemic sampai Clayeys afric”.
Secara stratigrafi, daerah penyelidikan hanya
disusun oleh satuan batuan aluvium tua (Qal)
Dari 14 conto yang dianalisa diketau raaratakandungan LN %, LJ%,M%VM5 FC %,St %, BD
dan muda (Qa).
2.
%CV KAL/GR,Ab % dan pH…
Endapan gambut yang dijumpai di daerah ini
terjadi di lngkungan rawa, temasuk jenis
endapan “Topogeneos Peat” dan terdiri dari 3
3.3.4 Prospek Pemanfaatan Endapan Gambut
umumnya
sebagai
bahan
kelas yaitu Hemic, safric (>70%) dan Clayey
berdasarkan pengalaman selain
energi
altenatif
gambut
dapat
safri.
3.
Dari hasil pengukuran lintasan topografi pada
dmanfaatkan antara lain untuk industri dan lahan
jalur-jalur pemboran diketahui permukaan
pertanian. Endapan gambut basa dikelompok sebagai
endapan gambut dan titik lokal berkisar hanya
berikut :
beberapa cm
¾
Daerah bergambut dengan ketebalan 0-atau
kurang dari 1 meter umumnya
¾
¾
dapat
2 meter, ketebalan gambut
maksimal 1,56 meter.
4.
Endapan
gambut
di
daerah
ini
tidak
dimanfaatkan sebagai lahan pertanian bahan
berkembang baik, disebabkan karena genesa
makanan,palawija dan hortikultura
pembentukannya pada lensa-lensa tipis dan
Lahan gambut dengan ketebalan kurang dari 2
bergelombang dan pengaruh anak-anak sungai
meter
digunakan
yang banyak mengalir di daerah ini dan lebih
sebagai lahan pertanian produksi perkebunan
dari 60% telah dibakar dijadikan lahan
rakyat ataupun perkebunan besar seperti karet,
pertanian
sagu dan sagu dengan irigasi yang teratur
gambut yang dihitung dari ketebalan 1 meter
Lahan gambut dengan ketebalan lebih dari 2
adalah + 54.687.500 m3 dalam luas areal
meter diharapkan dapat dipergunakan untuk
4375 Ha. Dari hasil analisa diketahui nilai
energi alternatif dan industri.
rata-rata kalori … kal/gr, kadar sulfur
biasanya
masih
dapat
dan
pesawahan.
Sumberdaya
% dan
kadar abu %.
Proses pemanfaatan dan pengembangan lahan
5.
Pemanfaatan
tanah
dan
lahan
gambut
gambut, karena ketebalan kurang dari 2 meter dan
disarankan
yang paling luas kurang dari 1 meter pada saat ini
pertanian, perkebunan dan lahan transmigrasi,
telah dimanfaatkan sebagai lahan transmigrasi di
dimana endapan gambut yang relatif tipis
blok 1,
merupakan bahan pengikat pupuk bila diolah
pertanian, sawah, sawah tadah hujan,
cukup
baik
sebagai
lahan
ladang hampir di seluruh daerah penyelidikan,
dengan
sedangkan di blok 4 masih belum dimanfaakan
alternatif tidak cukup prospek, untuk industri
berupa rawa-rawa.
sebagai pencampur bahan kertas di blok 4 bisa
baik,
dipertimbangkan.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Dari uraian-uraian yang telah dikembangkan
pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil
kesimpulan, bahwa :
sedangkan
untuk
energi
DAFTAR PUSTAKA
Bemmelen R.W.Van, 1949; The Geology of Indonesia, Martinus Nijhoff, The Haque.
Report on EnergyUse of Peat, United nations conference on New and Renewable Source of Energy, 1981.
Supardi, 1983; Kegunaan Gambut dan Perkembangannya di Indonesia, Direktorat sumberdaya Mineal, Bandung.
Supardi, dkk., 1990; Laporan Penyelidikan Endapan Gambut Daerah Muarakaman
N. Sikumbang dan R. Heryanto,1994; Peta Geologi Lembar Banjarmasin, Kalimantan
Timor, Jarsen, 1985; Energy Project Based on Peat and Bimass Indonesia. Technical Research Centre of Findland.
BARABAI
Pantai Hambawang
KANDANGAN
RANTAU
3° LS
MARABAHAN
KALIMANTAN
Tambarangan
Binuang
KOTABARU
BANJARMASIN
MARTAPURA
BANJARBARU
K
I
AL
N
MA
T
AN
SE
T
LA
AN
Batu Licin
Pagatan
Sabamban
PLEIHARI
P. LAUT
Satui
Kintap
Jorong
Asam-Asam
4° LS
L A U T
115° BT
J A W A
116° BT
Gambar 1. Lokasi dan kesampaian Daerah
BARABAI
Pantai Hambawang
KANDANGAN
Qal
GB.12
0.15
RANTAU
3° LS
MARABAHAN
Qal
KALIMANTAN
Tambarangan
Binuang
GB.19
0.25
BLOK 1
Qal
GB.13
0.25
KOTABARU
BANJARMASIN
MARTAPURA
n
un
ng
Ru
H
C
H.
pa
em
H.
a
tu
wa
ka
H
a
b
ib
.M
g
a
ra
e
is
.P
H
rw
ir
GB.27
0.20
H. T a r a m
H
a
.N
H
w
a
h
a
GB.26
0.15
G
.
H
m
e
b
i
H.
M
d
n
a
in
H
r ka
GB.44
0.15
H.
ta
a
la
B
.
a
N
m
a
r
J
u
b
il
.
H
ru
y
iu
GB.02
0.15
116° BT
GB.01
0.10
ir
U
.
H
.
J A W A
nd
Be
r
da
an
GB.08
0.10
GB.07
0.20
U
GB.06
0.20
GB.05
0.15
BLOK 3
r
GB.09
0.15
GB.10
0.20
SKALA 1 : 100.000
GB.11
0.20
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 Km
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 Cm
Ag
Ar
ia
ng
BANJAR UTARA
ar
S.
u
d
Bu
a
ay
KETERANGAN
a
Sungai
K E C. T A M B A N
13
G
it
it
Par
ah
am
KEC. SUNGAI TABUK
BANJARMASIN
Jalan
Qa
16
it
20
BANJAR TIMUR
it
arh
M
H.
ih
rs
be
Par
H.
Qal
ap
it
ta
Cin
Par
GB.47
0.20
Qal
rito
p
H.
21
u
GB.46
0.15
S.
b
n
a
n
aj
Qa
K E C. T A M B A N
p
m
u
.
H
rn
u
am
J
.
u
m
im
uk
KEC. ANJIRPASAR
Par
ka
er
a
ah
S
H.
a
li Ba
i t 10
nd
Par
K A
P U
A S
ku
H.
Batas litologi
KERTAHANYAR
BANJAR SELATAN
GB.86
0.90
GB.86
0.90
O
IT
AR
S. B
Qa
S. P a p a y
u
1 : 200
B
Batas Kecamatan
Qa
Satuan Litologi Aluvium muda
Qal
Satuan Litologi Aluvium tua
4
Titik ketinggian
Batas litologi
BLOK 4
GB.78
0.30
GB.79
0.60
GB.80
1.10
GB.81
1.20
GB.82
1.45
GB.83
1.50
GB.84
1.20
GB.76
1.05
GB.85
1.10
1 : 100.000
Isopah Gambut
GB.59
1.45
GB.70
GB.58
0.35
1.40
GB.57
GB.69
1.25
1.20
GB.56
1.20
GB.68
1.10
GB.55
GB.67
1.20
1.15
GB.51
GB.66
1.25
1.25
GB.54
GB.65
GB.52
0.70
1.30
1.10
GB.64
GB.53
1.35
0.30
GB.72
1.50
GB.71
GB.73
1.20
1.56
GB.74
1.50
GB.75
1.20
GB.77
0.40
Horisontal
Jalur lintasan topografi
GB.63
0.70
GB.60
1.40
C
Vertikal
Titik bor/ ketinggian
D
MARTAPURA
GB.62
1.20
GB.61
1.35
empat
S. Simpang
SKALA :
GB.87
1.15 KEC.
KEC. KERTAHANYAR
KEC. ALUH ALUH
PENAMPANG A
P. LAUT
PETA PETUNJUK
Qa
i
Se
i
er
L A U T
GB.03
0.10
KEC. ANJIR
MUARA
Par
i
B
H.
Pagatan
Sabamban
Satui
KEC. RANTAU BADAUH
n
na
S
S
rn
Mu
rn
Mu
ari
H
.
n
H
S . Ka
A
H.
uci
j
s
KEC. TAMBA
N
a
eti
H.
S
H.
Batu Licin
GB.43
0.15
GB.45
0.05
di
bu
S
H.
A
U
17
de
.
ru
GB.39
0.25
m
S
un
ek
H
.
rn
Mu
H.
ya
i Ja
M
H
GB.40
0.15
GB.41
0.20
GB.42
0.21
n
na
.
a
id
g
GB.38
0.20
GB.36
0.10
Sed
H.
N
115° BT
GB.04
0.05
k
H
H
GB.34
0.25
a
an
erh
a
B
GB.32
0.20
GB.33
0.20
U
g
GB.30
0.25
GB.31
0.34
GB.35
0.15
GB.37
0.05
TA
4° LS
GB.23
0.20
b
ra
H
BLOK 2
GB.24
0.15
s
.
H
Qa
S. Ba
ranaa
s
lu
i
GB.28
0.15
GB.29
0.05
a
T
.
O
n
LA
Asam-Asam
IT
a
SE
Kintap
R
p
MA
N
PLEIHARI
A
u
LI
A
NT
Jorong
GB.25
0.05
GB.48
0.30
GB.49
0.20
GB.50
0.15
KA
GB.16
0.40
B
h
GB.15
0.40
GB.21
0.20
S.
K
B
ra
Qal
it 6
Me
GB.20
0.20
GB.22
0.15
t
a
m
la
BANJARBARU
GB.14
0.35
GB.18
0.20
GB.17
0.30
H
S.
H.
e
.S
H
H.
S.
S.
i
a
Par
A
U
P
K
A
la
ot
ti
i
H.
A
H.
K
u
.M
rn
gu
u
an
S
H. B
PENAMPANG C
KEC. BANJARBARU
Saluran air
A
B
Garis penampang
D
S
6m
6m
6m
4m
4m
2m
2m
2m
2m
0m
0m
0m
0m
S S
4m
S
6m
S
S
Jalan
4m
DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL
DIREKTORAT JENDERAL GEOLOGI DAN SUMBERDAYA MINERAL
DIREKTORAT INVENTARISASI SUMBERDAYA MINERAL
PETA GEOLOGI DAN SEBARAN GAMBUT
DAERAH BARITO BELAWANG, KAB. BARITO KUALA
PROPINSI KALIMANTAN SELATAN
Disusun : Ir. A.D. Subekti
Diperiksa : Ir. Sukardi
Tahun
Digambar : A. Supardi
Disetujui : Ir. Sukardjo, M.Sc
Peta No. :
:
2001
2