HUBUNGAN ANAK YANG MENGIKUTI PENDIDIKAN

ISSN 20880057

Vol 5, November 2014

HUBUNGAN ANAK YANG MENGIKUTI PENDIDIKAN ANAK USIA
DINI (PAUD) DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK PRA
SEKOLAH YANG MASUK SD DI DESA GELORA KECAMATAN
BAGAN SINEMBAH KABUPATEN ROKAN HILIR TAHUN 2014

Syukrianti Syahda
Dosen STIKes Tuanku Tambusai Riau, Indonesia

ABSTRAK
Masa emas (golden age) perkembangan anak terjadi pada usia pra sekolah dimana 80%
perkembangan kognitif telah dicapai pada masa ini. Perkembangan kognitif anak harus
mendapat stimulasi agar dapat berkembang optimal. Berdasarkan survey APK-PAUD di
Indonesia 2014 melaporkan hasil survey pendidikan anak usia dini yaitu sebesar 72,6%.
PAUD yang efektif sangat bermanfaat untuk membangun struktur perkembangan kognitif
anak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Anak Yang Mengikuti
PAUD Dengan Perkembangan Motorik Anak Pra Sekolah Yang Masuk SD Di Desa Gelora
Kecamatan Bagan Sinembah Kabupaten Rokan Hilir. Penelitian ini menggunakan desain

penampang analitis (Analytic Cross Sectional Study). Sampel pada penelitian ini adalah
sebanyak 43 anak. Pengambilan data dilakukan dengan cara kuesioner. Analisa data yang
digunakan adalah univariat dan bivariat. Hasil analisa bivariat berdasarkan uji statistik chisquare didapat nilai p value = 0,010 berarti Ho ditolak. Hal ini menunjukkan adanya
hubungan anak yang mengikuti PAUD dengan perkembangan motorik anak pra sekolah yang
masuk SD. Diharapkan kepada orang tua agar meningkatkan pengetahuan dan menambah
pengetahuannya tentang tumbuh kembang anak sehingga orang tua bisa mengetahui
perkembangan motorik anak.

Kata kunci
Daftar Bacaan

: Anak yang mengikuti PAUD, perkembangan motorik anak pra
sekolah.
: 29 (2005-2014)

Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau

Page 15

ISSN 20880057

PENDAHULUAN
Anak merupakan aset Bangsa. Pada
pundak mereka memikul tanggung jawab
dan kelangsungan kehidupan bangsa. Jika
sejak usia dini, anak dibekali dengan
pendidikan dan nilai yang baik maka kelak
akan mampu mengenali potensi-potensi
yang ada pada dirinya sehingga mereka
dapat mengembangkan potensi tersebut
dan menyumbangkan potensi yang ada
pada dirinya untuk kemajuan bangsa dan
negara ini agar mampu bersaing diera
globalisasi (Wijana, 2011).
Rentang perkembangan sepanjang
kehidupan manusia dimulai dan didasari
oleh pertumbuhan dan perkembangan anak
sejak usia dini yang berlangsung sejak usia
lahir sampai 6 tahun. Masa usia ini
memiliki
peran

penting
bagi
perkembangan individu dan kehidupan
berbangsa dan bernegara. Pada usia ini
anak mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat pesat pada
berbagai dimensi atau aspek. Oleh karena
itu, perkembangan yang terjadi pada masa
dini ini menjadi penentu bagi kehidupan
Negara dimasa yang akan datang (Wijana,
2011).
Bloom mengemukakan sekitar 50%
kapasitas kecerdasan orang dewasa telah
terjadi ketika anak berumur 4 tahun, 80%
telah terjadi perkembangan yang pesat
jaringan otak ketika anak berumur 8 tahun,
dan mencapai puncaknya yaitu 100%
ketika anak berumur 18 tahun. Otak
manusia
bersifat

dapat
mencatat,
menyerap, meyimpan, memproduksi dan
merekontruksikan informasi. Implikasinya
bahwa anak yang tidak mendapat
lingkungan yang merangsang pertumbuhan
otak atau tidak mendapat stimulasi
psikososial seperti jarang disentuh atau
jarang diajak bermain, secara fisik

Vol 5, November 2014
perkembangan otak akan lebih kecil
hingga 20-30 % dari ukuran normal anak
seusianya.
Kehidupan
intelektual
bersumber dari otak manusia, yaitu ekpresi
dan bentuk perilaku seseorang merupakan
cerminan dari intelektualnya (Wijana,
2011).

Menyikapi keberadaan anak yang
memiliki
potensi
yang
dapat
dikembangkan seoptimal mungkin perlu
adanya upaya pendidikan yang memadai
baik formal, informal maupun nonformal.
Terkait dengan faktor psikososial yaitu
stimulasi
sangat
penting
bagi
perkembangan anak, hal ini dapat
diperoleh baik dari orang tua maupun
pendidikan formal. Pendidikan formal
yang tepat untuk memberikan stimulasi
pada anak usia dini yaitu PAUD (Pratisti,
2008).
Menurut

Hamid
Muhamad
(Direktur Jendral Pendidikan Nonformal
dan Informal) menetapkan kebijakan
pengembangan PAUD melalui pendekatan
“holistik integratif” yaitu PAUD yang
tidak hanya menekankan aspek pendidikan
semata, tetapi mencakup aspek pelayanan
gizi, pelayanan kesehatan, pengasuhan dan
perlindungan anak.
Pendidikan Anak Usia Dini adalah
suatu upaya pembinaan yang ditujukan
kepada anak sejak lahir sampai dengan
usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu
pertumbuhan
dan
perkembangan jasmani dan rohani agar
anak memiliki kesiapan dalam memasuki

pendidikan lebih lanjut (UU No.20 Tahun
2003 pasal 1 butir 14).
Pada tahun 2004 tercatat bahwa
jumlah APK-PAUD baru mencapai 12,7
juta (27%) dan tahun 2008 APK-PAUD
telah mencapai 15,1 juta (50,6%) serta
diharapkan pada tahun 2009 akan
mencapai 15,3 juta (53,6%). Berdasarkan

Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau

Page 16

ISSN 20880057
kondisi
tersebut
pemerintah
telah
menetapkan rencana 5 tahun ke depan
APK-PAUD diharapkan mencapai 21,3

juta (72,6%). Secara bertahap harapan
untuk mencapai jumlah APK-PAUD
tersebut terlihat pada Tabel 1.1 berikut:
Tabel 1.1 Target Pendidikan Anak Usia
Dini di Indonesia Tahun 2010 –
2014
Target
/ Tahun Pencapaian Target
Sasaran
2010
2011 2012 2013
2014
30,18 30,2 30,3 30,35 30,4
Estimasi
Juta
Juta Juta Juta
Juta
Jumlah
Anak Usia
0-6 th

17,4
18,7 19,9 21
22,1
Target
Juta
Juta Juta Juta
Juta
Sasaran
(57,8 (61, (65, (69,3 (72,
PAUD
8%) 7%) %)
6%)
(Formal & %)
Nonformal)
5,8
5,85 5,9
5,95
6
Target
Juta

Juta Juta Juta
Juta
PAUD
(19,3 (19, (19, (19,6 (19,
Formal
%)
37% 5%) %)
7%)
)
11,6
12,8 14
15,05 16,1
Target
Juta
5
Juta Juta
Juta
PAUD
Nonformal (38,5 Juta (46, (49,7 (52,
%)

(42, 2%) %)
9%)
43%
)
Dilihat dari penyebaran jumlah
peserta PAUD di Indonesia secara
kuantitatif nominal memang dipengaruhi
oleh jumlah penduduk di setiap provinsi,
artinya makin besar jumlah penduduk
suatu provinsi semakin besar jumlah anak
yang mengikuti PAUD. Namun apabila
dilihat dari persentasenya, ternyata tidak
demikian karena besarnya persentase
peserta PAUD di suatu provinsi
dipengaruhi oleh tingkat kesadaran tentang
pentingnya PAUD masyarakat di provinsi
tersebut.

Vol 5, November 2014
Salah satu kemampuan anak yang
sedang berkembang saat usia dini yaitu
kemampuan motorik. Pada anak-anak
tertentu, latihan tidak selalu dapat
membantu memperbaiki kemampuan
motoriknya. Sebab ada anak yang
memiliki masalah pada susunan syarafnya
sehingga menghambatnya keterampilan
motorik tertentu. Ada beberapa penyebab
yang
mempengaruhi
perkembangan
motorik anak yaitu faktor genetik,
kekurangan gizi, pengasuhan serta latar
belakang (Indraswari, 2008).
Perkembangan motorik terbagi atas
dua yaitu motorik kasar dan motorik halus.
Motorik kasar memerlukan koordinasi
kelompok otot-otot anak yang tertentu
yang dapat membuat mereka melompat,
memanjat, berlari,
menaiki sepeda.
Sedangkan motorik halus memerlukan
koordinasi tangan dan mata seperti
menggambar,
menulis,
menggunting
(Indraswari, 2008).
Menurut Susanto (2011) motorik
halus adalah gerakan halus yang
melibatkan bagian-bagian tertentu saja
yang dilakukan oleh otot-otot kecil saja,
karena tidak memerlukan tenaga. Namun
begitu
gerakan
yang
halus
ini
memerlukan koordinasi yang cermat.
Masalah dalam perkembangan fisik
yang sering dialami oleh anak usia 4-6
tahun
adalah
masalah
malnutrisi
(kekurangan
gizi)
serta
obesitas
(kegemukan).
Masalah
dalam
perkembangan motorik kasar yang terjadi,
diantaranya adalah kesulitan dalam
mengontrol
keseimbangan
sehingga
gerakan anak akan tampak ragu-ragu dan
kurang serasi. Selain itu juga tampak
adanya masalah pada koordinasi gerakan
dan
kecepatan
bereaksi
terhadap
rangsangan. Masalah yang tampak pada
keterampilan motorik halus yang tampak

Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau

Page 17

ISSN 20880057
jelas pada anak-anak prasekolah, yaitu
bahwa mereka belum mampu membuat
gambar yang bermakna serta belum rapi
mewarnai. PAUD merupakan tempat
dimana gizi anak dikontrol dengan
pemberian makan sesuai kebutuhan dan
anak mendapat stimulasi (rangsangan)
secara dini untuk mengembangkan
kreatifitas dan keaktifan dalam bergerak
(Hildayani, 2011).
Dampak PAUD bagi anak akan lebih
terlihat pada saat anak duduk dibangku
Sekolah Dasar (SD). Anak yang mengikuti
PAUD akan lebih mandiri dan lebih muda
bersosialisasi dengan teman sebaya, serta
lebih percaya diri. Sedangkan anak yang
tidak mengikuti PAUD cenderung lambat
dan pendiam, serta sulit untuk berinteraksi
dengan teman sebaya (Hildayani, 2011).
Berdasarkan data kelembagaan PAUD
se Kecamatan Bagan Sinembah Kabupaten
Rokan Hilir Tahun 2014 terdapat 35
PAUD / POS PAUD dengan jumlah anak
PAUD 1621 anak. Ini berarti baru sekitar
9,75% anak yang ikut PAUD. Sedangkan
di desa Gelora sendiri terdapat 158 anak
yang mengikuti PAUD dari 356 jumlah
anak usia dini, yang terdiri dari 3 anak dari
kelompok 0-2 tahun, 74 anak dari
kelompok 3-4 tahun, dan 85 anak dari
kelompok 5-6 tahun. Data tersebut
memperlihatkan bahwa pendidikan anak
usia dini belum cukup mendapatkan
perhatian padahal kapasitas perkembangan
kognitif dan karakter anak sudah terbentuk
pada usia dini jauh dihawah usia sekolah.
Angka partisipasi kasar terhadap
PAUD di Desa Gelora adalah 21,63%
(Data Kelembagaan PAUD se Kecamatan
Rohil), sedangkan target APK (Angka
Partisipasi Kasar) pemerintah adalah
69,3% (Haryanto, 2012). Pentingnya
pendidikan anak usia dini belum mendapat
perhatian dan belum banyak diketahui oleh

Vol 5, November 2014
orang tua. Desa Gelora sudah ada 2 PAUD
yaitu SPS (Satuan PAUD Sejenis) POS
PAUD Melati dan PAUD TK Negeri (Data
kelembagaan PAUD se Kabupaten ROHIL
tahun 2013).
Hasil penelitian Mustika (2011)
menyatakan bahwa anak yang mengikuti
PAUD memiliki perkembangan motorik
halus yang lebih baik dari anak yang tidak
mengikuti PAUD. Orang tua anak yang
tidak mengikuti PAUD mengatakan bahwa
anak kurang aktif dan tidak bersemangat
ketika anak mengikuti berbagai kegiatan
seperti perlombaan untuk anak. Sedangkan
orang tua anak senang berinteraksi dengan
orang
lain,
mandiri,
aktif,
dan
bersemangat.
Begitu juga dengan perkembangan
motorik kasar anak yang mengikuti PAUD
lebih baik dari pada anak yang tidak
mengikuti PAUD. Hal ini menunjukkan
bahwa pendidikan di PAUD terbukti
meningkatkan perkembangan motorik
kasar anak (Mustika, 2011).
Penelitian yang dilakukan Rista
Aprina
dengan
judul
Hubungan
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
dengan Perkembangan Motorik Anak Usia
Prasekolah di kelurahan Tinjomoyo
kecamatan Banyumanik Semarang Tahun
2009 menunjukkan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara pendidikan anak
usia dini dengan perkembangan motorik
anak usia prasekolah.
Dari latar belakang di atas maka
penulis
tertarik
untuk
melakukan
penelitian yang berjudul “Hubungan
Anak yang Mengikuti PAUD dengan
Perkembangan Motorik Anak Pra
Sekolah yang Masuk SD di Desa Gelora
Kecamatan
Bagan
Sinembah
Kabupaten Rokan Hilir RIAU Tahun
2014”.

Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau

Page 18

ISSN 20880057

Vol 5, November 2014
Perkembangan Motorik Anak
Pra Sekolah yang Masuk SD.
Setelah dilakukan analisa
univariat,
hasil
penelitian
dilanjutkan
dengan
analisa
bivariat
yaitu
dengan
menggunakan uji chi – square
untuk
mengetahui
hubungan
antara variabel Independent (anak
yang mengikuti PAUD) dengan
variabel dependen (Perkembangan
motorik anak pra sekolah yang
masuk SD) dengan derajat
kepercayaan
95%
maka
didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.2 Distribusi Anak yang
Mengikuti
PAUD
dengan
Perkembangan
Motorik Anak Pra
Sekolah yang Masuk
SD

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain
penampang analitis (Analytic Cross
Sectional Study). Penelitian ini dilaksanakan
pada tanggal 18 sampai 22 Agustus 2014.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
anak pra sekolah yang saat ini berumur 6 tahun
(72 bulan) yang akan masuk SD di desa Gelora
sebanyak 43 anak. Sampel pada penelitian

ini adalah sebanyak 43 anak. Pengambilan
data dilakukan dengan cara kuesioner.
Analisa data yang digunakan adalah
univariat dan bivariat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisa Univariat.
Analisa univariat bertujuan untuk
memperoleh
gambaran
dari
karakteristik data umum, variabel
dependen dan variabel independen, data
disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi.
Tabel

N
o
1

4.1

Proporsi

Distribusi
Frekuensi
Responden Berdasarkan
Anak yang Mengikuti
PAUD dan Perkembangan
Motorik Anak

Jumlah
n
%

Mengikuti PAUD
1. Tidak
12 27,9
2. Ya
31 72,1
Total
43 100
2 Perkembangan
motorik
1. Sesuai
31 72,1
2. Meragukan
5
11,6
3. Ada
7
penyimpangan
16,3
Total
43 100
Dari tabel 4.1 dapat dilihat
bahwa dari 43 responden, 31 (72,1%)
responden mengikuti PAUD dan
berada pada kategori perkembangan
motorik yang sesuai.
B. Analisa Bivariat.
1. Hubungan
Anak
yang
Mengikuti
PAUD
dengan
Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau

Anak
yang
meng
ikuti
PAU
D

Tida
k
Ya
Total

Perkembangan
Motorik
Anak Pra Sekolah yang
masuk SD
Ada
Merag Sesuai
penyim ukan
pangan
N %
N %
N %

Total

N

%

5 41,7

2 16,7

5

41,7

12

100

2 6,5
7 16,3

3 9,7
5 11,6

26
31

83,9

31
43

100
100

72,1

Dari tabel 4.2 dapat dilihat
dari 31 responden yang mengikuti
PAUD
terdapat
2
(6,5%)
responden yang perkembangan
motoriknya ada penyimpangan.
Dari 12 responden yang tidak
mengikuti PAUD terdapat 5
(41,7%) responden yang sesuai
perkembangan motoriknya. Hasil
uji statistik menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan
hubungan anak yang mengikuti
PAUD dengan perkembangan
motorik anak pra sekolah yang
masuk SD tahun 2014. Hal ini
dibuktikan dengan Pvalue = 0,011
< α = 0,05, sehingga Ho diterima
Page 19

P
Val
ue

0,01
1

ISSN 20880057

Vol 5, November 2014

artinya ada hubungan pada derajat
kemaknaan 5%.
Karena hasil pada tabel 4.2
ada sel yang nilai harapan
(expected) yang < 5 dan jumlah
lebih dari 20% maka tidak bisa
(tidak boleh) dibaca hasil uji
statistiknya. Untuk itu dilakukan
penggabungan (transfer / dumy)
pengkategorian variabel. Variabel
yang
berdekatan
kriterianya
(pengkategorian)
digabung.
Penggabungannya
adalah
perkembangan motorik anak pra
sekolah
yang
masuk
SD
(meragukan + ada penyimpangan).
Tabel 4.3 Hubungan Anak yang
Mengikuti
PAUD
dengan
Perkembangan
Motorik Anak Pra
Sekolah yang Masuk
SD
Anak
yang
mengik
uti
PAUD

Perkembangan
Motorik Anak Pra
Sekolah
yang
masuk SD

Total

Tidak
Sesuai
N %

Sesuai
N

%

N

%

Tidak

7 58,3

5

41,7

12

Ya
Total

5 16,1

26

83,9

31

1 27,9
2

31

72,1

43

10
0
10
0
10
0

P
Value

0,010

Dari tabel 4.3 dapat dilihat dari 31
responden yang mengikuti PAUD terdapat
5 (41,7%) responden yang tidak sesuai
perkembangan motoriknya. Dari 12
responden yang tidak mengikuti PAUD
terdapat 5 (16,1%) responden yang sesuai
perkembangan motoriknya. Hasil uji
statistik menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan hubungan anak
yang
mengikuti
PAUD
dengan
perkembangan motorik anak pra sekolah
yang masuk SD tahun 2014. Hal ini

dibuktikan dengan Pvalue = 0,010 < α =
0,05, sehingga Ho diterima artinya ada
hubungan pada derajat kemaknaan 5%.
Menurut asumsi peneliti, anak yang
mengikuti PAUD lebih memiliki semangat
dan
kreatifitas
karena
mendapat
rangsangan di PAUD. Ini mendidik anak
menjadi terbiasa bersemangat dan kreatif
saat melanjutkan pendidikan. Sedangkan
anak yang tidak mengikuti PAUD tidak
memiliki semangat dan kreatifitas karena
tidak mendapat rangsangan di PAUD.
Elizabeth
B
Hurlock
dalam
Yuningtias, 2012 menyatakan bahwa
perkembangan motorik diartikan sebagai
perkembangan dari unsur kematangan
pengendalian gerak tubuh dan otak sebagai
pusat gerak. Gerak ini secara jelas
dibedakan menjadi gerak kasar dan halus.
Perkembangan
terjadi
secara
simultan dengan pertumbuhan, sehingga
tumbuh kembang tidak bisa dipisahkan.
Proses tumbuh kembang anak mempunyai
beberapa ciri-ciri yang saling berkaitan
yaitu menimbulkan perubahan, menetukan
tahap selanjutnya, kecepatan berbeda,
saling berhubungan, pola yang menetap
dan tahap yang berurutan (Hidayat, 2005).
Masalah dalam perkembangan fisik
yang sering dialami oleh anak usia 4-6
tahun
adalah
masalah
malnutrisi
(kekurangan
gizi)
serta
obesitas
(kegemukan).
Masalah
dalam
perkembangan motorik kasar yang terjadi,
diantaranya adalah kesulitan dalam
mengontrol
keseimbangan
sehingga
gerakan anak akan tampak ragu-ragu dan
kurang serasi. Selain itu juga tampak
adanya masalah pada koordinasi gerakan
dan
kecepatan
bereaksi
terhadap
rangsangan. Masalah yang tampak pada
keterampilan motorik halus yang tampak
jelas pada anak-anak prasekolah, yaitu
bahwa mereka belum mampu membuat
gambar yang bermakna serta belum rapi
mewarnai. PAUD merupakan tempat
dimana gizi anak dikontrol dengan
pemberian makan sesuai kebutuhan dan
anak mendapat stimulasi (rangsangan)
secara dini untuk mengembangkan

Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau

Page 20

ISSN 20880057
kreatifitas dan keaktifan dalam bergerak
(Hildayani, 2011).
Dampak PAUD bagi anak akan lebih
terlihat pada saat anak duduk dibangku
Sekolah Dasar (SD). Anak yang mengikuti
PAUD akan lebih mandiri dan lebih muda
bersosialisasi dengan teman sebaya, serta
lebih percaya diri. Sedangkan anak yang
tidak mengikuti PAUD cenderung lambat
dan pendiam, serta sulit untuk berinteraksi
dengan teman sebaya (Hildayani, 2011).
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Rista
Apriana tahun 2009 yang menunjukkan
bahwa ada hubungan yang signifikan
antara Pendidikan Anak Usia Dini dengan
perkembangan
motorik
anak
usia
prasekolah (p value = 0,000).
Hasil penelitian Mustika (2011)
menunjukkan bahwa ada perbedaan
perkembangan motorik kasar antara anak
yang ikut PAUD dengan anak yang tidak
ikut PAUD dengan nilai P=0,002 dan Z
skor sebesar -2,295. Begitu juga dengan
perkembangan motorik halus pada anak,
terdapat perbedaan perkembangan motorik
halus antara anak yang ikut PAUD dengan
anak yang tidak ikut PAUD dengan nilai
P=0,001 dan Z skor sebesar -2,083.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan
pembahasan yang telah diuraikan
dalam bab sebelumnya, maka dapat
disimpulkan bahwa :
Dari 43 anak terdapat 31(72,1%) anak
yang mengikuti PAUD dan 12
(27,9%) anak yang tidak mengikuti
PAUD. Terdapat 26 anak (83,9%)
yang mengikuti PAUD memiliki
perkembangan motorik yang sesuai
sedangkan 5 anak (16,1%) yang
mengikuti PAUD tidak sesuai
perkembangan motoriknya. Hubungan
anak yang mengikuti PAUD dengan
perkembangan motorik anak pra
sekolah yang masuk SD di desa gelora
kecamatan bagan sinembah kabupaten
rokan hilir tahun 2014 di dapatkan p

Vol 5, November 2014
value = 0,010 yang berarti ada
hubungan yang signifikan antara anak
yang mengikuti PAUD dengan
perkembangan motorik anak pra
sekolah yang masuk SD.
B. Saran

1.

2.

3.

Untuk Institusi Pendidikan.
Diharapkan dari penelitian ini
dapat memberi masukan dan
sebagai dasar untuk melakukan
penelitian lebih lanjut yang
berkaitan dengan perkembangan
motorik anak terutama tentang
pelaksanaan program PAUD.
Untuk Orang Tua
Diharapkan kepada orang tua
anak
agar
meningkatkan
pengetahuan tentang pentingnya
PAUD
dan
menambah
pengetahuannya
bagaimana
tumbuh kembang anak sehingga
orang tua bisa mengetahui
perkembangan motorik anak.
Untuk Peneliti Selanjutnya
Diharapkan dapat meneliti lebih
lanjut
faktor
lain
yang
berhubungan
dengan
perkembangan motorik anak
seperti kematangan saraf, urutan
usia, motivasi dan pengalaman
yang dimiliki anak.

DAFTAR PUSTAKA
Adriana, D, (2011). Tumbuh Kembang
Dan Terapi Bermain pada Anak.
Jakarta : Salemba Medika.
Aisyah, S. Dkk, (2010). Perkembangan
dan Konsep Dasar Pengembangan
Anak Usia Dini. Edisi Kesatu
Cetakan ke 10. Jakarta :
Universitas Terbuka.
Anik Maryunani, (2010). Ilmu Kesehatan
anak Dalam Kebidanan. Jakarta :
CV. Trans Info Media.
Apriana, R, (2009). Hubungan PAUD
dengan Perkembangan Kognitif
Anak
Usia
Prasekolah
di
Kelurahan Tinjomojo Kecamatan
Banyumanik Semarang. Skripsi

Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau

Page 21

ISSN 20880057
Tidak Diterbitkan. Universitas
Diponegoro. Semarang. Indonesia.
Fitrianingsih, S, (2012). Profil PHBS Desa
Gelora.
Buku
Profil
Tidak
Diterbitkan. Pustu Gelora Kec.
Bagan Sinembah, Rohil.
Haryanto, (2012). Pendidikan Anak Usia
Dini. Diambil pada 2013 dari
http://kimwaradesa.blogspot.com/2
012/03/pendidikan-anak-usiadini.html
Hidayat, A. A. A, (2005). Pengantar Ilmu
Keperawatan Anak. Edisi 1. Jakarta
: Salemba Medika.
Hidayat, A. A. A, (2008). Metode
Penelitian
Keperawatan
dan
Teknik Analisa. Jakarta : Salemba
Medika.
Hildayani,
R.
(2006),
Psikologi
Perkembangan Anak. Edisi 1
Cetakan 6. Jakarta : Universitas
Terbuka.
Kartini Kartono, (2007). Psikologi anak.
Cetakan 6.Bandung : Mandar
Maju.
Lapau, Buchari, (2013). Metode Penelitian
Kesehatan. Jakarta : Yayasan
Pustaka Obor Indonesia
Lolita Indrasari, (2011). Peningkatan
Perkembangan Motorik Halus
Anak Usia Dini Melalaui Kegiatan
Mozaik Di Taman Kanak-Kanak
Pembina Agam.
Mustika,
(2011).
Perbedaan
Perkembangan Motorik Sosial dan
Bahasa Anak Toddler Antara Yang
Mengikuti PAUD Dan Tidak
Mengikuti PAUD di Kelurahan
Nglorog Sragen
Muhammad, Hamid. (2010). Pedoman
Teknis
Penyelenggaraan
Pos
PAUD. Jakarta : Direktorat
Pendidikan Anak Usia Dini.
Noor Rachmi Wulan Mustika. (2011).
Perbedaan Perkembangan Motorik
Sosial Dan Bahasa Anak Toddler
Antara Yang Mengikuti Paud Dan
Tidak
Mengikuti
Paud
Di
Kelurahan
Nglorog
Sragen.
Surakarta.

Vol 5, November 2014
Notoatmojo, S. (2010). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi.
Jakarta : Rineka Cipta.
Pratisti, W. D. (2008). Psikologi Anak
Usia Dini. Jakarta : Rineka Cipta.
Prof.Dr. Buchari Lampau,dr.MPH. (2012).
Metode Penelitian Kesehatan.
Jakarta
Rista
Apriana.
(2009).
Hubungan
Pendidikan Anak Usia Dini (Paud)
Dengan Perkembangan Kognitif
Anak
Usia
Prasekolah
di
Kelurahan Tinjomoyo Kecamatan
Banyumanik Semarang. Semarang
Rusmil, K. Dkk. (2010). Pedoman
Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi
dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang
Anak
Ditingkat
Pelayanan Kesehatan Dasar. Riau :
Dinas Kesehatan Propinsi Riau.
Santi, D. (2009). Pendidikan Anak Usia
Dini-Antara Teori dan Praktik.
Jakarta : Indeks.
Sujarwo, S. (2012). Faktor yang
Mempengaruhi
Pengetahuan
Rendah. Diambil pada Desember
2013
dari
gununglaban.wordpress.com/2012/
03/30.
Sulistyawati,Ari. (2014). Deteksi Tumbuh
Kembang anak. Jakarta Selatan :
Selembah Medika.
Wijana, D. W. Dkk. (2011). Kurikulum
Pendidikan Anak Usia Dini. Edisi I
Cetakan 8. Jakarta : Universitas
Terbuka.
__________(2010). Instrumen Stimulasi,
Deteksi dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang Anak. Riau :
Dinas Kesehatan Propinsi Riau.
Wiyana, N.A dan Barnawi. (2012). Format
PAUD:Konsep, Karakteristik, &
Implementasi Pendidikan Anak
Usia Dini. Jakarta : Ar-Ruzz
Media.

Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau

Page 22