Penyelesaian Sengketa Bisnis Internasional Melalui Online Dispute Resolution (ODR)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu ciri bisnis atau perekonomian yang paling menonjol pada era
globalisasi adalah moving quickly (bergerak cepat). Perubahan dan pergeseran
yang cepat dalam era super industrialis sekarang telah mengantar umat manusia
kesuatu kehidupan “dunia tanpa batas” (borderless world).1 Keadaan ini
digambarkan John Naisbitt sebagai perubahan yang dihadapi manusia. Dunia yang
dihuni manusia telah berubah menjadi global village (perkampungan global)
dengan sistem perekonomian single economy. Lebih lanjut, Naisbitt menyebutkan
“The World moving from trade countries to a single economy, one
economy,one market place”.2
Atau jika diartikan bahwa sekarang ini perdagangan tidak lagi dibatasi hanya satu
wilaya atau negara, dunia bergerak menjadi ekonomi tunggal, satu ekonomi, satu
pasar yang disebut juga perdagangan internasional.
Perdagangan internasional telah lama ada sejak munculnya negara
kebangsaan, yang merupakan bentuk awal negara dalam arti modern. Awal
munculnya perdagangan internasional ditandai dengan perdagangan di jalur sutera
yang diramaikan oleh para pedagang dan pembeli dari berbagai wilayah.3
Perdagangan antar wilayah ini pada mulanya terjadi karna terdapat saling
1
Kenichi Ohmae, Borderless World, Harper Business (Printed in USA : Maknisey
Company Inc. 1990), hlm. 12
2
John Naisbitt,,Pan Books (Published in Great Britain Sidgwick & Jackson Ltd. 1990),
hlm. 2
3
Kusnardi dan Bintan Saragih, Ilmu Negara cet.3, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1994) ,
hlm .80
1
Universitas Sumatera Utara
ketergantungan kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi melalui sumber daya yang
terdapat di daerah tempat tinggalnya. Jadi, secara singkat perdagangan
internasional adalah perdagangan yang dilakukan antara Negara yang satu dengan
Negara yang lain. Seperti tersebut diatas bahwa bisnis internasional merupakan
kegiatan bisnis yang dilakukan melewati batas - batas suatu Negara.4 Transaksi
bisnis seperti ini merupakan transaksi bisnis internasional. Adapun transaksi
bisnis yang dilakukan oleh suatu negara dengan negara lain yang sering disebut
sebagai Perdagangan Internasional (International Trade).5
Hal yang turut menstimulasi perkembangan perdagangan internasional
adalah penggunaan internet.6 Saat ini penggunaan internet bukan hanya sebatas
pada pemanfaatan dalam mencari informasi, melainkan juga digunakan sebagai
sarana untuk melakukan transaksi perdagangan yang biasa disebut e-commerce.7
Keberadaan transaksi e-commerce menawarkan praktek dagang yang praktis dan
cepat bagi pihak yang melakuakan transaksi perdagangan terutama perdagangan
internasional. Yang artinya dengan pengunaan internet dalam kegiatan bisnis
internasional
itu
dapat
memperpendek
jarak,
memperingan
biaya,
menyederhanakan proses. 8
Diperkirakan
intensitas
transaksi
bisnis
baik
domestik
ataupun
internasional meningkat setiap harinya. Semakin banyak serta luasnya kegiatan
4
Kenichi Ohmae, op cit, hlm 12
Surya,
Hukum
Bisnis
:
Sengketa
Bisnis
https://www.academia.edu/8616155/Hukum_Bisnis_Sengketa_Bisnis (diakses pada tanggal 12
Mei 2017, Pukul 01.00 WIB).
6
Doni
Wijayanto,
Internet
Merubah
Perdagangan
Internasional,
http://yuridis.com/internet-merubah-perdagangan-internasional/, Diakses Pada Tanggal 16
Juli 2017. Pukul 14. 38 WIB
7
Erie Hariyanto, Problematika dan Perlindungan Hukum E-comerce di Indonesia,
https://www.academia.edu/28112284/PROBLEMATIKA_DAN_PERLINDUNGAN_HUKUM_E
-COMMERCE_DI_INDONESIA, diakses Pada Tanggal 16 Juli 2017, Pukul 14.33 WIB
8
Doni Wijayanto, op cit
5
2
Universitas Sumatera Utara
perdagangan, maka akan memicu meningkatnya frekuensi sengketa pula. Dalam
survey yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia
(APJII) April 2016 menyatakan dari 256,2 juta orang di Indonesia, 132,7 juta
orang menggunakan internet. Dan dari 132,7 juta orang tersebut 63,5 %
melakukan transaksi online.9 Hal ini sangat membuka peluang akan terjadinya
sengketa antara pengguna jasa internet. Beragam sengketa yang timbul dari
kegiatan bisnis atau aktivitas komersial itu secara umum disebut sengketa bisnis
atau sengketa komersial.10
Secara konvensional, penyelesaian sengketa komersial pada umumnya
diselesaikan melalui pengadilan (litigasi).11 Namun dalam prakteknya proses
litigasi menghasilkan kesepakatan yang bersifat adversarial yang belum mampu
merangkul kepentingan bersama, cenderung menimbulkan masalah baru, lambat
dalam penyelesaian, membutuhkan biaya yang mahal, tidak responsif, dan kadang
menimbulkan permusushan antara pihak yang bersengketa.12 Padahal setiap
sengketa bisnis yang terjadi tentunya harus diselesaikan secara cepat. Karena
membiarkan sengketa dagang / bisnis terlambat diselesaikan akan mengakibatkan
pembangunan ekonomi tidak efisien, produktifitas menurun, dunia bisnis mandul,
biaya produksi meningkat dan berujung pada kesejahteraan dan kemajuan social
kaum pekerja terhambat.13
9
APJII 2016 https://apjii.or.id/content/read/39/264/Survei-Internet-APJII-2016 (diakses
pada tanggal 12 Mei, Pukul 10.54 WIB)
10Eman Suparman, Pilihan Forum Arbitrage Dalam Sengketa Komersil (untuk Penegakan
Keadilan), Tatanusa : Jakarta, 2004,hlm. 5.
11
Ibid., hlm 28.
12
Nugroho Susanti Adi, Penyelesaian Sengketa Arbitrase dan Penerapan Hukumnya ,
Kencana: Jakarta, 2015, hlm 1-2.
13
SuyudMorgono, 2000, ADR dan Arbitrase Proses Pelembagaan dan Aspek Hukum,
Ghalia Indonesia, Jakarta, hlm. 12
3
Universitas Sumatera Utara
Penyelesaian sengketa bisnis pada era globalisasi memiliki ciri “moving
quickly” (bergerak cepat), menuntut cara - cara yang “informal procedure and be
put in motion quickly” (prosedur yang tidak formal dan cepat).14 Oleh karena itu
perlu suatu sistem yang tepat, efektif dan efisien. System tersebut harus
mempunyai kemampuan penyelesaian sengketa dengan sederhana, cepat dan
biaya ringan.15 Dengan melihat kondisi di atas yang terjadi dengan segala
tuntutannya dalam penyelesaian sengketa bisnis, maka peluang alternatif untuk
penyelesaian sengketa sangat diperlukan.16
Bagaimana cara menyelesaikan perselisihan yang terjadi di dunia bisnis ,
terutama di dunia bisnis internasional yang sebagaimana diketahui ini merupakan
kegiatan ekonomi lintas wilayah namun dibutuhkan penyelesaian yang cepat dan
praktis juga.17 Berdasarkan hal tersebut munculah gagasan menarik yaitu
bagaimana cara menyelesaikan perselisihan perdata melalui mekanisme
penyelesaian sengketa yang bisa melalui Internet yang berpijak pada inovasi
system Alternatif Penyelesaian Sengketa (selanjutnya disebut “APS”), dan
munculah Online Dispute Resolution (selanjutnya disebut “ODR”).
18
ODR
sederhanaya adalah suatu cara penyelesaian sengketa yang dilakukan melalui
media internet, dalam arti bahwa proses penyelesaiannya dilakukan oleh para
pihak yang berada di wilayah yang berbeda tanpa perlu bertemu secara langsung
14
M. YahyaHarahap, Beberapa Tinjauan Mengenai Sistem Peradilandan Penyelesaian
Sengketa (Bandung :PT Citra AdityaBakti, 1997),hlm. 280 - 281
15
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia (Yogyakarta: Liberty,2002)
hlm.36.
16
Huala Adolf, Arbitrase Komersial Internasional dari.., op cit hlm 13.
17
Rafal Morek, 2005, Jurnal: “Regulation of Online Dispute Resolution: Between Law
and Technology), URL:http://www.odr.info/cyberweek/Regulation %20of%20ODR_Rafal%,
diakses pada Sabtu 28 Mei 2017, hlm 5.
18
Ibid, hlm 5 - 6
4
Universitas Sumatera Utara
(face to face).19 Pada dasarnya, ODR sama seperti penyelesaian sengketa
konvensional lainnya. Perbedaannya terletak pada medianya yang menggunakan
media Internet (International Network). ODR termasuk ke dalam APS, dimana
APS memiliki 3 (tiga) tipe penyelesaian sengketa, yaitu negosiasi, mediasi dan
arbitrase.20
Selanjutnya, gagasan tersebut dikembangkan menjadi mekanisme arbitrase
online yang difungsikan untuk menyelesaikan sengketa akibat perbuatan hukum
secara elektronik khususnya dan sengketa lain pada umumnya. Objeknya terutama
pada sengketa yang berdasarkan undang-undang memang dapat diselesaikan
melalui proses penyelesaian sengketa alternatif. Beberapa institusi seperti
Villnova Law School di Amerika Serikat telah menyelenggarakan Virtual
Magistrate pada tahun 1996.21 Juga, Universty of Massaschusets di Armheerst
telah menyelenggarakan penyelesaian sengketa secara online sejak tahun 1996
dalam bentuk Arbitrase Online di bawah the Uniform Domain Name Disputes
Resolution Policy.22
Penggunaan teknologi informasi dalam sistem penyelesaian sengketa
perdata khususnya penyelesaian sengketa online (ODR) sangat membantu para
pihak yang berada di lintas negara sehingga dapat memperpendek jarak,
memperingan biaya, menyederhanakan proses dan mempercepat penyelesaian.23
Namun selain memberikan keuntungan, disisi lain penggunaan teknologi
informasi dalam penyelesaian sengketa dapat menimbulkan permasalahan.
19
Basarah,Prosedur Alternatif Penyelesaian Sengketa ; Arbitrase Tradisional dan Modern
(Online), (Yogyakarta: Genta Publishing, 2011 ) hlm 92.
20
I Made Widnyana,Alternatif Penyelesaian Sengketa dan Arbitrase, (Jakarta: PT.
Fikahati Aneska, 2014) hlm 47.
21
Paustinus Siburian, Arbitrase Online (Jakarta: Djambatan, 2004), hlm 18
22
Ibid
23
Rafal Morek, op cit, hlm 17
5
Universitas Sumatera Utara
Masalah mendasar menyangkut sistem ODR adalah masalah perjanjian
yang dapat berubah dari suatu sistem hukum ke sistem hukum yang lain
dikarenakan hukum positif masing-masing pihak yang berbeda.24 Salah satu syarat
pembentukan perjanjian arbitrase adalah adanya pilihan forum yang akan menjadi
penyelesaian sengketa yang mungkin terjadi.25 Pemilihan forum pada umumnya
mempertimbangkan beberapa hal diantaranya adalah tempat ditandatanganinya
perjanjian, tempat pelaksanaan perjanjian dan domisili pihak yang mengajukan
sengketa. 26
Secara
normatif,
pengaturan
mengenai
Arbitrase
dan
Alternatif
Penyelesaian Sengketa di Indonesia dapat ditemukan dalam UU No. 30 Tahun
1999 tentang Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (selanjutnya disebut
“UU Arbitrase dan APS”). Namun demikian, legitimasi keberadaan arbitrase
online dan aturan pelaksanaan yang mengatur bagaimana arbitrase online itu
dijalankan sendiri tidak diatur secara jelas dalam peraturan tersebut. Apabila
pengaturan pelaksanaan arbitrase online diserahkan kepada para pihak untuk
mengaturnya sendiri, dikhawatirkan tidak ada standar yang baku tentang
pelaksanaan arbitrase online yang efektif dan efisien.27 Di samping itu ada juga
banyak hambatan khususnya menyangkut sarana dan prasarana pelaksanaan
arbitrase online.28
24
Bambang Sutiyoso, Penyelesaian Sengketa Bisnis Melalui Online Dispute Resolution
dan Pemberlakuannya di Indonesia, https://jurnal.ugm.ac.id/jmh/article/viewFile/16298/10844,
diakses Pada Tanggal 27 Mei 2017, Pukul 00.01 WIB
25
Ibid
26
Sunaryati Hartono, “Pokok – Pokok Hukum Perdata Internasional”, (Bandung : Karya
Nusantara, 1976) hlm 70
27
Bambang Sutiyoso, op cit
28
Ibid
6
Universitas Sumatera Utara
Dalam konteks itulah Penulis berupaya membahas beberapa hal yang
berkaitan dengan penyelesaian sengketa bisnis melalui ODR. Proses ODR,
Putusan ODR yang dilakukan suatu lembaga ODR Virtual Magistrate. Penulis
berusaha untuk menggali lebih dalam mengenai aspek hukum arbitrase dalam
bidang bisnis dengan menganalisis pengaturan arbitrase dan pengaturan mengenai
transaksi atau perikatan secara elektronik atau online melalui internet. Dengan
demikian, skripsi ini diharapkan mampu memberi wacana yang lebih jelas
mengenai ODR dan seberapa jauh aturan perundang-undangan di Indonesia
mengatur penyelesaian sengketa bisnis internasional baik yang dilakukan secara
langsung maupun yang dilakukan melalui internet dan kemungkinan alternatif
penyelesaian sengketa bisnis internasional melalui ODR dapat diberlakukan di
Indonesia.
B.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, adapun rumusan masalah
dalam skripsi ini adalah:
1.Bagaimana penyelesaian sengketa bisnis berdasarkan hukum di Indonesia ?
2.Bagaimana proses penyelesaian sengketa bisnis melalui ODR ?
3.Bagaimana kedudukan odr dalam penyelesaian sengketa bisnis
berdarkan hukum di Indonesia?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas. Adapun tujuan
penulisan dalam skripsi ini adalah :
7
Universitas Sumatera Utara
1. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui penyelesaian sengketa bisnis berdasarkan hukum
di Indonesia
b. Untuk mengetahui proses penyelesaian sengketa bisnis melalui ODR.
c. Untuk mengetahui kedudukan ODR dalam penyelesaian sengketa
bisnis berdarkan hukum di Indonesia.
2. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan ini adalah sebagai berikut:
a.
Secara Teoritis
Skirpsi ini diharapkan dapat memberikan masukan ilmu pengetahuan,
khususnya pada Penyelesaian Sengketa Bisnis Internasional dalam
penyelesaian sengketa bisnis internasional melalui ODR dapat
diselesaikan tanpa menimbulkan konfrontasi antar negara.
b.
Secara Praktis
Memberikan
sumbangan
pemikiran
yuridis
kepada
kalangan
perdagangan internasional tentang jenis penyelesaian sengketa melaui
ODR.
D. Keaslian Penulisan
Untuk mengetahui orisinalitas penulisan, sebelum melakukan penulisan
skripsi berjudul “Penyelesaian Sengketa Bisnis Internasional Melalui Online
Dispute Resolution”, terlebih dahulu dilakukan penelusuran terhadap judul skripsi
yang tercatat pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Perpustakaan
Fakultas Hukum Universitas Sumatera utara melalui surat tertanggal 19 April
2017 (terlampir) menyatakan tidak ada judul yang memiliki kesamaan.
8
Universitas Sumatera Utara
Penulis juga menelusuri berbagai judul karya ilmiah melalui media
internet, dan sepanjang penelusuran yang penulis lakukan, belum ada penulis lain
yang mengangkat judul tersebut. Sekalipun ada, hal itu adalah di luar
sepengetahuan penulis dan tentu saja substansinya pasti berbeda dengan substansi
yang ada dalam skripsi ini. Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini
didasarkan kepada defenisi - defenisi, teori - teori, dan aturan hukum yang
diperoleh melalui referensi media cetak dan media elektronik. Oleh karena itu,
Penulis menyatakan bahwa skripsi ini adalah karya asli penulis dan dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
F. Tinjauan Kepustakaan
Adapun Tinjauan Kepustakaan tentang skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Sengketa Bisnis
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud sengketa adalah
sesuatu yang menyebabkan perbedaan pendapat, pertengkaran, perbantahan:
perkara, pertikaian, perselisihan. Sedangkan, bisnis adalah usaha komersial dalam
dunia perdagangan, bidang usaha, usaha dagang. Dari kedua kata tersebut
dapatlah disimpulkan bahwa sengketa bisnis adalah perbedaan pendapat atau
perselisihan yang terjadi di dalam usaha komersial atau perdagangan.
Di dalam Pasal 2 UU Arbitrase Dan APS dikatakan bahwa:
“Undang-undang ini mengatur penyelesaian sengketa atau beda pendapat
antar para pihak dalam suatu hubungan hukum tertentu yang telah
mengadakan perjanjian arbitrase yang secara tegasmenyatakan bahwa
semua sengketa atau beda pendapat yang timbul atau yang mungkin timbul
9
Universitas Sumatera Utara
dari hubungan hukum tersebut akan diselesaikan dengan cara arbitrase
atau melalui alternative penyelesaian sengketa.”29
Di dalam pasal di atas dikatakan bahwa sengketa adalah beda pendapat antar para
pihak dalam suatu hubungan hukum tertentu yang telah mengadakan penrjanjian.
2. Penyelesaian Sengketa Bisnis
Secara umum pola penyelesaian sengketa bisnis dapat dibagi menjadi dua,
yaitu melalui pengadilan dan melalui alrternatif penyelesaian sengketa.30
Penyelesaian sengketa melalui pengadilan adalah suatu pola penyelesaian
sengketa yang terjadi antara para pihak yang diselesaiakan oleh pengadilan.31
Alternative Dispute Resolution (ADR) atau Alternatif Penyelesaian
Sengketa (APS) adalah lembaga penyelesaian sengketa di luar pengadilan
berdasarkan kesepakatan para pihak dengan mengesampingkan penyelesaian
sengketa secara litigasi di pengadilan.32
Menurut Priyatna Abdurrasyid, alternatif penyelesaian sengketa adalah
sekumpulan prosedur atau mekanisme yang berfungsi memberi alternative atau
pilihan suatu tata cara penyelesaian sengketa melalui bentuk APS/Arbitrase
(negosiasi dan mediasi) agar memperoleh putusan akhir dan mengikat para pihak
secara umum, tidak selalu dengan melibatkan intervensi dan bantuan pihak ketiga
yang independen yang diminta membantu memudahkan penyelesaian sengketa
tersebut.33
29
Indonesia (Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaian Sengketa), Undang-Undang tentang
Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, UU No. 30 Tahun 1999, LN Tahun 1999 Nomor
138, TLN Nomor 3872.
30 30
Susanti Adi Nugroho, Penyelesaian Sengketa Arbitrase dan Penerapan Hukumnya,
(Jakarta : PT Fajar Interpratama Mandiri, 2015), hlm. 15
31
Ibid, hlm 15
32
Ibid, 15
33
Priyatna
Abdurrasyid
Arbitrasedan
Alternatif
Penyelesaian
Sengketa
(Suatu.Pengantar). (Jakarta: Fikahati Aneska, 2002) hlm 3
10
Universitas Sumatera Utara
Menurut M. Husseyn Umar, penyelesaian yang tidak melalui pengadilan
ini disebut sebagai Alternative Dispute Resolution atau penyelesaian sengketa
alternatif.34
3. Bisnis Internasional
Bisnis Internasional adalah transaksi bisnis yang dilakukan oleh suatu
Negara dengan Negara lain yang artinya kegiatan bisnis dilakukan melewati batas
– batas suatu Negara. 35
Huat, T Chwee, mengartikan bisnis dalam arti luas yaitu suatu istilah
umum yang menggambarkan semua aktifitas dan institusi yang memproduksi
barang atau jasa dalam kehidupan sehari-hari. Bisnis berperan sebagai suatu
sistem yang memproduksi barang atau jasa demi memuaskan kebutuhan
masyarakat. Tujuan dari semuanya yaitu mendapatkan keuntungan dari upaya
memenuhi kebutuhan masyarakat. Dan bagi orang yang mengusahakan dalam
mengusahakan uang dan waktunya dengan menjalankan kegiatan bisnis disebut
entrepreneur.36
Glos, Steade dan Lowry, menurut mereka bisnis merupakan sekumpulan
aktifitas yang dilakukan untuk menciptakan dengan cara mengembangkan dan
mentransformasikan berbagai sumber daya menjadi barang atau jasa yang
diinginkan konsumen.37
M. Husseyn Umar, “ Beberapa Masalah Dalam Penerapan ADR”, Makalah
disampaikan pada Lokarnya Nasional Menyonsong Pembangunan Hukum Tahun 2000,
diselenggarakan oleh Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran dengan BAPENAS tanggal 2-3
desember 1996, (Bandung, 1996), hlm.1
35
Deka Sembiring, Buku Ajar Pengantar Bisnis, (Bandung : PT Citra Aditya, 2014), hlm.
34
23
36
Pengertian Bisnis Menurut Para Ahli, http://dilihatya.com/1326/pengertian-bisnismenurut-para-ahli, Diakses Pada Tanggal 15 Juli 2017, Pukul 23.00 WIB
37
Ibid
11
Universitas Sumatera Utara
Ball, McCullach, Frantz, Geringer, dan Minor, mengartikan bahwa bisnis
internasional merupakan suatu bisnis yang kegiatannya melampui batas negara,
yang mencakup perdagangan internasional, pariwisata, transportasi dan yang
lainnya. 38
4. Online Dispute Resolution
Online Dispute Resolution (ODR) atau Penyelesaian Sengketa Online
adalah proses penyelesaian sengketa alternatif yang menyelesaikan klaim atau
perselisihan dengan menggunakan teknologi berupa internet sebagai fasilitasnya.
ODR dapat digunakan untuk perselisihanyang timbul dari transaksi online, ecommerce, dan perselisihan lainnya yang timbul tanpa melibatkan internet
"offline"39
Gabrielle Kaufmann-Kohler dan Thomas Schultz memberikan pendapat
mengenai definisi daripada ODR, yaitu ;
“ODR is usually defined either as a sui generis form of dispute resolution
or as online alternative dispute resolution (online ADR).”40
Berdasarkan pendapat tersebut dapat didefinisikan bahwa ODR dikatakan sebagai
jenis penyelesaian sengketa alternatif secara online.
F. Metode Penelitian
Metode merupakan cara bertindak menurut sistem aturan tertentu. Maksud
metode ini ialah supaya kegiatan praktis dapat terlaksana secara rasional dan
38
Donald Ball, Wendell H. McCulloch, Paul L. Frantz, Michael Geringer, Michael S.
Minor International Business: The Challenge of Global Competition (U.S: McGraw-Hill Higher
Education, 2005) hlm 6
39
“International
Journal
Online
Dispute
Resolution”
http://www.americanbar.org/content/dam/aba/migrated/2011_build/dispute_resolution/consumero
dr.authcheckdam (diakses pada tanggal 12Mei 2017 Pk.10.00 WIB)
40
Gabrielle Kaufmann-Kohler danThomas Schultz, 2004, Online Dispute Resolution:
Challenges for Contemporary Justice ,( Netherlands : Kluwer Law International, 2004) hlm.5.
12
Universitas Sumatera Utara
terarah agar mencapai hasil optimal.41 Dalam penulisan skripsi ini, metode yang
dipakai adalah sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian
Penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian
hukum normatif. Metode pendekatan yuridis normatif adalah suatu penelitian
yang mengkaji hukum yang dikonsepkan sebagai norma atau kaidah yang berlaku
dalam masyarakat, dan menjadi acuan perilaku setiap orang.42 Sedangkan yang
dimaksud dengan penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang
bertujuan untuk memperoleh pengetahuan normatif tentang hubungan antara satu
peraturan dengan peraturan lain dan penerapan dalam prakteknya. 43 Dalam skripsi
ini penulis membahas mengenai penerapan ODR sebagai suatu penyelesaian
sengketa yang baru dan dikaitkan
2. Data dan Sumber Data
Bahan atau data yang dicari berupa data sekunder yang terdiri dari:
a. Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan yang mengikat dan terdiri dari
norma atau kaidah dasar, peraturan dasar, peraturan, bahan hukum yang
tidak dikodifikasikan, yurisprudensi dan traktat.
bahan
hukum
primer
adalah
44
Dalam penelitian ini
peraturanperundang-undangan
yang
berhubungan dengan perjanjian / kontrak, Transaksi Elektronik, arbitrase
dan peraturan lainnya yang terkait. Bahan hukum primer yang penulis
gunakan, antara lain :
41
Sudarsono, Pengantar Ilmu Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2004, hlm 15
Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, (Bandung : Citra Aditya
Bakti,2004) hlm.52.
43
Ibid
44
Soerjono Soekanto, dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan
Singkat, (Jakarta: Rajawali Pers, 2004), hlm 13
42
13
Universitas Sumatera Utara
1) New York Convention On The Recognition Of Foreign Arbitral
Awards 1958,
2) UNCITRAL Model Law On 1985,
3) China International Economic and Trade Arbitration Comission
(CIETAC) Online Arbitration Rules ,
4) Undang – Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa,
5) Undang – Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas
Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik,
6) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan
7) Dan juga peraturan – peraturan lainnya yang berkaitan dengan
arbitrase.
b. Bahan hukum sekunder yaitu memberikan penjelasan mengenai bahan
hukum primer.45 Dalam penelitian ini berupa literatur yang berkaitan
dengan perjanjian/kontrak, transaksi elektronik, dan arbitrase. Literatur
yang digunakan antara lain, buku, jurnal ilmiah baik nasional dan
internasional serta makalah, hasil penelitian, skripsi dan thesis.
c. Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan
atau petunjuk terhadap bahan hukum primer dan sekunder.46 Dalam
penelitian berupa kamus hukum, ensiklopedia, dan website resmi dari
internet.
3. Teknik Pengumpulan Data
45
46
Ibid, hlm 13.
Ibid
14
Universitas Sumatera Utara
Untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi, maka
digunakan metode pengumpulan data dengan cara47 : Studi kepustakaan, yaitu
mempelajari dan menganalisis secara digunakan sistematis bukubuku, surat kabar,
makalah ilmiah, majalah, internet, peraturan perundangundangan dan bahanbahan lain yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini.
4. Analisis Data
Penelitian hukum normatif yang menelaah data sekunder menyajikan data
berikut dengan analisisnya.48 Metode analisis data dilakukan dengan metode
kualitatif dengan penarikan kesimpulan secara deduktif.
Metode penarikan kesimpulan pada dasarnya ada dua, yaitu metode
penarikan kesimpulan secara deduktif dan induktif. Metode penarikan kesimpulan
secara deduktif adalah suatu proposisi umum yang kebenarannya telah diketahui
dan berakhir pada suatu kesimpulan (pengetahuan baru) yang bersifat lebih
khusus.49 Metode penarikan kesimpulan secara induktif adalah proses berawal
dari proposisi-proposisi khusus (sebagai hasil pengamatan) dan berakhir pada
kesimpulan (pengetahuan baru) berupa asas umum.50 Penarikan kesimpulan
terhadap data yang telah dikumpulkan dilakukan dengan mempergunakan metode
penarikan kesimpulan secara deduktif maupun induktif, sehingga akan dapat
merangkum jawaban terhadap permasalahan yang telah disusun.51
G.
Sistematika Penulisan
47
Ibid, hlm24
Soerjono Soekanto, op cit, hlm. 69.
49
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum (Jakarta : Raja Grafindo Persada,
2007), hlm. 11.
50
Ibid., hlm. 10.
51
Winarno Surachmad, Dasar dan Teknik Research (Pengantar Metodologi Ilmiah),
(Bandung : Tarsito, 1982), hlm. 131.
48
15
Universitas Sumatera Utara
Skripsi ini diuraikan dalam 5 bab, dan tiap-tiap bab terbagi atas beberapa
sub-sub bab, untuk mempermudah dalam memaparkan materi dari skripsi ini yang
dapat digambarkan sebagai berikut :
BAB I. berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat
penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II memuat kedudukan penyelesaian sengketa bisnis berdasarkan
hukum di Indonesia. Dalam bab ini berisi tentangtinjauan umum tentang
penyelesaian sengketa bisnis, penyelesaian sengketa bisnis melalui pengadilan
berdasarkan hukum di Indonesia, dan putusan sidang penyelesaian sengketa bisnis
di luar pengadilan berdasarkan hukum di Indonesia.
BAB III berisi proses penyelesaian sengketa bisnis melalui ODR. Dalam
bab ini berisi tentangtinjauan umum penyelesaian sengketa bisnis melalui ODR,
proses penyelesaian sengketa bisnis melalui ODR.
BAB IV akan membahas kedudukan ODR dalam penyelesaian sengketa
bisnis berdarkan hukum di Indonesia. Dalam bab ini berisi tentang sumber hukum
terkait ODR dalam hukum Indonesia, kedudukan ODR dalam hukum Indonesia,
kekuatan mengikat keputusan ODR, peluang menerapkan ODR di Indonesia
BAB V adalah penutup. Pada bab terakhir ini akan dikemukakan
kesimpulan dari bagian awal hingga bagian akhir penulisan yang merupakan
ringkasan dari substansi penulisan skripsi ini, dan saran-saran yang penulis
ciptakan dalam kaitannya dengan masalah yang dibahas.
16
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu ciri bisnis atau perekonomian yang paling menonjol pada era
globalisasi adalah moving quickly (bergerak cepat). Perubahan dan pergeseran
yang cepat dalam era super industrialis sekarang telah mengantar umat manusia
kesuatu kehidupan “dunia tanpa batas” (borderless world).1 Keadaan ini
digambarkan John Naisbitt sebagai perubahan yang dihadapi manusia. Dunia yang
dihuni manusia telah berubah menjadi global village (perkampungan global)
dengan sistem perekonomian single economy. Lebih lanjut, Naisbitt menyebutkan
“The World moving from trade countries to a single economy, one
economy,one market place”.2
Atau jika diartikan bahwa sekarang ini perdagangan tidak lagi dibatasi hanya satu
wilaya atau negara, dunia bergerak menjadi ekonomi tunggal, satu ekonomi, satu
pasar yang disebut juga perdagangan internasional.
Perdagangan internasional telah lama ada sejak munculnya negara
kebangsaan, yang merupakan bentuk awal negara dalam arti modern. Awal
munculnya perdagangan internasional ditandai dengan perdagangan di jalur sutera
yang diramaikan oleh para pedagang dan pembeli dari berbagai wilayah.3
Perdagangan antar wilayah ini pada mulanya terjadi karna terdapat saling
1
Kenichi Ohmae, Borderless World, Harper Business (Printed in USA : Maknisey
Company Inc. 1990), hlm. 12
2
John Naisbitt,,Pan Books (Published in Great Britain Sidgwick & Jackson Ltd. 1990),
hlm. 2
3
Kusnardi dan Bintan Saragih, Ilmu Negara cet.3, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1994) ,
hlm .80
1
Universitas Sumatera Utara
ketergantungan kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi melalui sumber daya yang
terdapat di daerah tempat tinggalnya. Jadi, secara singkat perdagangan
internasional adalah perdagangan yang dilakukan antara Negara yang satu dengan
Negara yang lain. Seperti tersebut diatas bahwa bisnis internasional merupakan
kegiatan bisnis yang dilakukan melewati batas - batas suatu Negara.4 Transaksi
bisnis seperti ini merupakan transaksi bisnis internasional. Adapun transaksi
bisnis yang dilakukan oleh suatu negara dengan negara lain yang sering disebut
sebagai Perdagangan Internasional (International Trade).5
Hal yang turut menstimulasi perkembangan perdagangan internasional
adalah penggunaan internet.6 Saat ini penggunaan internet bukan hanya sebatas
pada pemanfaatan dalam mencari informasi, melainkan juga digunakan sebagai
sarana untuk melakukan transaksi perdagangan yang biasa disebut e-commerce.7
Keberadaan transaksi e-commerce menawarkan praktek dagang yang praktis dan
cepat bagi pihak yang melakuakan transaksi perdagangan terutama perdagangan
internasional. Yang artinya dengan pengunaan internet dalam kegiatan bisnis
internasional
itu
dapat
memperpendek
jarak,
memperingan
biaya,
menyederhanakan proses. 8
Diperkirakan
intensitas
transaksi
bisnis
baik
domestik
ataupun
internasional meningkat setiap harinya. Semakin banyak serta luasnya kegiatan
4
Kenichi Ohmae, op cit, hlm 12
Surya,
Hukum
Bisnis
:
Sengketa
Bisnis
https://www.academia.edu/8616155/Hukum_Bisnis_Sengketa_Bisnis (diakses pada tanggal 12
Mei 2017, Pukul 01.00 WIB).
6
Doni
Wijayanto,
Internet
Merubah
Perdagangan
Internasional,
http://yuridis.com/internet-merubah-perdagangan-internasional/, Diakses Pada Tanggal 16
Juli 2017. Pukul 14. 38 WIB
7
Erie Hariyanto, Problematika dan Perlindungan Hukum E-comerce di Indonesia,
https://www.academia.edu/28112284/PROBLEMATIKA_DAN_PERLINDUNGAN_HUKUM_E
-COMMERCE_DI_INDONESIA, diakses Pada Tanggal 16 Juli 2017, Pukul 14.33 WIB
8
Doni Wijayanto, op cit
5
2
Universitas Sumatera Utara
perdagangan, maka akan memicu meningkatnya frekuensi sengketa pula. Dalam
survey yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia
(APJII) April 2016 menyatakan dari 256,2 juta orang di Indonesia, 132,7 juta
orang menggunakan internet. Dan dari 132,7 juta orang tersebut 63,5 %
melakukan transaksi online.9 Hal ini sangat membuka peluang akan terjadinya
sengketa antara pengguna jasa internet. Beragam sengketa yang timbul dari
kegiatan bisnis atau aktivitas komersial itu secara umum disebut sengketa bisnis
atau sengketa komersial.10
Secara konvensional, penyelesaian sengketa komersial pada umumnya
diselesaikan melalui pengadilan (litigasi).11 Namun dalam prakteknya proses
litigasi menghasilkan kesepakatan yang bersifat adversarial yang belum mampu
merangkul kepentingan bersama, cenderung menimbulkan masalah baru, lambat
dalam penyelesaian, membutuhkan biaya yang mahal, tidak responsif, dan kadang
menimbulkan permusushan antara pihak yang bersengketa.12 Padahal setiap
sengketa bisnis yang terjadi tentunya harus diselesaikan secara cepat. Karena
membiarkan sengketa dagang / bisnis terlambat diselesaikan akan mengakibatkan
pembangunan ekonomi tidak efisien, produktifitas menurun, dunia bisnis mandul,
biaya produksi meningkat dan berujung pada kesejahteraan dan kemajuan social
kaum pekerja terhambat.13
9
APJII 2016 https://apjii.or.id/content/read/39/264/Survei-Internet-APJII-2016 (diakses
pada tanggal 12 Mei, Pukul 10.54 WIB)
10Eman Suparman, Pilihan Forum Arbitrage Dalam Sengketa Komersil (untuk Penegakan
Keadilan), Tatanusa : Jakarta, 2004,hlm. 5.
11
Ibid., hlm 28.
12
Nugroho Susanti Adi, Penyelesaian Sengketa Arbitrase dan Penerapan Hukumnya ,
Kencana: Jakarta, 2015, hlm 1-2.
13
SuyudMorgono, 2000, ADR dan Arbitrase Proses Pelembagaan dan Aspek Hukum,
Ghalia Indonesia, Jakarta, hlm. 12
3
Universitas Sumatera Utara
Penyelesaian sengketa bisnis pada era globalisasi memiliki ciri “moving
quickly” (bergerak cepat), menuntut cara - cara yang “informal procedure and be
put in motion quickly” (prosedur yang tidak formal dan cepat).14 Oleh karena itu
perlu suatu sistem yang tepat, efektif dan efisien. System tersebut harus
mempunyai kemampuan penyelesaian sengketa dengan sederhana, cepat dan
biaya ringan.15 Dengan melihat kondisi di atas yang terjadi dengan segala
tuntutannya dalam penyelesaian sengketa bisnis, maka peluang alternatif untuk
penyelesaian sengketa sangat diperlukan.16
Bagaimana cara menyelesaikan perselisihan yang terjadi di dunia bisnis ,
terutama di dunia bisnis internasional yang sebagaimana diketahui ini merupakan
kegiatan ekonomi lintas wilayah namun dibutuhkan penyelesaian yang cepat dan
praktis juga.17 Berdasarkan hal tersebut munculah gagasan menarik yaitu
bagaimana cara menyelesaikan perselisihan perdata melalui mekanisme
penyelesaian sengketa yang bisa melalui Internet yang berpijak pada inovasi
system Alternatif Penyelesaian Sengketa (selanjutnya disebut “APS”), dan
munculah Online Dispute Resolution (selanjutnya disebut “ODR”).
18
ODR
sederhanaya adalah suatu cara penyelesaian sengketa yang dilakukan melalui
media internet, dalam arti bahwa proses penyelesaiannya dilakukan oleh para
pihak yang berada di wilayah yang berbeda tanpa perlu bertemu secara langsung
14
M. YahyaHarahap, Beberapa Tinjauan Mengenai Sistem Peradilandan Penyelesaian
Sengketa (Bandung :PT Citra AdityaBakti, 1997),hlm. 280 - 281
15
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia (Yogyakarta: Liberty,2002)
hlm.36.
16
Huala Adolf, Arbitrase Komersial Internasional dari.., op cit hlm 13.
17
Rafal Morek, 2005, Jurnal: “Regulation of Online Dispute Resolution: Between Law
and Technology), URL:http://www.odr.info/cyberweek/Regulation %20of%20ODR_Rafal%,
diakses pada Sabtu 28 Mei 2017, hlm 5.
18
Ibid, hlm 5 - 6
4
Universitas Sumatera Utara
(face to face).19 Pada dasarnya, ODR sama seperti penyelesaian sengketa
konvensional lainnya. Perbedaannya terletak pada medianya yang menggunakan
media Internet (International Network). ODR termasuk ke dalam APS, dimana
APS memiliki 3 (tiga) tipe penyelesaian sengketa, yaitu negosiasi, mediasi dan
arbitrase.20
Selanjutnya, gagasan tersebut dikembangkan menjadi mekanisme arbitrase
online yang difungsikan untuk menyelesaikan sengketa akibat perbuatan hukum
secara elektronik khususnya dan sengketa lain pada umumnya. Objeknya terutama
pada sengketa yang berdasarkan undang-undang memang dapat diselesaikan
melalui proses penyelesaian sengketa alternatif. Beberapa institusi seperti
Villnova Law School di Amerika Serikat telah menyelenggarakan Virtual
Magistrate pada tahun 1996.21 Juga, Universty of Massaschusets di Armheerst
telah menyelenggarakan penyelesaian sengketa secara online sejak tahun 1996
dalam bentuk Arbitrase Online di bawah the Uniform Domain Name Disputes
Resolution Policy.22
Penggunaan teknologi informasi dalam sistem penyelesaian sengketa
perdata khususnya penyelesaian sengketa online (ODR) sangat membantu para
pihak yang berada di lintas negara sehingga dapat memperpendek jarak,
memperingan biaya, menyederhanakan proses dan mempercepat penyelesaian.23
Namun selain memberikan keuntungan, disisi lain penggunaan teknologi
informasi dalam penyelesaian sengketa dapat menimbulkan permasalahan.
19
Basarah,Prosedur Alternatif Penyelesaian Sengketa ; Arbitrase Tradisional dan Modern
(Online), (Yogyakarta: Genta Publishing, 2011 ) hlm 92.
20
I Made Widnyana,Alternatif Penyelesaian Sengketa dan Arbitrase, (Jakarta: PT.
Fikahati Aneska, 2014) hlm 47.
21
Paustinus Siburian, Arbitrase Online (Jakarta: Djambatan, 2004), hlm 18
22
Ibid
23
Rafal Morek, op cit, hlm 17
5
Universitas Sumatera Utara
Masalah mendasar menyangkut sistem ODR adalah masalah perjanjian
yang dapat berubah dari suatu sistem hukum ke sistem hukum yang lain
dikarenakan hukum positif masing-masing pihak yang berbeda.24 Salah satu syarat
pembentukan perjanjian arbitrase adalah adanya pilihan forum yang akan menjadi
penyelesaian sengketa yang mungkin terjadi.25 Pemilihan forum pada umumnya
mempertimbangkan beberapa hal diantaranya adalah tempat ditandatanganinya
perjanjian, tempat pelaksanaan perjanjian dan domisili pihak yang mengajukan
sengketa. 26
Secara
normatif,
pengaturan
mengenai
Arbitrase
dan
Alternatif
Penyelesaian Sengketa di Indonesia dapat ditemukan dalam UU No. 30 Tahun
1999 tentang Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (selanjutnya disebut
“UU Arbitrase dan APS”). Namun demikian, legitimasi keberadaan arbitrase
online dan aturan pelaksanaan yang mengatur bagaimana arbitrase online itu
dijalankan sendiri tidak diatur secara jelas dalam peraturan tersebut. Apabila
pengaturan pelaksanaan arbitrase online diserahkan kepada para pihak untuk
mengaturnya sendiri, dikhawatirkan tidak ada standar yang baku tentang
pelaksanaan arbitrase online yang efektif dan efisien.27 Di samping itu ada juga
banyak hambatan khususnya menyangkut sarana dan prasarana pelaksanaan
arbitrase online.28
24
Bambang Sutiyoso, Penyelesaian Sengketa Bisnis Melalui Online Dispute Resolution
dan Pemberlakuannya di Indonesia, https://jurnal.ugm.ac.id/jmh/article/viewFile/16298/10844,
diakses Pada Tanggal 27 Mei 2017, Pukul 00.01 WIB
25
Ibid
26
Sunaryati Hartono, “Pokok – Pokok Hukum Perdata Internasional”, (Bandung : Karya
Nusantara, 1976) hlm 70
27
Bambang Sutiyoso, op cit
28
Ibid
6
Universitas Sumatera Utara
Dalam konteks itulah Penulis berupaya membahas beberapa hal yang
berkaitan dengan penyelesaian sengketa bisnis melalui ODR. Proses ODR,
Putusan ODR yang dilakukan suatu lembaga ODR Virtual Magistrate. Penulis
berusaha untuk menggali lebih dalam mengenai aspek hukum arbitrase dalam
bidang bisnis dengan menganalisis pengaturan arbitrase dan pengaturan mengenai
transaksi atau perikatan secara elektronik atau online melalui internet. Dengan
demikian, skripsi ini diharapkan mampu memberi wacana yang lebih jelas
mengenai ODR dan seberapa jauh aturan perundang-undangan di Indonesia
mengatur penyelesaian sengketa bisnis internasional baik yang dilakukan secara
langsung maupun yang dilakukan melalui internet dan kemungkinan alternatif
penyelesaian sengketa bisnis internasional melalui ODR dapat diberlakukan di
Indonesia.
B.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, adapun rumusan masalah
dalam skripsi ini adalah:
1.Bagaimana penyelesaian sengketa bisnis berdasarkan hukum di Indonesia ?
2.Bagaimana proses penyelesaian sengketa bisnis melalui ODR ?
3.Bagaimana kedudukan odr dalam penyelesaian sengketa bisnis
berdarkan hukum di Indonesia?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas. Adapun tujuan
penulisan dalam skripsi ini adalah :
7
Universitas Sumatera Utara
1. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui penyelesaian sengketa bisnis berdasarkan hukum
di Indonesia
b. Untuk mengetahui proses penyelesaian sengketa bisnis melalui ODR.
c. Untuk mengetahui kedudukan ODR dalam penyelesaian sengketa
bisnis berdarkan hukum di Indonesia.
2. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan ini adalah sebagai berikut:
a.
Secara Teoritis
Skirpsi ini diharapkan dapat memberikan masukan ilmu pengetahuan,
khususnya pada Penyelesaian Sengketa Bisnis Internasional dalam
penyelesaian sengketa bisnis internasional melalui ODR dapat
diselesaikan tanpa menimbulkan konfrontasi antar negara.
b.
Secara Praktis
Memberikan
sumbangan
pemikiran
yuridis
kepada
kalangan
perdagangan internasional tentang jenis penyelesaian sengketa melaui
ODR.
D. Keaslian Penulisan
Untuk mengetahui orisinalitas penulisan, sebelum melakukan penulisan
skripsi berjudul “Penyelesaian Sengketa Bisnis Internasional Melalui Online
Dispute Resolution”, terlebih dahulu dilakukan penelusuran terhadap judul skripsi
yang tercatat pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Perpustakaan
Fakultas Hukum Universitas Sumatera utara melalui surat tertanggal 19 April
2017 (terlampir) menyatakan tidak ada judul yang memiliki kesamaan.
8
Universitas Sumatera Utara
Penulis juga menelusuri berbagai judul karya ilmiah melalui media
internet, dan sepanjang penelusuran yang penulis lakukan, belum ada penulis lain
yang mengangkat judul tersebut. Sekalipun ada, hal itu adalah di luar
sepengetahuan penulis dan tentu saja substansinya pasti berbeda dengan substansi
yang ada dalam skripsi ini. Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini
didasarkan kepada defenisi - defenisi, teori - teori, dan aturan hukum yang
diperoleh melalui referensi media cetak dan media elektronik. Oleh karena itu,
Penulis menyatakan bahwa skripsi ini adalah karya asli penulis dan dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
F. Tinjauan Kepustakaan
Adapun Tinjauan Kepustakaan tentang skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Sengketa Bisnis
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud sengketa adalah
sesuatu yang menyebabkan perbedaan pendapat, pertengkaran, perbantahan:
perkara, pertikaian, perselisihan. Sedangkan, bisnis adalah usaha komersial dalam
dunia perdagangan, bidang usaha, usaha dagang. Dari kedua kata tersebut
dapatlah disimpulkan bahwa sengketa bisnis adalah perbedaan pendapat atau
perselisihan yang terjadi di dalam usaha komersial atau perdagangan.
Di dalam Pasal 2 UU Arbitrase Dan APS dikatakan bahwa:
“Undang-undang ini mengatur penyelesaian sengketa atau beda pendapat
antar para pihak dalam suatu hubungan hukum tertentu yang telah
mengadakan perjanjian arbitrase yang secara tegasmenyatakan bahwa
semua sengketa atau beda pendapat yang timbul atau yang mungkin timbul
9
Universitas Sumatera Utara
dari hubungan hukum tersebut akan diselesaikan dengan cara arbitrase
atau melalui alternative penyelesaian sengketa.”29
Di dalam pasal di atas dikatakan bahwa sengketa adalah beda pendapat antar para
pihak dalam suatu hubungan hukum tertentu yang telah mengadakan penrjanjian.
2. Penyelesaian Sengketa Bisnis
Secara umum pola penyelesaian sengketa bisnis dapat dibagi menjadi dua,
yaitu melalui pengadilan dan melalui alrternatif penyelesaian sengketa.30
Penyelesaian sengketa melalui pengadilan adalah suatu pola penyelesaian
sengketa yang terjadi antara para pihak yang diselesaiakan oleh pengadilan.31
Alternative Dispute Resolution (ADR) atau Alternatif Penyelesaian
Sengketa (APS) adalah lembaga penyelesaian sengketa di luar pengadilan
berdasarkan kesepakatan para pihak dengan mengesampingkan penyelesaian
sengketa secara litigasi di pengadilan.32
Menurut Priyatna Abdurrasyid, alternatif penyelesaian sengketa adalah
sekumpulan prosedur atau mekanisme yang berfungsi memberi alternative atau
pilihan suatu tata cara penyelesaian sengketa melalui bentuk APS/Arbitrase
(negosiasi dan mediasi) agar memperoleh putusan akhir dan mengikat para pihak
secara umum, tidak selalu dengan melibatkan intervensi dan bantuan pihak ketiga
yang independen yang diminta membantu memudahkan penyelesaian sengketa
tersebut.33
29
Indonesia (Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaian Sengketa), Undang-Undang tentang
Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, UU No. 30 Tahun 1999, LN Tahun 1999 Nomor
138, TLN Nomor 3872.
30 30
Susanti Adi Nugroho, Penyelesaian Sengketa Arbitrase dan Penerapan Hukumnya,
(Jakarta : PT Fajar Interpratama Mandiri, 2015), hlm. 15
31
Ibid, hlm 15
32
Ibid, 15
33
Priyatna
Abdurrasyid
Arbitrasedan
Alternatif
Penyelesaian
Sengketa
(Suatu.Pengantar). (Jakarta: Fikahati Aneska, 2002) hlm 3
10
Universitas Sumatera Utara
Menurut M. Husseyn Umar, penyelesaian yang tidak melalui pengadilan
ini disebut sebagai Alternative Dispute Resolution atau penyelesaian sengketa
alternatif.34
3. Bisnis Internasional
Bisnis Internasional adalah transaksi bisnis yang dilakukan oleh suatu
Negara dengan Negara lain yang artinya kegiatan bisnis dilakukan melewati batas
– batas suatu Negara. 35
Huat, T Chwee, mengartikan bisnis dalam arti luas yaitu suatu istilah
umum yang menggambarkan semua aktifitas dan institusi yang memproduksi
barang atau jasa dalam kehidupan sehari-hari. Bisnis berperan sebagai suatu
sistem yang memproduksi barang atau jasa demi memuaskan kebutuhan
masyarakat. Tujuan dari semuanya yaitu mendapatkan keuntungan dari upaya
memenuhi kebutuhan masyarakat. Dan bagi orang yang mengusahakan dalam
mengusahakan uang dan waktunya dengan menjalankan kegiatan bisnis disebut
entrepreneur.36
Glos, Steade dan Lowry, menurut mereka bisnis merupakan sekumpulan
aktifitas yang dilakukan untuk menciptakan dengan cara mengembangkan dan
mentransformasikan berbagai sumber daya menjadi barang atau jasa yang
diinginkan konsumen.37
M. Husseyn Umar, “ Beberapa Masalah Dalam Penerapan ADR”, Makalah
disampaikan pada Lokarnya Nasional Menyonsong Pembangunan Hukum Tahun 2000,
diselenggarakan oleh Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran dengan BAPENAS tanggal 2-3
desember 1996, (Bandung, 1996), hlm.1
35
Deka Sembiring, Buku Ajar Pengantar Bisnis, (Bandung : PT Citra Aditya, 2014), hlm.
34
23
36
Pengertian Bisnis Menurut Para Ahli, http://dilihatya.com/1326/pengertian-bisnismenurut-para-ahli, Diakses Pada Tanggal 15 Juli 2017, Pukul 23.00 WIB
37
Ibid
11
Universitas Sumatera Utara
Ball, McCullach, Frantz, Geringer, dan Minor, mengartikan bahwa bisnis
internasional merupakan suatu bisnis yang kegiatannya melampui batas negara,
yang mencakup perdagangan internasional, pariwisata, transportasi dan yang
lainnya. 38
4. Online Dispute Resolution
Online Dispute Resolution (ODR) atau Penyelesaian Sengketa Online
adalah proses penyelesaian sengketa alternatif yang menyelesaikan klaim atau
perselisihan dengan menggunakan teknologi berupa internet sebagai fasilitasnya.
ODR dapat digunakan untuk perselisihanyang timbul dari transaksi online, ecommerce, dan perselisihan lainnya yang timbul tanpa melibatkan internet
"offline"39
Gabrielle Kaufmann-Kohler dan Thomas Schultz memberikan pendapat
mengenai definisi daripada ODR, yaitu ;
“ODR is usually defined either as a sui generis form of dispute resolution
or as online alternative dispute resolution (online ADR).”40
Berdasarkan pendapat tersebut dapat didefinisikan bahwa ODR dikatakan sebagai
jenis penyelesaian sengketa alternatif secara online.
F. Metode Penelitian
Metode merupakan cara bertindak menurut sistem aturan tertentu. Maksud
metode ini ialah supaya kegiatan praktis dapat terlaksana secara rasional dan
38
Donald Ball, Wendell H. McCulloch, Paul L. Frantz, Michael Geringer, Michael S.
Minor International Business: The Challenge of Global Competition (U.S: McGraw-Hill Higher
Education, 2005) hlm 6
39
“International
Journal
Online
Dispute
Resolution”
http://www.americanbar.org/content/dam/aba/migrated/2011_build/dispute_resolution/consumero
dr.authcheckdam (diakses pada tanggal 12Mei 2017 Pk.10.00 WIB)
40
Gabrielle Kaufmann-Kohler danThomas Schultz, 2004, Online Dispute Resolution:
Challenges for Contemporary Justice ,( Netherlands : Kluwer Law International, 2004) hlm.5.
12
Universitas Sumatera Utara
terarah agar mencapai hasil optimal.41 Dalam penulisan skripsi ini, metode yang
dipakai adalah sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian
Penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian
hukum normatif. Metode pendekatan yuridis normatif adalah suatu penelitian
yang mengkaji hukum yang dikonsepkan sebagai norma atau kaidah yang berlaku
dalam masyarakat, dan menjadi acuan perilaku setiap orang.42 Sedangkan yang
dimaksud dengan penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang
bertujuan untuk memperoleh pengetahuan normatif tentang hubungan antara satu
peraturan dengan peraturan lain dan penerapan dalam prakteknya. 43 Dalam skripsi
ini penulis membahas mengenai penerapan ODR sebagai suatu penyelesaian
sengketa yang baru dan dikaitkan
2. Data dan Sumber Data
Bahan atau data yang dicari berupa data sekunder yang terdiri dari:
a. Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan yang mengikat dan terdiri dari
norma atau kaidah dasar, peraturan dasar, peraturan, bahan hukum yang
tidak dikodifikasikan, yurisprudensi dan traktat.
bahan
hukum
primer
adalah
44
Dalam penelitian ini
peraturanperundang-undangan
yang
berhubungan dengan perjanjian / kontrak, Transaksi Elektronik, arbitrase
dan peraturan lainnya yang terkait. Bahan hukum primer yang penulis
gunakan, antara lain :
41
Sudarsono, Pengantar Ilmu Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2004, hlm 15
Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, (Bandung : Citra Aditya
Bakti,2004) hlm.52.
43
Ibid
44
Soerjono Soekanto, dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan
Singkat, (Jakarta: Rajawali Pers, 2004), hlm 13
42
13
Universitas Sumatera Utara
1) New York Convention On The Recognition Of Foreign Arbitral
Awards 1958,
2) UNCITRAL Model Law On 1985,
3) China International Economic and Trade Arbitration Comission
(CIETAC) Online Arbitration Rules ,
4) Undang – Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa,
5) Undang – Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas
Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik,
6) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan
7) Dan juga peraturan – peraturan lainnya yang berkaitan dengan
arbitrase.
b. Bahan hukum sekunder yaitu memberikan penjelasan mengenai bahan
hukum primer.45 Dalam penelitian ini berupa literatur yang berkaitan
dengan perjanjian/kontrak, transaksi elektronik, dan arbitrase. Literatur
yang digunakan antara lain, buku, jurnal ilmiah baik nasional dan
internasional serta makalah, hasil penelitian, skripsi dan thesis.
c. Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan
atau petunjuk terhadap bahan hukum primer dan sekunder.46 Dalam
penelitian berupa kamus hukum, ensiklopedia, dan website resmi dari
internet.
3. Teknik Pengumpulan Data
45
46
Ibid, hlm 13.
Ibid
14
Universitas Sumatera Utara
Untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi, maka
digunakan metode pengumpulan data dengan cara47 : Studi kepustakaan, yaitu
mempelajari dan menganalisis secara digunakan sistematis bukubuku, surat kabar,
makalah ilmiah, majalah, internet, peraturan perundangundangan dan bahanbahan lain yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini.
4. Analisis Data
Penelitian hukum normatif yang menelaah data sekunder menyajikan data
berikut dengan analisisnya.48 Metode analisis data dilakukan dengan metode
kualitatif dengan penarikan kesimpulan secara deduktif.
Metode penarikan kesimpulan pada dasarnya ada dua, yaitu metode
penarikan kesimpulan secara deduktif dan induktif. Metode penarikan kesimpulan
secara deduktif adalah suatu proposisi umum yang kebenarannya telah diketahui
dan berakhir pada suatu kesimpulan (pengetahuan baru) yang bersifat lebih
khusus.49 Metode penarikan kesimpulan secara induktif adalah proses berawal
dari proposisi-proposisi khusus (sebagai hasil pengamatan) dan berakhir pada
kesimpulan (pengetahuan baru) berupa asas umum.50 Penarikan kesimpulan
terhadap data yang telah dikumpulkan dilakukan dengan mempergunakan metode
penarikan kesimpulan secara deduktif maupun induktif, sehingga akan dapat
merangkum jawaban terhadap permasalahan yang telah disusun.51
G.
Sistematika Penulisan
47
Ibid, hlm24
Soerjono Soekanto, op cit, hlm. 69.
49
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum (Jakarta : Raja Grafindo Persada,
2007), hlm. 11.
50
Ibid., hlm. 10.
51
Winarno Surachmad, Dasar dan Teknik Research (Pengantar Metodologi Ilmiah),
(Bandung : Tarsito, 1982), hlm. 131.
48
15
Universitas Sumatera Utara
Skripsi ini diuraikan dalam 5 bab, dan tiap-tiap bab terbagi atas beberapa
sub-sub bab, untuk mempermudah dalam memaparkan materi dari skripsi ini yang
dapat digambarkan sebagai berikut :
BAB I. berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat
penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II memuat kedudukan penyelesaian sengketa bisnis berdasarkan
hukum di Indonesia. Dalam bab ini berisi tentangtinjauan umum tentang
penyelesaian sengketa bisnis, penyelesaian sengketa bisnis melalui pengadilan
berdasarkan hukum di Indonesia, dan putusan sidang penyelesaian sengketa bisnis
di luar pengadilan berdasarkan hukum di Indonesia.
BAB III berisi proses penyelesaian sengketa bisnis melalui ODR. Dalam
bab ini berisi tentangtinjauan umum penyelesaian sengketa bisnis melalui ODR,
proses penyelesaian sengketa bisnis melalui ODR.
BAB IV akan membahas kedudukan ODR dalam penyelesaian sengketa
bisnis berdarkan hukum di Indonesia. Dalam bab ini berisi tentang sumber hukum
terkait ODR dalam hukum Indonesia, kedudukan ODR dalam hukum Indonesia,
kekuatan mengikat keputusan ODR, peluang menerapkan ODR di Indonesia
BAB V adalah penutup. Pada bab terakhir ini akan dikemukakan
kesimpulan dari bagian awal hingga bagian akhir penulisan yang merupakan
ringkasan dari substansi penulisan skripsi ini, dan saran-saran yang penulis
ciptakan dalam kaitannya dengan masalah yang dibahas.
16
Universitas Sumatera Utara