5 Perbedaan Laporan Keuangan Syariah dan
5 Perbedaan Laporan Keuangan Syariah
dan Konvensional
Sponsors Link
Apa itu Laporan Keuangan?
ads
Laporan keuangan perusahaan dagang merupakan laporan yang disusun untuk menyediakan
informasi tentang posisi keuangan, kinerja perusahan, sampai pada perubahan posisi keuangan
perusahaan. Laporan ini berguna dalam menyediakan informasi saat ini dan proyeksi di masa depan
yang mungkin bisa menjadi bahan pertimbangan. Pertimbangan tersebut yang nantinya akan
memengaruhi keputusan yang akan diambil terkait dengan rencanarencana strategik perusahaan
atau suatu badan bisnis.
(Baca Juga: Fungsi Akuntansi Manajemen)
Sebagai bentuk pertanggung jawaban baik kepada stakeholder maupun shareholder, laporan ini
disusun sedemikian rupa sehingga memuat banyak informasi yang terdiri dari laporan laba rugi (L/R),
laporan perubahan modal, neraca, dan juga laporan arus kas.
Selain memuat informasi yang disebutkan, laporan keuangan juga harus disusun dengan
memperhatikan berbagai unsur yang wajib termuat, antara lain: aset, liabilitas, informasi pemegang
saham, dan saham pemilik. Aset diketahui sebagai pembuat aliran kas positif. Liabilitas dikenal
sebagai kewajiban berjalan yang gunanya memindahkan aset atau menyediakan jasa bagi pihak lain.
Informasi pemegang saham memuat informasi mengenai dana yang diterima dari investor untuk
digunakan sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
ads
(Baca Juga: Fungsi Akuntansi Biaya)
Tujuan Laporan Keuangan Konvensional
Menurut M. Sadeli (2002:18), laporan keuangan memiliki beberapa tujuan, antara lain:
1.
Menyediakan informasi yang reliabel tentang kekayaan dan kewajiban yang dimiliki
perusahaan atau badan usaha.
2.
Menyajikan informasi yang bisa digunakan secara handal tentang adanya perubahan
kekayaan perusahaan sebagai hasil kegiatan usaha yang dilakukan.
3.
Memuat dan menyajikan informasi tentang adnaya perubahan kekayaan yang asalnya bukan
dari kegiatan utama perusahaan.
4.
Memuat dan menyajikan informasi yang bisa diandalkan para penggunanya guna
memproyeksi kemampuan perusahaan dalam mendapatkan keuntungan.
5.
Menyediakan informasiinformasi lain yang relevan dengan kebutuhan pemiliknya.
Laporan Keuangan Syariah
Metode syariah sudah banyak diterapkan di banyak jenis perusahaan di Indonesia, termasuk dalam
lembaga perbankan. Karena menganut metode ini, maka jenis laporan keuangan yang dihasilkan
juga harus menganut pada patokanpatokan yang sudah diberikan sesuai dengan tipe standar
akuntansi syariah internasional. Laporan keuangan syariah pada dasarnya memiliki kemiripan dengan
laporan keuangan konvensional.
(Baca Juga: Tujuan Akuntansi Keuangan)
Sponsors Link
Tujuan dari laporan keuangan syariah ini antara lain untuk meningkatkan ketaatan penggunanya
terhadap prinsip syariah pada transaksitransaksi serta kegiatan utama usaha mereka; memberikan
informasi tentang kepatuhan entitas pada prinsip syariah termasuk informasi tentang aset, kewajiban,
pemasukan, serta beban yang mungkin tidak sesuai dengan prinsipprinsip syariah; menyediakan
informasi sebagai bahan pertimbangan evaluasi pemenuhan tanggung jawab suatu badan bisnis
berbasis syariah terhadap amanah untuk menghimpun dan mengamankan dana sampai dengan
menginvestasikannya pada tingkat keuntungan yang layak; serta memberikan informasi terkait tingkat
keuntungan yang diperoleh oleh investor.
Kalau dilihat dari penjabaran di atas, tujuan laporan keuangan syariah bisa dibedakan menjadi 3
bagian yaitu:
1. Menyediakan Informasi Keuangan
Jelas sebagai fungsi laporan keuangan. Dari informasi keuangan yang dihasilkan pada laporan
keuangan syariah, penggunanya bisa melihat kinerja perusahaan yang mungkin menjadi
pertimbangan untuk pengambilan keputusan seperti investasi, ekspansi, dan lainlain.
2. Menyediakan Informasi Kepatuhan terhadap Prinsip Syariah
Dengan melihat laporan keuangan syariah, penggunanya bisa melihat apakah entitas terkait sudah
melaksanakan kegiatan mereka sesuai dengan prinsipprinsip syariah yang menjadi basis usaha.
Tujuan satu ini biasanya menjadi tujuan Dewan Pengawas Syariah dalam melakukan pengawasan
terhadap entitas berbasis syariah.
3. Menyediakan Informasi tentang Pemenuhan CSR
Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial juga menjadi kewajiban entitas
dalam menjalankan kegiatan utama mereka. Basis syariah juga mengatur bagaimana entitas harus
merancang dan menjalankan program tanggung jawab sosial yang dilaporkan pada laporan
keuangan berbasis syariah.
Perbedaan Laporan Keuangan Syariah dan Konvensional
Laporan keuangan konvensial dan syariah sejatinya merupakan jenis laporan yang memuat sebagian
besar halhal yang sama dan intinya melaporkan kinerja perusahaan sembari memperlihatkan posisi
perusahaan saat ini terkait dengan kekayaan dan kewajiban. Namun ada beberapa perbedaan yang
menjadikan keduanya merupakan laporan keuangan yang berbeda. Beberapa hal yang menjadi poin
poin perbedaan antara laporan keuangan syariah dan konvensional akan dijabarkan sebagai berikut.
1. Sudut Pelaporan
Dari segi pelaporannya, laporan keuangan konvensional memuat lebih sedikit unsurunsur laporan
keuangan. Unsur laporan keuangan konvensional terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan arus
kas, laporan perubahan ekuitas, dan catatan atas laporan keuangan. Sedangkan pada laporan
keuangan syariah, unsurunsur yang termuat antara lain neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas,
laporan perubahan ekuitas, laporan perubahan dana investasi terkait, laporan rekonsiliasi pendapatan
dan bagi hasil, laporan sumber dana dan penggunaan dana zakat, serta laporan dan penggunaan
dana kebaikan.
(Baca Juga: Perkembangan Akuntansi)
2. Akad dan Legalitas
Istilah akad dikenal sebagai kesepakatan kedua belah pihak terkait untuk melaksanakan kewajiban
mereka masingmasing. Syarat dan ketentuannya jelas sudah disepakati dari awal secara rinci dan
spesifik sehingga ketika salah satu pihak tidak bisa memenuhi kewajibannya maka ia wajib menerima
sanksi seperti yang sudah disepakati. Ketentuan akad tersebut teridiri dari rukun dan syarat. Rukun
menyangkut unsurunsur fisik seperti penjual, pembeli, barang, serta harga. Sementara syarat yang
diwajibkan antara lain: barang dan jasa wajib halal, harga barang atau jasa harus jelas, tempat
penyerahan yang jelas,serta barang yang ditransaksikan wajib sepenuhnya dalam kepemilikan.
(Baca Juga: Pengertian Akuntansi)
3. Organisasi
Dilihat dari segi organisasi, kehadiran Dewan Pengawas Syariah atau DPS menjadi faktor pembeda
antara perusahaan berbasis syariah dengan perusahaan konvensional. Kehadiran DPS yang terdiri
dari minimal 3 orang propesi ahli hukum Islam ini bertanggung jawab dalam memberikan fatwa
agama dan mengawasinya bersama dengan Dewan Komisaris perusahaan yang menggunakan basis
syariah. Sedangkan dalam perusahaan konvensional tidak dikenal adanya DPS maupun aturan
aturan yang merupakan bagian dari tanggung jawab DPS itu.
(Baca Juga: Pengertian Akuntansi Perpajakan)
4. Penyelesaian Sengketa
Adanya masalah akan diselesaikan secara berbeda oleh perusahaan dengan basis konvensional
serta basis syariah. Pada perusahaan berbasis syariah, adanya masalah akan diselesaikan dengan
aturan dan hukum syariah. Berbeda halnya dengan perusahaan konvensional yang memilih
menyelesaikan perkaranya di pengadilan negeri. Lembaga yang mengatur hukum syariah di
Indonesia ini adalah Badan Arrbitrase Muamalah Indonesia atau BAMUI.
(Baca Juga: Standar Akuntansi Keuangan)
Sponsors Link
5. Usaha yang Dibiayai
Ada paradigma berbeda yang membedakan usaha konvensional dengan usaha berbasis syariah.
Usaha berbasis syariah akan menggunakan paradigma tersendiri yang mana menekankan
kepercayaan bahwa setiap aktivitas manusianya memiliki nilai akuntabilitas dan ilahiah yang
menempatkan akhlak serta perangkat syariah sebagai parameter baik dan buruknya suatu aktivitas
usaha. Berbeda halnya dengan perusahaan konvensional yang tidak mengenal hal semacam ini
sebagai dasar pelaksanaan aktivitas bisnis mereka.
(Baca Juga: Fungsi Akuntansi Manajemen)
Demikian informasi yang bisa kami sajikan terkait perbedaan antara laporan keuangan syariah dan
konvensional. Semoga artikel ini bisa memberikan pengetahuan tambahan bagi Anda yang
mempelajari laporan keuangan.
dan Konvensional
Sponsors Link
Apa itu Laporan Keuangan?
ads
Laporan keuangan perusahaan dagang merupakan laporan yang disusun untuk menyediakan
informasi tentang posisi keuangan, kinerja perusahan, sampai pada perubahan posisi keuangan
perusahaan. Laporan ini berguna dalam menyediakan informasi saat ini dan proyeksi di masa depan
yang mungkin bisa menjadi bahan pertimbangan. Pertimbangan tersebut yang nantinya akan
memengaruhi keputusan yang akan diambil terkait dengan rencanarencana strategik perusahaan
atau suatu badan bisnis.
(Baca Juga: Fungsi Akuntansi Manajemen)
Sebagai bentuk pertanggung jawaban baik kepada stakeholder maupun shareholder, laporan ini
disusun sedemikian rupa sehingga memuat banyak informasi yang terdiri dari laporan laba rugi (L/R),
laporan perubahan modal, neraca, dan juga laporan arus kas.
Selain memuat informasi yang disebutkan, laporan keuangan juga harus disusun dengan
memperhatikan berbagai unsur yang wajib termuat, antara lain: aset, liabilitas, informasi pemegang
saham, dan saham pemilik. Aset diketahui sebagai pembuat aliran kas positif. Liabilitas dikenal
sebagai kewajiban berjalan yang gunanya memindahkan aset atau menyediakan jasa bagi pihak lain.
Informasi pemegang saham memuat informasi mengenai dana yang diterima dari investor untuk
digunakan sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
ads
(Baca Juga: Fungsi Akuntansi Biaya)
Tujuan Laporan Keuangan Konvensional
Menurut M. Sadeli (2002:18), laporan keuangan memiliki beberapa tujuan, antara lain:
1.
Menyediakan informasi yang reliabel tentang kekayaan dan kewajiban yang dimiliki
perusahaan atau badan usaha.
2.
Menyajikan informasi yang bisa digunakan secara handal tentang adanya perubahan
kekayaan perusahaan sebagai hasil kegiatan usaha yang dilakukan.
3.
Memuat dan menyajikan informasi tentang adnaya perubahan kekayaan yang asalnya bukan
dari kegiatan utama perusahaan.
4.
Memuat dan menyajikan informasi yang bisa diandalkan para penggunanya guna
memproyeksi kemampuan perusahaan dalam mendapatkan keuntungan.
5.
Menyediakan informasiinformasi lain yang relevan dengan kebutuhan pemiliknya.
Laporan Keuangan Syariah
Metode syariah sudah banyak diterapkan di banyak jenis perusahaan di Indonesia, termasuk dalam
lembaga perbankan. Karena menganut metode ini, maka jenis laporan keuangan yang dihasilkan
juga harus menganut pada patokanpatokan yang sudah diberikan sesuai dengan tipe standar
akuntansi syariah internasional. Laporan keuangan syariah pada dasarnya memiliki kemiripan dengan
laporan keuangan konvensional.
(Baca Juga: Tujuan Akuntansi Keuangan)
Sponsors Link
Tujuan dari laporan keuangan syariah ini antara lain untuk meningkatkan ketaatan penggunanya
terhadap prinsip syariah pada transaksitransaksi serta kegiatan utama usaha mereka; memberikan
informasi tentang kepatuhan entitas pada prinsip syariah termasuk informasi tentang aset, kewajiban,
pemasukan, serta beban yang mungkin tidak sesuai dengan prinsipprinsip syariah; menyediakan
informasi sebagai bahan pertimbangan evaluasi pemenuhan tanggung jawab suatu badan bisnis
berbasis syariah terhadap amanah untuk menghimpun dan mengamankan dana sampai dengan
menginvestasikannya pada tingkat keuntungan yang layak; serta memberikan informasi terkait tingkat
keuntungan yang diperoleh oleh investor.
Kalau dilihat dari penjabaran di atas, tujuan laporan keuangan syariah bisa dibedakan menjadi 3
bagian yaitu:
1. Menyediakan Informasi Keuangan
Jelas sebagai fungsi laporan keuangan. Dari informasi keuangan yang dihasilkan pada laporan
keuangan syariah, penggunanya bisa melihat kinerja perusahaan yang mungkin menjadi
pertimbangan untuk pengambilan keputusan seperti investasi, ekspansi, dan lainlain.
2. Menyediakan Informasi Kepatuhan terhadap Prinsip Syariah
Dengan melihat laporan keuangan syariah, penggunanya bisa melihat apakah entitas terkait sudah
melaksanakan kegiatan mereka sesuai dengan prinsipprinsip syariah yang menjadi basis usaha.
Tujuan satu ini biasanya menjadi tujuan Dewan Pengawas Syariah dalam melakukan pengawasan
terhadap entitas berbasis syariah.
3. Menyediakan Informasi tentang Pemenuhan CSR
Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial juga menjadi kewajiban entitas
dalam menjalankan kegiatan utama mereka. Basis syariah juga mengatur bagaimana entitas harus
merancang dan menjalankan program tanggung jawab sosial yang dilaporkan pada laporan
keuangan berbasis syariah.
Perbedaan Laporan Keuangan Syariah dan Konvensional
Laporan keuangan konvensial dan syariah sejatinya merupakan jenis laporan yang memuat sebagian
besar halhal yang sama dan intinya melaporkan kinerja perusahaan sembari memperlihatkan posisi
perusahaan saat ini terkait dengan kekayaan dan kewajiban. Namun ada beberapa perbedaan yang
menjadikan keduanya merupakan laporan keuangan yang berbeda. Beberapa hal yang menjadi poin
poin perbedaan antara laporan keuangan syariah dan konvensional akan dijabarkan sebagai berikut.
1. Sudut Pelaporan
Dari segi pelaporannya, laporan keuangan konvensional memuat lebih sedikit unsurunsur laporan
keuangan. Unsur laporan keuangan konvensional terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan arus
kas, laporan perubahan ekuitas, dan catatan atas laporan keuangan. Sedangkan pada laporan
keuangan syariah, unsurunsur yang termuat antara lain neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas,
laporan perubahan ekuitas, laporan perubahan dana investasi terkait, laporan rekonsiliasi pendapatan
dan bagi hasil, laporan sumber dana dan penggunaan dana zakat, serta laporan dan penggunaan
dana kebaikan.
(Baca Juga: Perkembangan Akuntansi)
2. Akad dan Legalitas
Istilah akad dikenal sebagai kesepakatan kedua belah pihak terkait untuk melaksanakan kewajiban
mereka masingmasing. Syarat dan ketentuannya jelas sudah disepakati dari awal secara rinci dan
spesifik sehingga ketika salah satu pihak tidak bisa memenuhi kewajibannya maka ia wajib menerima
sanksi seperti yang sudah disepakati. Ketentuan akad tersebut teridiri dari rukun dan syarat. Rukun
menyangkut unsurunsur fisik seperti penjual, pembeli, barang, serta harga. Sementara syarat yang
diwajibkan antara lain: barang dan jasa wajib halal, harga barang atau jasa harus jelas, tempat
penyerahan yang jelas,serta barang yang ditransaksikan wajib sepenuhnya dalam kepemilikan.
(Baca Juga: Pengertian Akuntansi)
3. Organisasi
Dilihat dari segi organisasi, kehadiran Dewan Pengawas Syariah atau DPS menjadi faktor pembeda
antara perusahaan berbasis syariah dengan perusahaan konvensional. Kehadiran DPS yang terdiri
dari minimal 3 orang propesi ahli hukum Islam ini bertanggung jawab dalam memberikan fatwa
agama dan mengawasinya bersama dengan Dewan Komisaris perusahaan yang menggunakan basis
syariah. Sedangkan dalam perusahaan konvensional tidak dikenal adanya DPS maupun aturan
aturan yang merupakan bagian dari tanggung jawab DPS itu.
(Baca Juga: Pengertian Akuntansi Perpajakan)
4. Penyelesaian Sengketa
Adanya masalah akan diselesaikan secara berbeda oleh perusahaan dengan basis konvensional
serta basis syariah. Pada perusahaan berbasis syariah, adanya masalah akan diselesaikan dengan
aturan dan hukum syariah. Berbeda halnya dengan perusahaan konvensional yang memilih
menyelesaikan perkaranya di pengadilan negeri. Lembaga yang mengatur hukum syariah di
Indonesia ini adalah Badan Arrbitrase Muamalah Indonesia atau BAMUI.
(Baca Juga: Standar Akuntansi Keuangan)
Sponsors Link
5. Usaha yang Dibiayai
Ada paradigma berbeda yang membedakan usaha konvensional dengan usaha berbasis syariah.
Usaha berbasis syariah akan menggunakan paradigma tersendiri yang mana menekankan
kepercayaan bahwa setiap aktivitas manusianya memiliki nilai akuntabilitas dan ilahiah yang
menempatkan akhlak serta perangkat syariah sebagai parameter baik dan buruknya suatu aktivitas
usaha. Berbeda halnya dengan perusahaan konvensional yang tidak mengenal hal semacam ini
sebagai dasar pelaksanaan aktivitas bisnis mereka.
(Baca Juga: Fungsi Akuntansi Manajemen)
Demikian informasi yang bisa kami sajikan terkait perbedaan antara laporan keuangan syariah dan
konvensional. Semoga artikel ini bisa memberikan pengetahuan tambahan bagi Anda yang
mempelajari laporan keuangan.