BAB I PENDAHULUAN - Analisis Implementasi Rekomendasi Pemupukan Padi Sawah Dan Pengembangan Wilayah Di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

  Pengembangan wilayah merupakan upaya untuk memberikan kesejahteraan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat, baik melalui perbaikan ekonomi maupun sosial dari masyarakat tersebut. Perbaikan ekonomi masyarakat dapat dicapai melalui peningkatan pendapatan, sedangkan peningkatan pendapatan masyarakat dapat dilakukan dengan menciptakan lapangan kerja dan memberikan kemudahan prasarana.

  Indonesia merupakan negara agraris, dimana sebagian besar masyarakat memiliki mata pencaharian sebagai petani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam kesejahteraan kehidupan penduduk Indonesia. Beberapa hal yang mendasari pentingnya pembangunan pertanian di Indonesia, antara lain sumber daya alam yang besar dan beragam, serta pangsa terhadap pendapatan nasional yang cukup besar. Besarnya jumlah penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian dan perannya dalam penyediaan pangan masyarakat dan menjadi basis pertumbuhan di pedesaan maka sektor pertanian menjadi sektor yang penting untuk dikembangkan. Kontribusi sektor pertanian terhadap PDB pada tahun 2012 berdasarkan harga berlaku sebesar 14,44% dan kontribusi sektor pertanian masih relatif lebih besar dibandingkan dengan sektor lainnya selama periode 2010 - 2012 dan setiap tahun mengalami peningkatan. Sektor pertanian menyerap tenaga kerja sebesar 35,05% pada tahun 2012.

  Target pemerintah di sektor pertanian, dapat dilihat dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pertanian 2010 – 2014 yang telah ditetapkan yaitu pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan, peningkatan nilai tambah, daya saing dan peningkatan kesejahteraan petani. Pada Sidang Kabinet 22 Pebruari 2011 Presiden memberikan arahan agar target swasembada beras berkelanjutan diubah menjadi surplus beras. Pemerintah memberikan perhatian khusus terhadap tanaman pangan khususnya ketersediaan beras, karena beras merupakan komoditas pangan yang sangat strategis dan merupakan makanan pokok utama bagi masyarakat Indonesia. Kecukupan pangan wajib terpenuhi secara memadai sebagai hak dan kelangsungan hidup bangsa, untuk menjaga kestabilan ekonomi dan politik bangsa.

  Dalam menghadapi perubahan iklim global yang berdampak pada sistem usahatani padi di semua negara produsen padi dunia, maka Indonesia harus memiliki surplus beras sebagai cadangan pangan. Bantacut, T. (2012), menyatakan bahwa Pemerintah Indonesia berkeinginan meningkatkan produksi padi hingga surplus 10 juta ton pada tahun 2014. Dengan perubahan target dari swasembada berkelanjutan beras ke surplus 10 juta ton beras pada 2014, maka perlu dilakukan berbagai strategi untuk mencapai sasaran tersebut. Untuk mencapai hal tersebut ditempuh 2 (dua) strategi, yaitu peningkatan produksi dan penurunan konsumsi beras. Dalam rangka peningkatan produksi, strategi yang ditempuh adalah peningkatan produktivitas antara lain dengan melakukan adopsi dan adaptasi teknologi dari berbagai sumber, baik lokal maupun mancanegara. Salah satu teknologi yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pemupukan secara berimbang sesuai kebutuhan lapangan.

  Petani sebagai pelaksana usahatani (baik sebagai jurutani maupun sebagai pengelola) adalah manusia yang disetiap pengambilan keputusan untuk usahataninya tidak selalu bebas dilakukan karena adanya batasan-batasan yang ada pada petani, baik itu lingkungan sosial maupun ekonominya (Markidanto, 1993). Klausmeier dan Gwin (1966) dalam Markidanto (1993) menyatakan bahwa, umur merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi efesiensi belajar, karena akan berpengaruh terhadap motivasinya untuk belajar.

  Para petani yang umumnya kurang mampu, lahan pertanian yang dimilikinya sempit, rata-rata dibawah 0,5 hektar, mereka selalu berbuat dengan waspada lebih hati-hati karena takut mengalami kegagalan. Jadi penerapan inovasi teknologi terhadap golongan ini sangat rendah (Kartasapoetra, 1991). Menurut Astrid S. (1978) dalam Widiyanti (2003) untuk dapat mengerti sesuatu maka orang harus mempunyai pengalaman atau tingkat pendidikan tertentu. Menurut Soekartawi (1988) pendidikan formal merupakan sarana belajar dimana selanjutnya diperkirakan akan menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan menuju penggunaan praktek pertanian yang lebih modern. Mereka yang berpendidikan tinggi relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi inovasi. Petani yang berpendapatan tinggi seringkali ada hubungannya dengan tingkat difusi inovasi. Sebaliknya banyak kenyataan yang menunjukkan bahwa para petani yang berpenghasilan rendah adalah lambat dalam melakukan difusi inovasi. Kemauan untuk melakukan percobaan atau perubahan dalam difusi inovasi yang cepat sesuai dengan kondisi yang dimiliki petani umumnya menyebabkan pendapatan petani lebih tinggi.

  Menurut Brush, R. (2010), IRRI’s nutrient management expert yang menyatakan bahwa : penggunaan input pertanian, khususnya pupuk diakui secara luas sebagai kunci utama ketahanan pangan. Pupuk mendorong pertumbuhan secara signifikan dan menghasilkan keuntungan yang besar. Penggunaan pupuk yang rendah telah terbukti menyebabkan stagnasi produktivitas. Meskipun petani pada umumnya mengakui pentingnya melakukan pemupukan pada tanaman untuk mendapatkan hasil yang tinggi, petani sering melakukan kesalahan dalam aplikasi pemupukan, baik waktu pemupukannya maupun jumlah yang tepat untuk mendapatkan keuntungan yang tinggi dari pemupukan yang dilakukan. Hal ini karena jumlah optimal dan sumber nutrisi untuk memenuhi kebutuhan tanaman dapat bervariasi antar spesifik lokasi. Jika pupuk diaplikasikan sedikit atau pada waktu yang salah, dapat menyebabkan kerugian. Disisi lain, aplikasi diluar kebutuhan tanaman tidak hanya mengurangi keuntungan tetapi juga dapat menyebabkan pencemaran bagi lingkungan.

  Berdasarkan data BPS tahun 2010 diketahui masih cukup luas areal panen padi yang produktivitasnya dibawah 5 ton/ha yaitu mencapai 5.984.277 hektar atau 45,16% dari 13.253.458 hektar luas panen padi di Indonesia. Sedangkan potensi produksi padi dari berbagai varietas di lahan irigasi teknis > 6 ton/ha (Kementerian Pertanian, 2013).

  Pemerintah melalui beberapa kebijakan mendukung agar pendapatan petani di Indonesia dapat meningkat. Berbagai investasi dilakukan oleh pemerintah untuk mendorong pertumbuhan sektor pertanian, antara lain pembangunan irigasi, penyuluhan pertanian dan berbagai bentuk investasi dalam bentuk subsidi. Salah satu investasi Pemerintah dalam bentuk subsidi adalah dengan memberikan subsidi pupuk. Subsidi pupuk diperuntukkan bagi petani, pekebun, peternak yang mengusahakan lahan dengan total luas maksimal 2 (dua) hektar atau petambak dengan luasan maksimal 1 (satu) hektar setiap musim tanam per keluarga.

  Luas panen padi sawah di Kecamatan Tanjung Morawa pada tahun 2011 adalah 4.592,21 ha dengan produktivitas sebesar 4,57 ton/ha. Pada tahun 2012 luas panen padi sawah meningkat menjadi 5.330,30 ha dengan produktivitas rata- rata 4,739 ton/ha, sedangkan pada tahun 2013 terjadi penurunan luas panen padi sawah menjadi 3.559 ha dengan produktivitas rata-rata 6,8 ton/ha (BPP Tanjung Morawa, 2014).

  Permintaan pupuk subsidi di Kecamatan Tanjung Morawa terus meningkat. Peningkatan alokasi pupuk bersubsidi pada tahun 2013, untuk pupuk urea sebesar 14,97%, SP-36 2,72%, NPK 41,36% dan organik meningkat sebesar 10,87%, sedangkan jumlah permintaan pupuk ZA menurun sebesar 29,04%.

  Terjadinya peningkatan kebutuhan terhadap pupuk bersubsidi dan terbatasnya anggaran untuk penyediaan subsidi maka pemerintah menganjurkan agar petani melakukan pemupukan secara berimbang dan efisien. Untuk memudahkan petani dalam melakukan pemupukan sesuai dengan kebutuhan di lapangan maka melalui Kementerian Pertanian pemerintah menerbitkan Rekomendasi pemupukan berdasarkan Permentan Nomor : 40/Permentan/OT.140/4/2007. Berdasarkan Permentan No. 40/2007, maka rekomendasi pemupukan padi sawah di Kecamatan Tanjung Morawa adalah Urea 250 kg/ha, SP36 100 kg/ha dan KCl 50 kg/ha.

  Kecamatan Tanjung Morawa merupakan salah satu wilayah sentra produksi beras di Kabupaten Deli Serdang. Luas baku lahan sawah pada tahun

  2013 adalah 2.815 ha dengan jumlah petani 7.749 orang atau 11,31% dari jumlah penduduk yang bekerja. Kecamatan Tanjung Morawa yang berbatasan dengan ibukota Povinsi Sumatera Utara dan keberadaan Bandara Internasional Kuala Namu yang lokasinya dekat dengan Kecamatan Tanjung Morawa maka penting diteliti apakah sektor pertanian di Kecamatan ini masih menjadi andalan dalam peningkatan pendapatan masyarakat yang berkontribusi untuk pengembangan wilayah.

  Dari seluruh uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian “Analisis Implementasi Rekomendasi Pemupukan Padi Sawah dan Pengembangan Wilayah di Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang”.

1.2. Identifikasi Masalah

  1. Pengembangan Wilayah dapat dicapai melalui peningkatan pendapatan masyarakat.

  2. Sektor Pertanian memegang peranan penting bagi peningkatan ekonomi di Indonesia, karena sebagian besar penduduk Indonesia memiliki mata pencaharian sebagai petani.

  3. Keuntungan yang diperoleh petani padi sawah belum maksimal karena penggunaan input produksi tidak efesien.

  4. Peningkatan produktivitas padi sawah dapat dicapai melalui pengelolaan penggunaan pupuk sesuai rekomendasi pemupukan.

  5. Kontribusi sektor pertanian khususnya pertanian padi sawah cukup besar terhadap perekonomian masyarakat.

  1.3. Perumusan Masalah

  Berdasarkan uraian latar belakang, permasalahan yang dibahas antara lain:

  1. Apakah ada pengaruh faktor umur, lama pendidikan, lamanya bertani, luas lahan, status kepemilikan, total pendapatan keluarga dan harga terhadap jumlah pupuk yang digunakan oleh petani?

  2. Apakah ada pengaruh jumlah pupuk yang digunakan terhadap produksi padi sawah di Kecamatan Tanjung Morawa?

  3. Apakah penggunaan pupuk pada pertanian padi sawah di Kecamatan Tanjung Morawa sudah efesien?

  4. Apakah ada pengaruh peningkatan produksi terhadap pengembangan wilayah di Kecamatan Tanjung Morawa?

  1.4. Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan penelitian ini antara lain:

  1. Menganalisis pengaruh faktor umur, lama pendidikan, lamanya bertani, luas lahan, status kepemilikan, total pendapatan keluarga dan harga terhadap jumlah penggunaan pupuk oleh petani.

  2. Menganalisis pengaruh jumlah pupuk yang digunakan terhadap produksi padi sawah.

  3. Menganalisis jumlah penggunaan pupuk terhadap efesiensi produksi padi sawah.

  4. Menganalisis pengaruh peningkatan produksi padi sawah terhadap pengembangan wilayah di Kecamatan Tanjung Morawa.

1.5. Manfaat Penelitian

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

  1. Memberikan beberapa pertimbangan dan masukan bagi pemerintah dan penyuluh pertanian dalam memberikan informasi kepada petani agar mengetahui manfaat penggunaan pupuk sesuai Rekomendasi Pemupukan.

  2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dan penyuluh dalam membuat perencanaan kebutuhan pupuk.

  3. Sebagai bahan acuan untuk peneliti yang ingin meneliti lebih jauh tentang rekomendasi pemupukan pada padi sawah.