PEMANFAATAN BAHAN ADDITIVE ABU SEKAM PADI PADA CEMENT PORTLAND PT SEMEN BATURAJA (PERSERO)

  

PEMANFAATAN BAHAN ADDITIVE ABU SEKAM PADI

PADA CEMENT PORTLAND

PT SEMEN BATURAJA (PERSERO)

  

Triyulia Ningsih, Rahmi Chairunnisa, Siti Miskah*

  Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jln. Raya Palembang Prabumulih Km. 32 Inderalaya Ogan Ilir (OI) 30662

  Email: miskah56@yahoo.com

  

Abstrak

  Sekam padi merupakan salah satu limbah pertanian yang belum banyak dimanfaatkan menjadi produk yang mempunyai nilai tambah. Sekam padi memiliki komponen kimia SiO Fe O , dan Al O yang dapat

  2,

  2

  3

  2

  3

  ditambahkan sebagai bahan additive pada semen. Kandungan komponen kimia dari abu sekam padi yaitu SiO sebesar 93,65%, Fe O sebesar 2,74%dan Al O sebesar 0,78%. Pada penelitian ini bertujuan

  2

  2

  3

  

2

  3

  mengetahui pengaruh penambahan abu sekam padi terhadap pengujian kimia dan fisika semen. Perlakuan

  o

  awal dengan membakar sekam padi pada suhu tinggi 500-600 C sehingga menjadi abu. Abu sekam padi yang dihasilkan dijadikan bahan addivite semen lalu semen campuran dengan penambahan abu sekam padi pada komposisi yang berbeda di uji sifat kimia dan fisikanya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi semen campuran yang paling baik yaitu pada semen 1 dengan penambahan abu sekam sebesar 5%. Hal ini ditunjukkan dari uji kuat tekan pada 3hari, 7hari, dan 28 hari yang semakin meningkat

  2

  mencapai nilai kuat tekan sebesar 430 kg/cm serta pada uji autoclave mengalami pemuaian sebesar 0,0604%.

  Kata kunci: abu sekam padi, semen portland, uji kuat tekan, uji autoclave

Abstract

  Rice husk is one of the agricultural wasted that has not been harnessed into products that have added value. Rice husk has a chemical component of SiO , Fe O , and Al O can be added as an additive

  2

  2

  3

  2

  3

  material in cement. The content of chemical components of the rice husk ash: 93.65% SiO , Fe O of

  2

  2

  3

  2.74% and 0.78% of Al O . The study aims to determine the effect of the addition of rice husk ash on the

  2

  3 o

  chemical and physical testing of cement. The first treatment by burning rice husk at 500-600 C high temperature so that it becomes ash. The resulting rice husk ash used as cement and cement additive material mixture with the addition of rice husk ash on the composition of the different tests and physicochemical properties. The results showed that the composition of the cement mixture that is best in cement 1 with the addition of rice husk ash by 5%. It is shown from the compressive strength test at 3

  2

  days, 7 days, and 28 days increased reaching a value of compressive strength of 430 kg/cm and the autoclave test expansion experienced by 0.0604%.

  Keywords: rice husk ash, portland cement, the compressive strength test, autoclave test 1.

  untuk pembakaran batu merah, pembakaran

   PENDAHULUAN

  untuk memasak atau dibuang begitu saja. Abu Padi merupakan produk utama pertanian sekam padi juga bisa dimanfaatkan sebagai di negara-negara agraris, termasuk Indonesia. bahan tambahan pozzolan. Penambahan bahan

  Sekam padi merupakan produk samping yang ketiga seperti pozzolan pada semen perlu melimpah dari hasil penggilingan padi dan dilakukan untuk menambah kualitas produk selama ini hanya digunakan sebagai bahan bakar semen yang dihasilkan. Pozzolan adalah bahan

  ). Di samping

  Warna : putih Bentuk : mirip bubuk kasar

  b) Pasir Besi

  Warna : kilat metalik, warna gelap, kemerahan dan kecoklatan. Kekerasan : 5,5

  c) Pasir Silika

  Warna : kuning hingga kecoklatan bergantung dari jenisnya Bentuk : mirip batu kapur, tetapi lebih lunak

  d) Tanah Liat

  Warna : coklat kemerahan Bentuk : butiran kasar yang agak lengket

  e) Gypsum

  (PT. Semen Baturaja (Persero), 2001)

  3 Kekerasan : berkisar antara 1,8

  Semua senyawa utama untuk semen terdapat dalam batu kapur dan tanah liat, tetapi tidak semua batu kapur dan tanah liat memiliki komposisi kimia yang memenuhi untuk membuat semen dengan kualitas semen yang diinginkan. Oleh karena itu, pada proses pembuatan semen, bahan baku utama tersebut biasanya ditambah bahan lain sebagai koreksi bahan kimia yang kurang, yaitu berupa pasir besi dan pasir silika. Senyawa kimia yang terdapat dalam bahan baku dan yang diperlukan adalah Oksida Kalsium (CaO), Oksida Silika (SiO

  2

  ), Oksida Aluminium (Al

  2 O

  3

  ) dan Oksida Besi (Fe

  2 O

  3

  Bentuk : kristal yang halus

  Warna : Putih, abu-abu, kuning tua, jingga dan hitam. Berat jenis : 2,6

  (PT Semen Baturaja). Oleh karena itu, diharapkan agar kuat tekan mengalami peningkatan dengan adanya penambahan abu sekam padi. Sejauh ini, kajian pemanfaatan abu sekam padi sebagai sumber silika pada pembuatan semen belum banyak dilakukan meskipun memiliki keuntungan seperti bahan terbaharukan dan tidak merusak lingkungan. Oleh karena kandungan silika yang tinggi dan kadar besi yang rendah diharapkan abu sekam padi dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan semen. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dilakukan pemanfaatan abu sekam padi sebagai additive pembuatan salah satu komponen semen.

  Sifat-sifat Fisik Bahan Baku yaitu:

  Semen Portland didefinisikan sebagai produk yang didapatkan dari penggilingan halus klinker yang terdiri terutama dari kalsium silikat hidraulik dan mengandung satu atau dua bentuk kalsium silikat sebagai tambahan antar giling. Kalsium silikat hidraulik mempunyai kemampuan mengeras tanpa pengeringan atau reaksi dengan karbon dioksida udara, dan arena itu berbeda dengan perekat anorganik seperti Plaster Paris. Reaksi yang berlangsung pada pengerasan semen adalah hidrasi dan hidrolisis (George, 1996).

  tambahan yang berasal dari alam atau batuan, yang sebagian basar terdiri dari unsur-unsur silika dan alumina yang reaktif. Pozzolan sendiri tidak memiliki sifat semen. Tetapi dalam keadaan halus bereaksi dengan batu kapur bebas dan air akan menjadi suatu massa padat yang tidak larut dalam air (Tjokrodimuldjo, 1996). Dari hasil penelitian sebelumnya telah dilaporkan bahwa kuat tekan mortar dengan adanya penambahan bahan additive berupa trass akan meningkat seiring bertambahnya waktu. Dengan komposisi trass sebesar 5% maka kuat tekan pada 3 hari 249 kg/cm

  2

  , 7 hari sebesar 361 kg/cm

  2

  , dan pada 28 hari sebesar 420 kg/cm

  2

  a) Batu Kapur

  • – 3,3 Kg/m
  • – 3 skala mohs, tergantung umur, semakin tua maka kekerasan akan semakin besar.

  Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Mengetahui komposisi ideal semen dengan penambahan abu sekam padi dari berbagai komposisi semen

  • – 6,5 skala mohs Bentuk : butiran halus seperti pasir

  Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh komponen kimia terhadap sifat fisika semen dengan penambahan abu sekam padi pada semen dengan berbagai komposisi dan bagaimana mengetahui komposisi ideal pada semen.

  Semen berasal dari kata “cement” dalam bahasa asing atau Inggris yang berarti pengikat atau perekat. Kata “cement” itu sendiri diambil dari kata latin “cementum” yaitu nama yang diberikan kepada batu kapur yang serbuknya telah digunakan sebagai bahan adukan (mortar) lebih dari 2000 tahun yang lalu di negara Italia. Dalam perkembangannya, arti kata “cement” mengalami sedikit perubahan, misalnya pada abad pertengahan semen diartikan sebagai segala macam bahan pengikat/per ekat seperti “rubber

  cement

  ”, termasuk pula portland cement. Semen dapat diartikan sebagai pengikat (bonding

  material ) yang digunakan bersama-sama batu

  kerikil, pasir, batu, dan lain-lain untuk pembuatan bangunan, gedung, saluran air, dan bangunan-bangunan lain. Semen juga merupakan suatu perekat (binders) hidrolis terhadap senyawa anorganik, dan daya rekat semen akan timbul jika semen tersebut bereaksi dengan air (Agus Yulianto, 1995).

  2) Mengetahui pengaruh komponen kimia terhadap sifat fisika semen dengan adanya penambahan dari abu sekam padi dari berbagai komposisi semen. senyawa-senyawa tersebut, terdapat juga senyawa-senyawa lain yang keberadaannya tidak diinginkan dan harus dibatasi, seperti Magnesium Oksida (MgO), Alkali, Klorida, Sulfur, dan Fosfor.

  a) Oksida Kalsium (CaO)

  88,92 Fe

  2

  menempati ruangan yang lebih besar dari MgO dan hal ini akan menyebabkan pecahnya ikatan pasta semen yang sudah mengeras sehingga menimbulkan keretakan pada hasil penyemenan.

  Sekam yang dibakar disebut dengan abu sekam padi. Pembakaran sekam pada proses pembuatan batu bata dapat mencapai suhu 600- 700 °C dalam waktu sekitar 1 sampai 2 jam. yang mengandung unsure silikat yang tinggi yang dapat di manfaatkan sebagai bahan pozzolan buatan. Sekitar 20 % dari bobot padi adalah sekam padi dan kurang lebih 15 % dari komposisi sekam adalah abu sekam yang selalu dihasilkan setiap kali sekam dibakar (Hara, 1986). Nilai paling umum kandungan silika dari abu sekam adalah 94 - 96 %, dengan Pozzolanic Activity Index 87% dan apabila nilainya mendekati atau di bawah 90 % kemungkinan disebabkan oleh sampel sekam yang telah terkontaminasi dengan zat lain yang kandungan silikanya rendah. Silika yang terdapat dalam sekam ada dalam bentuk amorf terhidrat (Houston,1972).

  Gambar 1. Sekam Padi dan Abu Sekam Padi

  Tabel 1. Komposisi Kimia Abu Sekam Padi

  Senyawa Kimia Komposisi ( %)

  SiO

  2

  2 O

  2 Reaksi ini berlangsung sangat lambat,

  3

  0,608 Al

  2 O

  3

  0,674

  ( sumber : laboratorium analitik Univ.Udayana) Adapun Syarat-Syarat Fisika Semen Portland yaitu: Kekuatan tekan (Compressity Strength)

  Kuat tekan merupakan kemampuan semen untuk menahan atau memikul suatu beban. Pada umumnya kekuatan tekan diukur pada normal

  curring (perawatan) sampai umur 28 hari dengan

  sedangkan proses pengerasan semen sudah selesai dan Mg(OH)

  2 O Mg(OH)

  Oksida kalsium merupakan komponen yang terbesar jumlahnya, dan akan bereaksi dengan oksida silikat, aluminium silikat, alumina, dan oksida besi dan membentuk senyawa mineral potensial penyusun semen.

  oksida besi dan oksida kalsium dalam pembakaran di kiln akan membentuk senyawa kalsium alumina ferrit (C

  b) Oksida Silikat/ Silisium (SiO

  2 )

  Oksida silikat merupakan oksida komponen terbesar kedua setelah oksida kalsium. Oksida ini juga sangat menentukan dalam pembentukan mineral potensial. Oksida silikat diperoleh dari penguraian dan dekomposisi mineral-mineral montmorilnit, kaolinit, ataupun ilit yang berasal dari tanah liat. Disamping itu, oksida silikat dapat juga diperoleh dari batuan pasir silika (silica sand).

  c) Oksida Aluminium/Alumina (Al

  2 O

  3 )

  Oksida aluminium bersama oksida kalsium membentuk oksida kalsium aluminat (C

  3 A). Oksida aluminium bersama dengan

  4 AF). Oksida

  Oksida magnesium tidak berperan dalam membentuk mineral potensial, bahkan keberadaannya dalam semen akan merugikan karena akan menurunkan kualitas semen. Kadar MgO bebas dalam semen dibatasi paling tinggi 2 % dan akan bereaksi dengan air. MgO + H

  aluminium sebagian besar diperoleh dari tanah liat (clay). Oksida alumina selain ikut ambil bagian dalam reaksi-reaksi pembentukan mineral potensial juga berperan untuk menurunkan titik leleh pada proses pembakaran di kiln. Oksida alumina ini juga menentukan tingkat kekentalan lelehan hasil pembakaran di kiln dengan nilai berbanding lurus.

  d) Oksida Besi (ferrit) (Fe

  2 O

  3 )

  Oksida besi bersama oksida kalsium dan aluminium pada proses pembakaran di kiln akan bereaksi membentuk senyawa kalsium alumina ferrit (C

  4 AF). Oksida besi juga bersifat

  menurunkan titik leleh dan juga menentukan tingkat fase cair dalam klinkerisasi dengan nilainya berbanding lurus.

  e) Oksida Magnesium (MgO)

  membuat semen menjadi mortar. Mortar adalah campuran semen, pasir dan air yang memiliki persentase komposisi yang berbeda. Kontribusi yang diberikan oleh semen terhadap peningkatan kekuatan mortar terutama terdapat dalam tiga fakor, yaitu: 1) Faktor Air Semen (FAS)

  Secara umum diketahui bahwa semakin tinggi nilai FAS, semakin rendah mutu kekuatan mortar. Namun demikian, nilai FAS yang semakin rendah tidak selalu berarti bahwa kekuatan mortar semakin tinggi. Nilai FAS yang rendah akan menyebabkan kesulitan dalam pengerjaan, yaitu kesulitan dalam pelaksanaan pemadatan yang pada akhirnya akan menyebabkan mutu mortar menurun. Umumnya nilai FAS minimum yang diberikan sekitar 0.4 dan maksimum 0.65. Rata-rata ketebalan lapisan yang memisahkan antar partikel dalam mortar sangat bergantung pada faktor air semen yang digunakan dan kehalusan butir semennya. 2) Kehalusan Butir Semen

  Makin halus partikel semen, maka akan menghasilkan kekuatan tekan yang tinggi. Hal ini karena makin luas permukaan yang bereaksi dengan air dan bercampur dengan agregat. Kehalusan butir semen merupakan sifat fisika dari semen, semakin halus butiran semen, proses hidrasi semen akan semakin cepat sehingga kekuatan mortar akan lebih cepat tercapai. Semakin halus butir semen, waktu yang dibutuhkan semen untuk mengeras semakin cepat. 3) Komposisi Kimia

  Komposisi kimia semen akan menyebabkan perbedaan dari sifat-sifat semen, secara tidak langsung akan menyebabkan perbedaan naiknya kekuatan dari mortar yang akan dibuat. Jika mortar menggunakan bahan kimia yang dapat mempercepat waktu pengikatan maka kadar kimia senyawa kimia C

  b) Adsorber water atau gel water yaitu H

  senyawa hidrat yang telah mengeras. Air ini terkait dengan ikatan kimiawi, biasanya disebut “combined water” atau “non evavorable water”.

  2 O) yang telah terkait dalam senyawa-

  a) Air (H

  Autoclave merupakan proses sterilisasi pada yang memanfaatkan panas dan tekanan uap dalam chamber. Semen akan mengalami pemuaian dan penyusutan jika dilakukan pengujian dengan autoclave ini. Hal ini disebabkan adanya tekanan dan suhu yang tinggi di dalam autoclave. Pemuaian adalah bertambahnya ukuran suatu benda karena pengaruh perubahan suhu atau bertambahnya ukuran suatu benda karena menerima kalor. Sedangkan penyusutan (shrinkage) terjadi karena volume berkurang karena adanya air yang menguap dalam adonan semen. Semen yang baik adalah jika penyusutannya sekecil mungkin. Kandungan air dari adonan semen dengan air yang telah mengeras, dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu :

  Pemuaian dan Penyusutan

  semakin lama waktu pengikatan dan sebaliknya.

  3 A

  air untuk membentuk pengerasan pada semen. Reaksinya mula-mula tergantung pada jumlah pemakaian gypsum sehingga setelah reaksi ini selesai, proses kekakuan tidak terbentuk lagi dan terjadilah pengerasan. Semakin kecil kandungan C

  3 A bereaksi dengan

  dalam semen sangat mempengaruhi proses pengikatan. Senyawa C

  e) Gypsum sebagai bahan baku tambahan

3 S

  tingkat tertentu. Pada umur 28 hari, pengaruh ini makin kecil sampai nol pada umur setelah 1 atau 2 tahun.

  3 S memberikan kekuatan yang besar pada

  1) LOI dinyatakan sebagai zat yang akan terbebaskan sebagai gas pada saat terpanaskan atau dibakar. Apabila nilai LOI semakin tinggi pada kiln feed maka berarti semakin sedikit kiln feed yang berubah menjadi klinker. 2) Free lime adalah batu kapur yang tertinggal dalam semen dalam keadaan bebas, dikarenakan batu kapur tersebut tidak bereaksi dengan senyawa-senyawa asam selama proses klinkerisasi. Hal ini dapat terjadi karena ukuran partikel kiln feed tidak

  c) Air bebas (free water) adalah air yang terdapat di antara fase padat dan pasta, air ini disebut “capillary water”. Syarat-syarat kimia Semen yang harus dipenuhi :

  yang terikat secara ikatan fisika dalam molekul-molekul cement gel.

  2 O

  dalam semen harus diperbanyak, jika sebaliknya maka harus dikurangi.

  Kontribusi komponen utama semen terhadap kuat tekan semen yaitu:

  a)

  C

  fase permulaan (28 hari) dan memberikan efek penambahan kekuatan yang kontinyu pada waktu berikutnya.

  d)

  b)

  C

  2 S memberikan kontribusi yang besar pada

  kekuatan tekan pada umur yang lebih panjang.

  c)

  C

  berarti pada pengembangan kekuatan tekan, bahkan akan mengakibatkan ekspansi yang halus berupa retak-retak rambut, apabila kandungan MgO dalam semen cukup tinggi.

  3 A, mempengaruhi kekuatan tekan sampai

  C cukup halus, pembakaran klinker kurang sempurna, kandungan CaO yang terlalu tinggi dalam kiln feed, dan dekomposisi mineral klinker selama proses pendinginan. 3) Liquid fase dibutuhkan untuk pembentukan

  4 AF, tidak memberikan kontribusi yang

  C

  3 S pada waktu proses klinkerisasi. Liquid fase yang normal berkisar antara 23 – 28 %.

  Liquid fase yang ideal adalah sekitar 25 %.

  Keadaan ini sangat baik untuk pembentukan C

  3 S yang cepat melalui pelarutan C

  2 S dan

  CaO bebas, kemudahan klinker digiling, keawetan fire brick, dan pemakaian bahan bakar yang lebih hemat.

  4) Insoluble Residue dalah zat pengotor yang

  tetap tinggal setelah semen tersebut direaksikan dengan asam klorida (HCl), dan natrium karbonat (Na

  3

  ). Insoluble

  1) Chusher gypsum 2) Chusher Klinker 3) Mini Mill 4) Seperangkat alat X- ray Spectrometer 5) Spatula 6) Neraca analitik 7) Alat refluks Destruksion 8) Buret digital 9) Botol Aquades 10) Erlenmeyer 250 ml 11) Hot plate 12) Stopwatch 13) Kaca arloji 14) Alat blaine 15) Cawan porselin 16) Furnace 17) Gelas kimia 2000 ml 18) Mixer semen 19) Seperangkat alat kuat tekan

  Peralatan yang digunakan

2 CO

2. METODOLOGI

  Bahan-bahan yang digunakan:

  2 O 3,

  Sebelum digunakan dilakukan penggilingan dengan mini mill. Klinker, gypsum dan abu sekam padi terlebih dahulu dibuat komposisi campuranya. Setiap campuran sebanyak 1000 gram dibuat masing- masing komposisi :

  Penggilingan klinker, gypsum dan abu sekam padi pada alat mini mill

  ukuran yang dihasilkan lebih kecil dan gypsum yang di ambil dari gypsum storange dikeringkan dengan pemanasan di atas Hot Plate lalu di masukan kedalam oven selama 3 jam dengan suhu 80ºC untuk menghilangkan kadar airnya. Gypsum kering digiling dengan crusher gypsum.

  storange digiling dengan crusher klinker agar

  Klinker yang di ambil dari klinker

  Klinker dan Gypsum

  2 O 3.

  Fe

  , Al

  1) Klinker 2) Gypsum 3) Gliserol etanol 4) BaCl

  2

  Pertama-tama disiapkan terlebih dahulu sekam padi dari tempat penggilingan padi, kemudian dikeringkan di bawah matahari dan dibersihkan dari kotoran-kotoran pengikut seperti daun-daun padi, pasir dan kerikil. Kemudian sekam padi dibakar dan dibiarkan menjadi abu sampai ± 1 hari agar proses pengabuan lebih sempurna. Abu yang dihasilkan kemudian diayak agar ukuranya seragam. Kemudian abu yang dihasilkan di analisis dengan menggunakan alat X-ray Spectrometer untuk mengetahui kadar SiO

  Prosedur Penelitian Sekam Padi

  residue dibatasi untuk mencegah

  tercampurnya Semen Portland dengan bahan-bahan alami lainnya yang tidak dapat dibatasi dari persyaratan fisika (Syafri, 1996).

  Metode yang digunakan adalah eksperimental, dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh dari penambahan abu sekam padi pada semen. Metode pengujian sifat fisika dan kimia. Proses pengujian melalui tahap-tahap berikut : 1) Preparasi bahan yaitu abu sekam padi, klinker dan gypsum. 2) Penghancuran klinker dan gypsum 3) Pembuatan komposisi campuran antara abu sekam padi, klinker dan gypsum 4) Penggilingan klinker, gypsum dan abu sekam padi pada alat mini mill 5) Pengujian sifat kimia dan sifat fisika

  5) Ammonium Asetat 6) HCl 7) NaOH 8) Indikator Metil Merah 9) NH

  2

  3

4 NO

  10) Aquades 11) TEA (Tri Etanol Amine) 12) Pasir Ottawa 13) Sekam Padi

  Tabel 2. Komposisi masing-masing semen partikel semen akan menghasilkan kekuatan tekan makin tinggi.

  Tabel 5. Hasil Pengamatan Kuat Tekan Semen

  2 Kuat Tekan (kg/cm ) No Semen

  28 3 hari 7 hari hari

  1 Semen 1 269 309 393 Lalu masing-masing campuran semen

  2 Semen 2 307 424 430 tersebut di giling dengan alat mini mill selama 1

  3 Semen 3 220 324 328 jam 30 menit dengan kisaran blaine yaitu 4000-

  4 Semen 4 210 325 332

  2 6000 cm /gr.

  5 Semen 5 131 328 331 Dari tabel hasil analisa kuat tekan semen didapatkan hubungan antara komposisi

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

  penambahan abu sekam dengan uji kuat tekan semen. Pengujian kuat tekan dilakukan selama 3 Tabel 3. Data Hasil Pengujian Sifat Kimia hari, 7 hari dan 28 hari. Kekuatan tekan yang baik apabila nilai kuat tekan selama 3 hari, 7 hari dan 28 hari semakin meningkat. Peningkatan kekuatan tekan dapat dilihat pada Gambar 2:

  Pengujian Kuat Tekan Semen 500 450 a n 400 e k 350 t T 300 a 3 hari K u 250 7 hari 200

  Sumber : Laboratorium Kimia dan Fisika PT il 150 a i 28 hari Semen Baturaja (Persero) N 100

  50

  1

  2

  3

  4

  5 Tabel 4. Data Hasil Pengujian Sifat Fisika Jenis Semen

  Gambar 2. Grafik Hubungan Kuat Tekan

  dengan Jenis Semen

  Komposisi SiO2 dan CaO 70,00

  Analisa Kuat Tekan Semen 60,00

  Kekuatan tekan adalah sifat kemampuan

  50,00 menahan atau memikul suatu beban tekan. 40,00 SiO2

  Kekuatan tekan yang diukur adalah kekuatan %

  30,00 CaO tekan mortar terhadap beban yang diberikan. 20,00

  Mortar adalah campuran antara semen, air dan

  10,00

  pasir pada perbandingan tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan tekan yaitu 0,00

  1

  2

  3

  4

2 Jenis Semen

  5 komposisi mineral utama seperti SiO dan CaO.

  Kadar SiO semen sebagian besar berasal dari

  2

  tanah liat, tetapi pada semen yang ditambahkan

  Gambar 3. Grafik Komposisi SiO2 dan CaO

  abu sekam padi dengan penambahan sebanyak 5- 20%. Kadar SiO semen dapat bertambah karena

2 Dari data pengamatan diketahui bahwa

  abu sekam padi memiliki komposisi SiO yaitu

  2

  kekuatan tekan pada 3, 7 dan 28 hari yang paling 93,65 %. Hal ini dapat mempengaruhi kekuatan baik yaitu pada semen 2 dengan komposisi semen. Kehalusan yaitu makin halus partikel- penambahan abu sekam padi 5 %. Sedangkan pada pada penambahan abu sekam lebih dari 5 %, nilai kuat tekan tidak begitu berpengaruh. Hal ini dipengaruhi oleh komposisi kimia SiO

  2

  Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa kehalusan semen semakin meningkat dengan penambahan komposisi abu sekam padi yang semakin meningkat, hal ini disebabkan karena ukuran partikel abu sekam padi tersebut telah halus. Jika di lihat dari Gambar 4, kehalusan semen ini tidak mempengaruhi kuat tekan semen. Hal ini di sebabkan karena kadar CaO yang berkurang dapat di lihat dari Gambar 4.

  2 jika diberi suhu tinggi.

  Kadar freelime yaitu kapur bebas yang terhidrasi menghasilkan Ca(OH)

  Gambar 5. Grafik Parameter Pemuaian

  Parameter Pemuaian 0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30 0,35 0,40 0,45 1 2 3 4 5 Jenis Semen %

  Dari grafik di atas diketahui bahwa semen 1 dan 2 mengalami pemuaian sedangkan semen 3,4 dan 5 mengalami penyusutan. Hal ini disebabkan dikarekan beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya pemuaian dan penyusutan. Faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut dapat dilihat di Gambar 5.

  Semen 1 0,0628 Semen 2 0,0604 Semen 3 0,0248 Semen 4 0,050 Semen 5 0,069

  Jenis Semen Pemuaian Penyusutan

  Tabel 6. Hasil Pengamatan Autoclave

  Autoclave adalah proses sterilisasi dengan memanfaatkan panas dan tekanan uap dalam suatu wadah, sedangkan mekanisme kerja autoclave pada pengujian pemuaian dan penyusutan semen ini memanfaatkan suhu dan tekanan yang tinggi. Dengan suhu dan tekanan tinggi dapat mengakibatkan terjadinya pemuaian dan penyusutan semen. Nilai pemuaian dan penyusutan semen dapat diketahui dari Tabel 6.

  Analisa Pemuaian dan Penyusutan Semen

  1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 7.000 1 2 3 4 5 Jenis Sem en c m 2 /g r Gambar 4. Kehalusan Semen

  dan CaO, dapat dilihat pada Gambar 3. Berikut adalah grafik dari komposisi SiO

  Kuat tekan mortar juga dipengaruhi oleh tingkat kehalusan. Kehalusan butir semen merupakan sifat fisika dari semen. Semakin halus butiran semen, proses hidrasi semen akan semakin cepat sehingga kekuatan mortar akan lebih cepat tercapai. Semakin halus butir semen, waktu yang dibutuhkan semen untuk mengeras semakin cepat. Tingkat kehalusan semen dapat dilihat pada Gambar 3. Pengujian Blaine

  yang meningkat sedangkan kadar CaO menurun maka kuat tekan yang dihasilkan tidak mencapai hasil yang maksimal. Hal ini terjadi pada semen 3,4 dan 5.

  2

  dan CaO yang sudah seimbang. Apabila kadar SiO

  2

  dan CaO meningkat maka kuat tekan akan semakin baik. Dari Gambar 3. diketahui jenis semen 2 merupakan semen dengan komposisi campuran kadar SiO

  2

  dan CaO sangat berperan penting pada kuat tekan semen. Maka jika nilai SiO

  2

  dan CaO pada berbagai jenis semen: Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa komposisi SiO

  2

  Hal ini membuat volume kapur bebas lebih besar, sehingga dapat menyebabkan pengembangan volume pada saat pengikatan. Dari grafik diatas diketahui bahwa kadar freelime dari semen 1 dan 2 lebih banyak jika dibandingkan dengan semen 3,4 dan 5. Jadi semen 1 dan 2 mengalami pemuaian, pemuaian suatu semen dikatakan masih baik jika kadarnya tidak melebihi dari 0,2 % apabila kadar tersebut melebih maka menyebabkan keretakan dan kerusakan pada semen saat mengeras. Semen 1 dan 2 tidak melebihi dari kadar 0,2 %.

  Parameter Penyusutaan 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 1 2 3 4 % 5 Jenis Sem en LOI Insolubel residu H2O

2 O dan isoluble residu

  Tugas Akhir Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta. George. 1996. Perencanaan Struktur Beton Bertulang . Terjemahan M. Sahari Besari.

  2008/ 06/13/pemanfaatan-limbah-abu- sekam-padi-untuk-meningkatkan-mutu- beton/. Diakses tanggal 5 Juni 2011

  Fisika, FMIPA, USU. Syafri. 1996. http://smk3ae. wordpress.com/

  Sebagai Campuran untuk Peningkatan Kekuatan Beton . Medan. Skripsi Jurusan

  Purwandari. 2006. Pemanfaatan Abu Sekam Padi

  Jakarta: Rineka Cipta. Ajiwe, et al., 2000. International Cement Production seminar .

   Harsono, Heru. 2002. Pembuatan Silika Amorf dari limbah Sekam Padi. Diakses tanggal 5 Juni 2011. Malawi. 1996. Pengetahuan Teknik Bangunan.

  Laboratorium analitik Univ. Udayana.

  Jakarta.

  Bogor. Houston. 1972. Kualitas Batubara Indonesia Arti Pada Pemanfaatannya . WEC.

  Jakarta: PT. Pradnya Paramita. Hara. 1986. Teknologi Pembuatan Semen Portland . PT. Semen Cibinong Tbk.

  Agus, Yulianto. 1995. Pengaruh Penambahan Abu Sekam Padi Terhadap Mutu Beton .

  Gambar 6. Grafik Parameter Penyusutan

  Nafgiri. Yogyakarta. Anonim. 2005. Departemen Produksi PT. Semen Baturaja (Persero).

  DAFTAR PUSTAKA Tjokrodimuldjo, K. 1996. Teknologi Beton.

  2 O, kadar insoluble residu, dan kadar Lost of Ignation pada semen.

  dan kehalusan pada semen akan menambah kuat tekan mortar, semakin lama waktu penyimpanan yaitu pada 28 hari maka kuat tekan mortar juga akan meningkat, sedangkan semen mengalami pemuaian dan penyusutan dikarenakan adanya komponen kimia yang mempengaruhi seperti kadar free lime, kadar H

  2,

  Dari penelitian yang dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan: 1) Komposisi ideal semen yang terbaik yaitu dengan adanya penambahan abu sekam padi sebesar 5%. 2) Komponen kimia CaO, SiO

  proses autoclave dengan suhu dan tekanan yang tinggi maka akan menguap dan kadar dari semen tersebut berkurang hingga mengalami penyusutan. Lost of Ignation (LOI) merupakan kadar hilang pijar suatu semen atau zat yang akan terbebaskan sebagai gas pada saat terpanaskan atau dibakar. Pada hasil percobaan dari Gambar 5 kadar LOI dari semen semakin meningkat, hal ini menunjukan bahwa semakin banyak kadar semen yang berkurang jika diberikan panas yang sangat tinggi. Kadar hilang pijar ini dapat di katakan sebagai parameter terjadinya penyusutan semen, karena jika semen di autoclave dengan suhu dan tekanan yang tinggi, maka akan semakin banyak kadar yang berkurang, jadi dapat dilihat bahwa semen 3,4 dan 5 akan mengalami penyusutan. Hal ini disebabkan karena kadar LOI nya semakin meningkat pula. Kadar penyusutan semen dikatakan masih baik jika tidak melebihi 0,2 %, semen 3,4 dan 5 kadar penyusutanya tidak melebihi dari 0,2 %.

  2 O dan isoluble residu jika dilakukan

  Kadar H

  2 O dan isoluble residu yang semakin meningkat.

  merupakan faktor terjadinya penyusutan dari semen. Pada semen 3,4 dan 5 terjadinya penyusutan hal ini disebabkan karena kadar H

  Jika dilihat hubungan dari Gambar 5 dan Gambar 6, kadar H