Relasi antara Etika Komunikasi dan Negos

Relasi antara Etika, Komunikasi dan Negosiasi
Diplomasi merupakan kegiatan untuk memilih cara yang tepat untuk mencapai suatu tujuan.
Namun, jika dipandang secara lebih spesifik, hakikat diplomasi yang sukses sebenarnya lebih
mengarah kepada kemampuan menempatkan penekanan yang benar pada setiap keadaan
tertentu pada instrumen-instrumen diplomasi yaitu, sama; dana; danda; dan bedha (Roy,
1995). Pihak yang melakukan kegiatan diplomasi disebut dengan diplomat. Kata ‘diplomat’
sendiri mulai populer dalam bahasa Inggris sejak sekitar abad kedelapanbelas (Dinh, 1987).
Dalam menjalankan diplomasi, tentunya diplomat memiliki peran tersendiri.
Ellis Briggs, membagi peran diplomat ke dalam tiga kategori. Kategori peran diplomat yang
pertama yaitu, seorang diplomat memiliki peran sebagai negosiator atau orang yang
bernegosiasi (negosiation). Kemudian, peran kedua seorang diplomat adalah sebagai
perwakilan suatu negara (representation). Lalu peran yang ketiga yaitu, sebagai pembawa
berita atau melaporkan berita (reporting) (Dinh, 1987). Kali ini, penulis akan membahas
tentang negosiasi. Negosiasi sendiri, dapat diartikan sebagai sebuah interaksi yang terjadi
antara dua atau lebih pihak yang berusaha menyelesaikan tujuan yang berbeda. Biasanya,
negosiasi identik dengan proses tawar-menawar (Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul,
2014). Negosiasi sebenarnya merupakan urusan diplomat pada umumnya; seperti contohnya,
berunding dengan pemerintah dari negara-negara yang bersangkutan. Kemudian dalam proses
negosiasi, diplomat juga akan terlibat tawar-menawar mulai dari hal yang berbau komersial,
sampai tawar menawar yang lebih berbobot seperti tawar-menawar di bidang politik dan
militer.

Negosiasi memiliki enam unsur penting di dalamnya. Unsur pertama yaitu, ketergantungan.
Ketergantungan ada karena ketidakmampuan seseorang atau suatu entitas untuk memenuhi
kebutuhannya, sehingga harus bekerjasama dengan pihak lain yang dapat membatu untuk
memenuhi kebutuhan atau tujuannya dengan menggunakan cara-cara tertentu. Unsur kedua
dari negosiasi yaitu, ketidaksepakatan; komunikasi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang
saling ketergantungan satu dengan yang lain, tidak selamanya berjalan dengan lancar, atau
dengan kata lain, dapat terjadi ketidaksepakatan dalam proses negosiasi (Academia.edu,
2015). Kemudian, unsur ketiga dari proses negosiasi yaitu, adanya keinginan untuk
memengaruhi pihak lain. Adanya kemungkinan ketidaksepakatan yang terjadi antara pihakpihak yang bernegosiasi kemudian mendorong atau memunculkan keinginan untuk
memengaruhi pihak lain agar tujuannya dapat tercapai, salah satunya dengan cara

berkomunikasi dengan baik hingga tercapainya kesepakatan antara pihak-pihak yang
bersangkutan. Kemudian, unsur negosiasi yang keempat yaitu, kesepakatan. Kesepakatan
merupakan keadaan yang menunjukkan bahwa pihak-pihak yang melakukan negosiasi telah
menyetujui kebijakan-kebijakan yang diambil bersama untuk mencapai tujuan pihak-pihak
yang bersangkutan (Academia.edu, 2015).
Terdapat beberapa hal penting dalam menjalankan atau mempersiapkan proses negosiasi.
Pertama yaitu, seorang negosiator harus mengetahui apa tujuan dari proses negosiasi tersebut,
tujuannya harus jelas dan jangan sampe mengandung unsur ambiguitas. Kemudian yang
kedua yaitu, negosiator harus mengumpulkan data terkait dengan isu-isu tentang hal-hal yang

akan di negosiasikan, sehingga negosiasi yang dilakukan akan lebih terfokuskan dan lebih
efektif (Anon, t.t). Kemudian, negosiator harus berhati-hati dalam mengambil langkah
bernegosiasi terutama saat menghadapi permasalahan yang terjadi dalam proses negosiasi.
Keempat, negosiator harus dapat mengontrol emosinya, jika tidak dapat mengontrol
emosinya, ada kemungkinan dapat menggagalkan proses negosiasi. Jika tidak mendapat titik
temu pada negosiasi, lebih baik bagi para negosiator untuk tidak melanjutkan proses
negosiasi pada hari itu juga dan kemudian memilih waktu lain yang tepat untuk kembali
membahas negosiasi tersebut. Kemudian, negosiator yang baik harus memiliki kemampuan
berkomunikasi dengan baik pula (Anon, t.t).
Berbicara mengenai komunikasi, komunikasi sendiri berasal dari Bahasa Latin,
communicare, yang berarti setara atau sama. Menurut Edward Depari, komunikasi
merupakan kegiatan untuk menyampaikan gagasan dan atau pesan yang disampaikan melalui
simbol tertentu kepada penerima pesan (Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul, 2014).
Terdapat enam unsur dari komunikasi yaitu, komunikator, pengirim pesan; komunikan,
penerima pesan; pesan, yang terbagi kedalam dua jenis yaitu, pesan verbal dengan tertulis
maupun tidak tertulis, dan pesan non-verbal yang lebih mengarah kepada komunikasi gestur;
kemudian saluran komunikasi; umpan-balik, yang merupakan proses interaksi antara
komunikator dengan komunikan; dan efek komunikasi yang merupakan akibat dari adanya
interaksi atau umpan-balik dari komunikator dan komunikan (Lusa.web.id, 2015).
Terdapat keterkaitan antara negosiasi dan komunikasi yaitu, komunikasi akan menjadi

penunjang kesuksesan negosiasi jika komunikasi dilakukan dengan cara-cara yang benar.
Dalam berkomunikasi, pemilihan dan strategi penempatan kata harus diperhatikan. seorang

diplomat wajib memiliki dan memerhatikan penggunaan bahasa. Mengingat bahwa kegiatan
diplomasi akan dijalankan dengan negara-negara lain yang tidak jarang memiliki latar
belakang yang berbeda, bahasa (khususnya bahasa yang bersifat universal) merupakan hal
yang perlu diperhatikan serta penggunaan harus jelas dan tidak bermakna ganda (Bernays,
1982). Komunikasi yang dilakukan dengan sikap jujur, tidak egois, dan koordinasi yang baik,
akan meningkatkan efisiensi tawar-menawar dalam proses negosiasi. Komunikasi juga dapat
digunakan untuk memengaruhi pihak lain demi mencapai tujuannya (McGinn dan Noth,
2012).
Sebagai perwakilan, berarti seorang diplomat merupakan wakil formal sekaligus simbol
negaranya di negara lain. Seorang diplomat yang baik akan selalu meningkatkan citra
negaranya di negara lain degan segala tindakannya (Roy, 1995). Oleh karena itu, terdapat
etika-etika yang memerhatikan etika yang merupakan penentu suatu tindakan sebagai hal
yang benar dan salah (Lewicki, 2012). Terdapat etika pergaulan yang harus dilaksanakan oleh
seorang wakil diplomatik seperti, etika berpakaian, sopan dan santun, etika penggunaan
bahasa, dan etika dalam meja makan (Foreign Service Institute, 2011).
Dari semua tulisan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa terdapat keterkaitan antara
negosiasi, komunikasi dan etika. Negosiasi membutuhkan adanya komunikasi yang baik agar

dapat memperlancar proses negosiasi. Kemudian, dalam berkomunikasi dan bernegosiasi
juga terdapat etika-etika yang harus dipatuhi oleh seorang wakil diplomatik, baik itu etika
berpakaian, sopan dan santun, etika penggunaan bahasa, dan etika dalam meja makan.
Semuanya saling terkait satu dengan yang lain dan saling memengaruhi untuk kelancaran
kegiatan diplomasi terutama proses negosiasi.

Referensi :
Academia.edu. 2015. Teknik Komunikasi dan Negosiasi [Online]. Tersedia dalam:
http://www.academia.edu/6402538/TEKNIK_KOMUNIKASI_dan_NEGOSIASI.
[Diakses pada, 11 November 2015].
Anon. t.t. The Art of Negotiations [pdf]. Tersedia dalam: http://interactive.snm.org/docs/The
%20Art%20of%20Negotiation%20.pdf [Diakses pada, 11 November 2015].
Bernays, Edward L. (1982). Public Relations [PDF]. Oklahoma City: University of
Oklahoma Press.

Dinh, Tranh Van. 1987. Communication and Diplomacy in Changing World. Hal. 1-10.
Fakultas Ekonomi, Manajemen. 2014. Pengantar Manajemen : Makalah Komunikasi dan
Negosiasi. Jakarta: Universitas Esa Unggul.
Foreign Service Institute, U.S. Dept. of State. 2011. Protocol of The Modern Diplomat [PDF].
Washington, DC : Transition Center, Foreign Service Institute, U.S. Dept. of State.

Lewicki, Roy J., et.al., 2012. Negotiation. Terjemahan: M. Yusuf Hamdan. Negosiasi (6th
ed.). Jakarta: Salemba Humanika.
Lusa.

2015.

Unsur-Unsur

Komunikasi

[Online].

Tersedia

dalam:

http://www.lusa.web.id/unsur-unsur-komunikasi/. [Diakses pada, 11 November 2015].
McGinn, Kathleen L., dan Noth, Markus. 2012. Communicating Frames in Negotiation.
Roy, Samendra Lal. 1995. Diplomasi. Jakarta: Rajawali Press.


Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24

GANGGUAN PICA(Studi Tentang Etiologi dan Kondisi Psikologis)

4 75 2