MAKALAH SOSIOLOGI Institusi Sosial politik

MAKALAH SOSIOLOGI (Institusi Sosial)

BAB I
PENDAHULUAN
I.1

Latar Belakang

Seiring dengan tumbuh berkembangnya peradaban manusia, maka ilmu pengetahuan yang tersambung
dalam ilmu filsafat kemudian memisahkan diri dan memihak pada urusannya sendiri. Tepatnya pada
tahun ke-19, sosiologi muncul sebagai sosok ilmu Pengetahuan yang berusaha berdiri sendiri dengan
kajian tentang kehidupan manjusia dalam masyarakat, di samping itu muncul pula Psikologi yang
mempelajari manusia sebagai individu yang berhubungan dengan perilaku dan sifat-sifat manusia.
Sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari kehidupan manusia dalam masyarakat sangat beragam
kajiannya, seperti menjelaskan tentang Status Sosial, Budaya Sosial, Stratifikasi Sosial, termasuk juga
Intitusi Sosial, dan masih banyak lagi yang lainnya terkait dengan kajian Sosiologi.
Terjadinya Intitusi Sosial atau Lembaga Sosial, bermula dari tumbuhnya suatu kekuatan ikatan hubungan
antarmanusia tersebut sangat erat kaitannya dengan keberlakuan suatu norma sebagai patokan dalam
usaha memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti kebutuhan akan rasa keindahan, keadilan, pendidikan,
ketentraman keluarga dan lain sebagainya.
Menurut Soerjono Soekanto (1982), bahwa tumbuhnya lembaga sosial oleh karena manusia dalam

hidupnya memerlukan keteraturan, maka dirumuskan norma-norma dalam masyarakat. Mulanya norma
tersebut terbentuk secara tidak sengaja, namun lama-kelamaan dibuat secara sadar[1]. Misalnya, dahulu di
dalam jual beli, seorang perantara tidak harus di beri bagian dari keuntungan, akan tetapi lama-kelamaan
terjadi kebiasaan bahwa perantara tersebut harus mendapat bagiannya. Di mana sekaligus ditetapkan siapa
yang menanggung itu, pembeli ataukah penjual.

I.2

Rumusan Masalah

1.

Definisi Institusi Sosial

2.

Proses-Proses Terjadinya Institusi Sosial

3.


Pendapat-Pendapat Para Ahli Tentang Institusi Sosial

4.

Tipe-Tipe Dalam Institusi Sosial

5.

Unsur-Unsur Dalam Institusi Sosial

6.

Fungsi Dan Tujuan Dari Institusi Sosial

BAB II
PEMBAHASAN

A.

Definisi Institusi Sosial


Istilah Institusi berasal dari kata Intitution yang menunjuk pada pengertian tentang suatu yang telah
mapan. Dalam pengertian sosiologis, intitusi dapat dilukiskan sebagai suatu organ yang berfungsi dalam
kehidupan masyarakat. Lembaga-lembaga pada mulanya terbentuk dari suatu kebiasaan yang dilakuan
terus-menerus sampai menjadi adat-istiadat, kemudian berkembang menjaadi tata kelakuan (mores).
Menurut Hoarton dan Hunt, lembaga social (institutation) bukanlah sebuah bangunan, bukan kumpulan
dari sekelompok orang, dan bukan sebuah organisasi. Lembaga (institutations) adalah suatu system norma
untuk mencapai suatu tujuan atau kegiatan yang oleh masyarakat dipandang penting atau secara formal,
sekumpulan kebiasaan dan tata kelakuan yang berkisar pada suatu kegiatan pokok manusia. Dengan kata
lain Lembaga adalah proses yang terstruktur (tersusun} untuk melaksanakan berbagai kegiatan tertentu.
Pendapat para tokoh tentang Difinisi Lembaga social :
Menurut Koentjaraningkrat : Pranata social adalah suatu system tatakelakuan dan hubungan yang
berpusat kepada akatifitas social untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam
kehidupan masyarakat.
menurut Leopold Von Weise dan Becker : Lembaga social adalah jaringan proses hubungan antar manusia
dan antar kelompok yang berfungsi memelihara hubungan itu beserta pola-polanya yang sesuai dengan
minat kepentingan individu dan kelompoknya.
Menurut Robert Mac Iver dan C.H. Page : Lembaga social adalah prosedur atau tatacara yang telah
diciptakan untuk mengatur hubungan antar manusia yang tergabung dalam suatu kelompok masyarakat.
Menurut Soerjono Soekanto, Pranata social adalah himpunana norma-norma dari segala tingkatan yang

berkisar pada suatu kebutuhan pokok dalam kehiduppan masyarakat.

Kebiasaan dan tata kelakuan merupakan cara manusia bertingkah laku yang sudah mempunyai struktur
kehidupan masyarakat. Menurut R. M. Mac Iver dan CH. Page dalam bukunya yang berjudul Society,
bahwa lembaga merupakan bentuk-bentuk atau kondisi-kondisi prosedur yang mapan, yang menjadi
karakteristik bagi aktivitas kelompok. Kelompok yang melaksanakan patokan-patokan tersebut, disebut
asosiasi. Berger menamakannya sebagai suatu prosedur yang menyebabkan perbuatan manusia di tekan
oleh pola tertentu dan dipaksa bergerak melalui jalan yang dianggap sesuai dengan keinginan masyarakat.
Sedangkan Mayor Polak JBAF. (1979), menyatakan bahwa Lembaga atau Social Intitution, adalah suatu
kompleks atau sistem peraturan-peraturan dan adat-istiadat yang mempertahankan nilai-nilai yang
penting. Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi (1964) menerjemahkan social intitution sebagai
“lembaga kemasyarakatan”. Kata lembaga di anggap tepat, oleh karena kecuali menunjuk pada suat
bentuk, juga mengandung pengertian abstrak tentang adanya kaidah-kaidah. Lembaga itu mempunyai
tujuan untuk mengatur antar hubungan yang diadakan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang paling
penting. Sumber menjelaskan bahwa lembaga itu melibatkan bukan saja pola aktivitas yang lahir dari segi
sosial untuk memenuhi keperluan manusia, tetapi juga pola organisasi untuk melaksanakannya.
Kebutuhan itu antara lain: mencai riski, prokreasi atau melanjutkan jenis, memenuhi keperluan roh dan
menjaga ketertiban.
Dengan demikian, lembaga mencakup sebagai aspek, yaitu kebiasaan, tata kelakuan, norma atau kaidah
hukum. Hal ini berarti istilah lembaga merupakan kumpulan dari berbagai cara berperilaku yang diakui

oleh anggota masyarakat sebagai sarana untuk mengatur hubungan-hubungan sosial.
Menurut W. Hamilton, bahwa lembaga merupakan tata cara kehidupan kelompok, yang apabila dilanggar
akan dijatuhi berbagai derajat sanksi. Kemudian Soerjono Soekanto menyimpulkan menurut sudut
pandang sosiologis dengan meletakan institusi sebagai lembaga kemasyarakatan, yaitu sebagai suatu
jaringan daripada proses-proses hubungan antar manusia dan antar kelompok manusia yang berfungsi
unuk memelihara hubungan-hubungan tersebut serta pola-polanya, sesuai dengan kepentingankepentingan manusai dan kelompoknya. Sumner melihatnya dari sudut kebudayaan, mengartikan
lembaga kemasyarakatan sebagai perbuatan cita-cita, sikap dan pelengkapan kebudayaan, yang
mempunyai sifat kekal serta bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Pentingnya
adalah agar ada keteraturan dan intregrasi dalam masyarakat.
Dari berbagai pendapat ahli diatas dapat kita simpulkan lembaga adalah suatu kelompok, nilainilai,norma-norma,peraturan-peraturan

dan peranan sosial pada kelompok masyarakat. jadi

lembaga ada seginya yang kulturil yang berupa norma-norma dan nilai-nilai yang ada segi kulturilnya
yang berupa bebagai peranan sosial. Kedua segi itu berantar hubungan erat satu dengan yang lainnya.

Dengan adanya asosiasi yang dimaksudkan organisasi-organisasi sosial dengan tujuan-tujuan spesifik,
dalam masyarakat modern seperti sekarang ini banyak sekali mengenal kelompok-kelompok yang
mempunyai tujuan-tujuan tertentu.Dengan demikian asosiasi dihubungkan dengan adanya banyak dan
berbagai publik-publik dalam masyarakat modern yang berbelit-belit.

Bahwa sahnya bentuk-bentuk organisasi yang lebih universal yang didasarkan pada lembaga-lembaga
diberikan sama sebagai lembaga-lembaga itu,misalnya keluarga dan negara.Hal ini tidak menyesatkan
asalkan kita tidak yakin dan tidak melupakan perbedaan secara teoritis, ialah sebagai komplek-komplek
peraturan dan rol-rol sosial secara abstrak dan pada umumya sebagai bentuk-bentuk organisasi yang
didasarkan pada lembaga-lembaga itu secara konkret.
Pada umumnya, dapatlah dinyatakan bahwa institusionalisasi terjadi apabila sekelompok manusia dengan
antar hubungan cukup luas dan erat menghadapi pekerjaan untuk mengkoordinasikan aktifitas-aktifitas
guna mencapai tujuan-tujuan tertentu ataupun mengatasi kesulitan-kesulitan bersama. Apabila tadi
dikatakan bahwa institusionalisasi adalah stabilisasi, maka telah ditekankan pula beberapa kali terlebih
dahulu bahwa stabil tidak sama artinya dengan statis. Sebaliknya, stabilitas dalam bidang sosial selalu
bersifat kurang atau lebih dinamis.
Demikianlah “institusionalisasi” merupakan suatu proses yang meliputi pula “de-institusionalisasi” dan
“re-institusionalisasi”. Lembaga-lembaga lama runtuh dan diganti dengan lembaga-lembaga baru ataupun
symbol-simnol lahirnya dipertahankan dan diteruskan terapi dengan isi baru. Pembentukan undangundang merupakan sebagian dari proses institusionalisasi,de-institusionalisasi

dan

re-

institusionalisasi.


B.

Proses-Proses Pertumbuhan Kelembagaan (Institusi)

Dalam sosiologi dikenal ada empat tingkatan dalam proses pelembagaan, yaitu sebagai berikut.
1.
2.

Cara (usage) yang menunjuk pada suatu perbuataan.
Cara membuat ini berlanjut dilakukan sehingga menjadi suatu kebiasaan (fokways), yaitu perbuatan

3.

yang selalu diulang-ulang di setia usaha mencapai tujuan tertentu.
Apabila kebiasaan itu kemusian diterima sebagai patokan atau norma pengatur kelakuan bertindak,
maka di dalamnya sudah terdapat unsur pengawas dan jika terjadi penyimpangan, pelakunya akan
dikenakan sanksi.

4.


Tata kelakuan yang semakin kuat yang mencerminkan kekuatan pola masyarakat yang mengikata
para anggotanya. Tata kelakuan semacam ini di sebut adat-istiadat, maka ia akan mendapat sanksi
yang lebih keras. Di Lampung misalnya, suatu keaiban atau pantangan apabila seorang gadis
sengaja mendatangi pria idamannnya karena rindu yang tidak tertahan, bahkan ia dapat dikucilkan
dari hubungan bujang gadis lainnya yang di anggap tidak suci.

Kemudian pendapat lain tentang timbulnya institusi sosial dapat terjadi melalui 2 cara yang pada dasarnya
ada kesamaan antara keduanya, yaitu :
1.
2.

secara tidak terencana.
secara terencana.

Secara tidak terencana maksudnya adalah institusi itu lahir secara bertahap dalam kehidupan masyarakat,
biasanya hal ini terjadi ketika masyarakat dihadapkan pada masalah atau hal-hal yang berhubungan
dengan pemenuhan kebutuhan hidup yang sangat penting. Contohnya adalah dalam kehidupan ekonomi ,
dimasa lalu , untuk memperoleh suatu barang orang menggunakan system barter , namun karena dianggap
sudah tidak efisien dan menyulitkan, maka dibuatlah uang sebagai alat pembayaran yang diakui

masyarakat, hingga muncul lembaga ekonomi seperti bank dan sebagainya.
Secara terencana maksudnya adalah institusi muncul melalui suatu proses perncanaan yang matang yang
diatur oleh seseorang atau kelompok orang yang memiliki kekuasaan dan wewenang. Contohnya lembaga
transmigrasi yang dibuat oleh pemerintah sebagai cara untuk mengatasi permasalahan kepadatan
penduduk. Singkat kata bahwa proses terbentuknya lembaga social berawal dari individu yang saling
membutuhkan . Saling membutuhkan ini berjalan dengan baik kemudian timbul aturan yang disebut
norma kemasyarakatan. Norma kemasyarakatan dapat berjalan baik apabila terbentuk lembaga social.
Hasan Shadily (1984) dalam bukunya “Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia”, menjelaskan bahwa adatadat yang oleh anggota golongan, terutama dalam masyarakat sederhana, sangat keras dipertahankan, dan
pelanggarannya dihukum mati, yaitu antara lain: tabu, larangan keras untuk menginjak suatu daerah yang
dikatakan suci, atau berbuat yang dilarang. Dalam Agama Islam banyak lagi paham-paham lembaga
hukum seperti haram, makruh, sah dan sebagainya, yang mempunyai arti-arti tegas. Pembagian menurut
kekekalannya berturut-turut ialah : kebiasaan, adat, lembaga, formasi, walaupun baats tegas tak dapat
dikatakan.
Untuk dapat membedakan kekuatan tingkatan mengikat norma secara sosiologis dikenal empat macam
norma :

1.

Cara (usage) . Norma ini menunjukan suatu bentuk perbuatan dan mempunyai kekuatan sangat
lemah. Cara (usage) lebih menonjol dalam hubungan antar individu dalam masyarakat. Suatu

penyimpangan terhadap norma ini tidak akan mengakibatkan hukuman tetapi biasanya dapat
celaan. Contoh cara makan yang berisik, minim sambil bersuara dll.
Kebiasaan folkways) menunjukan pada perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama.

2.

Contoh orang yang mempunyai kebiasaan memberikan hormat kepada orang yang lebih tua usianya
dll.
Adat istiadat (custom) Tata kelakuan yang telah berlangsung lama dan terintegrasi secara kuat

3.

dengan pola perilaku masyrakat dapat meningkatkan kekuatan normatifnya menjadi adat istiadat.

C.

Tipe-Tipe lembaga social

a. Berdasarkan sudut perkembangan
1. Cresive institution yaitu istitusi yang tidak sengaja tumbuh dari adat istiadat masyarakat.

2.

Contoh institusi agama, pernikahan dan hak milik.
Enacted institution yaitu institusi yang sengaja dibentuk untuk mencapai suatu tujuan
tertentu.
Contohnya institusi pendidikan

b.

Berdasarkan sudut nilai yang diterima oleh masyarakat.
1.

Basic institutions yaitu institusi social yang dianggap penting untuk memlihara dan
mempertahankan tata tertib dalam masyarakat. Contohnya keluarga, sekolah, Negara dianggap

2.

sebagai institusi dasar yang pokok.
Subsidiary institutions yaitu institusi social yang berkaitan dengan hal-hal yang dianggap oleh
masyarakat kurang penting dan berbeda di masing-masing masyarakat.

c.

Berdasarkan sudut penerimaan masyarakat .
1. Approved atau social sanctioned institutions yaitu institusi social yang diterima oleh masyarakat
misalnya sekolah atau perusahaan dagang.
2. Unsanctioned institutions yaitu institusi yang ditolak masyarakat meskipun masyarakat tidak
mampu memberantasnya. Contoh organisasi kejahatan.

d.

Berdasarkan sudut penyebarannya.

1. General institutions yaitu institusi yang dikenal oleh sebagian besar masyarakat.
Contohnya institusi agama.
2. Restrikted institutions intitusi social yang hanya dikenal dan dianut oleh sebagian kecil masyarakat
tertentu.
Contohnya islam, protestan, katolik dan budha.

e.

Berdasrkan sudut fungsinya
1. Operative institutions yaitu institusi yang berfungsi menghimpun pola-pola atau cara- cara yang
diperlukan dari masyarakat yang bersangkutan. Contoh institusi ekonomi.
2. Regulative institutions yaitu institusi yang bertujuan mengawasi adat istiadat atau tata kelakuan
dalam masyarakat. Contoh institusi hukum dan poltik seperti pengadilan dan kejaksaan.

D.

Unsur-Unsur Dalam Lembaga Sosial

Persamaan

diantara

berbagai

lembaga

tersebut

karena

fungsinya

yang

agak

sama

yaitu

mengkonsolidasikan dan menstabilisasikan. Untuk melaksanakan fungsi ini dipergunakan teknik-teknik
yang

agak

sama. Teknik-teknik tersebut antara lain:

1. Tiap-tiap lembaga mempunyai lambing-lambangnya. Negara mempunyai bendera, Agama
mempunyai lambing bulan sabit berbintang, salib, swastika dan sebagainya. Selain itu gedunggedung sering menjadi semacam lambing pula, seperti Gedung Putih di Washington, Kremlin di
Mokswa Downing street di London, dan lain-lain.
2. Lembaga-lembaga kebanyakan mengenal pula upacara-upacara dank ode-kode kelakuan formil,
berupa sumpah-sumpah, ikrar-ikrar, penbacaan kewajiban-kewajiban dan sebagainya. Maksud
dari kode-kode formil dan upacara-upacara demikian itu adalah untuk menginsafkan perananperanan sosial yang dibebankan oleh lembaga-lembaga itu kepada para anggota masyarakat.
Kode formil tersebut hanya merupakan suatu pedoman bagi segenap tindak-tanduk yang
diperlukan dalam berbagai situasi untuk menjalankan suatu peranan sosial sebagaimana
dikehendakinya oleh suatu lembaga.
3. Tiap-tiap lembaga mengenal pula pelbagai nilai-nilai beserta rasionalisasi-rasionalisasi atau
sublimasi-sublimasi yang membenarkan atau mengagungkan peranan-peranan sosial yang
dikehendaki oleh lembaga-lembaga itu.

E.

Institusi Dalam Keluarga

Keluarga adalah unit social yang terkecil dalam masyarakat. Dan juga institusi pertama yang dimasuki
seorang manusia ketika dilahirkan.

a.

Proses terbentuknya Keluarga.

Pada umumnya keluarga terbentuk melalui perkawinan yang sah menurut agama, adat atau pemerintah
dengan proses seperti dibawah ini :
diawali dengan adnya interaksi antara pria dan wanita
Interaksi dilakukan berulang-ulang, lalu menjadi hubungan social yang lebih intim sehingga terjadi proses
perkawinan.
Setelah terjadi perkawinan, terbentuklah keturunan , kemudian terbentuklah keluarga inti
Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana hubungan antara lembaga keluarga dengan lembaga agama ?

b.

Tujuan Perkawinan.

Untuk mendapatkan keturunan. Untuk meningkat derajat dan status sosial baik pria maupun wanita.
mendekatkan kembali hubungan kerabat yang sudah renggang. Agar harta warisan tidak jatuh ke orang
lain.
c.

Fungsi keluarga

Fungsi Reproduksi artinya dalam keluarga anak-anak merupakan wujud dari cinta kasih dan tanggung
jawab suami istri meneruskan keturunannya.
Fungsi sosialisasi artinya bahwa keluarga berperan dalam membentuk kepribadian anak agar sesuai
dengan harapan orang tua dan masyarakatnya. Keluarga sebagai wahana sosialisasi primer harus mampu
menerapakan nilai dan norma masyarakat melalui keteladanan orang tua.
Fungsi afeksi artinya didalam keluarga diperlukan kehangatan rasa kasih saying dan perhatian antar
anggota keluarga yang merupakan salah satu kebutuhan manusia sebagai makluk berpikir dan bermoral

(kebutuhan integratif) apabila anak kurang atau tidak mendapatkannya , kemungkinan ia sulit untuk
dikendalikan nakal, bahkan dapat terjerumus dalam kejahatan.
Fungsi ekonomi artinya bahwa keluarga terutama orang tua mempunyai kewajiban ekonomi seluaruh
keluarganya . Ibu sebagai sekretaris suami didalam keluarga harus mampu mengolah keuangan sehingga
kebutuahan dalam rumah tangganya dapat dicukupi.
Fungsi pengawasan social artinya bahwa setiap anggota keluarga pada dasarnya saling melakukan control
atau pengawasan karena mereka memiliki rasa tanggung jawab dalam menjaga nama baik keluarga .
Fungsi proteksi (perlindungan) artinya fungsi perlindungan sangat diperlukan keluarga terutma anak ,
sehigngga anak akan merasa aman hidup ditengah-tengah keluarganya. Ia akan merasa terlindungi dari
berbagai ancaman fisik mapun mental yang dating dari dalam keluarga maupun dari luar keluarganya.
Fungsi pemberian status artinya bahwa melalui perkawinan seseorang akan mendapatkan status atau
kedudukan yang baru di masyarakat yaitu suami atau istri. Secara otomatis mereka akan diperlakukan
sebagai orang yang telah dewasa dan mampu bertanggung jawab kepada diri, keluarga, anak-anak dan
masyarakatnya.
d.

Peran dan fungsi lembaga pendidikan

1. Fungsi manifestasi pendidikan
a.
b.
c.
d.

Membantu orang untuk mencari nafkah.
Menolong mengembangkan potensinya demi pemenuhan kebutuhan hidupnya.
Melestarikan kebudayaan dengan caramengajarkannya dari generasi kegenerasi berikutnya.
Merangsang partisipasi demokrasi melalui pengajaran ketrampilan berbicara dan mengembangkan

cara berpikir rasional.
e. Memperkaya kehidupan dengan cara menciptakan kemungkainan untuk berkembangnya
cakrawala intelektual dan cinta rasa keindahan.
f. Meningkatkan kemampuan menyesuaikan diri melalui bimbingan pribadi dan berbagai kursus
g. Meningkatkan taraf kesehatan para pemuda bangsa melalui latihan dan olahraga.
h. Menciptakan warga Negara yang patreotik melalui pelajaran yang menggambarkan kejayaan
i.

bangsa.
Membentuk kepribadian yaitu susunan unsur dan jiwa yang menentukan perbedaan tingkah laku
atau tindakan dari tiap-tiap individu.

2.

Fungsi lembaga Dalam Pendidikan.

Fungsi ini berkaitan dengan fungsi lembaga pendidikan secara tersembunyi yaitu menciptakan atau
melahirkan kedewasaan peserta didik. Singkat kata bahwa fungsi pendidikan yang berkaitan dengan
fungsi yang nyata (manifest) adalah :
1.
2.
3.
4.

F.

Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah
Mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi dan bagi kepentaingan masyarakat.
Melestarikan kebudayaan
Menanamkan ketrampilan yang perlu bagi partisipasi dalam demokrasi.

Tujuan dan Fungsi lembaga Ekonomi

Pada hakekatnya tujuan yang hendak dicapai oleh lembaga ekonomi adalah terpenuhinya kebutuhan
pokok untuk kelangsungan hidup masyarakat.
a.

Fungsinya dari lembaga ekonomi adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

b.

Memberi pedoman untuk mendapatkan bahan pangan.
Memberikan pedoman untuk melakukan pertukaran barang/barter.
Memberi pedomantentang harga jual beli barang.
Memberi pedoman untuk menggunakan tenaga kerja.
Memberikan pedoman tentang cara pengupahan.
Memberikan pedomantentang cara pemutusan hubungan kerja.
Memberi identitas bagi masyarakat.
Struktur lembaga ekonomi

Secara sederhana, lembaga ekonomi dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
1.

Sektor agraris yang meliputi sector pertanian, seperti sawah, perladangan, perikanan, dan
pertenakan.(Gathering/pengumpulan) yaitu proses pengumpulan barang atau sumberdaya alam

2.
3.

dari lingkungannya.
Sektor industri ditandai dengan kegiatan produksi barang.(production)
Sektor perdagangan merupakan aktifitas penyaluran barang dari produsen ke konsumen
{Distributing) yaitu proses pembagian barang dan komonditas pada subsistem-subsistem
lainnya

BAB III
PENUTUP

A.

Kesimpulan
1.

Institusi Sosial atau Lembaga Sosial adalah suatu kebiasaan dan tata kelakuan yang merupakan

2.

cara manusia bertingkah laku yang sudah mempunyai struktur dalam kehidupan bermasyarakat.
Institusi Sosial atau Lembaga Sosial adalah suatu kompleks atau sistem peraturan-peraturan dan
adat-istiadat yang mana dalam hal ini adalah mempertahankan semua yang berkaitan dengan

3.

nilai-nilai yang diangapnya penting.
Institusi Sosial atau Lembaga Sosial adalah merupakan pola yang terorganisasi untuk memenuhi
berbagai keperluan manusia, yang terlahir dengan adanya berbagai budaya, sebagai suatu

ketetapan yang tepat, untuk memenuhi konsep kesejahteraan masyarakat dan melahirkan suatu
4.

struktur.
Institusi Sosial atau Lembaga Sosial adalah Suatu sistem norma untuk mencapai suatu tujuan atau
kegiatan secara formal, yang terstruktur (tersusun} untuk melaksanakan berbagai kegiatan
tertentu.

DAFTAR PUSTAKA
Syani, Ahmad. Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2002.