Tinjauan hukum pidana Islam terhadap penganiayaan yang mengakibatkan cacat seumur hidup : studi putusan nomor : 107/Pid.B/2013/PN.Pso.

“TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PENGANIAYAAN YANG
MENGAKIBATKAN CACAT SEUMUR HIDUP”
(Studi putusan Nomor : 107/Pid.B/2013/PN.Pso)

SKRIPSI
Oleh:
Khotibul Umam
NIM C33213065

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Fakultas Syari’ah dan Hukum
Jurusan Hukum Publik Islam Program Studi Hukum Pidana Islam
Surabaya
2017

ABSTRAK
Skripsi dengan judul Tinjauan Hukum Pidana Islam terhadap Penganiayaan
yang mengakibatkan cacat seumur hidup ini adalah hasil penelitian kepustakaan
untuk menjawab pertanyaan bagaimana pertimbangan hukum Hakim dalam
putusan Pengadilan Negeri Poso nomor : 107/Pid.B/2013/Pn.Pso tentang tindak
pidana penganiayaan yang mengakibatkan cacat seumur hidup, serta bagaimana

tinjauan hukum pidana Islam terhadap putusan Pengadilan Negeri Poso nomor :
107/Pid.B/2013/Pn.Pso tentang tindak pidana penganiayaan yang mengakibatkan
cacat seumur hidup.
Data penelitian ini dihimpun melalui kajiana teks putusan yang selanjutnya
akan dianalisis menggunakan teknik deskriptif analisis.
Hasil penelitian ini menemukan fakta bahwa dalam putusan Pengadilan
Negeri Poso nomor: 107/Pid.B/2013/Pn.Pso tentang tindak pidana penganiayaan
yang mengakibatkan cacat seumur hidup, Majelis Hakim memutuskan untuk
menjatuhkan pidana penjara selama 3 (tiga) tahun penjara kepada terdakwa.
Majelis Hakim mempertimbangkan bahwa terdakwa telah terbukti secara sah dan
meyakinkan melakukan tindak pidana “Penganiayaan berat” yang mengakibatkan
korban menderita cacat seumur hidup pada kedua tangannya, sebagaimana yang
didakwakan kepada terdakwa yaitu dakwaan primair pasal 354 ayat (1) tentang
penganiayaan berat. Dalam hukum Pidana Islam, penganiayaan hukuman
pokoknya adalah hukuman kisas, namun ada beberapa hal yang mengakibatkan
kisas susah untuk diterapkan dalam kasus ini, jadi hukuman diat adalah hukuman
yang bisa diterapkan dalam kasus ini. Jika dikenakan hukuman diat maka
terdakwa harus membayar diat sebesar 100 (seratus) ekor unta kepada korban.
Dari hasil penelitian di atas maka penulisan skripsi ini diharapkan:
pertama, bisa membuat masyarakat tidak seenaknya menggunakan benda-benda

tajam seperti pedang atau parang untuk kejahatan, dan bisa memberikan rasa
aman dan damai bagi masyarakat disekitar. kedua, untuk aparat penegak hukum
seperti Jaksa Penuntut Umum dan Hakim, diharapkan bisa melihat efek kedepan
bagi korban, sehingga bisa membuat tuntutan dan putusan yang lebih adil kepada
kepada terdakwa.

v

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ..........................................................................................

i

PERNYATAAN KEASLIAN .........................................................................


ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................

iii

PENGESAHAN ...............................................................................................

iv

PERSEMBAHAN ............................................................................................

v

ABSTRAK .......................................................................................................

vii

KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................


xi

DAFTAR TRANSLITERASI .........................................................................

xiv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................

1

B. Identifikasi Masalah ........................................................................

11

C. Batasan Masalah..............................................................................

12


D. Rumusan Masalah ...........................................................................

12

E. Kajian Pustaka .................................................................................

13

F. Tujuan Penelitian ............................................................................

15

G. Kegunaan Hasil Penelitian ..............................................................

15

H. Definisi Operasional ........................................................................

16


xi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

I. Metode Penelitian ...........................................................................

17

J. Sistematika Pembahasan .................................................................

19

BAB II

TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN DALAM HUKUM
PIDANA ISLAM.

A. Pengertian Tindak Pidana Penganiayaan ........................................

21


B. Pembagian Tindak Pidana Penganiayaan ......................................

22

C. Hukuman Tindak Pidana Penganiayaan .........................................

25

BAB III PUTUSAN

PENGADILAN

NEGERI

POSO

107/PID.B/2013/PN.PSO TENTANG TINDAK
PENGANIAYAAN


YANG

MENYEBABKAN

NOMOR
PIDANA
CACAT

SEUMUR HIDUP
A. Deskripsi Kasus ..............................................................................

46

B. Dasar Hukum Hakim ......................................................................

57

C. Amar Putusan Pengadilan ...............................................................

66


BAB IV TINJAUAN
TINDAK

HUKUM
PIDANA

PIDANA

ISLAM

TERHADAP

PENGANIAYAAN

YANG

MENGAKIBATKAN CACAT SEUMUR HIDUPDALAM
PUTUSAN PENGADILAN NEGERI POSO NOMOR :
107/PID.B/2013/PN.Pso


xii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

A.

Analisis Pertimbangan Hukum Hakim dalam Putusan
Pengadilan

NegeriPosoNomor:

107/Pid.B/2013/Pn.pso

tentang Penganiayaan yang mengakibatkan cacat seumur
hidup ................................................................................................
B.

71


Tinjauan Hukum Pidana Islam terhadap pertimbangan hukum
hakim

dalam

tindak

pidana

penganiayaan

yang

mengakibatkan cacat seumur hidup
(studi putusan nomor 107/Pid.B/2013/PN.Pso) ..............................

BAB V

78

PENUTUP
A. Kesimpulan ..............................................................................

91

B. Saran ........................................................................................

93

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Kejahatan selalu ada dan muncul di dalam kehidupan masyarakat,
dengan

perkembangan

zaman

yang

semakin

modern,

kejahatan

berkembangan bersama dengan mengikuti zaman, dengan banyaknya
kejahatan baru yang muncul di zaman modern ini. Semakin banyaknya
kejahatan baru yang muncul, manusia ingin hidup secara tentram, tertib,
damai dan berkeadilan.1 Apa yang menyebabkan suatu perbuatan dianggap
sebagai tindak kejahatan tidak lain adalah karena pebuatan ini sangat
merugikan bagi masyarakat, dirugikan dari segi harta benda, nama baik,
kehormatan, jiwa dan lainnya.
Hukum pada pokoknya adalah produk pengambilan keputusan yang
ditetapkan oleh fungsi-fungsi kekuasaan negara yang mengikat subjek
hukum dengan hak-hak dan kewajiban hukum berupa larangan, atau
keharusan, ataupun kebolehan. Hukum negara adalah hukum yang ditetapkan
dengan keputusan kekuasaan negara sebagai hasil tindakan pengaturan,
penetapan, dan pengadilan.2 Salah satunya adalah hukum pidana dan hukum
pidana Islam. Hukum pidana itu terdiri dari norma-norma yang berisi
keharusan dan larangan yang (oleh pembentuk undang-undang) telah

1

Djazuli, Fiqh Jinayah (Upaya menanggulangi kejahatan dalam Islam), (Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 2000). 5
2
Jimly Asshiddiqie, Perihal Undang-undang (Jakarta : Rajawali Pers, 2011). 7

1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

dikaitkan dengan suatu sanksi berupa hukuman.3 Sedangkan Hukum pidana
Islam kerap digambarkan dengan wajah yang kejam dan tidak manusiawi.
Kesan itu muncul karena dilihat secara tidak utuh. Seharusnya hukum pidana
Islam dibaca dalam konteks yang menyeluruh dengan bagian lain dari syariat
Islam. Contoh hukuman potong tangan yang sering dituding terlalu kejam
dan tidak adil. Padahal, hukuman ini baru dijatuhkan ketika sejumlah syarat
yang ketat dipenuhi.4 Suatu sanksi diberikan kepada pelanggar peraturan
dengan tujuan agar seseorang tidak mudah berbuat tindak pidana dan
pembelajaran bagi pelaku dan juga masyarakat yang luas.5
Hukum pidana tidak hanya berkaitan dengan penentuan perbuatan
yang dilarang dan diancam dengan sanksi pidana serta kapan orang yang
melakukan perbuatan pidana itu dijatuhi pidana, tetapi juga proses peradilan
yang harus dijalankan oleh orang tersebut. Dalam artian hukum pidana
mengandung 2 hal yaitu hukum pidana formal dan materiil. Hukum pidana
formal diatur dalam KUHAP sedangkan hukum pidana materiil diatur dalam
KUHP.6 Perbuatan – perbuatan pidana ini menurut ujud atau sifatnya adalah
bertentangan dengan tata atau ketertiban yang dikehendaki oleh hukum,
mereka adalah perbuatan yang melanggar hukum. Tegasnya : mereka
merugikan masyarakat, dalam arti bertentangan dengan atau menghambat
akan terlaksananya tata dalam pergaulan masyarakat yang baik dan adil.

3

Lamintang, Dasar-dasar Hukum pidana (Jakarta : Sinar Grafika, 2014). 2
Topo santoso, Membumikan Hukum Pidana Islam (Jakarta:Gema Insani Press, 2003). 7
5
Makhrus Munajat, Dekonstruksi Hukum Pidana Islam (Jogjakarta:Logung Pustaka, 2004). 5
6
Mahrus Ali, Dasar-dasar hukum pidana (Jakata : Sinar grafika, 2012), hal. 2

4

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

Karenanya perbuatan itu dilarang keras atau pantang dilakukan.7 Contoh
perbuatan-perbuatan yang mengganggu ketertiban dan keamanan masyarakat
adalah tindak pidana penganiayaan.
Penganiayaan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana diatur
dalam pasal 351-355 Kuhp yang dibagi menjadi 5 jenis penganiayaan yaitu :8
1. Penganiayaan ringan yang diatur dalam pasal 352 KUHP.
2. Penganiayaan biasa yang diatur dalam pasal 351 KUHP.
3. Penganiayaan biasa yang direncanakan diatur dalam pasal 353 KUHP.
4. Penganiayaan berat yang diatur dalam pasal 354 KUHP.
5. Penganiayaan berat yang direncanakan diatur dalam pasal 355 KUHP.
Seperti kasus yang terjadi di desa tadaku jaya kecamatan petasian
kabupaten morowali Poso. Kasus penganiayaan yang dilakukan oleh
terdakwa Andi Iskandar yang telah menganiaya korban yang benama
Syamsu Nabi. Bahwa terdakwa Andi Iskandar, pada hari Sabtu tanggal 26
Januari 2013 sekitar jam 21.00 Wita atau setidak-tidaknya pada bulan
Januari 2013, bertempat Desa Tadaku Jaya Kecamatan Petasia Kab.
Morowali, di saat saksi Syamsu Nabi sedang berjalan dijalan desa Tadaku
Jaya dengan tujuan hendak ke rumah Adi baru saja berjalan beberapa meter
didepan rumah, saksi bertemu dengan terdakwa Andi Iskandar yang berjalan
dari arah depan yang lalu bertanya kepada saksi dengan menggunakan
bahasa bugis yang berarti “… mau kemana..” dijawab oleh saksi Syamsu
Nabi dengan bahasa bugis yang artinya “.. mau ke rumah Adi.., saya mau
7
8

Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2002), hal. 2
Kitab Undang-Undang Hukum pidana pasal 351-355.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

pulang ke selatan sebentar subuh..” mendengar jawaban saksi Syamsu
tersebut tanpa sebab yang jelas secara tiba-tiba terdakwa Andi Iskandar
menyerang saksi Syamsu Nabi dengan menggunakan sebilah parang terhunus
dengan cara mengayunkan parang secara kuat dan cepat yangdipegangnya
dengan tangan kiri kearah saksi Syamsu Nabi yang mengenai pinggang
sebelah kanan, setelah itu terdakwa kembali mengayunkan parang yang
dipegangnya secara kuat dan cepat kearah saksi Syamsu Nabi, mendapat
serangan tersebut saksi Syamsu kaget secara spontan berusaha untuk
menangkap parang yang ditebaskan oleh terdakwa tersebut namun terdakwa
menarik secara kuat sehingga pegangan saksi terlepas, setelah itu terdakwa
kembali secara membabi buta menyerang saksi Syamsu Nabi secara berulang
kali dengan cara menebaskan/mengayunkan parangnya secara kuat dan cepat
kearah tubuh saksi Syamsu Nabi yang mengenai bahu sebelah kanan dan
rahang saksi Syamsu Nabi, karena mendapat serangan secara bertubi-tubi
tersebut saksi yang sudah kewalahan berteriak minta tolong hingga terdakwa
menghentikan perbuatannya dan pergi meninggalkan saksi Syamsu Nabi.
Akibat dari perbuatan terdakwa tersebut saksi Syamsu Nabi
mengalami luka robek pada pipi kanan bawah, luka terbuka pada leher, luka
robek pada telapak tangan kanan dan luka robek pada telapak tangan kiri.
Dan membuat kedua tangan korban cacat seumur hidup. Dalam kasus ini
Jaksa Penuntut Umum mendakwa terdakwa dengan pasal 354 ayat 1 KUHP
tentang penganiayaan berat yang dalam pasal ini di ancam dengan pidana

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

penjara maksimal 8 tahun, namun dalam kasus ini putusan hakim
menghukum terdakwa hanya dengan pidana penjara 3 Tahun.9
Pengertian dari istilah Jinayah pada dasarnya mengacu pada hasil
perbuatan seseorang pengertian tersebut hanya terbatas pada perbuatan yang
dilarang, di kalangan Fuqaha, jinayah berarti perbuatan-perbuatan yang
terlarang menurut syarak. Meskipun demikian pada umumnya, fuqaha
menggunakan istilah tersebut hanya untuk perbuatan-perbuatan yang
mengancam keselamatan jiwa. Selain itu terdapat fuqaha yang membatasi
istilah jinayah kepada perbuatan-perbuatan yang diancam dengan hu jiyah yaitu segala yang dibutuhkan manusia untuk menghilangkan
kesulitan dan menolak masyaqot. Ketiga tingkatan al-tahsiniyah yaitu segala
yang berhubungan dengan kewibawaan dan keutamaan akhlaq sekedar untuk
memenuhi keindahan tradisi, baik dalam ibadah, mu’amalah, kebiasaan
maupun uqu>bat.11

9

Putusan Nomor : 107/PID.B/2013/PN.PSO
Djazuli, Fiqh Jinayah (Upaya menanggulangi kejahatan dalam Islam)., Hal. 1
11
Muchlis Usman, Filsafat Hukum Islam, (Malang : LBB Yan’s Press, 1994), Hal. 50-53
10

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

Ditinjau dari unsur-unsur jarimah atau tindak pidana, objek utama
kajian fikih jinayah dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu : al-rukn al-

syar’i atau unsur formil, al-rukn al-madi atau unsur materiil, al-rukn al-adabi
atau unsur moril. Sedangkan bentuk jarimah dibagi menjadi tiga macam
yaitu : jarimah h}ud< ud, jarimah kisas/diat, dan jarimah takzir.12 Kisas adalah
hukuman timbal balik bagi tindak pidana jiwa dan selain jiwa. Penganiayaan
dalam hukum pidana Islam di hukumi dengan hukuman kisas sebagai
hukuman pokok dan diat atau takzir sebgai hukuman pengganti.
Kisas dalam penganiayaan secara eksplisit dijelaskan dalam surat AlMaidah :

ِ ِ ِ ‫ف و ْاُْذُ َن ُِِْْذُ ِن و‬
ِ ِ َ ْ‫ْ و ْاَْن‬
ِ ‫وَكتَ ْب نَا َعلَْي ِهم فِ َيها أَ َن النَ ْف‬
ِ ِ َ ْ ‫س والْ َع‬
‫لس ِّن‬
ْ
َ ْ‫ف َِْْن‬
َ ِ ‫س ِلنَ ْف‬
َ ْ ‫ْ لْ َع‬
ّ َ
ّ ‫الس َن‬
َ
َ
ِ ‫اْر‬
‫اص‬
ٌ ‫ص‬
َ ‫وح ق‬
َ ُُْ ‫َو‬
“Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (Taurat)
bahwasannya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan
hidung, telinga oleh telinga, gigi dengan gigi, dan laku-luka (pun) ada
kisashnya” (QS. Al-Maidah : 45).13
Dalam kajian ushul fikih, ayat ini termasuk salah satu syariat umat
sebelum Islam yang diperselisihkan ulama. Antara lain pendapat para ulama
:14

12

Nurul Irfan, Musyarofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta : Amzah, 2013). 2
Kemenag, Al - Quran dan terjemahannya , (Semarang: CV Adi Grafika Semarang,1994) .16
14
Nurul Irfan, Musyarofah, Fiqh Jinayah, 9-10

13

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

1. Menurut jumhur ulama, Hanafiyah, malikiyah, sebagian Syafi’iah, dan
sebuah riwayat ahmad, dimana pendapat ini dinilai sebagai yang
paling tepat, ayat-ayat tentang kisash terhadap anggota badan tetap
berlaku bagi umat Islam.
2. Menurut Asy’ariyah, Mu’tazilah dan sebagian pengikut Syafi’iah,
yang juga didukung oleh Al-zuhaili, Al-ghazali, Al-amidi, Al-razi dan
Ibnu Hazm. Berpendapat bahwa syari’at ini tidak berlaku bagi umat
Islam.
3. Menurut Ibnu Al-Qusyairi dan Ibnu Burhan, terhadap ayat samacam
ini lebih baik bersikap diam sampai terdapat dalil shahih yang
menegaskan.
Dari pendapat di atas menurut jumhur ulama lah yang paling kuat
dengan dasar dari Al qur’an surat Asy-syura :

ِ ِ ِِ َ ‫صى بِِه نُوحا والَ ِذي أَوحي نا إِلَيك وما و‬
‫وسى‬
َ ‫ع لَ ُك ْم ِم َن ال ِّدي ِن َما َو‬
َ ‫َشَر‬
َ ‫صْي نَا به إبْ َرا َيم َوُم‬
َ َ َ َ ْ ََْ ْ
َ ً
ِ
ِ
ِ
ِِ
ِ
‫اَُ ََْتَِِ إِلَْي ِه‬
َ ۚ ‫ْ َما تَ ْدعُوُ ْم إِلَْي ِه‬
َ ‫ين َوََ تَتَ َفَرقُوا فيه ۚ َكبُ َر َعلَى الْ ُم ْش ِرك‬
ُ ‫يسى ۖ أَ ْن أَق‬
َ ‫يموا ال ّد‬
َ ‫َوع‬
ِ ِِ ِ
‫يب‬
ُ ‫َم ْن يَ َشاءُ َويَ ْهدي إلَْيه َم ْن يُن‬
“ Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah
diwasiatkan Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu
dan apa yang telah kamiwasiatkan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa yaitu,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya” ( QS.
Asy-Syura : 13).15
Tindak pidana atas selain jiwa dibagi menjadi tiga bagian : Tindak
pidana atas selain jiwa dengan sengaja, Tindak pidana atas selain jiwa yang
menyerupai sengaja, dan Tindak pidana atas selain jiwa karena kesalahan.
Perbedaan yang paling mencolok dalam tindak pidana atas selain jiwa
dengan sengaja, menyerupai sengaja, dan kesalahan adalah dalam bentuk
hukuman pokok. Dalam tindak pidana atas selain jiwa dengan sengaja
sepanjang kondisi memungkinkan hukuman pokoknya adalah kisas.
Sedangkan untuk menyerupai sengaja dan kekeliruan, hukuman pokoknya
adalah diat atau irsh. Namun diat dan irsh juga diberlakukan untuk tindak
pidana sengaja sebagai pengganti kisas.16
Jenis-jenis jarimah penganiayaan yaitu : Pertama penganiayaan yang
berupa memotong atau merusak anggota tubuh korban seperti memotong
tangan, kaki, jari atau yang lainnya. Yang biasa disebut al-Athraf. Kedua
menghilangkan fungsi anggota tubuh walaupun fisiknya masih utuh. Ketiga
penganiayaan fisik bagian kepala dan wajah (ash-Shajjaj). Keempat
penganiayan dibagian tubuh (al-Jarh}) terdiri dari dua macam yaitu al-Ja>’ifah
dan ghairu al-Ja>’ifah. Kelima penganiayaan yang tidak termasuk kedalam
empat kategori di atas .17

15

Kemenag, Al - Quran dan terjemahannya,
Ahmad Wardi Muslich, Hukum pidana Islam, (Jakarta : Sinar Grafika, 2005), 184
17
Ibid, 10-13

16

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

Diat adalah ganti rugi yang wajib dibayarkan oleh orang yang
melakukan pencideraan terhadap jiwa dan anggota tubuh. Diat ada dua
macam : kategori berat dan kategori ringan. Diat berat adalah 100 ekor unta
dari 30 unta Hiqqah, 30 unta Jadza’zah dan 40 unta khalifah (unta hamil).
Diat ringan adalah total 100 unta dari 20 untuk Hiqqah, 20 Jadza’ah, 20 unta
bintu labun, 20 unta ibnu labun, dan 20 unta bintu makhad. Untuk
pembayaran Diat untuk yang mencederai anggota badan : setiap tangan dan
kaki seharga 50 ekor unta. Hidung setiap lubang seharga sepertiga Diat
pembunuhan. Dua telinga setiap telinga seharga 50 ekor unta baik
mendengar atau tidak. Setiap mata 50 ekor unta. Setiap pelupuk mata
seharga 25 ekor unta. Lidah bagi yang bisa bicara meski cadel dan gagap
yaitu 100 unta.18
Dalam kasus putusan Nomor : 107/PID.B/2013/PN.PSO terdakwa
didakwa oleh penuntut umum dengan pasal 354 ayat (1) KUHP dengan
ancaman penjara maksimal 8 tahun. Jika di lihat dari dakwaan penutut
umum tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa adalah penganiayaan
berat yang mengakibatkan luka berat. Luka berat dalam pasal 90 KUHP di
jelasakan sebagai berikut :
a. Luka yang tidak dapat diharapkan akan dapat sembuh secara
sempurna atau menimbulkan bahaya bagi nyawa.
b. Ketidakcakapan untuk melaksanakan kegiatan jabatan atau pekerjaan
secara terus menerus.
18

Faisal Amin dkk, Menyingkap sejuta permasalahan Fath Al-Qarib, (Kediri : Lirboyo Pers,
2015), 601

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

c. Kehilangan kegunaan dari salah satu pancaindra
d. Lumpuh
e. Terganggunya akal sehat selama waktu lebih dari empat minggu
f. Keguguran atau matinya janin dalam kandungan seorang wanita.
Jika melihat akibat yang ditimbulkan dari tindakan kasus tersebut
maka jelas bisa dikatakan sebagai luka berat karena akibat perbuatan
tersebut kedua tangan korban menjadi cacat seumur hidup dan tidak bisa lagi
menafkahi keluargannya. Dalam hukum pidana ada beberapa teori
pemidanaan yang biasa digunakan, pertama, teori Absholut yaitu teori yang
bertujuan untuk memuaskan pihak yang dendam baik masyarakat sendiri
maupun pihak yang dirugikan atau menjadi korban. Pendekatan teori
absholut meletakkan gagasannya tentang hak untuk menjatuhkan pidana
yang keras, dengan alasan karena seseorang bertanggung jawab atas
perbuatannya. Singkatnya teori ini menjelaskan ketika seseorang bersalah
maka harus di hukum. Kedua, teori relatif, yaitu teori ini secara prinsip
mengajarkan bahwa penjatuhan pidana dan pelaksanaannya setidaknya harus
berorientasi

pada

upaya

pencagahan

dari

kemungkinan

seseorang

mengulangi lagi tindakannya. Ketiga, teori gabungan. Yaitu penggabungan
kedua teori di atas .19 Apakah putusan tersebut sudah sesuai dengan teori
pemidaan di atas .
Jika di lihat dari hukum pidana Islam maka kasus putusan Nomor
107/PID.B/2013/PN.PSO ini masuk dalam tindak pidana atas selain jiwa
19

Mahrus Ali, Dasar-dasar Hukum Pidana. 186-191

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

dengan hukuman kisash sebagai hukuman pokok jika kemungkinan bisa
dilaksanakan dan diat atau takzir jika hukuman kisash tidak mungkin
dilaksanakan atau korban memaafkan terdakwa. Dalam hukum islam seperti
yang dijelaskan di atas juga mempunyai tujuan yang salah satunya adalah
menjaga jiwa dan harta yang juga bersangkutan dengan putusan tersebut.
Berdasarkan penjelasan masalah di atas penulisan skripsi ini akan
menganalisis

sanksi

terhadap

pelaku

penganiayaan

berat

yang

mengakibatkan luka berat dalam putusan di atas. Bahwa terdakwa terbukti
bersalah menganiaya korban sehingga mengakibatkan korban cacat seumur
hidup dan tidak bisa lagi bekerja seperti yang biasa dilakukan sehari-hari.
Sedangkan dalam hukum pidana Islam hukuman bagi pelaku penganiayaan
dengan segaja adalah kisash jika memungkinkan untuk dilakukan dan diat
atau takzir sebagai hukuman penggantunya. Berdasarkan hal tersebut yang
melatarbelakangi penulisan skripsi ini akan mengangakat topik pembahasan
penulisan skripsi dengan judul “TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM
TERHADAP

TINDAK

PIDANA

PENGANIAYAAN

YANG

MENGAKIBATKAN CACAT SEUMUR HIDUP (Studi Putusan : Nomor .
107/PID.B/2013/PN.PSO)”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, dapat
diidentifikasikan beberapa masalah yang timbul sebagai berikut :

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

1. Putusan hukum hakim tentang tindak pidana penganiayaan yang
mengakibatkan cacat seumur hidup dalam putusan Pengadilan Negeri
Poso Nomor : 107/PID.B/2013/PN.PSO.
2. Pertimbangan hukum hakim terhadap tindak pidana penganiayaan
yang mengakibatkan cacat seumur hidup dalam putusan hakim
Pengadilan

Negeri

Poso

dalam

putusan

Nomor

:

107/PID.B/2013/PN.PSO
3. Tindak pidana penganiayaan dalam hukum pidana Islam dan
Hukumannya.
4. Tinjauan hukum pidana islam terhadap tindak pidana penganiayaan
yang mengakibatkan cacat seumur hidup dalam putusan Pengadilan
Negeri Poso Nomor : 107/PID.B/2013/PN.PSO dan sanksi hukuman
terhadap penganiayaan yang mengakibatkan cacat seumur hidup.

C. Batasan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas , maka penulis memberikan batasan
maslah sebagai berikut :
1. Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Poso dalam putusan putusan
Nomor.

107/Pid.B/2013/PN.Pso.

Tentang

Tindak

Pidana

Penganiayaan Yang Mengakibatkan cacat seumur hidup.
2. Tinjauan Hukum Pidana Islam tentang Tindak Pidana Penganiayaan
yang Mengakibatkan cacat seumur hidup dalam putusan Nomor.
107/Pid.B/2013/PN.Pso di Pengadilan Negeri Poso.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

D. Rumusan Masalah
Dari batasan masalah di atas , Adapun rumusan masalah yang akan
diteliti oleh penulis adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana

pertimbangan

Hakim

terhadap

Tindak

Pidana

Penganiayaan yang Mengakibatkan cacat seumur hidup dalam
putusan Nomor 107 / Pid.B / 2013 / Pn.Pso?
2. Bagaimana tinjauan Hukum Pidana Islam terhadap pertimbangan
hukum hakim dalam putusan Nomor 107/Pid.B/2013/Pn.Pso tentang
Tindak Pidana Penganiayaan yang Mengakibatkan cacat seumur
hidup?

E. Kajian pustaka
Kajian Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian atau
penelitian yang sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang akan diteliti
sehingga terlihat jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak
merupakan pengulangan atau duplikasi dari kajian atau penelitian yang telah
ada.20
Berikut beberapa skripsi yang membahas tentang tindak pidana
penganiayaan.

20

Tim Penyusun Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Ampel Surabaya, Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Skripsi , (Surabaya: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Ampel Surabaya,
2015), 8.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

Dalam skripsi yang ditulis oleh Muhammad Yusuf prodi Hukum
Pidana Islam (Jinayah) yang berjudul “Tinjauan Hukum Pidana Islam
Terhadap Tindak Pidana Penganiayaan Yang Mengakibatkan Kematian
(Studi

Putusan

Pengadilan

Negeri

Bangkalan

Nomor

236/Pid.B/2014/Pn.Bkl)”. Dalam penelitian ini penulis menitikberakan
pembahasan tentang tindak pidana penganiayaan yang mengakibatkan
kematian dalam hal ini efek dari penganiayaan tersebut adalah korban
meninggal dunia, dalam hukum pidana Islam kasus ini masuk dalam
pembubuhan semi sengaja. 21
Selanjutnya skripsi yang ditulis oleh M. Imam susanto yang berjudul
“Tinjauan Fiqih Jinayah Terhadap Penganiayaan Yang Berakibat Luka Berat
Dan Sanksi Hukumnya”. Dalam penelitian ini penulis menitikberatkan
kepada hukuman atau sanksi pidana bagi pelaku penganiayaan dilihat dari
Pasal 354 ayat (1) KUHP dan Hukum pidana Islam.22
Skripsi di atas memiliki kesamaan dengan penelitian skripsi ini yaitu
sama-sama membahas tentang penganiayaan. Sedangkan perbedaan dari
kedua penilitian di atas yang pertama tentang akaibat dari penganiayaan
tersebut jika penelitian oleh Muhammad Yusuf penganiayaan yang
mengakibatkan kematian sedangkan penelitian ini tetang penganiayaan yang
mengkaibatkan cacat seumur hidup. Kedua yaitu dari segi bahasan yang akan

21

Muhammad Yusuf, “Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap Tindak Pidana Penganiayaan
Yang Mengakibatkan Kematian (Studi Putusan Pengadilan Negeri Bangkalan Nomor
236/Pid.B/2014/Pn.Bkl)”.
22
M. Imam susanto, “Tinjauan Fiqih Jinayah Terhadap Penganiayaan Yang Berakibat Luka Berat
Dan Sanksi Hukumnya”

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

di bahas, jika skripsi dari M. Imam susanto membahas hukuman oleh KUHP
dan hukum pidana islam dan yang menjadi fokus adalah pasal 354 ayat (1).
Sedangkan penelitian ini yaitu penelitian tentang putusan Pengadilan Negeri
Poso

Nomor

107/Pid.B/2013/PN.Pso

tentang

penganiayaan

yang

mengakibatkan cacat seumur hidup, jadi dalam skripsi ini lebih spesifik
langsung ke contoh kasus dilihat dari Hukum Pidana dan Hukum pidana
Islam.

F. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian dalam
penulisan skripsi ini sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan pertimbangan hakim dalam putusan pengadilan
Negeri Poso Nomor : 107/ PID.B/2013/PN.Pso tentang tindak pidana
penganiayaan yang mengakibatkan cacat semur hidup
2. Menganalisis tinjauan hukum pidana Islam terhadap tindak pidana
penganiayaan yang mengakibatkan cacat seumur hidup dalam putusan
Pengadilan Negeri Poso Nomor : 107/PID.B/2013/PN.Pso.

G. Kegunaan Hasil Penelitian
Kegunaan hasil penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat dalam hal :
1. Aspek keilmuan (teoritis)
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangsih ilmu
pengetahuan khususnya dalam Hukum Pidana Islam yang berkaitan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

Tindak Pidana Penganiayaan yang Mengakibatkan cacat seumur
hidup.
2. Aspek Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan
penelitian yang akan datang serta sangat berharap dapat dijadikan
landasan atau acuan bagi penegak hukum untuk membuat putusan
atau penerapan sanksi bagi pelaku penganiayaan yang mengakibatkan
cacat seumur hidup.

H. Definisi Operasional
Untuk mempermudah memahami judul skripsi yang akan penulis
bahas, maka dirasa perlu untuk menjelaskan secara operasional sebagai
berikut :
1. Hukum pidana Islam adalah segala ketentuan hukum mengenai tindak
pidana atau perbuatan kriminal yang dilakukan oleh mukallaf, sebagai
hasil dari pemahaman atas dalil-dalil hukum yang terperinci dari Alqu’an
dan Hadits.
2. Penganiayaan diartikan sebagai perbuatan menyakiti atau menyiksa
orang atau binatang secara melawan hukum. Pengertian lain
penganiayaan di sini adalah perbuatan pidana (tindak kejahatan), yang
berupa melukai, merusak, atau menghilangkan fungsi anggota tubuh.
3. Cacat seumur hidup. Cacat yaitu keadaan berkurangnya atau hilangnya
fungsi tubuh atau hilangnya anggota badan yang secara langsung atau

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

akan menghilangkan kemampuan pekerja untuk melakukan pekerjaan.
Sedangkan cacat seumur hidup adalah cacat yang mengakibatkan
seseorang sama sekali tidak mampu untuk melakukan suatu pekerjaan
sehingga membutuhkan bantuan orang lain.

I.

Metode penelitian
Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Penelitian ini sendiri berarti sarana
yang dipergunakan oleh manusia untuk memperkuat, membina, serta
mengembangkan ilmu pengetahuan.
1. Jenis Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang diangkat, maka jenis penelitian
ini dikategorikan sebagai penelitian kepustakaan (Library Research).
Penelitian kepustakaan adalah salah satu bentuk metodologi penelitian
yang menekankan pada pustaka sebagai suatu objek studi. Pustaka
hakekatnya merupakan hasil oleh budi karya manusia dalam bentuk karya
tertulis guna.
2. Sumber Data
Yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah :
Sumber Bahan Primer
Sumber bahan yang diperoleh atau dikumpulkan langsung dari
sumber pokok yang memuat tentang pembahasan yaitu Dokumen Putusan
Pengadilan Negeri Poso Nomor : 10/Pid.B/2013/PN.Pso.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

3. Teknik Pengambilan Data
Tekhnik

pengumpulan

data

yang

sesuai

dengan

bentuk

penelitiannya yakni kajian pustaka (library research), maka penelitian ini
dilakukan dengan cara pengumpulan berbagai buku yang terkait dengan
permasalahan yang diteliti, kemudian memilih secara mendalam sumber
data kepustakaan yeng relevan dengan maslaah yang dibahas.
4. Teknik Pengolahan Data
Setelah semua data yang terkait dengan permasalahan tersebut
kemudian akan diolah dengan beberapa teknik sebagai berikut:
a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali data-data yang berkaitan
dengan tindak pidana penganiayaan yang mengakibatkan cacat
seumur hidup yang diperoleh dari berbagai buku dan dokumendokumen mengenai topik penelitian terutama kejelasan makna, dan
keselarasan antara data satu dengan yang lainnya.
b. Organizing, yaitu menyusun dan mensistematikan data yang
berkaitan dengan Pasal 354 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum
pidana dan fikih jinayah yang diperoleh dalam kerangka uraian yang
telah direncanakan.
c. Analizing, yaitu melakukan analisis terhadap data yaitu mengenai
tinjauan terrhadap putusan Pengadilan Negeri Poso Nomor :
107/Pid.B/2013/PN Pso dengan menggunakan teori, dalil hingga
diperoleh kesimpulan akhir sebagai jawaban dari permasalahan yang
dipertanyakan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

5. Teknik Analisis Data
Teknis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan teknik deskriptif analisis, dimana penulis menggambarkan
atau

menguraikan

tentang

tindak

pidana

penganiayaan

yang

mengakibatkan cacat seumur hidup secara keseluruhan, mulai dari
deskripsi kasus, landasan hukum yang dipakai oleh Hakim, isi putusan
kemudian dilakukan analisis berdasarkan data yang ada.

J.

Sistematika Pembahasan
Agar memudahkan dalam pembahasan dan memudahkan dalam
memahami maka dibuat sistematika pembahasan skripsi tersebut secara
umum sebagai berikut:
Bab satu, pada bab ini diuraikan tentang pendahuluan yaitu meliputi
latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan
masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi
operasional, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab dua, bab ini membahas tentang tindak pidana penganiayaan
dalam fikih Jinayah. Meliputi: pengertian, unsur-unsur, macam-macam, serta
sanksi hukumannya.
Bab tiga, bab ini mendiskripsikan secara singkat tentang kasus
penganiayaan yang mengakibatkan cacat seumur hidup, dasar hukum dan
pertimbangan hakim tentang kasus penganiayaan yang mengakibatkan cacat
seumur hidup,

dan Amar putusan Pengadilan Negeri Poso Nomor

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

107/Pid.B/2013/PN

Pso

tentang

tindak

pidana

penganiayaan

yang

mengakibatkan cacat seumur hidup.
Bab empat, bab ini membahas tentang analisis terhadap putusan
Pengadilan Negeri Poso tentang Penganiayaan yang mengakibatkan cacat
seumur hidup yang meliputi analisis terhadap pertimbangan hukum hakim,
serta menganalisis tentang tinjauan hukum pidana Islam terhadap
pertimbangan hukum hakim dalam putusan Nomor 107/Pid.B/2013/PN.Pso
tentang tindak pidana penganiayaan yang mengakibatkan cacat seumur
hidup.
Bab lima, bab ini merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan
saran dari penelitian ini.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

BAB II
TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN DALAM HUKUM PIDANA ISLAM

A. Pengertian Tindak Pidana Penganiayaan
Penganiayaan dalam hukum pidana Islam disebut dengan istilah
tindak pidana atas selain jiwa atau jinayat selain pembunuhan. Yang artinya
setiap tindakan haram yang dilakukan terhadap anggota tubuh, baik dengan
cara memotong, melukai maupun menghilangkan fungsinya.1 Yang dimaksud
dengan tindak pidana atas selain jiwa atau penganiayaan, seperti
dikemukakan oleh Abdul Qadir Awdah adalah setiap perbuatan mnyakiti
orang lain yang mengenai badannya, tetapi tidak sampai menimbulkan
kematian atau menghilangkan nyawa. Pengertian ini sejalan dengan definisi
yang dikemukakan oleh Wahbah Zuhaili, bahwa tindak pidana atas selain
jiwa adalah setiap tindakan melawan hukum atas badan manusia, baik
berupa pemotongan anggota badan, pelukaan, maupun pemukulan,
sedangkan jiwa atau nyawa dan hidupnya masih tetap tidak terganggu.2
Suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai tindak pidana, jika ada
unsur formil yaitu harus ada nas yang melarang perbuatan dan mengancam
dengan hukuman, unsur materiil yaitu melakukan perbuatan yang
membentuk tindak pidana, baik perbuatan maupun sikap tidak berbuat. dan
unsur moral yaitu pelaku harus seorang mukallaf artinya dia bertanggung

1

Abu Malik Kamal bin as-Sayyid Salim, Shahih Fiqh Sunnah, terjemah : Abu Ihsan,
(Jakarta:Pustaka At-Tazkia, 2006). 319
2
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam. 179

21

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

jawab atas tindak pidana yang diperbuat, sebuah kejahatan jika tidak
memenuhi unsur-unsur tersebut maka tidak bisa dikatakan jarimah (tindak
pidana). Adapun unsur-unsur dalam Jari>mah Penganiayaan yaitu :
1. Adanya pelaku tindak pidana penganiayaan;
2. Adanya kesengajaan Adanya perbuatan;
3. Adanya akibat perbuatan (yang dituju), rasa sakit pada tubuh, dan
atau luka pada tubuh;
4. Akibat yang menjadi tujuan satu-satunya;
5. Adanya perencanaan penganiayaan sehingga mengakibatkan luka
berat.

B. Pembagian Tindak Pidana Penganiayaan
Ada dua klasifikasi dalam menentukan pembagian tindak pidana atas
selan jiwa, yaitu : ditinjau dari segi niatnya, dan ditinjau dari segi objek
(sasaranya).
1. Ditinjau dari segi niatnya3
Ditinjau dari segi niat pelaku, tindak pidana atas selain jiwa dapat dibagi
kepada dua bagian.
a. Tindak pidana atas selain jiwa dengan sengaja
b. Tindak pidana atas selain jiwa dengan tidak sengaja.
Pengertian tindak pidana dengan sengaja adalah setiap perbuatan
dimana pelaku sengaja melakukan perbuatan dengan maksud melawan
3

Ibid. 180

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

hukum. Sedangkan tindak pidana atas selain jiwa dengan sengaja adalah
pelaku dengan sengaja melakukan perbuatan yang dilarang dengan
maksud supaya perbuatnnya itu mengenai dan menyakiti ornag lain.
Tindak pidana karena kesalahan atau tidak sengaja adaah suatu
perbuatan dimana pelaku sengaja melakukan suatu perbuatan, tetapi
tidak ada maksud untuk menyakiti atau melukai orang lain dengan
melawan hukum. Jadi tindak pidana atas selain jiwa dengan tidak
sengaja atau kesalahan adalah pelaku memang dengan sengaja
melakukan perbuatan, tetapi pernuatan trsebut sama sekali tidak
dimaksudnkan untuk mengenai atau menyakiti orang lain. Namun
kenyataannya ada korban akibat perbuatan tersebut. Sebagai contoh
seseorang melempar batu dengan maksud membuangnya, namun karena
kurang hati-hati batu tersebut mengenai orang yang sedang lewat dan
melukainya.
Menurut Syafi’iyah dan Hanabilah selain dua diatas masih ada
tindak pidana atas selain jiwa yang ketiga, yaitu tindak pidana atas
selain jiwa menyerupai sengaja. Contoh dari tindak pidana atas selain
jiwa menyerupai sengaja adalah jika ada seseorang memukul seseorang
dengan ringan namun akibatnya sampai orang tersebut mederita luka
berat.
2. Ditinjau dari segi objeknya/sasarannya
Tindak pidana atas selain jiwa bisa berupa pemotongan dan
pemisahan,

melukai

yang

mengakibatkan

tubuh

robek,

atau

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

menghilangkan fungsi tanpa merobek dan memisahkan. Berikut
pembagian tindak pidana atas selain jiwa.4
a. Jinayat dengan memotong dan memisahkan anggota badan.
Adapun yang dimaksud dengan jenis yang pertama adalah
tindakan terhadap perusakan anggota badan dan anggota lain yang
disetarakan dengan anggota badan, baik berupa pelukaan atau
pemotongan. Dalam kelompok ini yaitu termasuk, tangan, kaki, jari,
kuku, hidung, zakar, biji pelir, telinga, bibir, pencongkelan mata,
merontokan gigi, bibir kemaluan wanita, dan lidah.
b. Menghilangkan manfaat anggota badan sedangkan jenisnya masih
tetap utuh
Maksud dari jenis yang kedua ini adalah tindakan yang merusak
manfaat dari anggota badan, sedangkan jenis anggota badanya masih
utuh. Dengan demikian, apabila anggota hilang atau rusak, sehingga
manfaatnya juga ikut hilang maka itu termasuk kelompok pertama
diatas.yang

termasuk

dalam

kelompok

ini

adalah

hilangnya

pendengaran, penglihatan, penciuman, perasa lidah, kemampuan
berbicara, bersetubuh dan lain-lain.5
c. Ash-Shajjaj
Yang dimaksud ash shajjaj adalah pelukaan khsusus pada bagian
muka dan kepala. Sedangkan pelukaan atas badan selain muka dan
kepala termasuk kelompok keempat yang akan di bahas berikutnya.
4
5

Abu Malik Kamal bin as-Sayyid Salim, Shahih Fiqh Sunnah.324
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam.181

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa shajjaj adalah pelukaan pada
bagian wajah dan kepala, tetapi khusus dibagian tulang saja, seperti
dahi. Sedangkan pipi yang banyak dagingnya tidak termasuk shajjaj,
tetapi ulama lain berpendapat bahwa shajjaj adalah pelukaan peda
bagian muka dan kepala secara mutlak.6 Adapun organ-organ tubuh
yang temasuk kelompok anggota badan, meskipun pada bagian muka,
seperti mata, telingga dan lain-lain tidak termasuk shajjaj. Yang
termasuk Shajjaj adalah muwaddhihah, Kharisah, Daimiyah, Badhi>’ah,

Mutala>himah, Simhaq, muwaddhihah, h}ashi>mah, munaqqilah dan
aa>mah,
d. Al- Jirah
Al- jirah adalah pelukaan pada anggota badan selain wajah, kepala
dan athraf. Anggota badan yang termasuk dalam golongan jirah ini
meliputi leher, dada, perut, sampai batas pinggul. Al jirah ada dua,
yaitu :
1) Ja>’ifah, yaitu pelukaan yang sampai kebagian dalam dari perut dan
dada, baik pelukaan dari depan, belakang, atau samping.
2) Ghair ja>’ifah, yaitu pelukaan yang tidak sampai bagian dalam dari
dada dan perut, tetapi hanya bagian luarnya saja.7

6
7

Ibid, 182
Ibid. 183

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

C. Hukuman Tindak Pidana Penganiayaan
Hukuman bagi tindak pidana penganiayaan dalam hukum pidana Islam
dibagi menjadi 2, yaitu hukuman pokok dan hukuman pengganti. hukuman
pokok bagi tindak pidana penganiayaan adalah hukuman kisas, sedangkan
hukuman pengganti hukuman pokok apabila hukuman kisas terhalang atau
gugur karena beberapa sebab adalah hukuman diat dan takzir.
1. Hukuman kisas
Secara literal, kisas merupakan kata turunan dari Qas}s}a – yaqus}su} –

qas}s}an wa qas}s}an yang artinya menggunting, mendekati, menceritakan,
mengikuti (jejaknya), dan membalas. Sedangkan secara istilah, Ibnu
Manzur di dalam Lisa>n al-Arab menyebutkan suatu hukuman yang
ditetapkan dengan cara mengikuti bentuk tindak pidana yang dilakukan.8
Penerapan Kisas dalam kasus tindak pidana selain jiwa atau penganiayaan
harus memenuhi beberapa syarat, antara lain:
a) Pelaku baligh
b) Pelaku Berakal termasuk juga pemabuk dengan ada niatan
c) Pelaku bukan keturunan korban
d) Korban status sosialnya tidak dibawah pelaku, seperti budak dan
kafir.9

8

Paisol Burlian, Implementasi Konsep Hukum Qishash di Indonesia. (Jakarta: Sinar Grafika,
2015). 28
9
Faishal amin dkk, menyingkap sejuta permasalahan dalam Fath Al-Qarib. (Kediri : Lirboyo
Pers, 2015). 591

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

e) Aman dari bahaya yang berkelanjutan. Yaitu, dengan cara memotong
dipergelangan dan persendian, jika tidak demikian maka kisas tidak
dapat dilakukan.
f) Adanya persamaan anggota tubuh korban dengan pelaku, sama dalam
hal nama dan keberadaan.
g) Anggota tubuh korban dan pelaku harus sama dari segi kesehatan dan
kesempurnaan.10
2. Hukuman Diat

Ad-Diyah adalah bentuk jamak dari ad-Diyah. Secara bahasa, diat
adalah bila wali pembunuh memberikan harta sebagai tebusan nyawa atau
selainnya. Sedangkan jika dalam kasus tindak pidana penganiyaan adalah
sebagai hukuman pengganti dari hukuman kisash. Sedangkan menurut
istilah syariat, diat adalah harta yang wajib dibayarkan kepada korban
atau walinya karena disebabkan oleh jinayat (tindak pidana) terhadap jiwa
atau selain jiwa.11 Kadar hukuman diat yang biasa menjadi patokan
adalah dengan unta untuk tindak pidana penganiayaan hukuman paling
berat adalah 100 ekor unta. Jika tidak dapat unta maka beralih pada harga
unta, atau membayar 100 dinar atau 12.500 dirham.12 Hukuman diat
adalah hukuman pengganti dari hukuman kisas jika tidak mungkin
dilaksanakan.

10

Saleh Fauzan, Fiqih Sehari-hari, Terjemah : Ahmad Ikhwani. (Jakarta: Gema Insani press,
2005).789-790
11
Abu Malik Kamal bin as-Sayyid Salim, Shahih Fiqh Sunnah, terjemah : Abu Ihsan. 342
12
Faishal amin dkk, menyingkap sejuta permasalahan dalam Fath Al-Qarib. Hal.597

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

Hikmah adanya hukuman adanya kisas dan diat, sebgaimana
dijelaskan oleh al-Jurjawi adalah keberlangsungan hidup manusia di
dunia, karena itu Islam menghukum orang yang membunuh orang lain.
Hukuman tersebut pada dasarnya sebagai tindakan previntif sehingga
manusia tidak gampang saling membunuh yang akan mengakibatkan
kekacauan dalam masyarakat. Sementara diat dengan harta bertujuan
untuk kepentingan dua belah pihak.13
Hukuman diat merupakan hukuman penganti untuk hukuman kisas
apabila hukuman kisas terhalang karena suatu sebab, atau gugur karena
sebab-sebab. Diat sebagai hukuman pengganti berlaku dalam tindak
pidana atas selain jiwa dengan sengaja. Di samping itu, diat juga
merupakan hukuman pokok apabila jinayahnya menyerupai sengaja atau
kesalahan. Diat, baik sebagai hukuman pokok atau hukuman pengganti, di
gunakan pengertian untuk diat yang penuh (ka>milah). Yaitu seratus ekor
unta. Adapun untuk hukuman yang kurang dari diat yang penuh maka
digunakan istilah irsh. Irsh sendiri ada dua macam yaitu, irsh yang sudah
ditentukan (muqaddar), dan irsh yang belum ditentukan (ghairu

muqaddar).14 Irshun muqaddar adalah ganti rugi yang sudah ditentukan
batas dan jumlahnya oleh syara’. Contoh seperti diat untuk satu tangan
atau satu kaki. Sedangkan irshun ghairu muqaddar adalah ganti rugi yag
belom ditentukan oleh syara’. Dan untuk penentuannya diserahkan
kepada hakim. Diat yang kedua ini disebut juga dengan h}uku>mah.
13
14

Makhrus Munajat, Dekonstruksi Hukum Pidana Islam.Hal. 129-130.
Ahmad Wardhi Muslich, Hukum Pidana Islam., Hal. 196.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

Berikut adalah macam-macam hukuman diat dalam tindak pidana
penganiayaan.
1. Diat untuk anggota badan
Anggota badan yang berlaku diat ka>milah (penuh) ada empat
kelompok, yaitu :
a. Anggota yang tanpa pasangan, yang antara lain : Hidung, Lidah,
zakar (kemaluan), tulang belakang, lubang kencing, lubang dubur,
kulit, rambut dan jenggot.
b. Anggota yang berpasangan (dua buah). Yang termasuk kelompok
ini adalah : Tangan, kaki, mata, telingan, bibir, alis, payudara, telur
kemaluan laki-laki, bibir kemaluan wanita, pinggul, dan tulang
rahang.
c. Anggota yang terdiri dari dua pasang.yang termasuk dalam
kelompok ini adalah : Kelopak mata dan Bulu mata.
d. Anggota yang terdiri dari lima pasang atau lebih, yaitu : Jari tangan,
jari kaki dan gigi.
Selanjutnya adalah diat ghair ka>milah atau irsh ini berlaku
untuk semua jenis anggota badan, baik yang tunggal maupun yang
berpasangan. Dalam perusakan anggota badan yang tunggal, irsh
berlaku apabila perusakan terjadi pada sebagian anggota badan. Misal
dalam perusakan hidung, irsh berlaku pada perusakan batang hidung.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

30

Jika dalam perusakan lidah, irsh berlaku jika perusakan berakibat pada
kurang sempurnannya dalam perkataan.15
Berikut pembagian hukuman diat untuk anggota tubuh secara lebih
ri

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Pengangguran, Kemiskinan dan Fasilitas Kesehatan terhadap Kualitas Sumber Daya Manusia di Kabupaten Jember Tahun 2004-2013

21 388 5

ANALISA BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN PENGANGKUT SAMPAH KOTA MALANG (Studi Kasus : Pengangkutan Sampah dari TPS Kec. Blimbing ke TPA Supiturang, Malang)

24 196 2

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Kekerasan rumah tangga terhadap anak dalam prespektif islam

7 74 74

Analisa studi komparatif tentang penerapan traditional costing concept dengan activity based costing : studi kasus pada Rumah Sakit Prikasih

56 889 147

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Pengaruh model learning cycle 5e terhadap hasil belajar siswa pada konsep sistem ekskresi

11 137 269

Khutbah Washil bin Atho' wa ma fiha minal asalib al-insyaiyah al-thalabiyah : dirasah tahliliyah

3 67 62