BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Burung - Keanekaragaman Burung di Desa Telagah Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara

4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Burung
Burung merupakan salah satu kelompok terbesar vertebrata yang banyak dikenal,
diperkirakan ada sekitar 8.600 jenis burung yang tersebar di dunia.Burung
berdarah panas seperti binatang menyusui, tetapi sebenarnya burung lebih
berkerabat dekat dengan reptil, yang mulai berevolusi sekitar 135 juta tahun yang
lalu.Semua jenis burung dianggap berasal dari sesuatu yang mirip dengan fosil
burung yang pertama, yaitu Archaeopteryx (Mackinnon, 1990).
Burung termasuk kelompok hewan yang digolongkan ke dalam filum
Vertebrata (bertulang belakang) yang termasuk ke dalam kelas Aves, terdiri dari 2
subkelas, yaitu Archaeornithes (dalam bentuk fosil) dan subkelas Neornithes
(burung-burung sejati) dengan 30 ordo (Salsabila, 1985).

2.2. Morfologi Burung
Burung termasuk dalam kelas Aves, sub filum vertebrata dan masuk ke dalam
filum Chordata, yang diturunkan dari hewan berkaki dua.Burung memiliki
sepasang sayap dan tubuhnya ditutupi oleh bulu yang berfungsi sebagai pelindung

tubuh serta mempengaruhi daya terbang, namun demikian meskipun semua
burung memiliki sepasang sayap, tidak semua jenis burung yang dapat
terbang.Burung juga memiliki paruh yang tersusun atas zat tanduk, bentuk paruh
dari jenis burung berbeda-beda yang disesuaikan dengan jenis makanannnya
(Radiopoetro, 1986).
Mackinnon (2000) menyatakan bahwa burung mempunyai sepasang kaki
dengan bentuk dan ukuran kaki pada burung juga berbeda berdasarkan tipe
habitatnya.Kaki bagian bawah dan jari-jari kulitnya berzat tanduk keras. Salsabila
(1985) menambahkan bahwa ciri-ciri utama dari kelas Aves adalah mempunyai
bulu, anggota gerak depan telah termodifikasi menjadi sayap, berenang dan
bertengger, pada tungkai terdapat sisik, rahang bawah tidak mempunyai gigi,
tulang rangka kecil dan banyak mengalami penyatuan.

5

Departemen Kehutanan (1992) juga menjelaskan bahwa semua jenis
burung dianggap berasal dari burung yang pertama yaitu Archaeopteryx yang kini
telah menjadi fosil, adapun ciri-ciri umum burung antara lain:
a. Burung memiliki kemampuan untuk terbang
b. Tubuh ditutupi oleh bulu kecuali kaki

c. Mempunyai paruh yang bervariasi (parot, lurus,sabit, panjang, ramping, dll.)
d. Makanan bermacam-macam tergantung habitat mulai dari jenis ikan, nektar,
serangga, biji-bijian, buah-buahan dan bangkai.
e. Secara biologis perkembangbiakan burung hanya berbeda sedikit dengan reptil,
telur burung bentuknya mirip dengan telur reptil tetapi lebih berkapur dan kulit
lebih keras.
Sesuai dengan cara memperoleh makan Mackinnon et al., (1992)
menjelaskan bahwa burung pemangsa bercakar tajam serta berparuh tajam,
burung pengisap madu bertubuh kecil, untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan
disekitar bunga bermadu. Selanjutnya dijelaskan bahwa burung memiliki
kemampuan yang berbeda-beda dalam beraktifitas, termasuk memperoleh
makanannya, seperti burung rajawali bisa meluncur dan melayang, alap-alap
terjun dan menerkam mangsanya dan burung camar yang menangkap ikan dalam
air laut, atau burung hantu yang sanggup meluncur jauh tanpa mengeluarkan
suara.

2.3. Ekologi Burung
2.3.1. Habitat
Ekologi burung memang dapat diteliti secara langsung dari segi jenis makanan,
perilaku mencari makan atau dinamika populasinya, tetapi pengetahuan mengenai

habitat juga sangat penting diketahui (Bibby et al., 2000).Habitat yang dipilih
harus

dapat

memenuhi

kebutuhan

hidupnya

untuk

melindungi

dan

mempertahankan diri siang dan malam, dan jika memungkinkan untuk sepanjang
musim (Alikodra, 2002).
Mackinnon et al. ,(1992) menjelaskan bahwa hampir semua habitat yang

ada di alam ini ditempati oleh burung. Selanjutnya Bibby et al.,(2000)
menyatakan bahwa keberadaan jenis dan penyebaran (distribusi) burung sangat
ditentukan oleh kondisi habitat. Selain itu, habitat alami yang dihuni oleh burung

6

bersama binatang dan tumbuhan liar lainnya memiliki nilai keanekaragaman yang
tidak terhingga (Crosby, 2004).
Salah satu habitat bagi burung dengan keanekaragaman jenis yang tinggi
adalah di kawasan hutan tropis.Burung-burung di hutan tropis yang memiliki
keanekaragaman jenis yang tinggi, tapi terkenal sulit untuk ditemukan.Hal ini
disebabkan karena struktur habitat yang sangat kompleks dengan vegetasi bertajuk
tinggi dan kadang penutupan bawahnya rapat (Bibby et al., 2000).
Mackinnon et al. (1992) menjelaskan bahwa burung juga dapat dijumpai
pada berbagai tipe habitat mulai dari hutan pantai, hutan dataran rendah, hutan
perbukitan sampai pada hutan pegunungan.Namun ada beberapa jenis yang dapat
hidup pada berbagai habitat yang berbeda karena adaptasinya yang sangat
tinggi.Atas dasar ini maka burung termasuk kelompok hewan yang memiliki
penyebaran yang sangat luas (kosmopolitan).
Alikodra (1990) menyatakan bahwa pada umumnya habitat dapat

mengalami perubahan struktur dan ketersediaan pakan yang disebabkan oleh
kondisi musiman. Menurut Bibby et al. (2000) pergantian dan perubahan habitat
seperti punggung gunung dan dasar lembah, demikian juga aliran sungai dan
rawa-rawa, terutama di daerah kering atau selama musim kemarau, maupun
kawasan hutan merupakan tempat yang menarik bagi burung, baik sebagai habitat
maupun tempat untuk mencari makan. Di dalam suatu kawasan, habitat dengan
segala sumberdaya yang tersedia merupakan bagian penting bagi keberadaan
jenis, jumlah individu masing-masing jenis dan distribusi burung di habitat
tersebut.

2.3.2. Penyebaran
Secara teori, keanekaragaman jenis burung dapat mencerminkantingginya
keanekaragaman hayati kehidupan liar lainnya,artinya burung dapat dijadikan
sebagai indikator kualitas hutan.Berbagai jenis burung dapat kita jumpai di
berbagai

tipe

habitat,diantaranya


hutan

(primer/sekunder),

agroforestri,

perkebunan (sawit/karet/kopi) dan tempat terbuka (pekarangan, sawah, lahan
terlantar) (Ayat, 2011).Hal ini berhubungan dengan ketersediaan pakan dan faktor
pendukung untuk dapat bertahan hidup.

7

Bibby et al. (2000) menyatakan bahwa keanekaragaman spesies rendah
terdapat pada komunitas daerah dengan lingkungan yang ekstrim seperti daerah
dengan lingkungan yang ekstrim seperti daerah kering, tanah miskin, terutama
pada daerah bekas bakaran atau letusan gunung merapi, sedangkan keragaman
yang tinggi biasanya terdapat pada lingkungan yang optimum. Keanekaragaman
dan penyebaran jenis-jenis burung pada suatu kawasan dapat diketahui dengan
cara


mengamati

sekaligus

mengidentifikasi

jenis-jenis

burung

tersebut.

Selanjutnya Kar (1979) dalam Arninova (2004) menjelaskan bahwa kekayaan
spesies dan struktur komunitas burung berbeda dari suatu wilayah dengan wilayah
yang lainnya.
Sujatnika (1995) menyatakan bahwa seluruh spesies burung darat yang
dalam sejarahnya memiliki luas penyebaran berbiak kurang dari 50.000 km2.Luas
50.000 km2 ini kemudian digunakan dalam menetapkan spesies burung sebaran
terbatas. Hal yang mendasarinya antara lain :
a. Sebaran ini untuk mengetahui tempat terkonsentrasinya hidupan liar endemik

yang optimal ditetapkan sebagai taman nasional atau kawasan konservasi.
b. Spesies burung dengan penyebaran kurang dari luas tersebut akan mengalami
ancaman yang relatif besar oleh menurunnya kualitas dan kuantitas habitat.
c. Luas tersebut dipandang optimal dalam kaitannya dengan perencanaan strategi
konservasi untuk pengelolaan selanjutnya.
Kehadiran jenis-jenis burung pada suatu kawasan sangat penting. Menurut
Mackinnon et al. (1992) selain mampu memberikan andil yang sangat besar pada
proses penyebaran biji-biji vegetasi hutan, burung juga dapat menjalankan
fungsinya sebagai pemasok makanan bagi sejumlah satwa permukaan pemakan
buah yang tidak mampu memetiknya secara langsung dari atas pohon.

2.4. Keanekaragaman Jenis Burung
Keragaman

merupakan

sifat

komunitas


yang

menunjukkan

tingkat

keanekaragaman jenis organisme yang ada didalamnya. Menurut Krebs (1978),
keanekaragaman (Diversity) yaitu banyaknya jenis yang biasanya diberi istilah
kekayaan jenis (Species richnes). Odum (1993) mengatakan bahwa keragaman
jenis tidak hanya berarti kekayaan atau banyaknya jenis, tetapi juga

8

kemerataan.Hilangnya vegetasi juga menyebabkan hilangnya sumber pakan bagi
burung, sehingga akan berpengaruh bagi keanekaragaman burung disuatu
wilayah. Keanekaragaman spesies burung berhubungan dengan keseimbangan
dalam komunitas.Jika nilai keanekaragamannya tinggi, maka keseimbangan
komunitasnya juga tinggi.Tetapi, jika nilai keseimbangan tinggi belum tentu
menunjukkan keanekaragaman spesies dalam komunitas tersebut tinggi (Firdaus
et al., 2014).

Hidayat (2013) menyatakan bahwa keanekaragaman jenis burung yang
dapatdijadikan sebagai indikator kualitas lingkungan perlu mendapat perhatian
khusus,karena kehidupannya dipengaruhi oleh faktor fisik, kimia, dan
hayati.Odum (1994) menyatakan keberadaan jenis atau keanekaragaman spesies
di suatu wilayah ditentukan oleh berbagai faktor dan mempunyai sejumlah
komponen yang dapat memberi reaksi secara berbeda-beda terhadap faktor
geografi, perkembangan dan fisik.Helvoort (1981) menambahkan bahwa
keanekaragaman jenis burung berbeda dari suatu tempat ke tempat lainnya, hal ini
tergantung pada kondisi lingkungan dan faktor yang mempengaruhinya.Distribusi
vertikal

dari

dedaunan

atau

stratifikasi

tajuk


merupakan

faktor

yang

mempengaruhi keanekaragaman jenis burung.Keanekaragaman merupakan khas
bagi suatu komunitas yang berhubungan dengan banyaknya jenis dan jumlah
individu tiap jenis sebagai komponen penyusun komunitas.

2.5. Status Perlindungan Jenis Burung
Burung adalah salah satu jenis satwa yang sangat terpengaruhkeberadaannya
akibat alih guna lahan hutan, terutama pada lahan-lahanmonokultur seperti
perkebunan kelapa sawit dan karet.Hilangnyapohon hutan dan tumbuhan semak,
menyebabkan hilangnya tempatbersarang, berlindung dan mencari makan
berbagai jenis burung. Sementara,burung memiliki peran penting dalam ekosistem
antara lainsebagai penyerbuk, pemencar biji, pengendali hama. Burung juga
seringkalidigemari oleh sebagian orang dari suara dan keindahan bulunya (Ayat,
2011).Selain itu populasi burung juga memegang peranan utama dalam
mempertahankankeseimbangan ekologi di dalam hutan alam di mana burung
berperan sebagai penyebar biji, pemangsa serangga membantu penyerbukan

9

danmempercepat pelapukan kayu-kayu busuk.Kesehatan hutan alam yang terus
menerus banyak menguntungkan manusia termasuk perlindungan terhadap daerah
aliran air sungai, pencegahan erosi dan sebagaiperlindungan sumber air terutama
pada musim kemarau (Humaini, 2009).
Pada hampir semua habitat alaminya di hutan, burung menduduki posisi
yang tinggi dalam rantai makanan dan jaring-jaring kehidupan sehingga dapat
mencerminkan perubahan yang terjadi pada tingkat yang lebih rendah (Crosby,
2004).Ada beberapa jenis burung yang memiliki kepekaan tertentu terhadap
kesehatan lingkungan dalam habitatnya, salah satu diantaranya adalah sebangsa
raja udang (Resit et al., 1999).
Perdagangan burung untuk dipelihara dalam sangkar juga sangat
memprihatinkan.Suatu jaringan pengumpulan burung menyalurkan burung
(diduga berjumlah sampai sejuta ekor burung per tahun) melalui Jakarta dan
Singapura.Jenis burung yang dijual meliputi kakatua, nuri, jalak, pipit, kutilang,
decut, burung kacamata, murai batu, tekukur dan ayam hutan.Burung-burung
sangkar juga merupakan binatang yang popular di Indonesia dan Malaysia.
Burung yang dipelihara untuk memenuhi permintaan domestik sama jumlahnya
dengan yang diekspor. Beberapa jenis burung dilaporkan hampir lenyap akibat
kegiatan ini, misalnya cucakrawa, jalak, murai batu, dan perkutut di Jawa.Perlu
dicatat bahwa saat ini stok burung di pasar juga banyak yang diimpor dari
Cina.Hal ini mungkin menunjukkan bahwa sumber domestik tidak mencukupi lagi
untuk memenuhi permintaan (Mackinnon et al., 2010).
Kategori status keterancaman mengacu kepada Redlist International Union
for Conservation of Nature (IUCN) 2007 yang meliputi CR = Critically
Endangered (sangat terancam punah); EN = Endangered (terancam punah); VU =
Vulnerable (terancam); NT = Near Threatened (mendekati terancam); NE = Not
Evaluated (belum dievaluasi); DD = Data Deficient (data kurang), sementara
untuk kategori EX = Extinct (punah), EW = Extinct in the Wild (punah di alam)
dan LC (Least Concern) dikeluarkan (tidak dicantumkan dalam daftar)
(Sukmantoro et al., 2007).

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

AN ANALYSIS ON GRAMMATICAL ERROR IN WRITING MADE BY THE TENTH GRADE OF MULTIMEDIA CLASS IN SMK MUHAMMADIYAH 2 MALANG

26 336 20

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2