A. Remaja 1. Pengertian - Wahyu Azizah BAB II

  BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1. Pengertian Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti lebih luas lagi yang mencangkup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 2008). Hal yang sama diungkapkan oleh Suntrock (2007) bahwa remaja daiartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Hurlock 2008 mengatakan secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berintergrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang lebih tua. Sedangkan menurut teori Erikson, remaja adalah tahapan ke lima yang dimulai pada saat masa puber dan berakhir pada usia 18-20 tahun.

2. Tahap perkembangan remaja

  Dalam proses penyesuaian diri menuju dewasa, Sarwono (2006) mengungkapkan ada 3 tahap perkembangan remaja: a. Remaja Awal (Early Adolescence)

  Seorang remaja pada tahap ini berusia 10-12 tahun masih terheran

  • –heran akan perubahan-perubahan yang terjadi pada

  18 tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan- perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Dengan dipegang bahunya saja oleh lawan jenis, ia sudah berfantasi erotik. Kepekaan yang berlebih-lebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap “ego”. Hal ini menyebabkan para remaja awal sulit dimengerti orang dewasa.

  b. Remaja Madya (Middle Adolescence) Tahap ini berusia 13-15 tahun. Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan teman-teman. Ia senang kalau banyak teman yang menyukainya. Ada kecenderungan “narastic”, yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu, ia berada dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana: peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, idealis atau meterialis, dan sebagainya. Remaja pria harus membebaskan diri dari Oedipoes Complex (perasaan cinta pada ibu sendiri pada masa kanak-kanak) dengan mempererat hubungan dengan kawan-kawan dari lawan jenis.

  c. Remaja Akhir (Late Adolescence) Tahap ini (16-19 tahun) adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal dibawah ini.

  1) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek. 2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang- orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru.

  3) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi. 4) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain. 5)

  Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat umum (the public).

  Dalam Penelitian ini peneliti akan lebih fokus pada remaja dengan tahap remaja awal.

3. Remaja awal

  Remaja awal merupakan fase lanjutan dari praremaja. pada fase ini remaja mulai nampak mengalami ketertarikan pada lawan jenis.

  Sehingga, remaja mulai mencari suatu perilaku untuk memuaskan dorongan genitalnya. Menurut (Santrock, 2002) mengemukakan bahwa masa remaja awal adalah suatu periode ketika konflik dengan orang tua meningkat melampaui tingkat masa anak-anak.

  Menurut Aryani (2010) Masa remaja awal ditandai dengan peningkatan yang cepat dari pertumbuhan dan pematangan fisik, sehingga sebagian besar energi intelektual dan emosional pada masa remaja awal ini ditargetkan pada penilaian kembali dan restrukturisasi dari jati diri. Selain itu penerimaan kelompok sebaya sangatlah penting. Dapat berjalan bersama dan tidak dipandang beda adalah motif yang mendominasi banyak perilaku sosial remaja awal ini.

  Menurut Sarwono (2006) bahwa Seorang remaja pada tahap ini berusia 10-12 tahun masih terheran

  • –heran akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran- pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Dengan dipegang bahunya saja oleh lawan jenis, ia sudah berfantasi erotik. Kepekaan yang berlebih-lebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap “ego”. Hal ini menyebabkan para remaja awal sulit dimengerti orang dewasa.

4. Ciri-ciri Masa Remaja

  Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri remaja menurut Hurlock (2003), antara lain:

  1. Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu perubahan- perubahan yang dialami masa remaja akan memberikan dampak langsung pada individu yang bersangkutan dan akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya

  2. Masa remaja sebagai periode pelatihan. Disini berarti perkembangan masa kanak-kanak lagi dan belum dapat dianggap sebagai orang dewasa. Status remaja tidak jelas, keadaan ini memberi waktu padanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya.

  3. Masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu perubahan pada emosi perubahan tubuh, minat dan peran (menjadi dewasa yang mandiri), perubahan pada nilai-nilai yang dianut, serta keinginan akan kebebasan.

  4. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat.

  5. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan. Dikatakan demikian karena sulit diatur, cenderung berperilaku yang kurang baik. Hal ini yang membuat banyak orang tua menjadi takut.

  6. Masa remaja adalah masa yang tidak realistik. Remaja cenderung memandang kehidupan dari kaca mata berwarna merah jambu, melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam cita-cita.

  7. Masa remaja sebagai masa dewasa. Remaja mengalami kebingungan atau kesulitan di dalam usaha meninggalkan kebiasaan pada usia sebelumnya dan di dalam memberikan kesan bahwa mereka hampir atau sudah dewasa, yaitu dengan merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perilaku seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka inginkan.

  Dapat disimpulkan bahwa adanya perubahan fisik maupun psikis pada diri remaja, kecenderungan remaja akan mengalami masalah dalam penyesuaian diri dengan lingkungan. Hal ini diharapkan agar remaja dapat menjalani tugas perkembangan dengan baik-baik dan penuh tanggung jawab.

5. Tugas Perkembangan Remaja

  1. Perkembangan Biologis Perubahan fisik yang terjadi pada remaja terlihat pada saat masa pubertas yaitu meningkatnya tinggi dan berat badan serta kematangan sosial. Diantara perubahan fisik itu, yang berpengaruh besar pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh (badan menjadi semakin panjang dan tinggi). Sehingga, mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki) dan tanda-tanda seksual sekunder yang tumbuh (Sarwono, 2006).

  2. Perkembangan Kognitif Menurut (Santrock, 2002) pemikiran operasional formal berlangsung antara usia 11 sampai 15 tahun. Pemikiran operasional formal lebih abstrak, idealis, dan logis daripada pemikiran operasional konkret. Piaget menekankan bahwa remaja terdorong untuk memahami dunianya karena tindakan yang dilakukannya penyesuaian diri biologis. Secara lebih nyata mereka lebih menyatukan pendapat diri sendiri dengan pendapat orang lain .

  Mereka bukan hanya menyatukan pengamatan dan pengalaman akan tetapi juga menyesuaikan cara berfikir mereka untuk menyertakan gagasan baru karena informasi yang didapatkan membuat pemahamannya lebih mendalam.

  Dalam perkembangan kognitif, remaja tidak terlepas dari lingkungan sosial. Hal ini menekankan pentingnya interaksi sosial dan budaya dalam perkembangan kognitif pada remaja.

  3. Perkembangan Sosial Potter&Perry (2005) mengatakan bahwa perubahan emosi selama pubertas dan masa remaja sama dramatisnya seperti perubahan fisik. Masa ini adalah periode yang ditandai oleh mulainya tanggung jawab dan mulai berinteraksi dengan masyarakat.

  Santrock (2003) mengungkapkan bahwa perubahan sosial pada remaja dalam hubungan individu dengan manusia lain yaitu dalam emosi, kepribadian, dan peran dari konteks sosial dalam perkembangan. Membantah orang tua, perilaku agresif pada teman sebaya, berkembangannya sikap asertif, kebahagiaan remaja dalam peristiwa tertentu serta peran gender dalam masyarakat merefleksikan peran proses sosial-emosional dalam perkembangan remaja. (Santrock, 2003) juga menyebutkan bahwa kemampuan remaja untuk memantau kognisi sosial mereka secara efektif merupakan petunjuk penting mengenai adanya kematangan dan kompetensi sosial mereka.

B. Komunikasi 1. Pengertian

  Suprapto (2011) menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses interaksi yang mempunyai arti yang dilakukan terhadap sesama manusia. Komunikasi adalah hubungan antar kontak dan antar manusia baik dengan individu maupun kelompok. Komunikasi sehari-hari adalah bagian dari kehidupan manusia. Manusia sejak lahir sudah berkomunikasi dengna lingkungannya. Widjaja (2008). Menurut arni muhammad (2005) komunikasi didefinisikan sebagai pertukaran informasi secara verbal ataupun non verbal yang dapat mengubah perilaku.

  Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan informasi yang diberikan secara verbal ataupun non verbal kepada sesama manusia yang sangat penting dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

  Menurut (Armiati,2009), pentingnya komunikasi karena beberapa hal yaitu untuk mengungkapkan ide melalui percakapan, tulisan, demonstrasi, dan melukiskan secara visual dalam tipe yang berbeda untuk dapat memahami, menginterpretasikan dan mengevaluasi ide yang diberikan dalam tulisan atau dalam bentuk visual. Bahkan banyak siswa yang cerdas tetapi tidak bisa mengungkapkan pendapat atau pengetahuan yang dipunyainya, bukan karna tidak ingin memberitahu akan tetapi mereka merasa tidak mampu untuk mengungkapkan.

2. Hambatan dalam berkomunikasi

  Jika ditinjau secara umum, maka hambatan komunikasi ini pada

dasarnya dapat dikelompokkan ke dalam tujuh macam gangguan dan

rintangan. Macam gangguan komunikasi menurut Cangara, (2004)yakni :

  a. Gangguan teknis Gangguan teknis ini misalnya seperti gangguan yang terjadi pada jaringan telepon, saluran radio, akses internet, kerusakan alat komunikasi dan lainnya.

  b. Gangguan semantik Gangguan semantik ini disebabkan oleh kesalahan pada bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi. Misalnya, bila kata

  • –kata yang digunakan terlalu banyak menggunakan jargon asing yang tidak dimengerti, penggunaan bahasa yang berbeda, atau pun penggunaan struktur bahasa yang tidak sebagaimana mestinya.

  c. Gangguan psikologis Gangguan psikologis ini adalah rintangan yang terjadi lantaran ada persoalan dalam diri individu. Misalnya seperti adanya rasa kecewa, curita, situasi berduka, ketidak percayaan diri atau adanya gangguan kejiwaan tertentu.

  d. Rintangan fisik Rintangan fisik atau organik adalah rintangan yang terjadi karena letak geografis. Misalnya, karena jarak yang jauh sehingga sulit dicapai alat komunikasi dan transportasi. e. Rintangan status Rintangan status ini terjadi karena adanya perbedaan status sosial serta senioritas. Contoh yang dapat terjadi seperti antara raja dan rakyat, antara atasan dan bawahan, serta antara dosen dengan mahasiswanya.

  f. Rintangan kerangka pikir Rintangan kerangka pikir ini adalah hambatan komunikasi yang dapat terjadi akibat adanya perbedaan pola pikir. Perbedaan pola pikir ini bisa disebabkan adanya pengalaman serta latar belakang pendidikan yang berlainan.

  g. Rintangan budaya Rintangan budaya adalah bentuk hambatan komunikasi yang disebabkan oleh perbedaan norma, kebiasaan serta nilai

  • –nilai yang dianut oleh para individu 3.

   Ciri-ciri kepercayaan diri

  Ciri-Ciri Kepercayaan Diri ada beberapa macam. Menurut hakim (2002) orang yang percaya diri mampu menjalankan tugas-tugas dengan baik dan bertanggung jawab serta mempunyai rencana terhadap masa depannya, kreatif, toleransi, dalam pekerjaannya dan biasanya orang tersebut mempunyai keyakinan pada diri sendiri.

  Selanjutnya hakim mengatakan bahwa orang yang memiliki kepercayaan diri mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

  1. Selalu bersikap tenang dalam mengerjakan sesuatu

  2. Mempunyai potensi dan kemampuan memadai

  3. Mandiri, yaitu orang yang memandang segala sesuatu sendiri tanpa menunggu perintah orang lain

  4. Mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi di berbagai situasi

  5. Memiliki keahlian atau keterampilan

  6. Memiliki kemampuan bersosialisasi

  7. Optimis, yaitu orang yang memandang segala sesuatu dari segi yang mengandung harapan baik dan bereaksi positif dalam menghadapi masalah

  8. Bertanggung jawab, yaitu kesediaan memikul bagian terhadap urusan dirisendiri sehingga dapat memikul kepercayaan dengan baik

  9. Tidak mementingkan diri sendiri yaitu merupakan suatu tindakan untuk memikirkan orang lain bukan untuk memusatkan perhatian terhadap kepentingan sendiri

  10. Tidak memerlukan dukungan orang lain yaitu seseorang yang memiliki pribadi yang matang ialah orang yang dapat menguasai lingkungan secara aktif dan mandiri tanpa menuntut banyak dari orang lain.

  (Susyanti, 2010) mengelompokkan beberapa ciri-ciri orang yang percaya diri dengan yang tidak percaya diri, yaitu:

  Tabel. 2.1 N O

  Orang Yang Percaya Diri Orang Yang Tidak Percaya Diri

  1 Bertanggung jawab terhadap keputusan yang dibuat sendiri Kurang berprestasi dalam studi

  2 Mudah menyesuaikan diri deng an lingkungan Malu dan canggung

  3 Mau bekerja keras untuk menca pai kemajuan Tidak bisa menunjukkan kema mpuan diri

  4 Pegangan hidup cukup kuat dan mampu mengembangkan motivasi Tidak berani mengungkapkan ide-ide

  5 Yakin atas peran yang dihadapinya Cenderung hanya melihat dan menunggu kesempatan

  6 Berani bertindak dan mengambil setiap kesempatan yang dihadapinya

  Membuang-buang waktu dalam mengambil keputusan

  7 Menerima diri secara realistik Rendah diri bahkan takut dan merasa tidak aman

  8 Menghargai diri secara positif Apabila gagal cenderung untuk menyalahkan orang lain

  9 Yakin atas kemampuannya send iri dan tidak terpengaruh orang lain

  Suka mencari pengakuan dari orang lain

  10 Optimisme, tenang, dan tidak mudah cemas

  11 Mengerti akan kekurangan orang lain Dari uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa kepercayaan diri adalah suatu keyakinan akan kemampuan diri sendiri sehingga tidak terpengaruh orang lain dengan mengetahui hal yang mampu dilakukan untuk mengambil keputusan sesuai dengan yang diharapkan dan diinginkan, serta memiliki ciri-ciri seperti bertanggung jawab, mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi diberbagai situasi, memiliki pegangan hidup yang kuat, yakin atas peran yang dihadapinya, selalu bersikap tenang, memiliki kecerdasan dan menerima diri secara realistik. Hal ini merupakan modal utama bagi seseorang untuk mewujudkan dan mengembangkan potensi dirinya untuk mencapai yang terbaik dengan tujuan kehidupannya.

4. Pentingnya Komunikasi

  Ruben & Stewart (2006) mengungkapkan alasan pentingnya mempelajari komunikasi, yaitu: a) Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dalam kehidupan kita.

  Dalam kehidupan sehari-hari komunikasi memegang peranan yang sangat penting. Tidak ada aktifitas yang bisa dilakukan tanpa berkomunikasi, bahkan komunikasi merupakan sesuatu yang selalu kita lakukan selayaknya kita bernafas. Dalam melakukan komunikasi dan bagaimana cara kita melakukannya akan mempengaruhi bagaimana cara kita berpikir tentang komunikasi tersebut serta tentang bagaimana reaksi orang lain terhadap kita. Hal tersebut akan berpengaruh dengan terbentuknya hubungan dengan orang lain, baik dalam keluarga, kelompok, komunitas, organisasi, maupun masyarakat dimana kita tinggal. b) Komunikasi merupakan suatu aktifitas yang kompleks Komunikasi bukanlah suatu aktifitas yang gampang untuk dimengerti atau dikontrol, sebaliknya komunikasi merupakan aktifitas yang sangat kompleks dan memiliki banyak sisi. Dalam hal ini, kompetensi komunikasi sangat diperlukan untuk dapat mencapai komunikasi yang efektif dan sesuai dengan situasinya.

  c) Komunikasi sangat penting dalam efektifitas pekerjaan Pekerjaan dalam bidang apapun, baik dalam bisnis, pemerintahan, maupun pendidikan, memerlukan kemampuan dalam memahami situasi komunikasi, mengembangkan strategi komunikasi efektif, bekerja sama dengan orang lain secara efektif, serta dapat menerima dan memberikan ide-ide yang efektif melalui berbagai jenis komunikasi. Untuk mencapai kesuksesan tersebut diperlukan kemampuan dalam berkomunikasi, baik kemampuan secara personal dan sikap, kemampuan interpersonal, maupun kemampuan dalam melakukan komunikasi lisan serta tulisan dan lain sebagainya.

  d) Pendidikan yang tinggi tidak menjamin kompetensi komunikasi yang baik Seseorang yang memiliki pendidikan yang tinggi belum tentu memiliki kompetensi komunikasi yang baik. Banyak orang menganggap bahwa komunikasi merupakan hal yang biasa saja dan dapat dengan mudah dipahami semua orang. Namun, kenyataannya hal tersebut tidak benar. Terdapat beberapa aspek dalam komunikasi yang sebenarnya sangat penting tetapi hanya mendapat sedikit perhatian dalam kehidupan kita, seperti komunikasi nonverbal.

  e) Komunikasi merupakan lahan pembelajaran yang luas Komunikasi merupakan suatu bidang pembelajaran yang dapat dikatakan luas dan populer. Banyak bidang-bidang atau profesi yang sekarang berfokus pada hubungan komunikasi termasuk hukum, bisnis, informasi, pendidikan, dan lain sebagainya. Sehingga sekarang komunikasi dianggap sebagai ilmu sosial yang diaplikasikan dan bersifat multidisiplin, yang berkaitan dengan ilmu- ilmu lain seperti psikologi, sosiologi, antroplogi, politik, dan lain sebagainya.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Komunikasi Individu

  Soler dan Jorda (2007), faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan atau kompetensi seorang individu, di antaranya yaitu: a) Acquisition Context

  Kemampuan komunikasi seorang individu dipengaruhi oleh konteks acquisition atau perolehan bahasa individu tersebut.

  Terdapat tiga konteks perolehan bahasa, yaitu naturalistic context, dimana individu tidak belajar bahasa di dalam kelas dan hanya berkomunikasi secara natural di luar sekolah, Selanjutnya instructed

  context , dimana individu hanya belajar bahasa secara formal di kelas

  dan mixed context, dimana individu belajar bahasa di dalam kelas dan juga di luar kelas secara natural. Soler dan Jorda (2007) mengungkapkan bahwa individu yang belajar bahasa pada konteks

  

instructed memiliki kemampuan bahasa dan komunikasi yang lebih

  rendah dibandingkan dengan individu yang belajar bahasa dalam konteks naturalistic dan mixed. Hal ini membuktikan bahwa individu yang perolehan bahasanya natural dan dapat berkomunikasi dengan masyarakat di luar sekolahan akan mempunyai kemampuan dalam berkomunikasi.

  b) Usia saat pertama kali mempelajari bahasa Usia saat seorang individu pertama kali memepelajari suatu maka akan mempengaruhi kemampuan bahasa dan cara komunikasi individu tersebut. Seorang individu yang sejak pertama kali mempelajari bahasa, terutama bahasa kedua, pada usia yang lebih muda dapat memiliki kemampuan bahasa dan komunikasi yang lebih baik dari pada individu yang mulai mempelajari bahasa lebih lambat.

  c) Frekuensi penggunaan bahasa kedua Frekuensi atau seberapa sering suatu bahasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari akan mempengaruhi kemampuan bahasa dan komunikasi seorang individu. Semakin sering bahasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari maka akan semakin baik kemampuan individu dalam bahasa tersebut. d) Jenis kelamin Jenis kelamin seorang individu juga dapat mempengaruhi kemampuann bahasa dan komunikasinya, namun pengaruh ini tidak terlalu besar dampaknya. Soler dan Jorda (2007) mengungkapkan bahwa wanita memiliki kemampuan bahasa dan komunikasi yang sedikit lebih baik dari pada laki-laki.

  e) Usia Usia juga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kompetensi atau kemampuan komunikasi dan bahasa seseorang. Individu yang lebih tua dikatakan dapat memiliki kemampuan komunikasi yang lebih baik dari pada individu yang lebih muda.

  f) Level pendidikan Tingkat atau level pendidikan seorang individu juga dapat mempengaruhi kemampuan dalam berkomunikasi. Sebagian besar individu yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi menunjukkan kemampuan berbahasa dan komunikasi yang lebih baik dari pada individu yang memiliki pendidikan lebih rendah. (Salleh, 2006), menambahkan bahwa dalam kompetensi komunikasi terdapat beberapa hal yang menjadi bahan pertimbangan yaitu kondisi fisiologis, seperti umur, jenis kelamin dan minat; kondisi psikologis, seperti kognitif, emosi, kepribadian, dan motivasi; serta lingkungan sosial individu yang membentuk kategori fisiologis dan psikologis yang menjadi syarat minimal agar individu dapat dikatakan kompeten.

C. Keterampilan Sosial 1. Pengertian

  Latihan berarti akan diajarkan suatu perilaku baru yang bersifat praktis, yaitu keterampilan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari (Ramdhani, 2008). Dalam latihan, individu dianggap sebagai orang yang sudah tahu atau memiliki suatu keterampilan tetapi dalam porsi yang kurang. Individu menyadari bahwa mereka memliki kemampuan dan pengalaman sehingga mereka ingin terlibat dalam proses belajar itu.

  Keterlibatan yang aktif di dalam proses belajar dapat menjadi modal untuk mendapatkan ilmu atau pelajaran yang optimal dan bukan hanya sebagai penerima informasi yang pasif. Dengan demikian dalam latihan, tanggung jawab atas proses belajar sepenuhnya berada di tangan peserta bukan pelatih.

  Stuart dan Laraia (2008) menyatakan latihan ketrampilan sosial didasarkan pada keyakinan bahwa keterampilan dapat dipelajari oleh karena itu dapat dipelajari bagi seseorang yang tidak memilikinya. Sedangkan menurut Ramdhani (2008) latihan ketrampilan sosial adalah latihan yang bertujuan untuk mengajarkan kemampuan berinteraksi dengan orang lain kepada individu-individu yang tidak terampil menjadi terampil berinetraksi pada orang-orang disekitarnya, baik dalam hubungan formal atau informal.

  Pemberian pelatihan keterampilan sosial merupakan salah satu intervensi dengan teknik modifikasi perilaku yang didasarkan pada prinsip-prinsip bermain peran, praktek dan umpan balik guna untuk meningkatkan kemampuan klien dalam menyelesaikan masalah pada klien depresi, skizofrenia, klien dengan gangguan perilaku kesulitan berinteraksi, mengalami fobia sosial dan klien yang mengalami kecemasan (Kneisl, 2004; Stuart & Laraia, 2005; Varcarolis, 2006).

  Pelatihan keterampilan sosial telah terbukti efektif dalam meningkatkan kemampuan adaptasi sosial, komunikasi, interkasi sosial, mengurangi gejala kejiwaan, sehingga mengurangi tingkat kekambuhan, selain untuk meningkatkan harga diri (Ji-Min,Sukhee, Eun Kyung & Chul-Kweon, 2007).

  Pelatihan keterampilan sosial mengajarkan tiga kemampuan sosial menurut (MqQuaid, 2000) yakni: 1) Kemampuan berkomunikasi, yaitu kemampuan menggunakan bahasa tubuh yang tepat, mengucapkan salam, memperkenalkan diri, menjawab pertanyaan, menginterupsi pertanyaan dengan baik, dan kemampuan bertanya.

  2) Kemampuan menjalin persahabatan, yaitu menjalin pertemanan, mengucapkan dan menerima ucapan terima kasih, memberikan dan menerima pujian, terlibat dalam aktifitas bersama, berinisiatif melakukan kegiatan dengan orang lain, meminta dan memberikan pertolongan.

  3) Kemampuan dalam menghadapi situasi sulit, yaitu memberikan kritik dan menerima penolakan, bertahan dalam tekanan kelompok dan minta maaf 2.

   Tujuan

  Menurut Eikens (2000) latihan keterampilan sosial bertujuan: 1) Meningkatkan kemampuan untuk mengekspresikan apa yang diinginkan dan dibutuhkan.

  2) Mampu menyampaikan dan menolak suatu masalah. 3) Mampu memberikan respon saat berinteraksi dengan orang lain. 4) Mampu memulia pembicaraan saat berinetraksi. 5) Mampu mempertahankan pembicaraan yang telah terbina.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketrampilan Sosial

  Menurut (Mu’tadin, 2006), terdapat 8 aspek yang mempengaruhi ketrampilan sosial dalam kehidupan remaja, yaitu :

  1. Keluarga Keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi anak dalam mendapatkan pendidikan, kepuasan psikis yang diperoleh anak dalam keluarga akan sangat menentukan bagaimana ia akan bereaksi terhadap lingkungan. Anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga yang tidak harmonis (broken home) di mana anak tidak mendapatkan kepuasan psikis yang cukup maka akan sulit mengembangkan ketrampilan sosialnya. Hal yang paling penting diperhatikan oleh orang tua adalah menciptakan suasana yang harmonis di dalam keluarga sehingga remaja dapat menjalin komunikasi yang baik dengan orang tua maupun saudara-saudarnya.

  Dengan adanya komunikasi timbal balik antara anak dan orang tua maka segala konflik yang timbul akan mudah diatasi, sebaliknya komunikasi yang kaku, dingin, terbatas, menekan.

  2. Lingkungan Sejak dini anak-anak harus sudah diperkenalkan dengan lingkungan. Lingkungan dalam batasan ini meliputi lingkungan fisik

  (rumah, pekarangan) dan lignkungan social (tetangga). Lingkungan juga meliputi lingkungan keluarga (keluarga primer dan sekunder), lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat luas.

  3. Kepribadian Secara umum penampilan adalah sesuatu yang tampak akan tetapi sebenernya tidak, penampilan tidak menggambarkan suatu kepribadiannya. Oleh karena itu sangatlah penting bagi remaja untuk tidak menilai seseorang berdasarkan penampilan semata, sehingga orang yang memiliki penampilan tidak menarik cenderung dikucilkan. Di sinilah pentingnya orang tua memberikan penanaman nilai-nilai yang menghargai harkat dan martabat orang lain tanpa mendasarkan pada hal-hal fisik seperti materi atau penampilan.

  4. Meningkatkan Kemampuan Penyesuaian Diri Untuk membantu tumbuhnya kemampuan beradaptasi, maka sejak awal anak diajarkan untuk lebih memahami dirinya sendiri

  (kelebihan dan kekurangannya) agar ia mampu mengendalikan dirinya sehingga dapat berinteraksi secara wajar. Agar anak atau remaja dapat menyesuaikan diri mereka terhadap lingkungan baru untuk dapat membiasakan agar dapat mau menerima dirinya, orang lain, dan tahu serta mau menerima kesalahannya. Dengan cara ini, remaja tidak akan terkejut dengan perubahan yang ada dan dapat menerima kritik atau umpan balik dari orang lain atau kelompok, mudah membaur dalam kelompok dan memiliki solidaritas yang tinggi sehingga remaja mudah diterima oleh orang lain atau kelompok. Berdasarkan ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan sosial dipengaruhi berbagai faktor, antara lain faktor keluarga, lingkungan, serta kemamapuan dalam beradaptasi.

  Keterampilan sosial merupakan modal dasar untuk kehidupan yang sukses dan menyenangkan di masa depan.

  5. Rekreasi Melalui rekreasi individu dapat mengurangi beban atau stres mereka. Orang yang sering bepergian maka mereka cenderung lebih mampu untuk mengontrol emosionalnya, karena mereka dapat melihat berbagai macam karakter.

  6. Pergaulan dengan lawan jenis Pergaulan dengan lawan jenis akan memudahkan individu untuk mengenali karakteristik individu lain tanpa membatasi perbedaan jenis kelamin sehingga akan menciptakan hubungan sosial yang baik.

  7. Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu faktor keterampilan sosial yang berkaitan dengan cara pembelajaran yang efektif dan berbagai teknik yang dipelajari.

  8. Lapangan pekerjaan Keterampilan sosial untuk memilih pekerjaan disiapkan di sekolah melalui berbagai pelajaran. Proses belajar mengajar yang diberikan kepada anak didiknya maka akan menjadi bekal untuk berhubungan sosial di lingkungan pekerjaan.

4. Indikasi

  Beberapa penelitian menunjukan bahwa latihan keterampilan sosail merupakan salah satu intervensi dengan teknik modifikasi perilaku yang dapa diberikan kepada klien yang mengalami gangguan depresi, gangguan perilaku kesulitan berinteraksi, klien yang fobia berineraksi dan mengalami kecemasan. Menurut michelson,dkk (1985, dalam ramdhani, 2008) mengemukakan latihan keterampilan sosial dirancang untuk meningkatkan kemampuan komunikasi dan keterampilan sosial.

D. Pondok Pesantren

  Pondok Pesantren Darul Mujahadah didirikan pada tahun 13 Februari 1991 yang terletak di desa prupuk utara kecamatan margasari kabupaten tegal . Setelah yayasan memiliki azaz legalitas, maka digalilah dana untuk keperluan pembangunan pesantren. Selama dua tahun, pembangunan asrama dan ruang belajar diprioritaskan. Kemudian menyusul pembangunan kamar mandi, WC dan tempat wudlu. Pada tahun 1992 telah berhasil dibangun 2 unit bangunan masing-masing 3 lokal untuk asrama dan ruang belajar serta 1 unit bangunan MCK (Mandi, Cuci, Kakus).

  Untuk melaksanakan langkah awal, maka pada tahun 1992 untuk memasuki Tahun Pelajaran 1992/1993 mulailah dibuka pendaftaran santri pertama. Pada tahun pertama hanya ada sekitar 30-an anak yang mendaftarkan diri sebagai santri, dengan jumlah putra-putri yang berimbang.

  Seiring berjalannya waktu yang terus berjalan maka untuk menyeimbangkan perkembangannya, Pondok Pesantren Darul Mujahadah terus mengadakan usaha-usaha dalam hal peningkatan, baik lahan, bangunan maupun jenjang pendidikannya. Semuanya untuk meningkatkan mutu pendidikannya dalam bersaing dengan lembaga pendidikan lainnya. Dan sejalan dengan perkembangan sarana, fisik, kapasitas Pondok Pesantren Darul Mujahadah sampai saat ini menampung santri mukim sejumlah 500an santri.

  Seiring dengan terus berjalannya waktu dari tahun ke tahun terus senantiasa mengalami peningkatan dalam hal penerimaan santri baru, namun senantiasa disesuaikan dengan kapasitas sarana prasarana yang ada. Sebab sejak awal Pondok Pesantren Darul Mujahadah berdiri, seluruh santri wajib mukim di asrama, meskipun rumah mereka ada di sekitar pesantren. Hal ini tentunya didasarkan pada pertimbangan struktur, mekanisme, pengelolaan operasional dan pelaksanaan fungsi lembaga pendidikan pesantren yang muaranya adalah peningkatan efektifitas dan efisiensi dalam pembangunan pendidikan secara menyeluruh, sesuai kebijakan pendidikan yang ditetapkan oleh pemerintah.

  Adapun Visi dan Misi pondok pesantren Darul Mujahadah adalah :  Visi Menghasilkan generasi muda islami yang bertakwa kepada Allah, berakhlak mulia, berbadan sehat, berwawasan luas, serta berhidmat kepada agama dan masyarakat.

   Misi

  1. Membangun kepriibadian santri dengan menanamkan dasar akidah, kesadaran beribadah dan perilaku mulia.

  2. Menumbuhkan sikap toleran, jiwa ukhuwah, rasa tanggung jawab dan semangat kemandirian.

  3. Menyiapkan kader umat islam yang ikhlas, terampil, memiliki ghiroh islmiyah dan etos juang yang tinggi, mampu berperan sebagai perekat umat, semangat cinta tanah air. Adapun sarana prasaran yang ada di pondok pesantren Darul Mujahadah diantarnya :

  1. Masjid

  2. Perpustakaan

  3. Lab Komputer

  4. Lab IPA

  5. Lapangan Olahraga

  6. Internet Hot Spot

  7. Kantin Putra & Putri

  8. Air Minum RO

  9. Asrama putra dan putrid Ekstrakulikuler yang terdapat di pondok pesantren Darul Mujahadah diantarnya:

  1. Muhadharah (Pidato) 3 bahasa (Arab, Inggris, Indonesia).

  2. Muhadatsah/Conversation Arab dan Inggris.

  3. Pendidikan kepemimpinan (Leadership) melalui OSDAM, Khatib Jum’at, Imam Shalat.

  4. Praktikum Mengajar (Micro Teaching).

5. Jam’iyatul Qura’ (Seni Membaca Al-Qur’an).

  6. Seni Rebana dan Marawis.

  7. Kepramukaan (Penggalang, Bantara & Laksana).

  8. Jurnalistik (Buletin Shoutu Daril Mujahadah).

  9. Gymnastic (Senam Akrobatik).

  10. Seni Kaligrafi.

  11. Keputrian (Tata Boga dan Tata Busana).

  12. Klub Olahraga (Sekolah Sepak Bola, Volly, Tenis Meja, Badminton, dll).

E. Kerangka teori

Bagan 2.1 kerangka teori modifikasi Sarwono (2006); Santrock ( 2002)

  Santrock (2003); M u’tadin (2006); Soler dan Jorda (2007)

  Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketrampilan Sosial menurut (M u’tadin, 2006)

  1) Keluarga 2) Lingkungan 3) Kepribadian 4) Meningkatkan

  Kemampuan Penyesuaian Diri 5) Rekreasi 6) Pergaulan dengan lawan jenis 7) Pendidikan

  8) Lapangan pekerjaan Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja :

  1. Perkembangan Biologis (Sarwono, 2006).

  2. Perkembangan Kognitif (Santrock, 2002)

  3. Perkembangan Sosial (Santrock (2003) Remaja menurut (Sarwono 2006):

  1. Remaja awal

  2. Remaja tengah

  3. Remaja akhir Faktor yang mempengaruhi kemampuan komunikasi menurut Soler dan Jorda (2007) : a) Acquisition Context

  b) Usia saat pertama kali mempelajari bahasa c) Frekuensi penggunaan bahasa kedua d) Jenis kelamin

  e) Usia

  f) Level pendidikan Kemampuan komunikasi

F. Kerangka konsep

  Mendeskripsikan Pelatihan keterampilan Mampu kemampuan remaja sosial medeskripsikan

sebelum dilakukan kemampuan remaja

Sesi 1 : melatih setelah dilakukan pelatihan

kemampuan

pelatihan berkomunikasi Sesi 2 : melatih

kemampuan

menjalin

persahabatan Sesi 3 : melatih

kemampuan

terlibat dalam aktifitas bersama Sesi 4 : melatih

kemampuan

menghadapi

situasi sulit

Sesi 5 : evaluasi, melatih

kemampuan

mengungkapkan

pendapat

Bagan 2.2 kerangka konsep penelitian G.

   Hipotesis

  Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan (Notoatmodjo, 2010). Adapun pertimbangan hipotesisnya adalah:

  Ha : ada pengaruh pemberian pelatihan keterampilan terhadap peningkatan kemampuan komunikasi pada remaja.

  Ho : tidak ada pengaruh pemberian pelatihan keterampilan terhadap peningkatan kemampuan komunikasi pada remaja.