Analisis Spektral dan Waveform Cross Correlation Tremor Vulkanik Gunungapi Bromo Jawa Timur Pada Letusan Tahun 2016

  NATURAL B, Vol. 4, No. 1, April 2017 Kasus Lapis Tipis PZT

  

Analisis Spektral dan Waveform Cross Correlation Tremor

Vulkanik Gunungapi Bromo Jawa Timur Pada Letusan Tahun

1)* 2) 3)

2016

1)

Meidi Arisalwadi , Sukir Maryanto , Hetty Triastuty

2)

Program Studi Magister Ilmu Fisika, Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Brawijaya

Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya

3)

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Bandung

  

Diterima 23 Januari 2017, direvisi 30 April 2017

ABSTRAK

Gunungapi Bromo merupakan salah satu dari serangkaian gunungapi aktif di Indonesia yang

terletak di dalam kaldera Tengger, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Gunungapi Bromo mengalami

peningkatan aktivitas vulkanik pada akhir tahun 2015 sampai awal tahun 2016. Penelitian dilakukan untuk

menentukan karakteristik tremor vulkanik. Metode yang digunakan untuk menentukan karakteristik dari

tremor vulkanik adalah analisis spektral dan analisis waveform cross correlation. Analisis spektrogram

didapatkan nilai frekuensi 1-8 Hz untuk tremor vulkanik Gunungapi Bromo. Hasil analisis spektral tremor

vulkanik Gunungapi Bromo dapat dilihat berdasarkan nilai puncak-puncak frekuensi yang tidak

beraturan yang berarti tremornya tipe spasmodik. Berdasarkan Pola puncak-puncak dari analisis spektral

tremor yang menggunakan 3 stasiun memiliki pola yang sama dan analisis waveform cross correlation

tremor vulkanik Gunungapi Bromo diindikasikan berasal dari sumber mekanisme yang sama karena

didapatkan nilai koefiesien cross correlaton cukup baik yang berkisar diantara 0,6-0,8. Kata Kunci: seismik, tremor, spektral, spektrogram, waveform cross correlation

ABSTRACT

  Bromo volcano is one of a series of active volcanoes in Indonesia, located on the Tengger caldera,

Probolinggo, East Java. Bromo volcano has increased volcanic activity in the end 2015 until early 2016. The

research was conducted to determine the characteristics of volcanic tremors. The methods used to

determine the characteristics of volcanic tremors are spectral analysis and cross-correlation waveform

analysis. Spectrogram analysis obtained frequency value 1-8 Hz for volcanic tremor of Bromo Volcano.

  

From the results of spectral analysis volcanic tremor, it’s can be seen the value of the frequency peaks

irregular means the type of spasmodic tremor. Based on the pattern of the peaks of the tremor spectral

analysis using 3 stations having the same pattern and the analysis of cross-correlation waveform volcanic

tremor of Bromo volcano was indicated from the same source mechanism because the correlation coefficient

value is good that ranged about 0.6 – 0.8. Keywords: seismic, tremor, spectral, spectrogram, waveform cross correlation

  Bromo mengalami peningkatan aktivitas

  PENDAHULUAN

  vulkanik, seperti yang diketahui pada akhir tahun 2015 sampai awal tahun 2016. Gunungapi Bromo terletak pada 7°55’30”

  Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di Pos LS dan 112°37’00” BT dengan tinggi

  PGA Bromo, tremor vulkanik Gunungapi puncaknya 2329 m dari permukaan laut (dpl). Bromo secara perlahan energinya mulai

  Posisinya berada di wilayah Kabupaten meningkat ditandai dengan membesarnya Probolinggo, Provinsi Jawa Timur. Gunungapi amplitudo tremor vulkanik, sehingga pada 4

  Desember 2015 statusnya dinaikkan dari Level

  • II (Waspada) menjadi Level III (Siaga) [1].
    • Corresponding author:

      E-mail: meidi.arisalwadi@gmail.com Pemantuan dan monitoring gunungapi

  Pada Letusan Tahun 2016

  dapat menggunakan metode geofisika. Metode seismik saat ini merupakan metode geofisika utama dalam pemantauan dan monitoring gunungapi, dimana pengamatan yang dapat dilakukan secara kontinyu. Dalam pengamatan gunungapi hal yang perlu diketahui adalah karakteriktik gempa vulkanik. Gempa vulkanik merupakan gempa yang dihasilkan dari aktivitas gunungapi yang tercatat oleh seismogram. Gempa vulkanik terbagi menjadi 4 tipe, yaitu gempa vulkanik A, gempa vulkanik

  B, gempa tremor, dan gempa letusan [2,3]. Pada Gunungapi Bromo aktivitas vulkanik di dominasi oleh gempa tremor vulkanik.

  Penelitian ini dilakukan untuk menentukan karakteristik dari tremor vulkanik Gunungapi Bromo. Tremor vulkanik merupakan aktivitas vulkanik yang menandakan awal dari pergerakan magma dan menjadi salah satu penanda akan terjadinya letusan [2].

  Metode yang digunakan untuk menentukan karakteristik dari tremor vulkanik dengan menganalisis waveform dan spektralnya seperti yang pernah dilakukan di Gunungapi Semeru dengan menganalisis spektral tremor harmonik dan menentukan frekuensi tremor Gunungapi Semeru [4,5]. Metode untuk mengetahui sinyal tremor berasal dari sumber yang sama bisa dilakukan dengan menganalisis waveform cross

  correlation . Metode ini pernah dilakukan di

  Gunungapi Augustine dan Redoubt untuk mengetahui perulangan sinyal seismik berdasarkan kemiripan dari bentuk gelombang, dan untuk mengetahui bentuk gelombang tremor maupun swarm setiap fase aktivitas gunung- gunung tersebut memiliki kemiripan [6,7].

  Kemiripan antara suatu sinyal dengan sinyal lainnya dapat mengindikasikan bahwa sinyal tersebut berasal dari lokasi sumber dan mekanisme yang sama.

  Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, analisis tremor vulkanik di Gunungapi Bromo perlu dilakukan untuk mengetahui karakteristik dan mekanisme sumbernya. Karakterisasi tremor vulkanik dilakukan berdasarkan frekuensinya dan kemiripan sinyal berdasarkan waveform dari ada tremor yang terekam pada seismometer. Sehingga dalam penelitian ini akan dilakukan analisis spektral dan analisis waveform cross correlation.

METODE PENELITIAN

  Seleksi Data. Data penelitian yang

  digunakan adalah data sekunder rekaman seismik Gunungapi Bromo pada bulan Februari 2017. Data rekaman seismik tersebut didapatkan dari 3 (tiga) buah stasiun temporer

  Broadband yaitu stasiun Batok (BTK), stasiun

  Kursi (KUR) dan stasiun Pos (POS). Seperti dapat dilihat Gambar 1 kontur posisi stasiun.

  

Gambar 1. Posisi stasiun seismometer Gunungapi Bromo

  Kasus Lapis Tipis PZT

Gambar 2. Contoh data seismogram Gunungapi Bromo pada stasiun BTK yang terekam di 3 komponen.

     

  Pada analisis spektral ini menggunakan seluruh bentuk sinyal sehingga jika terjadi kesalahan informasi akan mudah dihindari dengan pengukuran titik- titik dalam domain waktu. Terdapat dua cara dalam estimasi spektral dapat dilakukan yaitu estimasi secara langsung dan tidak langsung. Estimasi secara langsung diterapkan dengan transformasi secara langsung pada data mentah untuk mendapatkan estimasi spektralnya dengan mengaplikasikan FFT (Fast Fourier Transfrom). Sedangkan cara tidak langsung dapat dilakukan dengan cara periodogram rata-rata [10].

  h(t) = fungsi dalam kawasan waktu t = waktu (detik) f = frekeunsi (Hz)

  = fungsi dalam kawasan frekuensi

  H(f)

  dimana,

  (2)

      df e f H t h ft j 2

      

   2 (1)

   H dt e t h f ft j

      

  Data hasil rekaman seismik pada setiap stasiun berupa rekaman digital yang dilakukan secara terus menerus selama 24 jam (Gambar 2). Data ini kemudian dibagi menjadi 48 bagian, setiap bagian merupakan data yang direkam selama 30 menit. Seismometer yang digunakan untuk merekam data adalah seismometer tipe

  transformasi Fourier untuk mengubah dari domain waktu ke domain frekuensi. Transformasi Fourier merupakan metode untuk menentukan kandungan frekuensi dari sebuah sinyal. Hasil dari transformasi Fourier adalah distribusi densitas spektral yang mencirikan amplitudo dan fase dari beragam frekuensi yang menyusun sinyal. Transformasi Fourier dapat dituliskan oleh persamaan (1) dan (2)[9]

  event gempa. Dalam analisis ini diterapkan

  spektral merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui frekuensi dominan suatu

  event gempa yang terjadi secara visual. Analisis

  dengan melihat pola sinyal gelombang yang terbentuk. Analisis ini dapat membedakan jenis

  Analisis Waveform dan Spektral. Analisis waveform merupakan analisis yang dilakukan

  [8].

  Geopsy 2.10 . Software ini dapat memotong event tremor sesuai dengan waktu kejadiannya

  400 V/m/s. Dilakukan pemelihan data (event tremor), pada proses ini pemilihan event tremor dilakukan dengan menggunakan software

  GURALPH CMG-40T dengan sensitivitas 2 x

  Analisis spektral diterapkan pada data di domain waktu yang dipilih. Dari analisis spektral ini dapat ditentukan kandungan frekuensi tremor beserta estimasi besarnya daya dari setiap frekuensi yang bersangkutan. Nilai frekuensi dominan yang diperoleh dari analisis spektrum, digunakan untuk menentukan sumber tremor serta frekuensi dominan dari sumber itu terhadap data tremor yang dihasilkan relatif sama antara satu dengan lainnya. Untuk memastikan apakah data yang terekam berasal dari sumber atau mekanisme sumber yang sama, maka pola spektrum dibandingkan dengan pola spektrum data dari stasiun lain. Pada Letusan Tahun 2016

  Pada penelitian ini analisis spektral digunakan program Matlab GUI Seismo_Volcanalysis yang dibuat oleh Philippe Lesage dan dikembangkan oleh PVMBG. Dengan program ini dapat dilakukan penentuan spektrogram dan spektrum frekuensi dari event yang sudah diseleksi [8]. Diagram alir dapat dilihat pada Gambar 3.

  Waveform cross corroletaion dapat dituliskan

  Analisis data dari waveform tremor tersebut yang dilakukan yaitu mengubah domain waktu ke domain frekuensi dengan proses FFT. Proses ini digunakan untuk mengetahui informasi mengenai frekuensi yang terkandung dalam sebuah sinyal. Sebelum dilakukan FFT terhadap sinyal tremor yang terpilih dilakukan filter dengan bandpass 1-10 Hz. Frekuensi tremor berada pada range frekuensi tersebut, hal ini pernah dilakukannya pada analisis spektral pada Gunungapi Bromo untuk melihat karakteristik tremornya [14]. Tujuannya difilter dan dilakukan FFT adalah untuk meminimalis atau menghindari keikutsertaan derau (noise) dalam analisis frekuensi. Sinyal-sinyal derau tersebut antara lain sinyal gempa-gempa tektonik, sinyal- sinyal volkano-tektonik, sinyal oleh gempa-

  atau pola sinyal gelombang dari gempa vulkanik secara visual. Hal ini berdasarkan dengan karakteristik yang sudah di tentukan atau berdasarkan karakteristik tremor vulkanik dari Minakami (1974) [2,3]. Dalam penelitian ini dilakukan pemilihan event tremor vulkanik (Gambar 4a). Event tremor seperti yang tampak pada Gambar 4a dipilih karena event tremor yang berlangsung secara kontinyu. Sehingga dari hasil pemilihan event tersebut tidak dapat dihitung jumlah event yang terjadi tetapi dapat dihitung kejadian berdasarkan perubahan amplitudo secara tiba-tiba.

  Analisis Waveform dan Spektral. Analisis waveform dilakukan dengan melihat bentuk

  Berdasarkan hasil analisis dari metode ini, metode waveform cross correlation digunakan untuk mengukur kemiripan dua sinyal sebagai fungsi dari time-lag dengan mengidentifikasi nilai korelasi maksimum dan waktu relatif dari setiap pasangan gelombang yang dianalisis [13].

   (5)

   

   

  ≝     f m g n m

      n g f

  seperti dibawah ini

  Sedangkan untuk fungsi diskritnya,

  Gambar 3. Diagram untuk analisis spektral

   (4)

     

  ≝     f g t d   

      t g f

HASIL DAN PEMBAHASAN

  corroletaion dari 2 fungsi kontinyu f dan g [12].

  ) [11]. Pada penelitian ini, sinyal tremor yang dianalisis dipotong terlebih dahulu dengan sekitar 30 sekon untuk mendapatkan event tremornya. Kemudian ditentukan tingkat kemiripan antar sinyal dan diplot dalam bentuk matriks yang menampilkan koefisien korelasi antar setiap event yang dianalisis. Waveform cross corroletaion menerapkan metode pengukuran secara statistik yang membandingkan bentuk gelombang dari dua sinyal sebagai fungsi dari pergeseran waktu. Adapun persamaan waveform cross

  correlation ini dilakukan menggunakan Toolbox “GISMO” (toolbox correlation waveform for MATLAB

  data tersebut. Tahap waveform cross

  waveform cross correlation dari masing-masing

  Analisis waveform cross correlation tremor Gunungapi Bromo. Data yang digunakan dipilih berdasarkan analisis spektral dan bentuk gelombang (waveform) selanjutnya dilakukan

  Kasus Lapis Tipis PZT

  Nilai frekuensi merupakan salah satu karakteristik dari tremor vulkanik. Sinyal tremor yang terpilih kemudian dianalisis untuk diperoleh kandungan spektralnya menggunakan program Matlab GUI Seismo_Volcanalysis. Program ini menganalisis sinyal dengan metode periodogram dan STFT (Short Time Fourier Transform) [8]. Berdasarkan Gambar 4, tampak pada salah satu data tremor 09 Februari 2016 jam 20.00 dianalisis spektral. Hasil dari analisis tersebut berupa spektrogram (Gambar 4b) dan periodogram spektrum frekuensinya (Gambar 4c).

  Hasil analisis spektrogram ditentukan untuk melihat power spectrum sinyal tremor dalam fungsi waktu dan frekuensi. Sedangkan, Analisis periodogram rata-rata dilakukan untuk mengamati spektrum frekuensinya (Gambar 4c). Tampak pada hasil spektrogram kandungan frekuensi sinyal tremor tersebut berada range 1-8 Hz yang ditunjukan dengan skala bernilai tinggi (warna merah). Tampilan spektrogram dengan warna merah diartikan sebagai frekuensi yang memiliki amplitudo spektrum maksimum. Sementara, spektrum frekuensinya (Gambar 4c) tampak puncak frekuensinya sulit untuk ditentukan dan tidak adanya perulangan puncak secara periodik dan nilai frekuensi dominannya sekitar 5 Hz maka tremor Gunungapi Bromo dapat dikategorikan tremor non-harmonik (spasmodik) [8]. Tremor spasmodik yaitu tremor yang tidak memiliki keraturan puncak frekuensi dan tidak adanya perulangan puncak secara periodik.

  

Gambar 4. (a) Waveform event tremor yang terekam di stasiun BTK pukul 20:00 dan hasil analisis spektral berupa (b)

spektrogram dan (c) periodogram spektrum frekuensi.

  Penentuan untuk mengetahui event tremor vulkanik yang berasal dari sumber yang sama maka perlu dilakukan analisis spektral pada 3 stasiun. Pada Gambar 5 dapat dilihat grafik spektral yang berasal dari 3 stasiun (POS, KUR, dan BTK) pada komponen Z (vertikal). Garis merah putus-putus yang tampak pada Gambar 5 memperlihatkan puncak-puncak frekuensi pada 3 stasiun memiliki pola yang sama, hal ini yang menggambarkan bahwa event berasal dari sumber yang sama. Namun frekuensi dominan pada tiap stasiun tidak sama. Stasiun BTK dan

  KUR mempunyai frekuensi lebih tinggi dari pada POS berkisar antara 5-6 Hz. Hal tersebut disebabkan oleh medium penjalarannya. Analisis spektrum tremor adalah untuk memprediksi pola dinamika sumber sinyal. Satu nilai frekuensi yang dominan akan mewakili satu sumber di dalam tubuh gunungapi. Sinyal bisa berasal dari kantong magma, dapur magma maupun sinyal yang berasal dari pergerakan fluida di dalam pipa magma [8]. Pada Letusan Tahun 2016

  koefisien korelasi yang merepresentasikan kemiripan antar sinyal gelombang yang dianalisis dengan skala 0 hingga 1 seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 6 [11]. Sumbu x pada grafik Gambar 6 merupakan nomor kejadian (event number), sumbu y adalah waktu dan indikator warna merupakan nilai korelasi bentuk gelombang. Sumbu x dan sumbu y sebenarnya mengindikasikan waktu terjadinya tremor. Namun, untuk memudahkan pembacaan, sumbu x diubah namanya menjadi nomor kejadian dengan data yang di olah 200 sinyal. Berdasarkan Gambar 6 didapatkan nilai koefisien korelasi cukup bagus berkisar 0,5-0,8 [7]. Jika dianalisis dari tampilan matriks tersebut maka dapat dilihat bahwa ada beberapa perbedaan tremor yang terjadi di Gunungapi Bromo pada periode bulan Februari 2016 (data yang dianalisis) yang ditunjukkan oleh garis

  Gambar 5. Puncak-puncak frekuensi dari salah satu merah putus-putus. sinyal tremor vulkanik Gunungapi Bromo

  Sinyal tremor peridoe 9 - 10 Februari 2016

  yang terekam pada tanggal 11 Februari 2016

  berada di kelompok yang sama dengan nilai

  di 3 stasuan seismometer (BTK, KUR, dan koefisien korelasi berkisar 0,6-0,8 (Gambar 6). POS)

  Sinyal tremor yang terekam di BTK cukup Analisis Waveform Cross Correlation tinggi berdasarkan pengamatan data digital atau

  

Tremor Gunungapi Bromo. Metode waveform nya. Frekuensi dominan sinyal tremor

waveform crosss correlation digunakan untuk yang terjadi pada tanggal periode 9 Februari

  mengetahui korelasi antar sinyal tremor yang 2016 dan 10 Februari 2016 berada pada kisaran terekam. Analisis ini dilakukan menggunakan 5,5 Hz. Sinyal tremor pada tanggal 11 Februari data dari stasiun Batok (BTK) dikarenakan 2016 berdasarkan Gambar 6 di atas berada stasiun ini merupakan stasiun terdekat dari dalam satu kelompok tersendiri dengan nilai kawah Gunungapi Bromo dimana sinyal yang koefisien korelasi berkisar 0,5-0,7. Pada tanggal terekam lebih bagus. Hasil dari analisis dengan ini, sinyal tremor berubah ubah tidak menerus metode waveform cross correlation ini yaitu dengan frekuensi dominan sekitar 6 Hz.

  

Gambar 6. Matriks koefisien korelasi data tremor Gunungapi periode 09 - 10 Februari 2016

  Penulis sangat berterimakasih pada seluruh pihak yang terlibat dalam penelitian ini, khususnya Laboratorium Geofisika, Jurusan Fisika Universitas Brawijaya, rekan-rekan kelompok riset BRAVO ENERGEOBHAS dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.

  Berdasarkan bentuk gelombang dan bentuk spektrum tremor vulkanik Gunungapi Bromo termasuk tremor non harmonik (spasmodik) seperti yang telah diklasifikan oleh Minakami [2,3], karena tidak adannya perulangan puncak secara periodik. Secara keseluruhan tremor Gunungapi Bromo merupakan gabungan tremor non-harmonik (awal) dan harmonik (akhir) atau sebaliknya. Beberapa peneliti menyebut tremor tersebut dengan istilah quasi-harmonic tremor. Dalam penelitian yang dilakukan tremor harmonik mempunyai ciri adanya perulangan puncak secara periodik pada puncak spektrumnya [15]. Pada penelitian ini tremor Gunungapi Bromo dikarakterisasi menjadi dua tipe tremor yaitu tremor yang terjadi terus menurus dengan amplitudo yang tinggi mempunyai frekuensi dominan sekitar 5 Hz dan tremor yang berasosiasi dengan letusan atau letupan mempunyai frekuensi dominan sekitar 4,5 Hz. Perubahan secara temporal dari frekuensi tremor vulkanik berkaitan dengan perubahan parameter fisis yang mengontrol sumber tremor vulkanik, dalam beberapa penelitian nilai frekuensi berkaitan dengan geometri saluran conduit [16]. Berdasarkan hasil waveform cross correlation dapat diketahui bahwa perbedaan kelompok tremor yang terjadi di Gunungapi Bromo ini dipengaruhi oleh bentuk sinyal yang terekam pada stasiun dan frekuensi dari tremor tersebut. Dari nilai koefisien korelasi yang diperoleh menunjukkan bahwa secara keseluruhan setiap tremor yang terjadi di Gunungapi Bromo memiliki korelasi satu sama lain dengan nilai lebih dari 0,5 yang berarti bahwa tremor yang terjadi merupakan rentetan tremor yang berasal dari sumber yang sama [5].

  Kasus Lapis Tipis PZT

UCAPAN TERIMAKASIH

DAFTAR PUSTAKA

  E. (2016) Erupsi Bromo Desember 2015

  H., F., A.S.N., Andrian, W. and Prasodjo,

  [1] Triastuty, H., Mulyana, I., Kuswandarto,

  • – Februari 2016. GEOMAGZ (Majalah Geologi Populer) , Bandung.

  korelasi yang cukup baik dengan nilai korelasi tinggi 0,8 pada hari 9 dan 10 Februari 2016.

  waveform cross correlation didapatkan hasil

  8 Hz. Tremor dianalisis menggunakan metode

  Berdasarkan yang telah dilakukan dengan menggunakan data pada bulan Februari 2016 maka didapatkan beberapa kesimpulan antara lain karakteristik tremor Gunungapi Bromo mempunyai kandungan frekuensi dominan berkisar 5 Hz dan kandungan frekuensi berdasarkan spectrogram berada pada range 1-

  Change 2013 - The Physical Science Basis , second edi. Cambridge University

  Press, Cambridge. p. 1 –30. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415 324.004

  [3] Minakami, T. (1974) Seismology of volcanoes in Japan. Dev Solid Earth

  Geophys , 6, 1 –27.

  [4] Schlindwein, V., Wassermann, J. and Scherbaum, F. (1995) Spectral analysis of harmonic tremor signals at Mt. Semeru Volcano, Indonesia. Geophysical

  Research Letters , 22, 1685 –8.

  https://doi.org/10.1029/95GL01433 [5] Konstantinou, K.I. and Schlindwein, V. (2003) Nature, wavefield properties and source mechanism of volcanic tremor: a review. Journal of Volcanology and

  Geothermal Research , 119, 161 –87.

  https://doi.org/10.1016/S0377- 0273(02)00311-6

  [6] Buurman, H. and West, M.E. (2010) Seismic precursors to volcanic explosions during the 2006 eruption of Augustine Volcano [Internet]. Power, J.A., Coombs., M.L., Freymueller, J.T.,eds., 2006 Erupt. Augustine Volcano, Alaska U.S.G.S Prof. Pap. 1769. [7] Buurman, H., West, M.E. and Thompson, G.

  KESIMPULAN

  [2] Zobin, V.M. (2012) Summary for Policymakers. In: Intergovernmental Panel on Climate Change, editor. Climate Pada Letusan Tahun 2016

  eruption. Journal of Volcanology and

  Geothermal Research , Elsevier B.V. 259,

  16 –30. https://doi.org/10.1016/j.jvolgeores.2012.04. 024 [8] Lumbanraja, W. and Brotopuspito, K.S.

  (2015) Identifikasi Dinamika Magma Berdasarkan Analisis Tremor Vulkanik di Gunungapi Slamet Jawa Tengah. Jurnal

  Fisika Indonesia , 19.

  [9] Brigham, E.O. (1988) The fast Fourier transform and its applications. Prentice- Hall. Inc, New Jersey, USA. [10] Triastuty, H. (1996) Analisis Fisis Tingkat

  Kegiatan Gunung Bromo Berdasarkan Spektral Tremor dan Hiposenter Gempa Gunungapi. Instut Teknologi Bandung.

  [11] West, M.E. (2008) Tools and topics in seismic waveform cross ‐correlation

  [Internet]. GI Seismology Lab., University of Alaska Fairbanks, Alaska. [12] Weisstein, E.W. (2017) Cross-Correlation [Internet]. Wolfram MathWorld.

  [13] Triastuty, H. (2014) Penentuan Lokasi sumber tremor vulkanik Gunung Api Raung pada erupsi di bulan Oktober- November 2012. Jurnal Gunungapi Dan Mitigasi Bencana Geologi , 6. [14] Gottschämmer, E. (1999) Volcanic tremor associated with eruptive activity at Bromo volcano. Annali Di Geofisica, 42. https://doi.org/10.4401/ag-3731 [15] Maryanto, S., Iguchi, M. and Tameguri, T. (2008) Constraints on the source mechanism of harmonic tremors based on seismological, ground deformation, and visual observations at Sakurajima volcano, Japan. Journal of Volcanology and

  Geothermal Research , 170, 198 –217.

  https://doi.org/10.1016/j.jvolgeores.2007. 10.004

  [16] Wildani, A. (2013) Analisis Tremor Gunungapi Raung, Jawa Timur - Indinesia. Universitas Brawijaya.