BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Tekanan Darah - Karakteristik Penderita Hipertensi Dengan Komplikasi Yang Dirawat Inap Di Puskesmas Tanjung Balai Karimun Tahun 2010-2012

  a.

  Sebagai masukan kepada pihak puskesmas agar dapat lebih meningkatkan program pelayanan kesehatan bagi masyarakat baik itu penanggulangan maupun pengobatan kearah yang lebih baik.

  b.

  Sebagai sarana meningkatkan pengetahuan dan wawasan penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (FKM

  • – USU) dan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM).

  c.

  Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain untuk dapat melakukan penelitian yang berhubungan dengan hipertensi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Tekanan Darah

  Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan oleh darah ketika bersirkulasi didalam pembuluh darah. Tekanan darah merujuk kepada tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri darah ketika darah dipompa oleh jantung keseluruh anggota

  13 tubuh manusia.

  Tekanan darah dibuat dengan mengambil dua ukuran dan biasanya diukur adalah 120/80 mmHg. Nomor atas (120) menunjukan tekanan keatas pembuluh arteri akibat denyutan jantung dan disebut tekanan sistole batas normalnya adalah 90-120 mmHg. Nomor bawah (80) menunjukan tekanan saat jantung beristirahat diantara pemompaan dan disebut tekanan diastole, batas normalnya adalah 60-80. Saat yang paling baik mengukur tekanan darah adalah saat istirahat dan dalam keadaan duduk

  14 atau berbaring.

  2.2 Pengertian Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

  Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah secara abnormal dan terus menerus tekanan darah yang memberi gejala akan berlanjut kesuatu organ target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan hipertrofi ventrikel kanan/right ventricle hypertrophy (untuk otot jantung).

  15 Dengan target organ diotak berupa stroke yang membawa kematian yang tinggi.

  Klasifikasi derajat tekanan darah menurut Joint National Commite (JNC VII) on Detection Evaluation and Treatment of Hight Blood Preasure tahun 2003 adalah: a.

  Tekanan darah normal 120-130 mmHg TDS dan 80-89 mmHg TDD b. Hipertensi derajat I adalah 140-159 mmHg TDS dan 90-99 mmHg TDD

  7 c. Hipertensi derajat II adalah >160 mmHg TDS dan >100 mmHg TDD

  2.3 Klasifikasi Hipertensi

2.3.1 Klasifikasi Berdasarkan Etiologi

  a. Hipertensi Primer atau Esensial

  Hipertensi Primer atau Esensial adalah suatu peningkatan persisten tekanan arteri yang dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik normal tanpa subjek yang jelas. Biasanya disebabkan oleh faktor yang saling berkaitan bukan faktor tunggal/khusus. Hipertensi primer memiliki populasi kira-kira 90% dari

  17 seluruh pasien hipertensi.

  Hipertensi primer kemungkinan mempunyai banyak penyebab, diantaranya

  17 perubahan pada jantung dan pembuluh darah.

  b. Hipertensi Sekunder atau non Esensial

  Hipertensi Sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain yaitu kerusakan ginjal, diabetes, kerusakan vaskuler dan lain-lain. Sekitar 10% dari pasien hipertensi tergolong hipertensi sekunder. Jika penyebabnya diketahui maka disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2% penyebabnya adalah kelainan hormonal

  20

  atau pemakaian obat tertentu (misalnya pemakaian pil KB). Beberapa penyebab

  17

  terjadinya hipertensi sekunder adalah : b.1 Penyakit ginjal (contohnya: tumor ginjal, trauma pada ginjal/luka yang mengenai ginjal dan lain sebagainya) b.2 Kelainan hormonal b.3 Obat-obatan (contohnya: pil KB, kortikosteroid, siklosporin, kokain, penyalahgunaan alkohol) b.4 Penyebab lainnya (preeklamsi pada kehamilan, keracunan timbal akut)

2.3.2 Klasifikasi Penggolongan Hipertensi Berdasarkan TDS dan TDD

  Penggolongan hipertensi berdasarkan TDS dan TDD, untuk mengetahui tingkat keparahan penyakit hipertensi tersebut maka ESH (Europian Society of Hypertension) dan ESC (Europian Society of Cardiology) tahun 2013 dipakai batasan sebagai berikut :

  Sistolik Diastolik Optimal <120 <80 Normal 120-129 80-84

  Normal Tinggi 130-139 85-89 Hipertensi derajat 1 140-159 90-99 Hipertensi derajat 2 160-179 100-109 Hipertensi derajat 3 >180 >110

  Hipertensi terisolir >140 <90 WHO menggunakan tekanan diastolik sebagai bagian tekanan yang dipakai dalam kriteria diagnosis dan klasifikasi. Tekanan darah manusia meliputi tekanan darah sistolik tekanan darah waktu jantung menguncup dan tekanan darah diastolik

  

17

yakni tekanan darah waktu jantung istirahat.

  Pentingnya perhatian terhadap diastolik dalam manajemen hipertensi berkaitan dengan lebih tinginya prevalensi hipertensi diastolik dibandingkan dengan prevalensi sistolik sehingga diastolik sangat penting dalam menegakan diagnosis hipertensi. Diastolik dapat digunakan dalam pengukuran keberhasilan pengobatan hipertensi dan menjadi pegangan dalam melakukan prognosis serta pedoman dalam evaluasi atau

  17 pengontrolan pengobatan.

  2.4 Gejala Klinis Hipertensi

  Biasanya hipertensi esensial ringan sampai sedang tidak menunjukan gejala, tampak sehat selama bertahun-tahun. Nyeri kepala suboksifitalis berpulsasi yang khas terjadi pada permulaan pagi dan berkurang pada siang hari.

  Bila penyakit hipertensi ringan atau sedang tidak ditangani segera akan berlanjut menjadi hipertensi berat dan dapat menimbulkan gejala seperti sakit kepala/pusing (dibagian belakang kepala terutama pada pagi hari), jantung berdebar-debar, mudah marah, sulit bernafas setelah bekerja keras atau mengangkat beban berat, dunia terasa berputar (vertigo), penglihatan kabur/mata berkunang-kunang, hidung berdarah/mimisan, rasa berat ditengkuk, sering buang air kecil terutama pada malam

  19

  hari dan telinga berdengung (tinnitus): Hipertensi berat yang tidak ditangani segera dapat mengakibatkan komplikasi dengan meningkatkan kerusakan pembuluh darah yang meliputi arteri kecil (tahanan) dan arteriol serta arteri besar (saluran). Semua lesi ini bisa mengakibatkan morbiditas

  23 jantung, ginjal dan pembuluh darah otak serta kematian.

  2.5 Komplikasi

  Hipertensi berpengaruh terhadap hampir semua bagian tubuh, namun yang terpenting adalah jantung, pembuluh darah, otak, ginjal dan mata. Adapun komplikasi yang mungkin timbul tergantung pada berapa tinggi tekanan darah, berapa lama telah

  20 dialami, adakah faktor-faktor risiko lain dan bagaimana penyakit tersebut ditangani.

a. Jantung

  Hipertensi atau tekanan darah tinggi dapat menyebabkan terjadinya gagal

  20

  jantung dan penyakit jantung koroner (PJK). Pada hipertensi beban kerja jantung akan meningkat, otot jantung akan menyesuaikan sehingga terjadi pembesaran jantung dan semakin lama otot jantung akan mengendor dan berkurang elastisitasnya, yang disebut dekompensasi. Akibat dari dekompensasi jantung tidak mampu lagi memompa dan menampung darah dari paru, sehingga banyak cairan tertampung diparu maupun jaringan lainnya yang dapat

  13 menyebabkan sesak nafas atau oedema. Yang disebut dengan gagal jantung.

  b. Otak

  Komplikasi hipertensi pada otak menimbulkan risiko stroke, yaitu terganggunya aliran darah di pembuluh arteri yang menuju ke otak. Pembuluh arteri dan cabang-cabangnya menyuplai darah ke otak. Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan saluran arteri di otak pecah dan terjadi penumpahan darah ke

  13 otak .

  c. Ginjal

  Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan kerusakan ginjal karena tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan sistem penyaringan dalam ginjal, Akibatnya lambat laun ginjal tidak mampu membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi penumpukan di dalam tubuh. Makin tinggi hipertensi maka makin cepat terjadi kerusakan

  13 sistem penyaringan.

2.6 Epidemiologi Hipertensi

2.6.1 Berdasarkan Orang

  Di Amerika Serikat, hipertensi dijumpai pada 15% golongan kulit putih dewasa dan 25-30% golongan kulit hitam. Golongan kulit hitam lebih banyak terkena hipertensi di bandingkan dengan yang berkulit putih dikarenakan pada kulit hitam mengkonsumsi garam lebih tinggi, makan makanan yang berlebihan sehingga terjadi kegemukan, mengkonsumsi alkohol serta stress yang berlebihan dikarenakan ketidaknyamanan golongan kulit hitam ini bergabung dan sering disepelekan oleh lingkungannya sehingga terjadi ketegangan jiwa. Di Amerika serikat dan beberapa negara maju lainnya hipertensi terjadi pada satu dari empat orang dewasa diantara umur 18 tahun dan satu dari dua orang diatas 50 tahun. Bila ditinjau perbandingan antara perempuan dan laki-laki, ternyata tidak ada perbedaan yang nyata kejadian hipertensi antara perempuan dan laki-laki. Di Asia, penelitian di Taiwan prevalensi hipertensi 60,4 % (laki-laki 59,1% dan perempuan 61,9%) yang sebelumnya 31,1 % (laki-laki 29,4% dan perempuan 33,1%) yang baru terdiagnosis adalah 29,3% (laki- laki 29,7% dan perempuan 28,8%). (Kuswardhani,2007)

  Data statistik kesehatan dunia pada tahun 2012 1 dari 3 orang dewasa yang menderita hipertensi terdapat pada umur diatas 25 tahun Di Inggris, prevalensi tekanan darah tinggi pada usia pertengahan adalah 20% dan meningkat lebih 50% pada usia diatas 60 tahun. Survei WHO di Jakarta risiko penyakit kardiovaskuler prevalensi hipertensi berdasarkan jenis kelamin laki-laki umur 55 tahun mempunyai tekanan darah 160/90 mmHg pada tahun 1988 sebesar 13,6%, tahun 1993 sebesar 16,5% dan tahun 2000 sebesar 12,1%. Sedangkan pada perempuan umur 65 tahun prevalensi tahun 1988 mencapai 16%, tahun 1993 sebesar 17% dan tahun 2000 sebesar 12,2%. Menurut Inash (2007), prevalensi hipertensi di Indonesia pada orang

  7 dewasa umur 50 tahun keatas adalah 15-20%.

  2.6.2 Berdasarkan Tempat

  Prevalensi hipertensi berbeda-beda pada setiap daerah tergantung pada pola kehidupan masyarakatnya itu sendiri. Saat ini terdapat adanya kecenderungan bahwa masyarakat perkotaan lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan masyarakat perdesaan. Hal ini antara lain dihubungkan dengan adanya gaya hidup masyarakat kota yang berhubungan dengan risiko penyakit hipertensi seperti stress yang berlebihan, obesitas (kegemukan dikarenakan makan yang tidak terkendali), kurangnya olah raga dikarenakan tidak adanya waktu atau kesempatan yang digunakan hanya untuk bekerja, merokok, alkohol dan makan makanan yang

  19 mengandung tinggi kadar lemaknya.

  Data riset kesehatan dasar tahun 2007 menyebutkan propinsi dengan angka prevalensi paling tinggi ditempati propinsi Kalimantan Selatan dengan angka prevalensi 39,6 % dan terendah di Papua Barat (20,1%) terdapat pada usia >18 tahun. Sedangkan menurut kabupaten/kota dengan prevalensi tertinggi ada di Natuna

  11

  (53,3%) dan paling rendah terletak di Jaya Wijaya (6,8%)

  2.6.3 Berdasarkan Waktu

  Para penderita penyakit hipertensi berdasakan waktu berbeda setiap tahunnya. Menurut Arieska penderita hipertensi sudah menjadi masalah dunia. Tahun 2000, hipertensi menyumbang 12,8% dari seluruh kematian dan 4,4% dari semua

  7

  kecacatan. Hasil SKRT pada tahun 2001 dikalangan penduduk 25 tahun keatas

  9

  terdapat 27% laki-laki dan 20% perempuan menderita hipertensi. Hasil SKRT pada

  9 22 tahun 2004 menjadi meningkat 27,5%.

2.6.4 Faktor yang memengaruhi tekanan darah

a. Umur

  Umur berpengaruh pada risiko terkena penyakit hipertensi, karena umur menyebabkan perubahan di dalam jantung dan pembuluh darah. Tekanan darah meningkat sesuai dengan usia, karena arteri secara perlahan kehilanagn keelastisannya. Dengan meningkatnya umur maka gejala arteriosklerosis semakin nampak dan menunjang peningkatan tahanan perifer total dan dapat menyebabkan hipertensi. Tetapi penyakit hipertensi tidak hanya diderita pada umur lanjut melainkan dapat juga terjadi pada umur masih muda, dikarenakan usia diatas 10

  10 tahun (24,5%) penduduk Indonesia mengkonsumsi makanan asin setiap hari.

  Prevalensi hipertensi penduduk Indonesia diatas umur 30 tahun sebesar 32,2% dari

  10 23 populasi. Risiko wanita meningkat setelah mengalami masa menoupause.

  Hipertensi paling banyak dialami umur 31-55 tahun dan umumnya berkembang pada saat mencapai paruh baya. Yakni cenderung meningkat khususnya yang berusia lebih dari 40 tahun bahkan 60 tahun. (Krummel, 2004)

  Menurut hasil penelitan Sigalingging,G di Rumah Sakit Herna, penderita hipertensi menurut umur 50-70 tahun terdapat 60 orang (75%), umur <50 tahun 15 orang (18,75%), umur 71 tahun terdapat 71 orang(6,25 %).

b. Jenis kelamin

  Pada usia dini tidak dapat bukti nyata tentang adanya perbedaan tekanan darah laki-laki dan perempuan. Akan tetapi, mulai pada masa remaja, laki-laki cenderung menunjukan arah rata-rata yang lebih tinggi. Perbedaan ini lebih jelas terlihat pada orang dewasa muda dan orang setengah baya. Pada usia tua, perbedaan itu menyempit dan polanya bahkan dapat berbalik. Perubahan pada masa tua antara lain dapat dijelaskan dengan tingkat kematian awal yang lebih tinggi pada pria setengah baya pengidap hipertensi, sementara perubahan pasca-menopause pada wanita dapat pula berpengaruh. Banyak penelitian sedang dilakukan untuk mengevaluasi apakah penambahan estrogen dapat melindungi terhadap kenaikan-relatif tekanan darah pada

  23 masa tua seorang wanita.

  Pria dalam polpulasi umum memiliki angka diastolik tertinggi pada tekanan darahnya dibandingkan dengan wanita pada semua usia dan juga pria memiliki angka diastolik tertinggi untuk terjadinya hipertensi. Walau pria memiliki insiden tertinggi kasus kardiovaskuler pada semua usia, hipertensi pada pria dan wanita dapat menyebabkan stroke, pembesaran ventrikel kiri, dan disfungsi ginjal. Hipertensi terutama mempengaruhi wanita karena faktor risiko dapat dimodifikai dan hipertensi sering terjadi pada wanita tua dikarenakan wanita mengalami penurunan hormon estrogen pada masa menopause sehingga perlindungan terhadap peningkatan tekanan darah semakin menurun, maka masa menopause yang dialami wanita mengakibatkan

  10 peningkatan kasus hipertensi.

  Menurut hasil penelitan Sigalingging,G di Rumah Sakit Herna, penderita hipertensi menurut jenis kelamin yang banyak menderita hipertensi adalah pria 46 orang (57,5%) dan wanita 34 orang (42,5%)

c. Suku

  Kebiasaan hidup atau gaya hidup seseorang salah satunya ditentukan oleh kebudayaan atau kepercayaan suatu wilayah (pantangan makan, mitos tentang pangan, proses penyediaan pangan serta jenis mata pencaharian pokok penduduk)(Suhardjo 1989). Pemicu terjadinya hipertensi yang akut disebabkan terlalu berlebihan mengkonsumsi garam dalam makanan serta tanpa didukung pola

  10 makan yang tidak sehat dan teratur.

  Kabupaten karimun yang memiliki laut yang luas sangat memungkinkan penyakit hipertensi mudah diderita. Mayoritas penduduk yang bertempat tinggal suku melayu yang berdomisili di kawasan pantai sehingga pada umumnya banyak mengkonsumsi makanan laut (seperti udang, kepiting, ikan). Didukung budaya makan orang melayu berbagai lauk pauk tidak akan sempurna jika tidak diiringi dengan nasi. Nasi disandingkan dengan lauk pauk dan ulam-ulaman, bahan yang digunakan oleh suku melayu seperti cabai, terasi dan santan. (Husein,A 1988) Kebiasaan makan suku melayu dikawasan pantai kurangnya mengkonsumsi buah- buahan dan sayur, makanan yang asin dan berlemak, makanan jeroan serta makanan yang diawetan dapat memicu terjadinya hipertensi.(Suhardjo,1989 dalam Aisyiyah, FN 2009).

  Menurut hasil penelitan Sigalingging,G di Rumah Sakit Herna, penderita hipertensi menurut suku menunjukan bahwa kelompok suku yang banyak menderita hipertensi adalah suku Batak dengan jumlah 50 orang (62,5%), Jawa dengan jumlah 10 orang (12,5%), Karo 15 orang (18,5%), dan lainnya 5 orang (6,25%) .

d. Status sosioekonomi

  Dinegara-negara yang berada pada tahap pasca-peralihan perubahan ekonomi dan epidemiologi, selalu dapat ditunjukan bahwa tekanan darah dan prevalensi hipertensi yang lebih tinggi terdapat pada golongan sosioekonomi rendah. Hubungan yang terbalik itu ternyata berkaitan dengan tingkat pendidikan, penghasilan dan pekerjaan. Akan tetapi dalam masyarakat yang berada dalam masa peralihan dan pra- peralihan dan prevalensi-hipertensi yang lebih tinggi ternyata terdapat pada golongan sosioekonomi yang lebih tinggi. Ini barangkali menggambarkan tahap awal epidemi penyakit kardiovaskuler. Pengalaman pada sebagian besar masyarakat telah menunjukan bahwa peningkatan epidemi berpengaruh pada pembalikan golongan

  23 sosial ini .

  Menurut hasil penelitan Sigalingging,G di Rumah Sakit Herna, penderita hipertensi menurut status sosialekonomi menunjukan bahwa kelompok pekerjaan terdapat 40 orang (50%) sebagai ibu rumah tangga, 20 orang (25%) wiraswasta, 8 orang (10 %) pegawai swasta, 7 orang (8,75%) pegawai negeri dan terdapat 5 orang (6,25%) petani. e. Keturunan / genetika Riwayat keluarga yang menunjukan adanya tekanan darah yang meninggi merupakan faktor risiko paling kuat bagi seseorang untuk mengidap hipertensi di masa datang. Tekanan darah kerabat dewasa tingkat pertama (orang tua, saudara kandung) yang dikoreksi terhadap umur dan jenis kelamin. Dasar genetika tekanan darah tinggi yang didukung oleh penelitian eksperimental dengan baik, dan sementara beberapa penyakit hipertensi monogen pada manusia telah dipaparkan. Hipertensi secara umum saat ini masih dianggap poligen. Sejumlah besar pembawa gen hipertensi sedang diselidiki. Pada sejumlah orang normotensi dan hipertensi, baik

  23 dalam rihwayat keluarganya terdapat peningkatan tekanan darah ataupun tidak.

  f. Obesitas Bukti mengenai hubungan yang langsung, erat dan taat asas antara bobot badan dan tekanan darah muncul dari kajian pengamatan secara lintas bagian dan prospektif. Kelebihan bobot tubuh (obesitas) berkaitan dengan 2-6 kali kenaikan risiko mendapatkan hipertensi. Pada populasi barat, jumlah kasus hipertensi yang disebabkan oleh obesitas diperkirakan 30-65%.

  Dari data pengamatan WHO tahun 1996, regresi multivariat tekanan darah menunjukan kenaikan TDS 2-3 mmHg dan TDD 1-3 mmHg utuk setiap kenaikan 10 kg bobot tubuh. Bagi seseorang yang memiliki lemak bertumpuk pada daerah sekitar pinggang dan perut (bentuk buah apel) lebih mungkin terkena tekanan darah tinggi bila dibandingkan mereka yang memiliki kelebihan lemak dipaha dan pinggul. Indeks massa tubuh digunakan untuk mengukur kadar kegemukan kombinasi atau perbandingan antara berat badan dan tinggi badan. Dimana dikatakan kurus bila IMT kurang dari 20, berat badan sehat bila IMT 20-25, kawasan peringatan bila IMT 25-

  23 27 dan obesitas bila IMT diatas 27.

  g. Konsumsi Garam Diet garam dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah dan prevalensi hipertensi. Efek ini diperkuat dengan diet kalium yang rendah. Penurunan diet natrium dari 180 mmol (10,5 gr) perhari menjadi 80-100 mmol (4,7-5,8 perhari)

  23 menurunkan tekanan darah sistolik 4-5 mmHg.

  h. Alkohol (minuman keras) Ada beberapa populasi, konsumsi minuman keras selalu berkaitan dengan tekanan darah tinggi seperti ditunjukan oleh kajian lintas bagian maupun kajian observasi. Efek akut dan kronis telah dilaporkan dan tidak tergantung pada obesitas, merokok, kegiatan fisik, jenis kelamin maupun umur. Memang tidak jelas apakah ada harga ambang, tetapi jika minuman keras diminum sedikitnya dua kali perhari, TDS naik kira-kira 1,0 mmHg dan TDD kira-kira 0,5 mmHg per satu kali minum.

  Peminum harian ternyata mempunyai TDD dan TDS lebih tinggi, berturut-turut 6,6 mmHg dan 4,7 mmHg dibandingkan dengan peminum sekali seminggu. Berapa pun

  23 jumlah total yang diminum setiap minggunya.

  i. Olah raga Orang normotensi serta kurang gerak dan tidak bugar mempunyai risiko 20-

  50% lebih besar untuk terkena hipertensi selama masa tindak lanjut jika dibandingkan dengan orang yang lebih aktif dan bugar. Beraerobik secara teratur, yang cukup untuk mencapai sekurang-kurangnya kebugaran fisik sedang, ternyata bermanfaat, baik untuk mencegah maupun untuk menangani hipertensi. Hubungan terbalik antara tekanan darah dan kegiatan aerobik pada waktu luang tetap ada, sekalipun telah disesuaikan dengan faktor umur, jenis kelamin, indeks massa tubuh dan kegiatan

  23 ditempat kerja.

2.7 Upaya Pencegahan Hipertensi

  2.7.1 Pencegahan Primodial

  Pencegahan primodial dilakukan dalam mencegah munculnya faktor risiko terhadap penyakit hipertensi yang merupakan pencegahan tahap awal, agar masyarakat yang sehat tidak sampai terkena penyakit hipertensi. Dalam pencegahan primodial itu sendiri dengan cara melakukan pendekatan populasi maupun

  26 perorangan. Antara lain dengan cara mempertahankan gaya hidup yang sehat.

  2.7.2 Pencegahan Primer

  Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pencegahan primer/fase pre-pathogenesis

  26

  adalah a.

  Gaya Hidup : meningkatkan pengetahuan dan pendidikan tentang bahaya penyakit hipertensi, reduksi stress, makan rendah garam, lemak dan kalori, latihan fisik, tidak merokok, makan cukup sayur dan buah serta konsumsi vitamin dengan benar. Istirahat yang cukup dan olah raga yang teratur. b.

  Lingkungan : kesadaran atas stress kerja, menerapkan dan meningkatkan pola hidup sehat, hindari kegiatan yang menimbulkan stress.

  c.

  Biologi : perhatian terhadap faktor risiko biologis (jenis kelamin, riwayat keluarga), efek aspirin.

  d.

  Pelayanan kesehatan : pendidikan kesehatan dan pemeriksaan tekanan darah.

  26

2.7.3 Pencegahan Sekunder

  Pencegahan sekunder ditujukan kepada individu yang memiliki risiko untuk terjadinya hipertensi. Pencegahan sekunder dilakukan dengan pemeriksaan dini untuk mendeteksi adanya hipertensi dan melakukan terapi bukan obat dan terapi obat. Terapi bukan obat dilakukan dengan pengurangan berat badan pasien hipertensi agar lemak yang didalam tubuh tidak menghambat peredaran darah karena adanya penyempitan pada pembuluh darah. Sedangkan terapi obat dilakukan untuk mencegah terjadinya proses penyakit yang lebih lanjut dan komplikasi.

  Pemeriksaan yang lebih teliti perlu ditingkatkan pada organ target untuk menilai komplikasi hipertensi. Identifikasi pembesaran jantung, tanda payah jantung, pemeriksaan funduskopi, tanda gangguan neurologi dapat membantu menegakan

  19

  diagnosa komplikasi akibat hipertensi. Pemeriksaan penunjang yang rutin dapat dilakukan penderita hipertensi untuk mendeteksi penyakit yang bisa diobati dan

  13 menilai fungsi jantung dan ginjal.

  Pencegahan bagi yang terancam dan menderita hipertensi adalah dengan dilakukan : a. Pemeriksaan berkala : a.1 Pengukuran tekanan darah secara berkala dialkukan tim medis untuk mengetahui apakah menderita hipertensi atau tidak. a.2 Mengendalikan tensi secara teratur agar tetap stabil dengan atau tidak menggunakan obat anti hipertensi.

  b. Pengobatan/perawatan b.1 Pengobatan segera dilakukan supaya penderita hipertensi dapat segera dikendalikan penyakit hipertensinya. b.2 Menghindari komplikasi dengan menjaga agar tidak terjadinya hiperkolesterolemia, diabetes melitus dan lain lain. b.3 Menstabilkan tekanan darah agar penderita hipertensi kualitas hidupnya tidak menurun sehingga mampu beraktivitas dengan baik. b.4 Memperkecil efek samping pengobatan supaya tidak timbul penyakit lainnya. b.5 Mengobati penyakit pendamping seperti : penyakit diabetes melitus dan penyakit jantung koroner,

2.7.4 Pencegahan Tersier

  26 Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pencegahan tersier adalah : a.

  Menurunkan tekanan darah ketingkat normal, b. Mencegah memberatnya tekanan darah tinggi sehingga tidak menimbulkan kerusakan pada jaringan tubuh, c.

  Memulihkan kerusakan organ dengan obat anti hipertensi, d. Mengontrol tekanan darah sehingga tidak menimbulkan komplikasi penyakit seperti stroke, penyakit jantung koroner. e.

  Melakukan penanganan tepat dan cepat, menghindari kecacatan dan kematian akibat hipertensi tak terkendali

2.8 Kerangka Konsep

  

Karakteristik Penderita Hipertensi dengan komplikasi

  1. Sosiodemografi

  Umur Jenis Kelamin Suku Agama Pendidikan Pekerjaan Status Perkawinan Tempat Tinggal

  2. Keluhan Utama

  3. Derajat Hipertensi

  4. Lama Rawatan

  5. Sumber Biaya 6.

  Keadaan Sewaktu Pulang

Dokumen yang terkait

Karakteristik Penderita Hipertensi Dengan Komplikasi Yang Dirawat Inap Di Puskesmas Tanjung Balai Karimun Tahun 2010-2012

1 39 117

Karakteristik Penderita Hipertensi Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi Medan Tahun 1999-2000

1 54 76

Karakteristik Penderita Hipertensi Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Tingkat II Kesehatan Daerah Militer I Bukit Barisan Medan Tahun 2002 - 2003

0 26 95

Karakteristik Penderita Hipertensi Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakait Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmat Pekanbaru Tahun 2004-2008

0 34 112

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Diabetes Mellitus - Karakteristik Penderita Penyakit Diabetes Mellitus Dengan Kompliksi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Martha Friska Tahun 2014

0 7 24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Kanker Payudara - Karakteristik Penderita Kanker Payudara Yang Dirawat Inap Di Rsu Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011-2013

0 0 34

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Diabetes Mellitus - Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Komplikasi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2012-2013

0 1 26

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tuberkulosis - Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Pada Balita yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2012

0 0 26

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Gastroenteritis - Karakteristik Bayi Penderita Gastroenteritis yang Dirawat Inap di RSUD Puri Husada Tembilahan Tahun 2011 - 2012

0 0 16

Karakteristik Penderita Hipertensi Dengan Komplikasi Yang Dirawat Inap Di Puskesmas Tanjung Balai Karimun Tahun 2010-2012

0 0 19