Karya Tulis Perpustakaan karya tulis ilmiah

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dari tahun ke tahun setiap Negara di dunia mengalami perkembangan.
Namun perkembangan yang terjadi

tidaklah sempurna karena menimbulkan

permasalahan-permasalahan yang mengakar misalnya korupsi, kolusi, dan
nepotisme. Indonesia sebagai Negara berkembang tidak dapat terlepaskan oleh
masalah-masalah diatas bahkan masalah tersebut justru semakin mengakar dan
seakan menjadi masalah yang sudah biasa terjadi di Negara ini. Hal ini seharusnya
menjadi cambuk yang keras bagi pemerintah Indonesia karena apabila hal yang
negatif telah mengakar dan menjadi suatu hal yang biasa maka kemungkinan
masalah itu untuk hilang seakan mustahil.
Korupsi merupakan penyakit sosial yang sangat berbahaya dan
mengancam semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Korupsi telah menyebabkan kerugian materil keuangan Negara yang sangat besar.
Bentuk peramapasan dan pengurasan keuangan negara demikian terjadi hampir di
seluruh wilayah tanah air. Hal itu merupakan cerminan rendahnya moralitas, rasa
malu, serta kurangnya pendidikan akhlak sehingga yang menonjol adalah sikap

kerakusan dan keserakahan sehingga tidak memikirkan masyarakat yang masih
banyak mengalami kemiskinan.
Korupsi di Indonesia berkembang secara sistematik. Sudah banyak media
memberitakan tentang kasus korupsi. Dari pemberitaan itu, terlihat jelas sangat
banyak elit dan pemimpim kita yang terlibat korupsi. Mulai elit di pusat
pemerintahan nasional hingga daerah. Demikian pula melibatkan elit politik DPR
RI, birokrat, dan pengusaha. Berita yang sangat mengejutkan, bahkan Akil
Mochtar (Ketua Mahkamah Konstitusi) tertangkap tangan melakukan korupsi.
Suatu lembaga yang sangat terhormat dengan kekuasaan yang sangat besar, justru
terbukti melakukan tindakan Korupsi. Dengan wewenangnya yang luar biasa,
sudah seharusnya, Mahkamah konstitusi bisa menjaga diri dari berbabagai
kelemahan, terlebih lagi terhadap korupsi. Tetapi kenyataannya, Mahkamah

1

konstitusi terlarut kedalam pusaran masalah korupsi. Sehingga korupsi telah
meraja lelah disemua sector kehidupan, baik di Yudikatif, Eksekutif, dan di
Legislatif. Sehingga tidak salah kalau dikatakan, bahwa Indonesia berada dalam
kondisi, “DaruratKorupsi”.
Perkembangan korupsi di Indonesia juga mendorong pemberantasan

korupsi. Berbagai cara telah dilakukan pemerintah untuk memperbaiki
penanganan kasus korupsi yang terjadi namun belum ada perubahan mendasar.
Hingga saat ini pemberantasan korupsi di Indonesia belum menunjukkan titik
terang. Hal ini dapat dilihat dari peringkat Indonesia dalam perbandingan korupsi
antar Negara yang tetap rendah dan juga ditunjukkan dengan banyaknya kasuskasus korupsi di Indonesia. Indeks korupsi Indonesia

Menurut Corruption

Perception Index (CPI) menempati peringkat 118 dari 182 negara di dunia dengan
poin 32 dari 0-100 poin yang tersedia (0 dipresepsikan sangat korup, 100 sangat
bersih).
Berdasarkan hal tersebut dapat kita ketahui bahwa metode-metode yang
diterapkan oleh pemerintah selama ini belum efektif dan diperlukan metodemetode baru yang tidak hanya dapat menghentikan pertumbuhan korupsi namun
juga memberantas korupsi di Indonesia sampai ke akarnya. Pemanfaatan
kemajuan teknologi dengan menggunakan prinsip data spasial, dapat berperan
sebagai pengontrol, pengawasan dan evaluasi secara akurat terhadap kinerja
seseorang. Dengan kata lain sistem ini bersifat transparansi. Melalui penerapan
metode ini dalam infrastruktural negara akan mengarah pada pemberantasan
korupsi di Indonesia. Oleh karena penulis melalui karya tulis ini menawarkan
sebuah metode yaitu data spasial berbasis teknologi untuk menyelesaikan sampai

tuntas masalah korupsi yang ada di Indonesia saat ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan
masalah yang akan dibahas di dalam karya tulis ini adalah:
1. Bagaimana prinsip metode data spasial berbasis terknologi dalam upaya
pemberantasan korupsi di Indonesia?

2

2. Bagaimana penerapan metode data spasial berbasis teknologi dalam upaya
pemberantasan korupsi di Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan karya tulis ini adalah
untuk mengetahui:
1. Untuk mengopinikan prinsip metode data spasial berbasis terknologi dalam
upaya pemberantasan korupsi di Indonesia
2. Untuk memaparkan penerapan metode data spasial berbasis teknologi dalam
upaya pemberantasan korupsi di Indonesia
D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan karya tulis ini adalah :

1. Manfaat teoritis
Menambah pengetahuan mengenai gambaran korupsi yang terjadi di
Indonesia serta pencegahan yang telah dilakukan pemerintah dan masyarakat
untuk mencegahnya selama ini.
2. Manfaat praktis
a) Penulis, sebagai bentuk perhatian terhadap kondisi bangsa ini dan melatih
penulis untuk menjadi warga negara yang peduli terhadap kondisi bangsa.
b) Masyarakat, dapat dengan mudah mengawal serta membantu mengatasi
korupsi di Indonesia karena metode ini mengandalkan transparasi kepada
masyarakat.
c) Pemerintah, sebagai masukan dalam mengambil kebijakan khususnya
yang berkaitan dengan upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi.

3

BAB II
PEMBAHASAN
A. Gambaran Fakta Korupsi di Indonesia
Masalah korupsi di Indonesia telah terjadi disemua bidang kehidupan dan
terjadi meyeluruh dari hulu sampai hilir dengan perbuatan mereka sengaja

dilaksanakan demi untuk memperoleh kepentingan pribadi maupun kelompoknya
sehingga keuangan negara/rakyat sangat dirugikan. Karena korupsi sudah terjadi
di seluruh bidang kehidupan maka yang terjadi yang kaya semakin kaya
sedangkan yang miskin akan bertambah miskin di samping angka orang yang
stres maupun despresi angkanya semakin meningkat bahkan angka bunuh diri
juga mengalami hal yang serupa. Stres maupun despresi bahkan bunuh diri terjadi
karena tuntutan akan kebutuhan hidup yang semakin tinggi akibat pengaruh
lingkungan maupun biaya kebutuhan pokok sehari-hari yang semakin tinggi
dengan memaksa seseorang untuk memenuhinya dalam waktu sekarang juga.
Akibat kebutuhan hidup yang semakin tinggi dan pengaruh lingkungan yang
memaksa seseorang untuk memenuhi kebutuhannya maka terjadi beberapa macam
penyakit yang di derita oleh manusia di samping penyakit masyarakat yang
membuat seseorang seperti sangat ketakutan yaitu banyak terjadinya tindakan
kejahatan dan pemerkosaan di dalam masyarakat sendiri.
Ketimpangan-ketinpangan yang terjadi di dalam masyarakat tersebut
karena banyaknya kasus-kasus korupsi di semua lembaga baik pemerintah,
BUMN, BUMD dan swasta, sehingga arus uang yang beredar kurang sesuai yang
diharapkan bahkan hanya mengalir kesuatu daerah-daerah tertentu saja dengan
tidak adanya unsur pemerataan keseluruh daerah di wilayah Indonesia. Adapun
Perkiraan gambaran masalah korupsi di Indonesia adalah:

1. Anggaran apapun di suatu proyek ada korupsinya, Proyek-proyek yang ada di
Indonesia anggarannya banyak yang mereka korupsi dengan melakukan
langkah-langkah

yang

telah

mereka

sepakati

bersama-sama

untuk

menguntungkan kepentingan pribadi dan kelompok. Mereka melakukannya

4


dengan berbagai cara korupsi pada beberapa proyek dan satu contoh proyek
satu yang mereka korupsi bisa melalui:
a. Penggelembungan proyek
b. Pemotongan proyek (%)
c. Pemalsuan surat atau laporan akhir.
2. Suatu pekerjaan untuk kepentingan nagara/rakyat mereka gunakan sebagai
bisnis pribadi dan kelompok, Proyek-proyek yang telah ada tentunya butuh
suatu anggaran yang tidak sedikit jumlahnya, sedangkan dalam penyebarannya
membutuhkan kerjasama antar sesama orang untuk melaksanakan proyek
tersebut. Untuk memperoleh suatu proyek sudah sangat wajar pada jaman
sekarang

harus

mau

memberikan

suap


terlebih

dahulu

supaya

mendapatkannya kalau tidak mau memberikan suap akan sangat pasti akan
diberikan kepada daerah yang mau memberikan suap kepada mereka dan halhal semacam itu dilakukan dengan terus menerus sebagai bisnis yang tanpa
modal untuk kepentingan pribadi dan golongan.
3. Mereka mencari-cari korupsi untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya,
Kalau ada program dari pemerintah, BUMN, dan BUMD orang-orang tersebut
akan mengadakan survai terlebih dahulu untuk memperoleh keuntungan di
balik pemberitahuannya suatu adanya proyek yang akan berjalan dengan
imbalan sejumlah uang yang harus di bayarkan kepada orang yang telah
memberitahu tersebut .Sebagai contoh yang mudah dimengerti di samping
suatu proyek yaitu kasus penerimaan pegawai PNS, Swasta, dan lowongan
jabatan.
4. Berbohong dan menipu untuk kepentingan pribadi dan kelompok, Sebagai
contohnya mereka berbohong kepada rakyat sebetulnya mereka telah
menerima potongan proyek,honor proyek tetapi mereka mengatakan belum

menerima apa-apapun sehingga mengharuskan penerima proyek memberikan
sejumlah uang untuk pemberi proyek tersebut .
5. Membungakan anggaran proyek terlebih dahulu sebelum dilaksanakan,
Proyek- proyek yang terjadi di Indonesia dilaksanakan dengan sistem yang
seperti demikian dan yang sangat parahnya proyek-proyek yang telah ada

5

tidak di bungakan dalam satu bulan saja bahkan bisa berbulan-bulan. Bahkan
yang sangat aneh dan terjadi sudah

sering ditanyakan kepada pelaksana

proyek mereka tidak merasa takut sama sekali bahkan sangat cendrung santaisantai saja ,itulah sebagai cerminan korupsi berjamaah yang terjadi di
Indonesia tercinta .Hal-hal yang tersebut diatas sebetulnya aparat hukum
sudah mengetahui kalau betul-betul terjadi suatu hal tersebut diatas, kalau
Indonesia mau maju dan sejahterabangsa,negara dan seluruh rakyatnya
seharusnya aparat hukum dan KPK mau bertindak memberantas praktekpraktek korupsi yang telah terjadi secara terus-menerus dan membudaya.
B. Prinsip atau Konsep Data Spasial Berbasis Teknologi
Data Spasial adalah data yang posisi atau lokasinya berperan penting

dalam pengambilan keputusan. Sebagai contoh: setiap orang pasti memiliki data.
Ada data nama, nama orang tua, tanggal lahir, tempat lahir, sekolah, pekerjaan,
hingga alamatnya sekarang. Dari data tersebut, tempat lahir, sekolah dan alamat
adalah data spasial, sedang selain itu bukan data spasial. Dengan data tempat lahir
dan sekolah, dapat dilacak lingkungan tempat orang itu tumbuh dewasa. Bagi
sebuah institusi, informasi ini sedikit banyak dapat digunakan misalnya, untuk
memberi penugasan bagi orang tersebut (misalnya survei atau pemasaran) pada
lingkungan yang dia kenal baik. Sedang dengan data alamat sekarang, dapat
diprediksi tingkat efisiensi perjalanan dari rumah ke kantornya.
Data spasial dapat tersimpan dalam berbagai bentuk. Yang paling
sederhana adalah daftar alamat. Data tabular semacam ini, selama dapat
dihubungkan dengan dunia nyata yang dikenali, adalah data spasial yang berguna.
Pada level yang lebih tinggi, data spasial tersimpan dalam bentuk peta, citra
satelit, hingga database geografis berformat digital.
Kegunaan data spasial sangat tergantung kepada kecerdasan spasial
seseorang. Bagi orang yang cerdas spasial, data spasial sekecil apapun dapat
dikaitkan dengan upaya optimasi aktivitasnya. Seorang atlet sepakbola yang
cerdas spasial selalu memikirkan posisi bola, gawang, kawan maupun lawan
mainnya. Seorang turis, selalu memikirkan lokasi perhentian angkutan umum,


6

hotel, tempat makan dan objek yang akan dikunjunginya. Dengan itu dia
merancang rute perjalanannya. Kalau tidak cerdas spasial, maka seluruh data
posisi tadi tidak dia hiraukan. Bahkan tanpa cerdas spasial, data spasial secanggih
apapun tidak akan berperan dalam pengambilan keputusan.
Dalam pemberantasan korupsi, cerdas spasial diperlukan baik untuk
mencegah (preventif) maupun memberantas korupsi yang telah terjadi. Secara
preventif misalnya, pemasangan alat GPS di tiap kendaraan suatu armada taxi,
akan membuat sopir taxi tak bisa seenaknya, karena pusat taxi (call center) jadi
tahu persis posisi tiap taxi. Namun pada saat yang sama sopir taxi juga
diuntungkan karena dengan sistem itu order langsung diberikan ke taxi terdekat
yang kosong. Seandainya ada aturan bahwa dalam tiap LPJ kepala daerah wajib
dilampiri peta/citra satelit yang menunjukkan kondisi lingkungan sebelum dan
sesudah masa jabatan, tentu juga para kepala daerah tidak bisa seenaknya
menguras kekayaan daerahnya. Rakyat yang cerdas spasial juga terbantu dalam
ikut mengontrol jalannya pemerintahan.
Menurut Kamus Besara Bahasa Indonesia teknologi adalah metode ilmiah
untuk mencapai tujuan prakis atau teknologi adalah keseluruhan sarana untuk
mnyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan
hidup.
Pepatah bilang, “tidak ada kejahatan yang sempurna”. Suatu pelanggaran
hukum pasti meninggalan jejak. Di antara jejak itu adalah yang menyangkut
posisinya dalam ruang. Itu data spasial. Tak terkecuali kejahatan luar biasa seperti
korupsi. Oleh karena itu, dapat dikembangkan berbagai teknologi informasi
spasial dalam membantu memberantas korupsi. Di sisi lain, potensi teknologi ini
sekaligus dapat mencegah orang untuk melakukan korupsi, karena dia sadar ada
teknologi yang mampu mengungkapkannya.
Dalam tulisan singkat ini, akan ditunjukkan tiga jenis teknologi informasi
spasial untuk mengungkap korupsi: (1) korupsi di kehutanan; (2) korupsi di
perpajakan; (3) korupsi di sektor property.
(1) Setiap pemegang Hak Penguasaan Hutan (HPH) diwajibkan menyetor foto /
citra Landsat setiap tahun. Pemerintah ingin menilai berapa persen hutan yang

7

benar-benar ditebang dan sejauh mana penanaman kembali. Praktek yang
terjadi saat ini, foto atau citra itu sering dimanipulasi. Sepintas memang
tampak mudah mengambil suatu bagian citra atas lahan yang masih berpohon
untuk dicopy di bagian lain yang sudah gundul. Penebangan berlebih jadi
tersembunyi. Hanya saja, teknik ini mustahil dilakukan sempurna untuk
semua kanal Landsat. Dengan analisis spektrum di semua kanal akan
ditemukan discontinuity. Gambar akan tampak aneh di kanal yang lain.
Hanya gambar yang natural (asli) yang tidak menunjukkan efek itu. Korupsi
pajak HPH dan pelanggaran konsesi yang amat membahayakan lingkungan
dapat terdeteksi.
(2) Sistem perpajakan di Indonesia menganut asas self-assesment. Sayangnya,
berbagai hal membuat tingkat kejujuran wajib pajak sangat rendah. Bahkan
jumlah orang kaya ber-NPWP masih di bawah 20%. Namun dengan citra
resolusi tinggi (misal Quickbird) dapat diidentifikasi dengan cepat asset-asset
yang ada di suatu tempat (rumah, kolam renang, lapangan golf) untuk diuji
silang dengan status kepemilikan dan perpajakannya. Tentunya akan janggal
bila seseorang yang memiliki rumah mewah dengan kolam renang, namun
belum punya NPWP. Akan janggal pula bila sebuah pabrik yang sangat besar
(tampak di citra), ternyata melaporkan jumlah produksi yang kecil – dan
tentunya besaran PPN atau PPh yang kecil. Dengan ini, upaya main mata
pemeriksa pajak dengan wajib pajak (dan ini korupsi “sektor hulu” terbesar)
dapat dideteksi lebih awal – untuk kemudian dicegah!
(3) Di sektor property (misal pembangunan gedung, pembukaan lahan, penyiapan
infrastruktur), laporan “ABS” suatu proyek property yang belum selesai –
namun sudah dilaporan selesai, juga dapat lebih mudah terdeteksi. Tinggal
dilakukan komparasi atas foto sebelum dan sesudah dibangun.
C. Penerapan Data Spasial Berbasis Teknologi dalam Upaya Pemberantasan
Korupsi di Indonesia
Berniat menyusul “sukses” konferensi PBB tentang perubahan iklim
(UNCCC) di Bali akhir 2007 lalu, Indonesia kembali menjadi tuan rumah
konferensi serupa, yaitu konferensi PBB tentang anti korupsi ke-2 atau
8

Conference of States Parties to the United Nations Convention Against
Corruption 2 (COSP-2 UNCAC), yang juga akan diselenggarakan di Bali pada 28
Januari hingga 1 Februari 2008. Kalau pada UNCCC salah satu yang mengemuka
adalah tuntutan negara-negara berkembang untuk mendapatkan transfer teknologi
ramah lingkungan untuk mencegah atau mengurangi gas rumah kaca, maka pada
UNCAC ini yang mengemuka adalah teknologi untuk mencegah dan mengurangi
korupsi.
Apakah ada teknologi anti korupsi seperti ini? Korupsi adalah suatu
bentuk kejahatan luar biasa, yang terkait dengan masalah ahlaq? Mungkinkah ada
teknologi yang dapat menggiring agar akhlak seseorang lebih lurus? Pertanyaan
ini memang sangat filosofis, dan perlu dijawab sebelum kita memutuskan apakah
teknologi dapat efektif untuk memerangi korupsi atau tidak?
Dari pengamatan kita dapat melihat bahwa tingkah laku seseorang
ditentukan oleh banyak faktor: motivasi pribadi, kultur/kesempatan yang
diberikan lingkungan, dan paksaan sistem. Paksaan sistem dapat berupa peraturan
dan dapat pula berupa teknologi. Contoh: Untuk untuk mencegah agar jalan tidak
macet

oleh

para

penyeberang

sembarangan,

kita

bangun

jembatan

penyeberangan. Untuk menggiring orang agar menyeberang pada jembatan
penyeberangan itu, kita dapat kembalikan pada kesadaran individu yang dicoba
dibentuk dengan edukasi. Namun realita menunjukkan, kesadaran ini hanya akan
muncul pada sedikit orang. Sebagian orang malas untuk naik turun jembatan
penyeberangan. Lalu ada pengaruh kultur. Kalau orang kita ada di Luar Negeri
yang kultur kepatuhan lalu lintasnya tinggi, mereka juga malu untuk menyeberang
jalan bukan di tempatnya. Sebaliknya, orang asing dari negara maju jika datang
ke negeri kita, juga lalu tidak malu ikutan melanggar, karena kultur kepatuhan kita
rendah. Untuk itu diperlukan pemaksaan oleh sistem. Pada situasi tertentu,
sistem ini cukup berupa aturan. Misalnya, mereka yang menyeberang tidak di
jembatan akan didenda Rp. 1 juta. Namun efektifkah aturan ini? Yang akan
terjadi, kalau ada petugas yang menangkap basah pelanggar, lebih cenderung akan
ada cincai. Lebih ringan membayar Rp. 50.000 saja ke petugas, tanpa kwitansi,
dan uang masuk kocek pribadi petugas, yang gajinya toh juga kecil. Pemaksaan

9

ini lebih efektif dengan memasang pagar tinggi di tepi atau median jalan, sehingga
orang mau tak mau harus lewat jembatan. Pagar tinggi inilah teknologi pemaksa
perilaku. Dan inilah yang kita cari untuk mencegah dan mengurangi korupsi.
1) Transparansi
Adalah fitrah manusia untuk tidak ingin diketahui umum jika
perbuatannya dirasa melanggar hukum atau norma/etika/kepatutan yang berlaku.
Karena itu wajar jika alat utama pencegah korupsi adalah keterbukaan atau
transparansi. Karena itu, teknologi utama pencegah korupsi ada pada teknologi
yang mendukung transparansi.
Transparansi ini mulai dari perencanaan, penganggaran, rekrutmen
personel, pengadaan barang dan jasa, pelaksanaan pekerjaan, perjalanan,
pengawasan hingga penggunaan hasil pekerjaan. Karena tujuannya adalah
transparansi, yaitu keterbukaan informasi, maka teknologi informasi dengan
beberapa pengembangannya akan sangat menonjol di sini. Berikut ini adalah
beberapa contoh inovasi yang sedang dikembangkan:
Cooperative-planning. Ini adalah suatu teknologi, di mana masyarakat via
internet dapat memonitor perencanaan tata ruang pemerintah daerahnya sejak
awal. Masyarakat jadi tahu di mana saja yang akan dikembangkan, apa
dampaknya bagi lingkungan & sosial-ekonomi sekitarnya, termasuk juga
perkembangan harga tanah di daerah itu. Gerak mafia tanah dan oknum pemda
pembisiknya akan terbatasi. Masyarakat juga dapat memberikan masukan secara
langsung atas perencanaan yang sedang dibuat.
Cooperative-Budgetting. Ini teknologi penganggaran rinci dari dengan
pelibatan masyarakat bisnis dan calon pengguna secara langsung, sehingga
menghindari duplikasi, mark-up maupun penganggaran untuk kegiatan siluman
atau kegiatan yang tak ada penggunanya.
e-Recruitment. Ini adalah teknologi untuk merekrut calon personel, di
mana para calon cukup mengisi CV melalui website, dan sekaligus mengerjakan
suatu test on-line yang akan menentukan apakah yang bersangkutan pantas
dipanggil wawancara atau tidak. Pada saat tatap muka, para calon harus dapat
10

membuktikan bahwa semua data dan dokumen yang mereka tulis dalam CV
adalah sahih. Teknik ini selain mengurangi KKN dalam rekrutmen juga efisien
bagi lembaga untuk mendapatkan orang yang tepat dan bagi sang calon untuk
mendapatkan tempat kerja yang tepat. Contoh yang sudah berjalan adalah pada
jobs.com.
e-Procurement. Ini adalah teknologi untuk melakukan tender barang dan
jasa secara on-line. Syarat dan ketentuan tender dapat dilihat siapapun. Beberapa
kriteria kunci (seperti spesifikasi, delivery time, harga, dsb) sudah disiapkan formnya secara on-line, dan sistem dapat dengan otomatis membatasi calon yang
dipanggil tatap muka untuk dilihat otentitas segala dokumen yang dimilikinya
atau untuk wawancara. Selain transparan, cara ini juga sangat hemat waktu dan
kertas. Saat ini, tender konvensional sangat boros kertas, karena setiap proposal
akan dilampiri berton-ton dokumen perusahaan, yang umumnya juga tidak dibaca
oleh panitia tender.
Dalam pelaksanaan pekerjaan, sistem akuntansi yang terkoneksi dengan
sistem penjadwalan pekerjaan, dapat sangat efektif digunakan untuk pengawasan.
Setiap milestone harus dilampiri foto dari objek yang telah selesai. Auditor dan
masyarakat dapat memeriksa apakah objek tadi secara real ada di alam nyata?
Untuk perjalanan, seseorang dapat dilengkapi dengan “gelang-GPS”, yang
akan merekam koordinat dari rute perjalanannya, atau merekam tempat tujuannya
setiba di sana. Sekarang sudah ada gelang GPS yang merekam koordinat ini
setiap 10 menit sekali, sehingga baterei tahan berhari-hari. Gelang-GPS ini dapat
diatur agar hanya dapat dimatikan dengan sidik jari dari pemberi tugas. Pada
level yang lebih sederhana, saat ini ada beberapa taksi yang dilengkapi GPS,
sehingga sopir tak bisa seenaknya, sebab posisinya selalu dapat diketahui sentral
taksi (call-center). Namun di saat yang sama sopir juga diuntungkan karena
dengan sistem itu order langsung diberikan ke taksi terdekat yang kosong.
2) Pengawasan
Pada umumnya, pengawasan dilakukan dengan melihat neraca obyek yang
diawasi. Neraca ini dapat dikembangkan agar tak cuma bersifat tabular, tetapi
juga bersifat spasial (keruangan).

11

Seandainya ada aturan bahwa dalam tiap LPJ kepala daerah atau bahkan
presiden wajib dilampiri peta / citra satelit yang menunjukkan kondisi lingkungan
sebelum dan sesudah masa jabatan, tentu juga para kepala daerah tidak bisa
seenaknya menguras kekayaan daerahnya. Rakyat yang cerdas spasial juga
terbantu dalam ikut mengontrol jalannya pemerintahan.
Setiap pemegang Hak Penguasaan Hutan (HPH) atau Konsensi Hutan
Tanaman Industri (HTI) diwajibkan menyetor foto/citra Landsat setiap tahun.
Pemerintah ingin menilai berapa besar hutan yang benar-benar ditebang dan
sejauh mana penanaman kembali. Praktek yang terjadi saat ini, foto atau citra itu
sering dimanipulasi. Sepintas memang tampak mudah mengambil suatu bagian
citra atas lahan yang masih berpohon untuk dicopy di bagian lain yang sudah
gundul. Penebangan berlebih jadi tersembunyi. Hanya saja, teknik ini mustahil
dilakukan sempurna untuk semua kanal Landsat yang ada 7. Dengan analisis
spektrum di semua kanal akan ditemukan discontinuity. Gambar akan tampak
aneh di kanal lain. Hanya gambar asli yang tidak menunjukkan efek itu. Korupsi
pajak HPH dan pelanggaran konsesi yang amat membahayakan lingkungan dapat
terdeteksi.
Sistem perpajakan di Indonesia menganut asas self-assesment. Sayangnya,
banyak hal membuat tingkat kejujuran wajib pajak masih rendah, termasuk para
pejabat! Bahkan jumlah orang kaya yang punya NPWP masih di bawah 20%.
Namun dengan citra resolusi tinggi (misal Quickbird) dapat diidentifikasi dengan
cepat asset-asset yang ada di suatu tempat (rumah, kolam renang, lapangan golf)
untuk diuji silang dengan status kepemilikan dan perpajakannya. Tentunya akan
janggal bila pemilik rumah mewah belum punya NPWP. Janggal pula bila sebuah
pabrik besar (tampak di citra), ternyata melaporkan jumlah produksi yang amat
kecil dan tentunya PPN atau PPh yang kecil. Dengan ini, upaya main mata
pemeriksa dengan wajib pajak (ini korupsi “sektor hulu” terbesar) dapat lebih
awal dicegah!
3) Investigasi
Bagian terakhir dari teknologi anti korupsi adalah teknik investigasi.
Biasanya ini dimulai dari analisis laporan transaksi keuangan, baik yang ada di
12

bank maupun hasil audit akuntansi dan juga audit atas alat komunikasi atau
komputer yang sering dipakai (ini disebut ICT-forensic). Korupsi jarang bisa
dilakukan sendirian dan sulit tidak meninggalkan bekas, walaupun itu hanya sms.
Meski kadang dibuat rekening atas nama orang lain (misalnya pembantu, sopir
atau anak asuh), tetapi jika orang-orang ini, yang kesehariannya amat sederhana,
tiba-tiba

menerima

kejanggalannya.

transfer

uang

yang

sangat

besar,

tentu

tampak

Jika tidak ingin terdeteksi lewat ICT-forensic, maka dia akan

minta serah terima uang dilakukan langsung, dan tentu saja tanpa tanda terima.
Untuk yang seperti ini perlu dilakukan skenario agar tertangkap basah.
Maka

jika

indikasinya

cukup

kuat,

dilakukan

aksi

mata-mata

(surveillance), seperti menaruh kamera tersembunyi untuk menangkap basah sang
pelaku pada saat melakukan transaksi fisik.
Namun seluruh teknologi ini hanya bisa diterapkan bila perangkat
hukumnya mendukung. Beberapa UU hingga Kepres tentang penerimaan CPNS
atau pengadaan tentu wajib diubah agar lebih transparan dan dapat mengadopsi
teknologi anti korupsi. Saat ini masih banyak aturan yang justru menyuburkan
korupsi. Misal aturan bahwa untuk pengadaan harus ada perusahaan penjual di
Indonesia. Akibatnya ketika membeli buku atau software dari Luar Negeri, kita
tidak bisa membeli via amazon.com dengan cukup menggunakan kartu kredit,
tetapi harus melalui proses penawaran yang ribet, dan ujung-ujungnya jauh lebih
mahal.
Jadi implementasi seluruh teknologi ini tentu memerlukan keputusan yang
berani dari pemimpin masyarakat, termasuk keberanian untuk memperbaiki aturan
main. Memang benar, seorang pemimpin harus seseorang yang shaleh, jujur,
cerdas dan diterima masyarakat. Tetapi lebih dari itu ia juga harus orang yang
berani berhadapan dengan semua tradisi dan hukum yang anti syariat, termasuk
terhadap para pelanggar hukum terutama dari kalangan orang-orang kuat. Untuk
itu, dia harus takut hanya kepada Allah saja
Adapun cara mencari sinergi dalam penerapan konsep data spasial berbasis
teknologi yakni berbagai lembaga membuat, mengumpulkan, mengelola, menetapkan dan
menyebarkan data spasial, misalnya:

13

Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) dengan jaringan
kontrol geodesi, geoid nasional, cakupan foto udara, hipsografi (matriks elevasi atau peta
kontur), batimetri dasar laut, garis pantai, utilitas, penutup lahan, sistem lahan, dan
liputan dasar laut (sea bed cover) dan sebagainya.
Badan Pertanahan Nasional dengan kerangka dasar kadastral dan bidang tanah,
aspek legalitas atas tanah, penggunaan tanah, zona nilai tanah / nilai aset kawasan,
karakteristik tanah dan sebagainya.
Departemen Keuangan dengan data pertanahan yang terkait dengan perpajakan,
tanah yang dijaminkan untuk keperluan perbankan dan sebagainya.
Departemen Dalam Negeri dengan data batas wilayah NKRI, wilayah
administrasi kepemerintahan, nama-nama tempat (toponimi) dan sebagainya.
Departemen Perhubungan dengan data rute dan izin trayek transportasi umu,
volume lalu lintas dan sebagainya.
Departemen Komunikasi dan Informatika dengan data wilayah kode pos, kode
area telepon, posisi antene BTS telekomunikasi seluler dan sebagainya.
Departemen Pekerjaan Umum dengan data jaringan jalan, tubuh air/hidrologi
lingkungan bangunan (termasuk data kawasan rawan banjir), jaringan air bersih, instalasi
limbah, rencana tata ruang dan sebagainya.
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dengan data lingkungan budaya, posisiposisi tempat atau fasilitas wisata, volume wisatawan dan sebagainya.
Badan Pusat Statistik dengan data wilayah pengumpulan data statistik, hasil
kegiatan statistik dan sebagainya.
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral dengan data kuasa pertambangan,
geologi, sumberdaya mineral, seismik eksplorasi, gayaberat, sumur pemboran dan
hidrogeologi, vulkanologi, peta rawan bencana geologi dan sebagainya.
Departemen Kehutanan dengan data kawasan hutan (termasuk lokasi-lokasi HTI
dan HPH), sumberdaya hutan, keanekaragaman hayati, taman nasional dan sebagainya.
Departemen Pertanian dengan data klasifikasi tanah, lokasi lahan pangan,
perkebunan dan sebagainya.
Departemen Kelautan dan Perikanan dengan data oseanografi, potensi
sumberdaya laut, kondisi wilayah pesisir dan sebagainya.
Departemen Perdagangan dengan data lokasi pasar atau toko yang telah terdaftar,
gudang Bulog, dan sebagainya.

14

Departemen Kesehatan dengan data lokasi fasilitas medis, gudang obat, daerah
epidemi dan sebagainya.
Departemen Sosial dengan data lokasi masyarakat adat, kawasan pengungsian,
daerah rawan sosial dan sebagainya.
Badan Meteorologi dan Geofisika dengan data iklim dan geofisika, informasi
cuaca, gempa dan sebagainya.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional dengan data cakupan citra satelit,
posisi daerah yang terliput gerhana dan sebagainya.
Sebenarnya bila semua pelaku di atas mengerjakan dengan baik tugas pokoknya
serta saling berkoordinasi, semua akan baik-baik saja. Realitasnya, kemampuan SDMnya amat beragam, jumlah uang yang terlibat juga tidak sama, ditambah masyarakat
sering menginginkan jalan pintas – karena jalan resminya kurang jelas atau terlalu
panjang. Akibatnya, baik secara pribadi maupun kelembagaan, terjadi tumpang tindih
pekerjaan.
Idealnya negara kita memang harus memiliki data spasial yang dibangun dan
diselenggarakan dengan baik, dikelola secara terstruktur, transparan dan terintegrasi
dalam suatu jaringan nasional. Ini akan sangat penting dalam upaya memberikan
kemudahan pertukaran dan penyebarluasan data spasial antar lembaga pemerintah dan
antar

lembaga

pemerintah

dengan

masyarakat.

Kemudahan

pertukaran

dan

penyebarluasan data spasial akan memberikan manfaat untuk meningkatkan efisiensi baik
anggaran pemerintah, maupun masyarakat sekaligus mendorong pengembangan ekonomi.

15

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Data Spasial merupakan data hasil pengukuran, pencatatan, dan pencitraan
terhadap suatu unsur keruangan yang berada di bawah, pada, atau di atas
permukaan bumi dengan posisi keberadaannya mengacu pada sistem koordinat
nasional.

Infrastruktur berarti semua yang diperlukan guna mengelola data

spasial, baik itu si data sendiri (fundamental data set), format bakunya, perangkat
teknologi jaringannya, aturan main dengan data, lembaganya hingga orangorangnya. Prinsip metode data spasial berbasis teknologi adalah pemnafaatan
teknologi dengan menggunakan data yang akurat, sebagai sistem peraturan yang
mengikat seseorang.
Adapun penerapan metode data spasial berbasis teknologi melalaui
prinsip-prinsip transparansi, pengawasan dan investigasi yang dibangun dan
diselenggarakan dengan baik, dikelola secara terstruktur, transparan dan terintegrasi
dalam suatu jaringan nasional.

B. Saran
Adapun saran dalam karya tulis ini adalah sebagai berikut;
1. Kepada penulis selanjutnya yang memiliki bidang kajian yang sama agar
menggunakan referensi yang lebih banyak lagi.
2. Kepada masyarakat agar dapat berperan dalam memikirkan solusi korupsi di
Indonesia.
3. Kepada pemerintah, diharapkan agar dapat memahami dan menerapkan
metode data spasial berbasis teknologi sebagai solusi pemberantasan korupsi
di Indonesia.

16

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis.
Rineka Cipta.

Jakarta:

http://www.fahmiamhar.com/2008/09/teknologi-anti-korupsi.html
http://www.fahmiamhar.com/2007/08/infrastruktur-data-spasial-nasional.html
http://www.fahmiamhar.com/2006/09/menumbuhkan-kecerdasan-spasial.html
http://www.fahmiamhar.com/2012/10/memberantas-korupsi-dengan-dataspasial.html
http://www.fahmiamhar.com/2012/10/memberantas-korupsi-dengan-dataspasial.html
http://technorati.com/faves?add
http://hizbut-tahrir.or.id/2010/11/12/basa-basi-pemberantasan-korupsi/"\o
"\"Technorati\" \t "_blank
http://makassar.tribunnews.com/2013/09/02/janji-politik-di-negeri-korup
Wahab, Abdul, dkk. 1999. Menulis Karya Ilmiah. Surabaya: Airlangga University
Press.

17

PENERAPAN METODE DATA SPASIAL BERBASIS TEKNOLOGI
DALAM UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA

Karya Tulis ini diajukan dalam Rangka Mengikuti
Lomba Karya Tulis Ilmiah
Fakultas Ilmu Sosial (Olimpiade PKn IV) Universitas Negeri Makassar

CAKRA DARMAWAN (9967211245)

DINAS PENDIDIKAN KOTA MAKASSAR
SMA NASIONAL MAKASSAR
2014

18

KATA PENGANTAR

19

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................

i

KATA PENGANTAR.................................................................................

ii

DAFTAR ISI................................................................................................

iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................

1

A. Latar Belakang.......................................................................................

1

B. Rumusan Masalah..................................................................................

2

C. Tujuan Penelitian...................................................................................

3

D. Manfaat Penulisan..................................................................................

3

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................

4

A. Gambaran Fakta Korupsi di Indonesia...................................................

4

B. Prinsip atau Konsep Data Spasial Berbasis Teknologi..........................

6

C. Penerapan Data Spasial Berbasis Teknologi dalam Upaya
Pemberantasan Korupsi di Indonesia.....................................................

8

BAB III PENUTUP.....................................................................................

16

A. Kesimpulan............................................................................................

16

B. Saran.......................................................................................................

16

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................

17

RIWAYAT HIDUP PENULIS....................................................................

18

20