Studi Lapangan Pedagang Kaki Lima

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada umatnya, sehingga saya
dapat menyelesaikan laporan hasil kegiatan wawancara ini dengan baik.
Dalam penyusunannya, saya mengucapkan terimakasih kepada Dosen
Pengantar Ilmu Sosial saya yaitu Bapak Sukidin yang telah memberikan
dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar.Dari sanalah semua
kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan
dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.
Meskipun saya berharap isi dari laporan hasil kegiatan wawancara saya ini
bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang.Oleh karena
itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar tugas makalah
hasil kegiatan wawancara ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata saya mengucapkan terimakasih, semoga laporan hasil kegiatan
wawancarasaya ini bermanfaat.

Jember, 03 Desember 2016
Penulis

BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat maka
diperlukan peran serta para pelaku ekonomi atau para pengusaha sesuai dengan
bidangnya masing-masing.Demikian juga, dorongan dan motivasi baik dari
pemerintah maupun masyarakat terhadap pengusaha terutama usaha kecil dan
menengah demi meningkatkan kesejahteraan keluarga khususnya dan ekonomi
masyarakat pada umumnya.Maka dari itu penulis mencoba melakukan observasi
lapangan atau langsung bertemu dengan salah satu pengusaha kecil yang biasa
kita temui di pinggiran jalan atau biasa juga disebut dengan pedagang kaki lima
untuk melakukan wawancara serta mengetahui sejauh mana usaha dan upaya
peningkatan ekonomi keluarganya dan bagaimana peran serta masyarakat di
lingkungan atau wilayah setempat.
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada laporan hasil observasi wawancara ini, sebagai
berikut:
Bab I: Pendahuluan, meliputi:
 Latar Belakang Masalah
 Sistematika Penulisan
 Tujuan Penulisan Observasi dan Wawancara

 Waktu dan Tempat Wawancara.
Bab II: Laporan Hasil Observasi dan Wawancara
Bab III: Kesimpulan

Tujuan Penulisan dan Observasi
Tujuan penulisan dan observasi ini adalah:
1. Untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen Matakuliah Pengantar
Ilmu Soisal semester 1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember tahun ajaran 20162017
2. Untuk mengetahui seputar pekerjaan pedagang kaki lima (PKL), dan juga
suka duka dari pekerjaan mereka.
3. Untuk mengetahui sejauh mana usaha peningkatan ekonomi masyarakat
terutama pengusaha kecil dan menengah.
Waktu dan Tempat Wawancara:
Hari/Tanggal

: Jumat, 02 Desember 2016

Waktu


: 06.00 WIB s/d selesai

Tempat

: Jalan Kalimantan, Sumbersari, Kab.Jember

Narasumber

: Ibu Reni, Seorang Pedagang Kaki Lima

Pewawancara

: Yevi Kurnia

Topik

: Wawancara Pedagang Kaki Lima

BAB II
LAPORAN HASIL OBSERVASI DAN WAWANCARA

Ibu Reni (narasumber) yang berusia 57 tahun merupakan salah satu
pedagang kaki lima yang berjualan di area kampus Universitas Jember tepatnya
berada di Jalan Kalimantan sebelah barat Gedung Soetardjo. Ibu Reni sudah
berjualan selama 15 tahun, dimulai pada tahun 2001 sampai dengan sekarang.
Ketika saya bertanya mengapa ibu Reni memilih profesi ini, beliau mengatakan
karena menjadi pedagang kaki lima tidak membutuhkan modal besar.
Dulunya ibu Reni berasal dari Kediri, akan tetapi setelah menikah beliau
memutuskan untuk ikut bersama suaminya pindah ke Jember dikarenakan sang
suami yang bekerja di sana. Namun, ketika sudah tinggal di Jember nasib berkata
lain, suami ibu Reni kehilangan pekerjaan dikarenakan pada waktu itu terjadi
PHK besar-besaran di tempat kerjanya yang mengakibatkan sang suami
kehilangan mata pencaharian, sehingga ibu Reni yang memang dasarnya pintar
memasak memutuskan untuk memilih berjualan makanan di pinggir jalan dengan
alasan untuk menggantikan sang suami yang sudah tidak bekerja lagi. Menjadi
pedagang kaki lima merupakan pekerjaan tetap ibu Reni yang dilakoninya sampai
sekarang untuk mencari nafkah guna mencukupi kebutuhan keluarga.
Ibu Reni memilih lokasi di sekitar kampus Universitas Jember
dikarenakan posisinya yang cukup strategis dan ramai dilalui oleh banyak
orang.Terutama pada waktu pagi hari banyak orang yang berolahraga dan singgah
ke warungnya untuk membeli makanan. Selain itu lokasi jualan yang berada di

dekat kampus memudahkan para mahasiswa khususnya anak kos untuk membeli
makan dengan harga yang sangat terjangkau.
Dalam

berjualan makanan Ibu Reni menggunakan gerobak yang

ditempatkan di bawah pohon dengan satu kompor kecil di samping gerobak dan
banner di depan gerobak dengan nama “Warung Lesehan”, diberi nama Warung
Lesehan dikarenakan pelanggan yang datang untuk makan duduknya bukan di
kursi melainkan di pelataran dengan beralaskan tikar dan meja kecil di depannya.

Ibu Reni berjualan makanan mulai pukul 06.00 WIB sampai dengan pukul
14.30 WIB. Jika makanan yang dijualnya belum habis maka tutupnya bisa lebih
dari jam tersebut dengan harapan makanan yang dijualnya dapat habis.
Makanan yang dijual ibu Reni pun bervariasi, ada nasi tumpang, nasi
rawon, nasi pecel nasi lalapan, nasi jagung dan urap-urap. Untuk membuat
berbagai macam makanan tersebut biasanya ibu Reni berbelanja bahan-bahan dan
sayuran di pasar Tanjung (pasar lokal). Ibu Reni berbelanja ke pasar sehabis
pulang dari berjualan. Karena makanan yang dijualnya banyak maka bahan-bahan
yang dibelinya pun juga banyak seperti daging sapi untuk membuat rawon,

sayuran untuk membuat pecel dan urap-urap, telur, tempe, tahu, beras, bumbu
bumbu dapur seperti bawang merah, bawang putih, cabai, dan lainnya
.Ibu Reni mulai mengolah bahan untuk dijadikan masakan yang dijualnya
mulaipukul 02.30 WIB sampai dengan pukul 05.30 WIB. Ibu Reni biasa menanak
nasi kurang lebih 10kg setiap harinya.Dalam proses produksinya, semua kegiatan
seperti memasak dilakukannya sendiri tanpa ada karyawan yang membantunya.
Dalam berjualan biasanya nasi yang dijualnya habis namun terkadang
juga tidak tergantung dari ramainya pelanggan begitupun dengan sayurannya. Jika
sayuran (kulupan) yang dijual tidak habis maka sayuran tersebut dibuang karena
sifat sayuran yang tidak tahan lama. Namun, jika nasi yang dijualnya tidak habis
biasanya nasi tersebut dimanfaatkan ibu Reni untuk membuat opak puli.
Opak puli (biasa disebut kerupuk gendar) merupakan kerupuk dengan
bahan nasi putih sisa yang dicampur dengan bumbu-bumbu dapur seperti bawang
putih, gula, garam, ketumbar yang dihaluskan, setelah dihaluskan bumbu-bumbu
tersebut dicampur bersama nasi sisa dan diremat-remat dengan menggunakan
plastik bersih (sebagai sarung tangan) sampai nasi tersebut lembut (tiidak terlihat
butiran-butirannya) Setelah dirasa cukup, nasi kemudian dicetak dengan cara
mengambil sedikit adonan nasi yang sudah diremat tadi kira-kira seukuran
kelereng lalu ditindih dengan telenan yang kuat hingga nasi berbentuk bulat tipis.
Jika adonan tadi sudah dibentuk sampai habis maka langkah selanjutnya adalah


nasi disusun di tampah kemudian dijemur kira-kira 1-2 hari agar kering, jika
sudah kering langkah selanjutnya adalah menggorengnya dan jadilah opak
puli.Jika pedagang lain menggunakan rempeyek lain lagi dengan Ibu Reni yang
menggunakan opak puli sebagai pelengkap nasi pecelnya.
Dari banyak variasi makanan yang dijualnya, menu favorit kesukaan
pelanggan adalah nasi pecelnya terutama nasi pecel tumpang. Ketika saya
bertanya kepada ibu Reni tentang bagaimana cara untuk membuat nasi tumpang
yang enak beliau mengatakan kepada saya bahwa cara untuk membuat nasi pecel
tumpang tidaklah sulit sebab bahan-bahan yang digunakannya sangatlah
merakyat. Pecel berbahan dasar kacang tanah sedangkan tumpang lebih
keperpaduan tempe waras dan tempe yang telah busuk (orang Jawa menyebutnya
sebagai tempe bosok) yang diracik dengan cabe rawit dan cabe besar dengan
rempah-rempah lainnya. Namun cita rasa yang dihasilkan akan berbeda antara
satu tangan dengan tangan yang lain. Antara warung lesehan yang satu dengan
yang lainnya.Begitulah kira-kira.
Nasi pecel tumpang merupakan makanan khas dari daerah asal ibu Reni
yaitu Kediri.Cara penyajian sambal tumpang tak jauh beda dengan cara penyajian
sambal pecel, yaitu dengan nasi yang di atasnya diberi aneka lalapan atau sayurmayur yang telah direbus terlebih dahulu lalu disiram dengan sambal
tumpangModel penyajian sambal tumpang biasanya pada pincuk berbentuk

kerucut terbalik atau ditaruh di piring dengan diletakkan di bagian sisinya. Untuk
harga makanan yang ditawarkannya pun bervariasi dan cukup murah tergantung
dari makanan yang dipesan pelanggan.Untuk nasi pecel/tumpang dihargai
Rp.6000, nasi rawon Rp.12.000, Nasi lalapan Rp.7000, Nasi jagung Rp.5000,
urap-urap Rp.5000. Harga tersebut bisa bertambah disesuaikan dengan lauk yang
kita pesan. Ibu Reni dalam berjualan makanan tidak mematok harga mahal karena
target penjualannya yang dikhususkan untuk para kalangan menengah ke bawah
terutama para mahasiswa dikarenakan harganya yang cukup terjangkau.

Modal awal yang ibu Reni keluarkan dahulu untuk berjualan makanan
dihitung kurang lebih sekitar Rp.500.000karena pada jaman dahulu semuanya
masih serba murah. Bahkan kata ibu Reni harga satu bungkus nasi pecel saja
dulunya dihargai Rp.500. Namun seiring berjalannya waktu membuat harga bahan
pokok semakin mahal, maka makanan yang dijual ibu Reni harganya pun semakin
bertambah pula, tidak sama dengan yang dulu. Untuk modalnya sendiri ibu Reni
menggunakan gaji terakhir bekerja yang didapatkan suaminya sebelum terkena
PHK ditambah dengan uang hasil tabungannya. Menurut beliau menjadi seorang
pedagang kaki lima tidak membutuhkan modal yang sangat besar, hanya modal
awalnya saja yang membutuhkan modal yang banyak dan itupun masih dapat
dijangkau oleh keuangan pribadi. Modal awal memang relatif besar dikarenakan

selain untuk membeli bahan-bahan juga digunakan untuk melengkapi peralatan
dan perabotan yang mendukung untuk berjualan seperti gerobak dorong, meja
kecil, kompor, piring, sendok dan peralatan lainnya.Uang sebesar Rp.500.000
bagi ibu Reni sudah cukup untuk membuka usaha asal ulet, giat, dan mau
mengerjakan usaha tersebut. Menjadi pedagang kaki lima yang berjualan makanan
itu kuncinya harus ulet dalam artian dalam menjalankan usahanya agar terus
berjalan harus dilakukan dengan sungguh-sungguh. Kedua, harus mampu
memberikan pelayanan yang baik dengan motto 4S yakni senyum, salam, sopan,
santun, apapun itu segala sesuatunya dilayani dengan ramah. Hal lain yang harus
diperhatikan dalam membuka usaha salah satunya harus bisa membaca
lingkungan sekitar dengan keterampilan tentu saja.
Penghasilan yang didapat dalam berjualan ibu Reni pun tidak
menentu.Jika makanan yang dijualnya habis maka ibu Reni bisa mendapatkan
uang dari hasil berjualannya Rp.700.000 dengan laba bersih Rp.150.000. Jika
tidak terjual habis biasanya hanya mendapatkan uang Rp.500.000. Walaupun
begitu ibu Reni tetap merasa bersyukur atas pendapatan dari berjualan yang
diperolehnya. Seberapapun hasil yang diperolehnya asalkan halal akan tetap
dilakoninya guna mencukupi kebutuhan hidup dan keluarganya. Selain itu

menjadi pedagang kaki lima seperti ibu Reni tidak dikenakan uang iuran tidak

seperti yang terjadi pada pedagang kaki lima lima pada umumnya.
Ketika saya bertanya mengenai suka dukanya berjualan menjadi pedagang
kaki lima, ibu yang murah senyum ini menjawab bahwa beliau merasa senang
bekerja seperti ini karena memasak adalah hobinya apalagi jika makanannya laku
dan dagangannya habis terjual. Tetapi ketika hujan datang mengguyur, beliau
merasa sedih karena menjadi tidak laku dan sepi pelanggan, sehingga mengurangi
pendapatannya.Selain itu, hal yang ditakutkan oleh ibu Reni adalah jika sewaktuwaktu beliau digusur oleh petugas satpol PP dan tidak ada lagi tempat yang bisa
digunakannya untuk berjualan lagi karena penghasilan yang tidak menentu
membuatnya tidak mempunyai uang untuk menyewa kontrakan.Ibu Reni
berjualan di sebelah tukang makanan lainnya tetapi itu tidak menjadikan sebuah
persaingan

baginya.

Beliau

malah

berteman


dengannya

dan

menurut

pengakuannya ia tidak memiliki saingan sama sekali.
Ketika saya bertanya kepada ibu Reni tentang bagaimana carauntuk
memasarkan produknya, beliau menjawab bahwa dalam memasarkan produknya
beliau tidaklah menggunakan cara yang sulit, cukup dengan promosi dari mulut ke
mulut, karena bagi ibu Reni yang terpenting dalam berjualan makanan itu rasanya
bukan tampilannya. Selain itu sikap penjual yang ramah dalam melayani pembeli
merupakan poin tersendiri ibu Reni untuk menarik pengunjung agar datang ke
warungnya.Agar pelanggan merasa puas dan tidak kecewa ibu Reni selalu
memperhatikan kualitas bahan yang baik, memilih bahan yang higienis dan
berkualitas dan menjaga kebersihan bahan maupun tempat usahanya agar
pelanggan yang datang tidak merasa jenuh atau jijik.
Dalam melakukan kegiatan usaha yang cukup sederhana ini ibuReni
berharap usaha makanan yang dilakukannya selalu laris oleh kedatangan
pelanggan dan semakin maju dengan berjalannya waktu agar beliau bisa membeli
tempat yang tetap untuknya berjualan.

BAB 3
KESIMPULAN
Dari wawancara saya dengan ibu Reni yaitu salah satu penjual makanan di
Jalan Kalimantan Jember, kita dapat merefleksikan kejadian-kejadian hidup yang
dialami setiap orang selalu berbeda-beda.Namun dari banyak perbedaan tersebut
ada satu kepastian yaitu setiap orang pasti pernah mengalami kesulitan, namun
tingkat kesulitan tiap orang itu berbeda pula. Dari cerita diatas saya akan lebih
menonjolkan sisi-sisi kehidupan dan bagaimana kita harus mengatasi kehidupan
yang begitu berat ini. Seperti ibu Reni, beliau memilih profesi sebagai penjual
makanan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.Walaupun terlihat
mudah namun dalam menjalani hari-harinya sebagai penjual makanan pun
mengalami kendala dan hambatan seperti yang dikatakannya, beliau dapat
mengalami kerugian apabila hujan turun karena dengan adanya hujan banyak
orang yang tidak membeli makanannya sehingga dapat dikatakan jualannya tidak
laris. Selain itu penggusuran tempat jualan juga merupakan hal yang ditakutkan
oleh para pedagang kaki lima seperti ibu Reni.
Kadang dalam menjalani hidup ini kita jarang menemukan hambatan dan
rintangan, namun dengan hambatan dan rintangan tersebut tidak boleh kita jadikan
alasan untuk tidak dapat mencapai sesuatu yang kita inginkan melainkan harus
bisa menjadikan kita sebagai motivasi dalam hidup untuk dapat lebih maju meraih
apa yang belum dapat kita raih sebelumnya dengan usaha dua kali lipat bahkan
lebih. Dan juga selain berani memotivasi hidup kita, kitapun harus berani
menaruh kepercayaan kepada Tuhan dan tetap bersyukur atas apa yang telah kita
dapatkan.

LAPORAN HASIL WAWANCARA
PEDAGANG KAKI LIMA

Diajukan guna Memenuhi Tugas Matakuliah Pengantar Ilmu Sosial
Dosen Pengampu Dr. Sukidin, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh
Nama

: Yevi Kurnia

NIM

: 160210301021

Kelas

:A

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
UNIVERSITAS JEMBER
2016

DOKUMENTASI

Gambar ketika saya sedang mewawancarai bu Reni.

Gambar ketika bu Reni sedang melayani pembeli beserta menu
makanan yang dijualnya.