ANALISIS DETERMINAN KETIMPANGAN PENDAPATAN ANTAR KABUPATEN/KOTA DI SUMATERA UTARA.
ANALISIS DETERMINAN KETIMPANGAN PENDAPATAN
ANTAR KABUPATEN/ KOTA DI SUMATERA UTARA
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains
Program Studi Ilmu Ekonomi
Oleh :
AHMAD AFANDI
NIM : 809162023
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2012
ANALISIS DETERMINAN KETIMPANGAN PENDAPATAN
ANTAR KABUPATEN/ KOTA DI SUMATERA UTARA
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains
Program Studi Ilmu Ekonomi
Oleh :
AHMAD AFANDI
NIM : 809162023
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2012
ABSTRAK
Ahmad Afandi. Analisis Determinan Ketimpangan Pendapatan di Kabupaten/
Kota Sumataera Utara. Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2012.
Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menciptakan pendapatan riil per
kapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat
sejumlah orang hidup di bawah garis kemiskinan mutlak tidak naik, dan distribusi
pendapatan tidak semakin timpang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa
pengaruh jumlah penduduk, pendapatan perkapita dan pengeluaran pemerintah
terhadap ketimpangan pendapatan antar Kabupaten/ Kota di Sumatera Utara.
Dalam mengukur dan menganalisa digunakan data runtun waktu (time series) dan
silang tempat (cross section) atas 25 Kabupaten/ kota pada periode 2005 – 2010.
Analisa data menggunakan metode efek tetap (fixed effect). Penggunaan metode
ini dapat menjelaskan ketimpangan pendapatan masing-masing Kabupaten/ Kota
di Sumatera Utara. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang
signifikan antara pendapatan perkapita dan pengeluaran pemerintah terhadap
ketimpangan pendapatan di Sumatera Utara. Sedangkan pengaruh jumlah
penduduk tidak signifikan terhadap ketimpangan pendapatan di Sumatera Utara.
Besarnya pengaruh tersebut ditunjukkan oleh nilai koefisien variable-variabel
bebas, yakni : 0.047458 untuk variabel jumlah penduduk, -0.191664 untuk
variabel pendapatan per kapita, 0.084620 untuk variabel pengeluaran pemerintah.
Kata Kunci : Ketimpangan Pendapatan, Jumlah Penduduk, Pendapatan per
Kapita, Pengeluaran Pemerintah.
i
ABSTRACT
Ahmad Afandi. Determinants Analysis of Income Disparities in the District /
City of North Sumatera. Post Graduated Program, State University of Medan,
2012.
The economic development is a process to create the real nation income per capita
raise in long period but by condition of the number of people living below the
poverty must not absolutely raise and the income distribution is not more
imbalance. This study aimed to analyze the influence of the total population, per
capita income and government expenditure to the income inequality among
districts / cities in North Sumatra. In measuring and analyzing it is used time
series (time series) and the cross-point (cross section) data which consist of 25
districts / municipalities in the period time of 2005 to 2010. Data analysis in this
research use the fixed effects (fixed effect) model. The using this method can
explain the income inequality of each districts / cities in North Sumatra. The
results of this research shows that there is a significant effect between income per
capita and government expenditure to the income inequality in North Sumatra.
Whereas the effect of the total population is not significant to the income
inequality in North Sumatera. The hugeness of that effect is shown by the
independent variables coefficient, namely: 0.047458 for population, -0.191664 for
income per capita, and 0.084620 for government expenditure variable.
Keywords : Inequality Income, Population, Income per Capita, Government
expenditure.
.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena hanya dengan Rahmat dan
HidayahNya penulis dapat menyelesaikan Tesis dengan judul : “ANALISIS
DETERMINAN KETIMPANGAN PENDAPATAN ANTAR KABUPATEN
KOTA DI SUMATERA UTARA”. Dalam Tesis ini penulis bermaksud
menghitung pengaruh dari faktor-faktor yang menjadi Determinan Ketimpangan
Pendapatan di Sumatera Utara untuk kemudian menjadi informasi bagi para
pengambil kebijakan dan para stakeholder.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setinggitingginya kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si., selaku Rektor Universitas Negeri Medan;
2. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd , selaku Direktur Program
Pascasarjana Universitas Negeri Medan;
3. Bapak Dr. H. Dede Ruslan, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi,
Program
Pascasarjana
Universitas
Negeri
Medan
sekaligus
selaku
Pembimbing I dimana dalam penyusunan tesis ini telah banyak membantu
memberikan gagasan, pemikiran dan koreksi kepada penulis;
4. Bapak Dr. Eko Wahyu Nugrahadi, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi
Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, sekaligus
selaku Penguji merangkap Notulen dalam Ujian Meja Hijau Penulis;
5. Bapak Alm. Drs. H. Risuddin, M.Si, mantan Bupati Asahan dan Drs. H.
Taufan Gama Simatupang, MAP selaku Bupati Asahan periode 2010-2015
iii
yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti
perkuliahan pada Universitas Negeri Medan (UNIMED);
6. Bapak Drs. Indra Maipita, M.Si, Ph.D, selaku Pembimbing II, yang telah
meluangkan waktu dan tenaga dalam memberikan bimbingan dan arahan
kepada penulis;
7. Bapak Dr. Arwansyah, M.Si, selaku Penguji dalam Ujian Meja Hijau Penulis;
8. Bapak Dr. Parulian Simanjuntak, MA selaku Penguji dalam Ujian Meja Hijau
Penulis;
9. Seluruh unsur Pimpinan, Staf, Dosen, dan Staf Administrasi Program
Pascasarjana Universitas Negeri Medan, yang telah memberikan bantuan
administrasi dan bantuan lainnya dalam kelancaran studi penulis;
10. Bapak Taufik Z.A, S.Sos selaku Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemerintahan Desa Kabupaten Asahan tempat dimana penulis bertugas;
11. Teristimewa Kedua Orang Tua dan Mertua yang selalu berdoa dan
memotivasi dalam setiap langkah dan kesuksesan penulis;
12. Terkasih Istriku Erni Murniati, SE dan ananda Alm. Mhd. Rafi Al Afandi
yang selalu menjadi pendorong bagi penulis. Semoga pengorbanan kalian
mendapat ridho Allah Subhanahu Wata’ala, demi keberhasilan keluarga kita
dimasa mendatang;
13. Rekan-rekan mahasiswa angkatan IX Program Studi Ilmu Ekonomi Program
Pascasarjana Universitas Negeri Medan (Apol, Mawardi, Syamhudi, Aziz,
Reza, dkk) yang telah menjalin keakraban bersama, suka duka, dukungan dan
semangatnya selama menjalani perkuliahan ini,
14. Seluruh Civitas Akademika Universitas Negeri Medan.
iv
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan
dengan penuh keikhlasan.
Penulis menyadari masih banyak kelemahan maupun kekurangan serta
kesalahan yang dalam penulisan tesis ini, untuk itu segala kritik serta saran yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan pada masa-masa
yang akan datang. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan,
pemerintahan dan masyarakat.
Medan,
Penulis,
Desember 2012
Ahmad Afandi
v
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK …………………………………………………………………
i
ABSTRACT ………………………………………………………………..
ii
KATA PENGANTAR …………………………………………………….
iii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………
vi
DAFTAR TABEL …………………………………………………………
viii
DAFTAR GAMBAR ...……………………………………………………
ix
BAB I
PENDAHULUAN …………………………………………….
1
1.1 Latar Belakang …………………………………………….
1
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………
11
1.3 Tujuan Penelitian ………………………………………….
12
1.4 Manfaat Penelitian ………………………………………...
12
TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………
13
2.1 Kerangka Teori ……………………………………………..
13
2.2 Penelitian Terdahulu ………………………………………..
38
2.3 Kerangka Penelitian …………………………………….….
42
2.4 Hipotesis ……………………………………..……………..
43
BAB II
vi
BAB III
BAB IV
BAB V
METODE PENELITIAN …………………………………….
44
3.1 Ruang Lingkup Penelitian…………………………………..
44
3.2 Jenis dan Sumber Data ……………………………………..
44
3.3 Pembentukan Model ………………………………………..
44
3.4 Definisi Operasional ………………………………………..
45
3.5 Metode Analisis ………………………………………..…..
46
3.6 Uji Asumsi Klasik dan Signifikansi …………..……………
48
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………….
51
4.1 Gambaran Umum ………………………………………….
51
4.2 Model Penelitian ………………….………..………………
63
4.3 Hasil Estimasi Model ………………………………………
64
4.4 Analisis Kuantitatif dan Pengujian …………………….…...
65
4.5 Analisis Ekonomi dan Pembahasan Hasil Penelitian ………
72
KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………
75
5.1 Kesimpulan …………………………………………………
75
5.2 Saran ………………………………………………………..
75
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………….……
77
LAMPIRAN ……………………………………………………….………
81
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000
Menurut Pulau di Indonesia Tahun 2006 – 2010 (Persen) ……..
Tabel 1.2
Jumlah Penduduk Kabupaten/ Kota di Sumatera Utara Tahun
2010 (Jiwa) ……………………………………………………..
Tabel 1.3
2
6
Perkembangan Pendapatan Riil Perkapita Atas Dasar Harga
Konstan Tahun 2000 Kabupaten/ Kota Sumatera Utara Tahun
2006-2010 ………………………………………………………
Tabel 1.4
Anggaran Pengeluaran Pemerintah Kabupaten/ Kota Propinsi
Sumatera Utara Tahun 2006 – 2010 ……………………………
Tabel 4.1
Perkembangan
dan
Pertumbuhan
Penduduk
10
Menurut
Kabupaten/ Kota Propinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2010 …
Tabel 4.2
8
54
Perkembangan dan Pertumbuhan Pendapatan Riil per Kapita
Kabupaten/ Kota Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan
2000 Tahun 2005-2010 …………………………….…………..
Tabel 4.3
56
Koefisien Gini Kabupaten/ Kota Propinsi Sumatera Utara
Tahun 2005-2010 ……………………………………………...
62
Tabel 4.4
Hasil Estimasi Model Disparitas Pendapatan ………………….
64
Tabel 4.5
Hasil Uji Normalitas (Uji Jarque-Bera) …………….………….
67
Tabel 4.6
Perbandingan Nilai t Statistik …………………………………
69
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Atas Dasar Harga Konstan
Propinsi di Pulau Sumatera Tahun 2010 ………………………
3
Gambar 1.2 PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kabupaten/
Kota di Sumatera Utara Tahun 2010 (Persen) ………………….
7
Gambar 2.1 Kurva Kemungkinan Produksi …………………………………
20
Gambar 2.2 Hipotesis U – Terbalik Kuznets …………………………….…
22
Gambar 2.3 Persentase Penerimaan Pendapatan ………………………..…..
28
Gambar 2.4 Derajat Kemerataan/ Ketidakmerataan Menurut Kurva Lorenz
29
Gambar 2.5 Teori Penduduk Optimum ………………………………….….
32
Gambar 2.6 Kerangka Penelitian ……………………………………………
42
Gambar 4.1 Perkembangan Penduduk Sumatera Utara Tahun 2005-2010 …
52
Gambar 4.2 Perkembangan Pendapatan Riil per Kapita Sumatera Utara Atas
Dasar Harga Konstan Tahun 2005-2010 ……………………….
Gambar 4.3 Perkembangan
Total
Pengeluaran
Pemerintah
55
Propinsi
Sumatera Utara Tahun 2005-2010 (Milyar Rupiah) …………..
59
Gambar 4.4 Grafik Pemerataan Pendapatan (Kurva Lorenz) Sumatera Utara
Tahun 2010 …………….……………………………………….
ix
61
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000
Menurut Pulau di Indonesia Tahun 2006 – 2010 (Persen) ……..
Tabel 1.2
Jumlah Penduduk Kabupaten/ Kota di Sumatera Utara Tahun
2010 (Jiwa) ……………………………………………………..
Tabel 1.3
2
6
Perkembangan Pendapatan Riil Perkapita Atas Dasar Harga
Konstan Tahun 2000 Kabupaten/ Kota Sumatera Utara Tahun
2006-2010 ………………………………………………………
Tabel 1.4
8
Anggaran Pengeluaran Pemerintah Kabupaten/ Kota Propinsi
Sumatera Utara Tahun 2006 – 2010 ……………………………
Tabel 4.1
Perkembangan
dan
Pertumbuhan
Penduduk
Menurut
Kabupaten/ Kota Propinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2010 …
Tabel 4.2
10
54
Perkembangan dan Pertumbuhan Pendapatan Riil per Kapita
Kabupaten/ Kota Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan
2000 Tahun 2005-2010 …………………………….…………..
Tabel 4.3
56
Koefisien Gini Kabupaten/ Kota Propinsi Sumatera Utara Tahun
2005-2010 ……………………………………………...
62
Tabel 4.4
Hasil Estimasi Model Disparitas Pendapatan ………………….
64
Tabel 4.5
Hasil Uji Normalitas (Uji Jarque-Bera) …………….………….
67
Tabel 4.6
Perbandingan Nilai t Statistik …………………………………
69
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Atas Dasar Harga Konstan Propinsi
di Pulau Sumatera Tahun 2010 ………………………
3
Gambar 1.2 PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kabupaten/ Kota
di Sumatera Utara Tahun 2010 (Persen) ………………….
7
Gambar 2.1 Kurva Kemungkinan Produksi …………………………………
20
Gambar 2.2 Hipotesis U – Terbalik Kuznets …………………………….…
22
Gambar 2.3 Persentase Penerimaan Pendapatan ………………………..…..
28
Gambar 2.4 Derajat Kemerataan/ Ketidakmerataan Menurut Kurva Lorenz
29
Gambar 2.5 Teori Penduduk Optimum ………………………………….….
32
Gambar 2.6 Kerangka Penelitian ……………………………………………
42
Gambar 4.1 Perkembangan Penduduk Sumatera Utara Tahun 2005-2010 …
52
Gambar 4.2 Perkembangan Pendapatan Riil per Kapita Sumatera Utara
Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2005-2010 ……………………….
Gambar 4.3 Perkembangan
Total
Pengeluaran
Pemerintah
55
Propinsi
Sumatera Utara Tahun 2005-2010 (Milyar Rupiah) …………..
59
Gambar 4.4 Grafik Pemerataan Pendapatan (Kurva Lorenz) Sumatera Utara
Tahun 2010 …………….……………………………………….
vi
61
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Sejak tahun 1954, Indonesia diorganisasi dengan sistem negara kesatuan
multi jenjang, dengan Propinsi sebagai Daerah Tingkat I, dan Kabupaten sebagai
Daerah Tingkat II. Pengangkatan sebagian besar pejabat pemerintah dilakukan
oleh pusat, sehingga pemerintah pusat memegang kekuasaan hampir disemua
fungsi pemerintahan.
Orde baru, dimana masa pemerintah Indonesia telah menjadikan
paradigma pembangunan sebagai landasan nilai yang menjadi acuan dari seluruh
kebijakan pemerintah. GBHN dan Repelita sebagai instrumen utama dari
penyelenggaraan Pemerintah Orde Baru sarat dengan konsep dan rencana
pembangunan. Pada dasarnya tidak ada yang salah dengan paradigma
pembangunan itu, hanya setelah dijalankan dalam jangka waktu yang cukup lama,
terbukti bahwa pembangunan merupakan prioritas pokok pemerintah, hal inilah
yang menyebabkan sistem pemerintahan terpusat (sentralistik). Perencanaan dan
pengendalian terpusat itu mengharuskan adanya penyeragaman sistem pemerintah
daerah dan manajemen proyek yang dikembangkan di daerah, tujuannya ialah
agar hasil mudah diukur, dikendalikan, diawasi dan dievaluasi. Akibatnya,
semakin kuatnya ketergantungan daerah kepada pusat. Sementara itu hasil-hasil
pembangunan lebih terkonsentrasi di pulau Jawa, sehingga pulau Jawa menjadi
lebih maju dibandingkan dengan daerah lainnya di Indonesia yang pada akhirnya
1
2
menimbulkan ketimpangan struktur ekonomi yang mencolok antara Jawa dan
pulau Jawa.
Berdasarkan data BPS Propinsi Sumatera Utara tahun 2006 sampai tahun
2010 menunjukkan bahwa daerah yang relatif kaya mengalami pertumbuhan
ekonomi yang lebih tinggi sehingga berdampak bagi kesejahteraan masyarakat
daerahnya. Hal ini sangat jauh berbeda dengan daerah –daerah yang relatif miskin
khususnya kawasan timur Indonesia. Pulau Sulawesi tahun 2006-2010 rata-rata
pertumbuhan ekonomi mencapai 7,61 persen, bahkan melebihi rata-rata
pertumbuhan Indonesia yang hanya sebesar 5,62 persen. Sedangkan pulau
Sumatera termasuk kategori menengah rata-rata pertumbuhan ekonominya dari
tahun 2006-2010 sebesar 4,84 persen. Berikut lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel di bawah ini :
Tabel 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000
Menurut Pulau di Indonesia Tahun 2006 – 2010 (Persen)
Tahun
Pulau
Rata-rata
2006-2010
2006
2007
2008
2009
2010
1. Sumatera
5,26
4,96
4,98
3,50
5,49
4,84
2. Jawa & Bali
5,77
6,18
7,10
4,82
6,29
6,03
3. Kalimantan
3,80
3,51
5,20
3,35
5,26
4,22
4. Sulawesi
6,85
6,88
9,37
6,89
8,08
7,61
5. Nusa Tenggara, Maluku
& Papua
-4,03
5,06
2,55
12,74
5,17
4,30
Indonesia
5,19
5,67
6,43
4,74
6,08
5,62
Sumber :BPS, Sumatera Utara Dalam Angka Tahun 2007-2011:589-600
3
Dari seluruh provinsi di pulau Sumatera yang terdiri dari 10 provinsi dari
Provinsi Nangroe Aceh Darussalam sampai ke Propinsi Kepulauan Riau, pada
tahun 2010 tercatat pertumbuhan ekonomi tertinggi pada Propinsi Jambi sebesar
7,33 persen menyusul Propinsi Kepulauan Riau sebesar 7,21 persen. Sedangkan
pertumbuhan ekonomi terendah pada Propinsi Nangroe Aceh Darussalam sebesar
2,64 persen tahun 2010 menyusul Propinsi Riau sebesar 4,17 persen sebagaimana
terlihat dalam gambar berikut :
7,33
8
6,35
7
5,93
7,21
5,43
6
5,75
5,85
5,14
4,17
5
Persen
4
2,64
3
2
1
0
NAD
Sumut
Sumbar
Riau
Jambi
Sumsel
Bengkulu
Lampung
Kep Babel
Kep Riau
Gambar 1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Atas Dasar Harga Konstan
Propinsi di Pulau Sumatera Tahun 2010
Sumber :BPS, Sumatera Utara Dalam Angka Tahun 2011:589
Propinsi Sumatera Utara sejak masa krisis ekonomi tahun 1998, terus
mengalami perbaikan dengan ditandainya pertumbuhan ekonomi yang terus
mengalami peningkatan perubahan dari 6,20 persen pada tahun 2006 hingga
mencapai 6,35 persen pada tahun 2010.
Menurut Meier (dalam Gemmel, 1994 : 196), pembangunan ekonomi
adalah proses yang dapat menciptakan pendapatan riil per kapita sebuah negara
4
meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, sejumlah orang hidup
dibawah garis kemiskinan mutlak tidak naik, dan distribusi pendapatan tidak
semakin timpang. Ketimpangan yang timbul bukan hanya dalam aspek
pendapatan perkapita ataupun masalah ekonomi belaka, melainkan ketimpangan
dalam bidang pendidikan, kesehatan, ketimpangan kualitas institusi birokrasi. Hal
inilah yang menyebabkan terhambatnya kemakmuran. Salah satu studi Easterly
(2006:167) mengungkapkan bahwa ketimpangan (inequality) yang tinggi
merupakan penghambat dari kemakmuran, tumbuhnya institusi yang berkualitas,
dan berkembangnya pendidikan yang bermutu tinggi.
Bank Dunia (2005:86) dalam laporan World Development Report
menyebutkan dalam pengantarnya bahwa keadilan adalah salah satu aspek
fundamental dalam mencapai kemakmuran jangka panjang bagi masyarakat
secara keseluruhan. Meski demikian, perdebatan mengenai pengaruh ketimpangan
terhadap pembangunan ekonomi masih berlanjut dengan serius. Dalam hal ini
perlu ditegaskan, bahwa ketimpangan berkaitan dengan distribusi hasil (outcomes)
seperti pendapatan, kemakmuran, konsumsi, dan dimensi-dimensi lain dari apa
yang disebut sebagai kesejahteraan (well being). Sedangkan ketidakadilan
(inequlity) merujuk pada distribusi kesempatan (opportunities) yang mencakup
aspek-aspek ekonomi, politik dan sosial.
Ketimpangan pembangunan pada prinsipnya merupakan ketimpangan
ekonomi yang mengandung makna kesenjangan dan kemiskinan. Agar
perkembangan antar satu daerah dengan daerah lain tidak menimbulkan jurang
yang semakin lebar, maka implikasi kebijakan terhadap daur perkembangan dari
pembangunan haruslah dirumuskan secara tepat (Suryana, 2000;29).
5
Disamping itu jumlah penduduk yang padat namun tidak merata juga akan
menimbulkan masalah ketimpangan antar satu daerah dengan daerah lainnya.
Dengan laju pertumbuhan penduduk Propinsi Sumatera Utara dari periode 1980
hingga tahun 2009 mengalami penurunan, periode tahun 1980-1990 laju
pertumbuhan penduduk Propinsi Sumatera Utara sebesar 2,06 persen sementara
laju pertumbuhan penduduk Indonesia di tahun yang sama sebesar 1,97 persen.
Periode tahun 1990-2000 dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,20 persen
sedangkan Indonesia sebesar 1,35 persen. Dan periode tahun 2000-2009 laju
pertumbuhan penduduk Propinsi Sumatera Utara sebesar 1,45 persen sedangkan
Indonesia sebesar 1,35 persen.
Berdasarkan data BPS Propinsi Sumatera Utara pada tahun 2010
penduduk terbanyak di Sumatera Utara adalah Kota Medan sebesar 2.097.610
jiwa dengan kepadatan penduduk 7.913 jiwa/km2. Kemudian Kabupaten Deli
Serdang dan Kabupaten Langkat masing-masing sebanyak 1,790,431 jiwa dan
967,535 jiwa dengan kepadatan penduduk 720 jiwa/km2 dan 154 jiwa/km2.
Penduduk yang paling sedikit adalah Kabupaten Pakpak Barat sebesar
40,505 jiwa. Kemudian disusul Kota Sibolga dan Kabupaten Samosir masingmasing sebesar 84,481 jiwa dan 119,653 jiwa dengan kepadatan sebesar 7,844
jiwa/km2 dan 49 jiwa/km2.
Bila dilihat dari kepadatan penduduk di seluruh Kabupaten/ Kota se
Propinsi Sumatera Utara, yang terpadat adalah Kota Medan dengan kepadatan
mencapai 7,913 jiwa/km2, disusul Kota Sibolga dengan kepadatan mencapai 7,844
jiwa/km2. Data yang lebih lengkap dapat dilihat dari tabel berikut :
6
Tabel 1.2. Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara
Tahun 2006 – 2010 (Jiwa)
Kabupaten/Kota
Jumlah Penduduk (Jiwa)
2006
2007
2008
2009
01. N i a s
442,019
442,548
443,492
444,502
2010*
131,377
02. Mandailing Natal
413,750
417,590
423,712
429,889
404,945
03. Tapanuli Selatan
629,212
637,312
263,812
265,855
263,815
04. Tapanuli Tengah
297,843
305,922
314,632
323,563
311,232
05. Tapanuli Utara
256,444
263,750
267,595
271,474
279,257
06. Toba Samosir
169,116
169,299
171,833
174,453
173,129
07. Labuhan Batu
987,157
1,007,185
1,027,964
417,584
415,110
1,038,554
676,605
688,529
700,606
668,272
09. Simalungun
841,198
846,329
853,112
859,879
817,720
10. D a i r i
267,629
268,780
271,983
273,851
270,053
11. K a r o
342,555
351,368
360,880
370,619
350,960
12. Deli Serdang
1,634,115
1,686,366
1,738,431
1,788,351
1,790,431
13. L a n g k a t
1,013,849
1,027,414
1,042,523
1,057,768
967,535
14. Nias Selatan
271,026
271,944
272,848
273,733
289,708
15. Humbang Hasundutan
152,757
153,837
155,290
158,070
171,650
34,822
38,726
41,062
42,814
40,505
17. Samosir
130,662
131,205
131,549
132,023
119,653
18. Serdang Bedagai
605,630
618,656
630,728
642,983
594,383
19. Batu Bara
-
373,836
382,474
389,510
375,885
20. Padang Lawas Utara
-
-
193,278
194,774
223,531
21. Padang Lawas
-
-
185,209
186,643
225,259
22. Labuhan Batu Selatan
-
-
-
280,562
277,673
23. Labuhan Batu Utara
-
-
-
351,620
330,701
91,941
93,207
94,614
96,034
84,481
72. Tanjungbalai
156,475
159,932
163,679
167,500
154,445
73. Pematangsiantar
235,372
236,607
238,773
240,939
234,698
74. Tebing Tinggi
137,959
139,409
141,059
142,717
145,248
75. M e d a n
2,067,288
2,083,156
2,102,105
2,121,053
2,097,610
76. B i n j a i
244,256
248,256
252,652
257,105
246,154
77. Padangsidimpuan
181,865
185,132
188,499
191,912
191,531
12,643,494
12,834,371
13,042,317
13,248,386
12,982,204
08. A s a h a n
16. Pakpak Bharat
71. S i b o l g a
Jumlah
Keterangan : *Hasil Sensus Penduduk Tahun 2010,
- Data masih bergabung dengan Kab induk
Sumber : BPS, Sumatera Utara Dalam Angka Tahun 2006-2011:49
7
Selanjutnya laju pertumbuhan ekonomi yang diukur dengan PDRB atas
dasar harga konstan tahun 2000 di Propinsi Sumatera Utara pada tahun 2010
tertinggi adalah Kota Medan sebesar 7,16 persen, disusul Kabupaten Phakpak
Bharat sebesar 6,77 persen dan Kabupaten Nias 6,75 persen. Sedangkan
pertumbuhan ekonomi terendah adalah Kabupaten Nias Selatan sebesar 4,12
persen, disusul dengan Kabupaten Batu Bara sebesar 4,65 persen dan Kota
Tanjung Balai sebesar 4,93 persen.
Pada gambar grafik berikut akan terlihat perkembangan laju pertumbuhan
ekonomi antar Kabupaten/ Kota se Propinsi Sumatera Utara berdasarkan data
BPS.
4
3
2
1
0
Sumber : BPS, Sumatera Utara Dalam Angka Tahun 2011:577
Pendapatan per kapita yang dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga
konstan tahun 2000 dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun
berdasarkan data BPS pada tabel 1.3 berikut ini :
5,74
7,16
6,07
6,07
4,93
5,85
6,04
5,68
5,61
5,53
6,47
4,65
6,14
5,59
6,77
5,45
5,74
5,98
6,03
5,02
5,15
6,15
5,73
4,97
5,12
4,12
5
5,56
6
6,41
7
5,06
8
6,75
Gambar 1.2. PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000
Kabupaten/ Kota di Propinsi Sumatera Utara Tahun 2010 (Persen)
8
Tabel 1.3. Perkembangan Pendapatan Riil Perkapita Atas Dasar Harga
Konstan Tahun 2000 Kabupaten/ Kota se Propinsi Sumatera Utara
Tahun 2006-2010
Kabupaten/
Kota
Perkembangan Pendapatan Riil per Kapita (Rupiah)
2006
2007
2008
2009
2010
1.Nias
3,686,636
3,930,595
4,032,142
3,648,042
3.887.995
2.Madina
3,826,922
4,036,725
4,501,341
4,750,097
5.017.248
3.TapSel
4,346,092
4,479,129
6,130,036
6,407,829
6.761.855
4.TapTeng
3,156,520
3,278,022
3,566,834
3,695,410
3.850.124
5.TapUt
5,066,911
5,223,677
5,321,241
5,528,232
5.780.955
6.TobaSa
8,414,648
8,890,383
9,211,316
9,670,950
10.198.909
7.LBatu
7,480,311
7,823,209
8,418,347
7,598,298
7.857.113
8.Asahan
10,293,037
6,903,598
7,448,376
7,736,253
8.065.320
9.Simalungun
5,444,628
5,699,142
6,149,590
6,466,547
6.812.974
10.Dairi
6,367,513
6,658,987
6,916,328
7,235,739
7.593.589
11.Karo
7,968,385
8,167,326
8,899,765
9,195,334
9.594.214
12.DSerdang
7,097,625
7,272,541
7,649,929
7,849,796
8.107.953
13.Langkat
5,808,584
6,013,173
6,750,891
7,068,080
7.452.266
14.NiSel
3,838,639
4,010,626
3,987,320
4,114,542
4.251.261
15.HumbaHas
5,285,913
5,566,235
5,406,789
5,623,882
5.864.032
16.PakpakB
3,735,792
3,553,778
3,744,014
3,883,026
4.070.571
17.Samosir
6,647,601
6,923,956
7,864,478
8,323,170
8.846.290
18.Sergai
5,927,942
6,165,679
6,798,886
7,206,654
7.656.139
19.Sibolga
6,428,893
6,692,413
7,809,738
8,257,508
8.759.806
20.TBalai
7,552,912
7,684,976
8,465,109
8,714,101
9.046.443
21.PSiantar
6,989,419
7,308,632
7,838,665
8,231,412
8.687.439
22.TTinggi
6,691,874
7,018,280
7,300,334
7,646,719
8.027.187
15,129,470 16,023,415
17.077.638
23.Medan
13,174,001 14,090,603
24.Binjai
6,605,547
6,868,205
7,458,695
7,813,795
8.209.884
25.PSidempuan
4,080,163
4,256,038
8,684,594
4,777,506
4.884.071
Sumut
7,383,039
7,775,393
8,344,283
8,675,863
9.138.734
Sumber : BPS, Sumatera Utara Dalam Angka Tahun 2011:578
Dari tabel 1.3 dapat dilihat ketimpangan pendapatan antara Kabupaten/
kota di Sumatera Utara. Selama tahun 2006 sampai tahun 2010, pendapatan per
kapita tertinggi dan terus meningkat berada di Kota Medan. Kemudian disusul
9
oleh Kabupaten Toba Samosir yang meskipun di tahun 2006 pendapatan per
kapitanya masih dibawah Kabupaten Asahan, namun di tahun 2007 hingga tahun
2010 pendapatan per kapita Kabupaten Toba Samosir melebih dari Kabupaten
Asahan. Pendapatan perkapita tertinggi selanjutnya adalah Kabupaten Karo,
meskipun di tahun 2006 masih lebih rendah dibandingkan dengan Kabupaten
Asahan.
Pendapatan per kapita terendah selama tahun 2006 hingga tahun 2010
adalah Kabupaten Tapanuli Tengah, meskipun di tahun 2009 masih lebih tinggi
dibandingkan dengan Kabupaten Nias, namun secara rata-rata selama tahun 20052010 masih lebih rendah Kabupaten Tapanuli Tengah. Kemudian, pendapatan per
kapita terendah kedua adalah Kabupaten Nias, meskipun di tahun 2007 dan tahun
2008 pendapatan per kapita Kabupaten Nias masih lebih tinggi dibandingkan
dengan Kabupaten Pakpak Bharat, namun secara rata-rata dari tahun 2006 hingga
tahun 2010 Kabupaten Nias masih lebih rendah dibandingkan dengan Kabupaten
Pakpak Bharat. Pendapatan perkapita terendah selanjutnya adalah Kabupaten
Pakpak Bharat.
Untuk Propinsi Sumatera Utara selama tahun 2006 hingga tahun 2010
pendapatan perkapita terus mengalami peningkatan. Tercatat di tahun 2006
pendapatan perkapita Sumatera Utara hanya sebesar Rp. 7.383.039,- namun di
tahun 2010 pendapatan per kapita Propinsi Sumatera Utara mencapai Rp.
9.138.734,Selanjutnya pengeluaran Pemerintah Kabupaten/ Kota di Propinsi
Sumatera Utara tahun 2010 secara rinci dapat dilihat pada tabel 1.4 berikut ini :
10
Tabel 1.4. Anggaran Pengeluaran Pemerintah Kabupaten/ Kota
Propinsi Sumatera Utara Tahun 2006 – 2010 (Milyar Rupiah)
Kabupaten/ Kota
2006
2007
2008
2009
2010
1. Nias
296.60
559.30
606.88
630.30
350.67
2. Mandailing Natal
371.10
490.80
553.40
574.60
538.00
3. Tapanuli Selatan
538.30
736.80
870.02
530.00
544.21
4. Tapanuli Tengah
257.10
391.10
436.65
467.10
460.48
5. Tapanuli Utara
361.10
430.70
498.94
547.40
510.04
6. Toba Samosir
266.40
383.80
436.57
491.00
466.97
7. Labuhan Batu
482.00
738.30
950.38
572.80
566.43
8. Asahan
536.40
792.70
654.11
648.80
669.52
9. Simalungun
619.30
798.40
911.33
937.20
937.54
10. Dairi
328.00
401.00
477.96
439.80
445.65
11. Karo
355.60
544.10
577.26
655.10
553.49
12. Deli Serdang
784.70
1,044.20
1,179.03
1,319.00
1,320.13
13. Langkat
593.10
815.40
840.14
938.80
1,049.75
14. Nias Selatan
115.30
423.90
428.92
590.50
523.47
15. HumbaHas
229.00
366.20
365.80
388.60
381.88
16. Pakpak Barat
145.60
231.10
257.60
296.90
249.12
17. Samosir
225.10
313.50
380.69
419.40
368.50
18. Serdang Bedagai
379.90
452.90
520.55
621.60
656.24
19. Sibolga
174.40
294.50
332.78
324.90
313.88
20. Tanjung Balai
204.40
310.70
379.01
380.40
363.25
21. Pematang Siantar
288.40
395.00
463.65
487.20
484.34
22. Tebing Tinggi
197.50
292.60
358.81
362.50
325.64
1,322.40
751.80
1,872.92
2,350.10
2,365.13
24. Binjai
274.60
358.60
395.02
407.50
433.17
25. Padang Sidempuan
249.00
330.70
380.84
351.00
355.01
23. Medan
Sumber : BPS, Sumatera Utara Dalam Angka Tahun 2011:436
Dari tabel 1.4. menunjukkan bahwa pada tahun 2010 anggaran
pengeluaran Pemerintah Kabupaten/ Kota di Propinsi Sumatera Utara berbeda
11
cukup signifikan diantara Kabupaten/ Kota yang ada. Anggaran pengeluaran
Pemerintah Kabupaten/ Kota tertinggi sebesar Rp. 1.156,61 milyar di Kota Medan
disusul berturut-turut Kabupaten Deli Serdang sebesar Rp. 506,13 milyar, dan
Kabupaten Langkat sebesar Rp. 377,79 milyar.
Sedangkan anggaran terendah berada pada Kabupaten Pakpak Bharat
sebesar Rp. 109,47 milyar, disusul berturut-turut Kota Tebing Tinggi sebesar Rp.
114,96 milyar dan Kota Padangsidimpuan sebesar Rp. 121,34 milyar.
Jika kita analisa kabupaten yang terendah anggaran pengeluarannya adalah
kabupaten yang baru berdiri atau kabupaten hasil pemekaran, ini menjadi hal yang
harus menjadi perhatian serius baik bagi Pemerintah Pusat maupun Pemerintah
Propinsi dalam melakukan pemekaran bagi daerah-daerah yang dianggap tidak
relevan untuk dimekarkan kembali.
Berdasarkan uraian diatas, penulis menganalisa sejauh mana peran jumlah
penduduk, pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah daerah Kabupaten/
Kota se propinsi Sumatera Utara dapat mempengaruhi ketimpangan pendapatan
daerah Kabupaten/ kota se propinsi Sumatera Utara, dengan judul “ Analisis
Determinan Ketimpangan Pendapatan antar Kabupaten/ Kota di Sumatera Utara”
1.2. Rumusan Masalah
Dari uraian-uraian tersebut, penulis merumuskan masalah-masalah sebagai
berikut : ”Bagaimana pengaruh jumlah penduduk, PDRB perkapita dan
Pengeluaran Pemerintah terhadap ketimpangan pendapatan antar Kabupaten/ Kota
di Sumatera Utara?”
12
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk menganalisis pengaruh jumlah penduduk, PDRB perkapita dan
Pengeluaran Pemerintah terhadap ketimpangan pendapatan antar Kabupaten/ kota
di Sumatera Utara.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Menjadi bahan informasi dan masukan bagi pemerintah daerah khususnya
otoritas moneter sebagai bahan pertimbangan dalam upaya memutuskan dan
mengimplementasikan kebijakan.
2. Sebagai masukan bagi kaum akademisi untuk lebih banyak lagi melakukan
kajian dan penelitian tentang inflasi dan faktor yang mempengaruhinya
khususnya di Propinsi Sumatera Utara yang relatif masih jarang dilakukan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
1. Dari nilai koefisien determinasi pada hasil estimasi maka variabel
disparitas pendapatan di Propinsi Sumatera Utara mampu dijelaskan
oleh variabel-variabel jumlah penduduk, pendapatan per kapita dan
pengeluaran pemerintah mampu dijelaskan dengan model yang
digunakan.
2. Variabel-variabel yang digunakan menjelaskan variabel disparitas
pendapatan menunjukkan arah pengaruh yang sesuai dengan hipotesis.
Jumlah penduduk berpengaruh positif namun tidak signifikan,
pengeluaran pemerintah berpengaruh positif dan signifikan sedangkan
pendapatan per kapita berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
disparitas pendapatan di Propinsi Sumatera Utara.
3. Besarnya nilai koefiasien variabel-variabel yang menjelaskan variabel
disparitas pendapatan, yang terbesar adalah variabel pendapatan per
kapita, diikuti berturut-turut oleh variabel pengeluaran pemerintah dan
variabel jumlah penduduk.
5.2.
Saran
1. Disparitas pendapatan di Propinsi Sumatera Utara masih dalam kategori
ketimpangan rendah. Namun demikian, Pemerintah Propinsi Sumatera
Utara diharapkan tetap memberikan akses sebesar-besarnya kepada
75
76
masyarakat khususnya penciptaan lapangan kerja baru agar kesempatan
kerja penduduk semakin tinggi. Dengan demikian akan meningkatkan
pendapatan per kapita yang pada gilirannya akan menekan disparitas
pendapatan itu sendiri.
2. Disamping peningkatan pendapatan per kapita penduduk, pemerintah
sebaiknya juga melakukan alokasi anggaran yang lebih mengakomodasi
kepentingan masyarakat, terutama bagi akses-akses vital yang dapat
meningkatkan kualitas sumber daya manusia itu.
3. Pengeluaran pemerintah juga menjadi kendala bila tidak dikelola
dengan bijaksana yang pada gilirannya akan memicu ketimpangan
pendapatan. Untuk itu Pengelolaan pengeluaran pemerintah harus
mengedepankan aspek-aspek yang membutuhkan perhatian seperti
sektor pendidikan, kesehatan, pengentasan kemiskinan dan sebagainya.
77
DAFTAR PUSTAKA
Adrian Coto, 2006, “Pengaruh pertumbuhan ekonomi, kontribusi output sektor
industri, upahminimum, dan tingkat pendidikan terhadap kesenjangan
pendapatan di Indonesia”, UI, Jakarta.
Alisjahbana dan Akita, 2002, ”Kesenjangan Pendapatan Regional Dengan
Membandingkan Cina dan Indonesia”, Thesis, UI. Jakarta.
Anang Sukendar, 2000. "Pengujian dan Pemilihan Model Inflasi Dengan Non
Nested Test Studi Kasus Perekonomian Indonesia Periode (1969 –
1997)." Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Vol. 15, No. 2. BPFE
UGM, Yogyakarta.
Anton H. Gunawan, 1991. “Anggaran Pemerintah dan Inflasi di Indonesia”,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Arsyad, L, 1999, “Ekonomi Pembangunan”, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Yayasan Keluarga Pahlawan Negara, Yogyakarta.
________, 2004, “Ekonomi Pembangunan”, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Yayasan Keluarga Pahlawan Negara, Yogyakarta.
Bank Indonesia, “Laporan Mingguan”, 1999 / 2000. Jakarta
Boediono, 1995, “Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi”, No. 5 : Ekonomi
Moneter. BPFE, Yogyakarta.
BPS Propinsi Sumatera Utara, 2006-2011, “Sumatera Utara Dalam Angka”,
Medan.
Brigsten, A, 1987, “Kemiskinan, Ketimpangan dan Pembangunan”, LP3ES,
Jakarta.
Bryant, C dan L.G. White, 1989, “Manajemen Pembangunan Untuk Negara
Berkembang”, Jakarta, LP3ES
Delis, Arman, 2008, “Analisis Pertumbuhan dan Perubahan Struktur Pajak di
Indonesia”, UGM, Yogyakarta.
Easterly, William, 2001, “Inequality Does Cause Under Development”, World
Bank, USA.
Estudilo J.P. “Income Inequality In The Philippines 1961‐1991” Journal Of The
Developing Economics XXXV‐I (March 1997)
78
Gant, S, 1971, “Pertanian dan Pembangunan Ekonomi”, LP3ES, Jakarta.
Gemmel, N, 1994, “Ilmu Ekonomi Pembangunan”, Terjemahan, Pustaka
Lembaga Penelitian Pendidikan Penerangan Ekonomi dan Sosial,
Jakarta.
Glasson, John, 1974, “Pengantar Perencanaan Regional (An Introduction to
Regional Planning)”, Terjemahan Paul Sitorus, FEUI, Jakarta.
Gujarati, Damodar, 1995, “Ekonometrika Dasar”, Erlangga, Jakarta.
IMF, “International Financial Statistic”, 1985, 1990, 1995, 1999.
Insukindro, 1990, "Komponen Koefisien Regresi Jangka Panjang Model Ekonomi
: Sebuah Studi Kasus Impor Barang di Indonesia," Jurnal Ekonomi
dan Bisnis, Edisi September, Yogyakarta.
Insukindro, 1992, "Pembentukan Model dalam Penelitian Ekonomi", Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Indonesia, No. 1 Tahun VII, Yogyakarta.
Insukindro, 1995. “Ekonomi Uang dan Bank, Teori Pengalaman di Indonesia”,
BPFE, Yogyakarta.
_________, 1998, "Sindrum R2 Dalam Analisis Regresi Linier Runtut Waktu,
"Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indoensia”, Vol. 13 No. 4, BPFE,
Yogyakarta.
_________, 1999, "Pemilihan Model Empirik dengan Pendekatan Koreksi
Kesalahan," Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, No. 1 Vol. 14,
BPFE, Yogyakarta.
_________, 1999, "Pemilihan dan Bentuk Fungsi Model Empirik : Studi Kasus
Permintaan Uang Kartal Riil Di Indonesia," Jurnal Ekonomi dan
Bisnis Indonesia Vol. 14 No. 3.
Iswardono Sp, 1989. “Uang dan Bank”, Edisi Ke 3, BPFE UGM Yogyakarta
___________, 2001, "Survay Model-Model Inflasi", JEBI No. 1, BPFE, UGM
Yogyakarta.
Jaka Sriyana, 2001, "Dampak Ekspansi Fiskal Terhadap Inflasi : Studi Empiris
Dengan Pendekatan Error Correction Model," Jurnal Ekonomi
Pembangunan, Vol. 6 No. 2, Yogyakarta.
Kamerschen dan David R, 1984. “Money and Banking”, 8th South-Western
Publishing co. Cinciniati, Ohio.
79
Kuncoro, M, 1997, “Analisis Spasial dan Regional : Studi Aglomerasi dan Kluster
Industri Indonesia”, Yogyakarta, UPP-AMP YKPN.
Leftwich, Jean, 1980, “Civil Society and Political Theory”, Cambridge, MA, MIT
Press.
McCann, P, 2001, “Urban and Regional Economics”, Oxford University Press,
New York.
Meir. Gerald M, Joseph E. Stiglitz, 1994, “Fronitiers of Development Economics
The Future in Perspective”, Oxford University Press, New York.
Mochamad Nazir, 1988, “Metode Penelitian”, Gladia Indonesia, Jakarta.
Myrdal, Gunnar, 1957, “Economic Theory and Underdeveloped Region”, London,
Duck Worth.
Nopirin, 1996, “Ekonomi Moneter”, Buku I dan II. BPFE-UGM. Yogya.
Pangemanan, J, 2001, ”Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesenjangan
Pendapatan di Indonesia”, Thesis, UI, Jakarta.
Sri Endang Novita Sari, 2001. "Penerapan Metode Granger : Analisis Hubungan
Jumlah Uang Beredar dengan Tingkat Pendapatan Nasional dan
Jumlah Uang Beredar dengan Tingkat Inflasi di Indonesia," Skripsi,
Semarang.
Sri Suki I, 2001, "Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Di
Indonesia," Skripsi, Semarang.
Suhaedi, dkk, 2000. "Suku Bunga Sebagai Salah Satu Indikator Ekspektasi
Inflasi" Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Vol. 2 No. 4. Bank
Indonesia, Jakarta.
Sukirno, Sadono, 1997. “Makro Ekonomi Modern”, Rajawali Pers, Jakarta.
Suparmoko, 1998. “Pengantar Ekonomi Makro”. BPFE-UGM Yogyakarta.
Suryana, 2000, “Ekonomi Pembangunan: Problematika dan Pendekatan”,
Salemba Empat Patria, Jakarta.
Syafrijal, 2008, “Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional Wilayah
Indonesia Bagian Barat”, Prisma, Jakarta.
Tajul Khalwaty, 2000, “Inflasi dan Solusinya”, PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
80
Tarigan, R, 2005, “Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi”, PT. Bumu Aksara,
Jakarta.
Thomas, RL, 1996. “Modern Econometric An Introduction”, Addisson Wesley.
Todaro, M.P, 1994, “Ilmu Ekonomi Bagi Negara Sedang Berkembang”, Buku I,
Akademika Preseindo, Jakarta.
_________, 2002-2003, “Economic Development, Sevent Edition”, AddisonWesley, Longman Inc, London.
Williamson, H.F, dan Butrick, 1965, “Economic Development Principles and
Patterns”, dalam E.Duran (ed) Latin American and the World Reccesion,
Cambridge University Press.
World Bank, 2005, “Economy, World Development Indicator”, World Bank.
ANTAR KABUPATEN/ KOTA DI SUMATERA UTARA
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains
Program Studi Ilmu Ekonomi
Oleh :
AHMAD AFANDI
NIM : 809162023
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2012
ANALISIS DETERMINAN KETIMPANGAN PENDAPATAN
ANTAR KABUPATEN/ KOTA DI SUMATERA UTARA
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains
Program Studi Ilmu Ekonomi
Oleh :
AHMAD AFANDI
NIM : 809162023
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2012
ABSTRAK
Ahmad Afandi. Analisis Determinan Ketimpangan Pendapatan di Kabupaten/
Kota Sumataera Utara. Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2012.
Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menciptakan pendapatan riil per
kapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat
sejumlah orang hidup di bawah garis kemiskinan mutlak tidak naik, dan distribusi
pendapatan tidak semakin timpang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa
pengaruh jumlah penduduk, pendapatan perkapita dan pengeluaran pemerintah
terhadap ketimpangan pendapatan antar Kabupaten/ Kota di Sumatera Utara.
Dalam mengukur dan menganalisa digunakan data runtun waktu (time series) dan
silang tempat (cross section) atas 25 Kabupaten/ kota pada periode 2005 – 2010.
Analisa data menggunakan metode efek tetap (fixed effect). Penggunaan metode
ini dapat menjelaskan ketimpangan pendapatan masing-masing Kabupaten/ Kota
di Sumatera Utara. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang
signifikan antara pendapatan perkapita dan pengeluaran pemerintah terhadap
ketimpangan pendapatan di Sumatera Utara. Sedangkan pengaruh jumlah
penduduk tidak signifikan terhadap ketimpangan pendapatan di Sumatera Utara.
Besarnya pengaruh tersebut ditunjukkan oleh nilai koefisien variable-variabel
bebas, yakni : 0.047458 untuk variabel jumlah penduduk, -0.191664 untuk
variabel pendapatan per kapita, 0.084620 untuk variabel pengeluaran pemerintah.
Kata Kunci : Ketimpangan Pendapatan, Jumlah Penduduk, Pendapatan per
Kapita, Pengeluaran Pemerintah.
i
ABSTRACT
Ahmad Afandi. Determinants Analysis of Income Disparities in the District /
City of North Sumatera. Post Graduated Program, State University of Medan,
2012.
The economic development is a process to create the real nation income per capita
raise in long period but by condition of the number of people living below the
poverty must not absolutely raise and the income distribution is not more
imbalance. This study aimed to analyze the influence of the total population, per
capita income and government expenditure to the income inequality among
districts / cities in North Sumatra. In measuring and analyzing it is used time
series (time series) and the cross-point (cross section) data which consist of 25
districts / municipalities in the period time of 2005 to 2010. Data analysis in this
research use the fixed effects (fixed effect) model. The using this method can
explain the income inequality of each districts / cities in North Sumatra. The
results of this research shows that there is a significant effect between income per
capita and government expenditure to the income inequality in North Sumatra.
Whereas the effect of the total population is not significant to the income
inequality in North Sumatera. The hugeness of that effect is shown by the
independent variables coefficient, namely: 0.047458 for population, -0.191664 for
income per capita, and 0.084620 for government expenditure variable.
Keywords : Inequality Income, Population, Income per Capita, Government
expenditure.
.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena hanya dengan Rahmat dan
HidayahNya penulis dapat menyelesaikan Tesis dengan judul : “ANALISIS
DETERMINAN KETIMPANGAN PENDAPATAN ANTAR KABUPATEN
KOTA DI SUMATERA UTARA”. Dalam Tesis ini penulis bermaksud
menghitung pengaruh dari faktor-faktor yang menjadi Determinan Ketimpangan
Pendapatan di Sumatera Utara untuk kemudian menjadi informasi bagi para
pengambil kebijakan dan para stakeholder.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setinggitingginya kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si., selaku Rektor Universitas Negeri Medan;
2. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd , selaku Direktur Program
Pascasarjana Universitas Negeri Medan;
3. Bapak Dr. H. Dede Ruslan, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi,
Program
Pascasarjana
Universitas
Negeri
Medan
sekaligus
selaku
Pembimbing I dimana dalam penyusunan tesis ini telah banyak membantu
memberikan gagasan, pemikiran dan koreksi kepada penulis;
4. Bapak Dr. Eko Wahyu Nugrahadi, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi
Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, sekaligus
selaku Penguji merangkap Notulen dalam Ujian Meja Hijau Penulis;
5. Bapak Alm. Drs. H. Risuddin, M.Si, mantan Bupati Asahan dan Drs. H.
Taufan Gama Simatupang, MAP selaku Bupati Asahan periode 2010-2015
iii
yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti
perkuliahan pada Universitas Negeri Medan (UNIMED);
6. Bapak Drs. Indra Maipita, M.Si, Ph.D, selaku Pembimbing II, yang telah
meluangkan waktu dan tenaga dalam memberikan bimbingan dan arahan
kepada penulis;
7. Bapak Dr. Arwansyah, M.Si, selaku Penguji dalam Ujian Meja Hijau Penulis;
8. Bapak Dr. Parulian Simanjuntak, MA selaku Penguji dalam Ujian Meja Hijau
Penulis;
9. Seluruh unsur Pimpinan, Staf, Dosen, dan Staf Administrasi Program
Pascasarjana Universitas Negeri Medan, yang telah memberikan bantuan
administrasi dan bantuan lainnya dalam kelancaran studi penulis;
10. Bapak Taufik Z.A, S.Sos selaku Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemerintahan Desa Kabupaten Asahan tempat dimana penulis bertugas;
11. Teristimewa Kedua Orang Tua dan Mertua yang selalu berdoa dan
memotivasi dalam setiap langkah dan kesuksesan penulis;
12. Terkasih Istriku Erni Murniati, SE dan ananda Alm. Mhd. Rafi Al Afandi
yang selalu menjadi pendorong bagi penulis. Semoga pengorbanan kalian
mendapat ridho Allah Subhanahu Wata’ala, demi keberhasilan keluarga kita
dimasa mendatang;
13. Rekan-rekan mahasiswa angkatan IX Program Studi Ilmu Ekonomi Program
Pascasarjana Universitas Negeri Medan (Apol, Mawardi, Syamhudi, Aziz,
Reza, dkk) yang telah menjalin keakraban bersama, suka duka, dukungan dan
semangatnya selama menjalani perkuliahan ini,
14. Seluruh Civitas Akademika Universitas Negeri Medan.
iv
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan
dengan penuh keikhlasan.
Penulis menyadari masih banyak kelemahan maupun kekurangan serta
kesalahan yang dalam penulisan tesis ini, untuk itu segala kritik serta saran yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan pada masa-masa
yang akan datang. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan,
pemerintahan dan masyarakat.
Medan,
Penulis,
Desember 2012
Ahmad Afandi
v
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK …………………………………………………………………
i
ABSTRACT ………………………………………………………………..
ii
KATA PENGANTAR …………………………………………………….
iii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………
vi
DAFTAR TABEL …………………………………………………………
viii
DAFTAR GAMBAR ...……………………………………………………
ix
BAB I
PENDAHULUAN …………………………………………….
1
1.1 Latar Belakang …………………………………………….
1
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………
11
1.3 Tujuan Penelitian ………………………………………….
12
1.4 Manfaat Penelitian ………………………………………...
12
TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………
13
2.1 Kerangka Teori ……………………………………………..
13
2.2 Penelitian Terdahulu ………………………………………..
38
2.3 Kerangka Penelitian …………………………………….….
42
2.4 Hipotesis ……………………………………..……………..
43
BAB II
vi
BAB III
BAB IV
BAB V
METODE PENELITIAN …………………………………….
44
3.1 Ruang Lingkup Penelitian…………………………………..
44
3.2 Jenis dan Sumber Data ……………………………………..
44
3.3 Pembentukan Model ………………………………………..
44
3.4 Definisi Operasional ………………………………………..
45
3.5 Metode Analisis ………………………………………..…..
46
3.6 Uji Asumsi Klasik dan Signifikansi …………..……………
48
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………….
51
4.1 Gambaran Umum ………………………………………….
51
4.2 Model Penelitian ………………….………..………………
63
4.3 Hasil Estimasi Model ………………………………………
64
4.4 Analisis Kuantitatif dan Pengujian …………………….…...
65
4.5 Analisis Ekonomi dan Pembahasan Hasil Penelitian ………
72
KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………
75
5.1 Kesimpulan …………………………………………………
75
5.2 Saran ………………………………………………………..
75
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………….……
77
LAMPIRAN ……………………………………………………….………
81
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000
Menurut Pulau di Indonesia Tahun 2006 – 2010 (Persen) ……..
Tabel 1.2
Jumlah Penduduk Kabupaten/ Kota di Sumatera Utara Tahun
2010 (Jiwa) ……………………………………………………..
Tabel 1.3
2
6
Perkembangan Pendapatan Riil Perkapita Atas Dasar Harga
Konstan Tahun 2000 Kabupaten/ Kota Sumatera Utara Tahun
2006-2010 ………………………………………………………
Tabel 1.4
Anggaran Pengeluaran Pemerintah Kabupaten/ Kota Propinsi
Sumatera Utara Tahun 2006 – 2010 ……………………………
Tabel 4.1
Perkembangan
dan
Pertumbuhan
Penduduk
10
Menurut
Kabupaten/ Kota Propinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2010 …
Tabel 4.2
8
54
Perkembangan dan Pertumbuhan Pendapatan Riil per Kapita
Kabupaten/ Kota Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan
2000 Tahun 2005-2010 …………………………….…………..
Tabel 4.3
56
Koefisien Gini Kabupaten/ Kota Propinsi Sumatera Utara
Tahun 2005-2010 ……………………………………………...
62
Tabel 4.4
Hasil Estimasi Model Disparitas Pendapatan ………………….
64
Tabel 4.5
Hasil Uji Normalitas (Uji Jarque-Bera) …………….………….
67
Tabel 4.6
Perbandingan Nilai t Statistik …………………………………
69
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Atas Dasar Harga Konstan
Propinsi di Pulau Sumatera Tahun 2010 ………………………
3
Gambar 1.2 PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kabupaten/
Kota di Sumatera Utara Tahun 2010 (Persen) ………………….
7
Gambar 2.1 Kurva Kemungkinan Produksi …………………………………
20
Gambar 2.2 Hipotesis U – Terbalik Kuznets …………………………….…
22
Gambar 2.3 Persentase Penerimaan Pendapatan ………………………..…..
28
Gambar 2.4 Derajat Kemerataan/ Ketidakmerataan Menurut Kurva Lorenz
29
Gambar 2.5 Teori Penduduk Optimum ………………………………….….
32
Gambar 2.6 Kerangka Penelitian ……………………………………………
42
Gambar 4.1 Perkembangan Penduduk Sumatera Utara Tahun 2005-2010 …
52
Gambar 4.2 Perkembangan Pendapatan Riil per Kapita Sumatera Utara Atas
Dasar Harga Konstan Tahun 2005-2010 ……………………….
Gambar 4.3 Perkembangan
Total
Pengeluaran
Pemerintah
55
Propinsi
Sumatera Utara Tahun 2005-2010 (Milyar Rupiah) …………..
59
Gambar 4.4 Grafik Pemerataan Pendapatan (Kurva Lorenz) Sumatera Utara
Tahun 2010 …………….……………………………………….
ix
61
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000
Menurut Pulau di Indonesia Tahun 2006 – 2010 (Persen) ……..
Tabel 1.2
Jumlah Penduduk Kabupaten/ Kota di Sumatera Utara Tahun
2010 (Jiwa) ……………………………………………………..
Tabel 1.3
2
6
Perkembangan Pendapatan Riil Perkapita Atas Dasar Harga
Konstan Tahun 2000 Kabupaten/ Kota Sumatera Utara Tahun
2006-2010 ………………………………………………………
Tabel 1.4
8
Anggaran Pengeluaran Pemerintah Kabupaten/ Kota Propinsi
Sumatera Utara Tahun 2006 – 2010 ……………………………
Tabel 4.1
Perkembangan
dan
Pertumbuhan
Penduduk
Menurut
Kabupaten/ Kota Propinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2010 …
Tabel 4.2
10
54
Perkembangan dan Pertumbuhan Pendapatan Riil per Kapita
Kabupaten/ Kota Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan
2000 Tahun 2005-2010 …………………………….…………..
Tabel 4.3
56
Koefisien Gini Kabupaten/ Kota Propinsi Sumatera Utara Tahun
2005-2010 ……………………………………………...
62
Tabel 4.4
Hasil Estimasi Model Disparitas Pendapatan ………………….
64
Tabel 4.5
Hasil Uji Normalitas (Uji Jarque-Bera) …………….………….
67
Tabel 4.6
Perbandingan Nilai t Statistik …………………………………
69
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Atas Dasar Harga Konstan Propinsi
di Pulau Sumatera Tahun 2010 ………………………
3
Gambar 1.2 PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kabupaten/ Kota
di Sumatera Utara Tahun 2010 (Persen) ………………….
7
Gambar 2.1 Kurva Kemungkinan Produksi …………………………………
20
Gambar 2.2 Hipotesis U – Terbalik Kuznets …………………………….…
22
Gambar 2.3 Persentase Penerimaan Pendapatan ………………………..…..
28
Gambar 2.4 Derajat Kemerataan/ Ketidakmerataan Menurut Kurva Lorenz
29
Gambar 2.5 Teori Penduduk Optimum ………………………………….….
32
Gambar 2.6 Kerangka Penelitian ……………………………………………
42
Gambar 4.1 Perkembangan Penduduk Sumatera Utara Tahun 2005-2010 …
52
Gambar 4.2 Perkembangan Pendapatan Riil per Kapita Sumatera Utara
Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2005-2010 ……………………….
Gambar 4.3 Perkembangan
Total
Pengeluaran
Pemerintah
55
Propinsi
Sumatera Utara Tahun 2005-2010 (Milyar Rupiah) …………..
59
Gambar 4.4 Grafik Pemerataan Pendapatan (Kurva Lorenz) Sumatera Utara
Tahun 2010 …………….……………………………………….
vi
61
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Sejak tahun 1954, Indonesia diorganisasi dengan sistem negara kesatuan
multi jenjang, dengan Propinsi sebagai Daerah Tingkat I, dan Kabupaten sebagai
Daerah Tingkat II. Pengangkatan sebagian besar pejabat pemerintah dilakukan
oleh pusat, sehingga pemerintah pusat memegang kekuasaan hampir disemua
fungsi pemerintahan.
Orde baru, dimana masa pemerintah Indonesia telah menjadikan
paradigma pembangunan sebagai landasan nilai yang menjadi acuan dari seluruh
kebijakan pemerintah. GBHN dan Repelita sebagai instrumen utama dari
penyelenggaraan Pemerintah Orde Baru sarat dengan konsep dan rencana
pembangunan. Pada dasarnya tidak ada yang salah dengan paradigma
pembangunan itu, hanya setelah dijalankan dalam jangka waktu yang cukup lama,
terbukti bahwa pembangunan merupakan prioritas pokok pemerintah, hal inilah
yang menyebabkan sistem pemerintahan terpusat (sentralistik). Perencanaan dan
pengendalian terpusat itu mengharuskan adanya penyeragaman sistem pemerintah
daerah dan manajemen proyek yang dikembangkan di daerah, tujuannya ialah
agar hasil mudah diukur, dikendalikan, diawasi dan dievaluasi. Akibatnya,
semakin kuatnya ketergantungan daerah kepada pusat. Sementara itu hasil-hasil
pembangunan lebih terkonsentrasi di pulau Jawa, sehingga pulau Jawa menjadi
lebih maju dibandingkan dengan daerah lainnya di Indonesia yang pada akhirnya
1
2
menimbulkan ketimpangan struktur ekonomi yang mencolok antara Jawa dan
pulau Jawa.
Berdasarkan data BPS Propinsi Sumatera Utara tahun 2006 sampai tahun
2010 menunjukkan bahwa daerah yang relatif kaya mengalami pertumbuhan
ekonomi yang lebih tinggi sehingga berdampak bagi kesejahteraan masyarakat
daerahnya. Hal ini sangat jauh berbeda dengan daerah –daerah yang relatif miskin
khususnya kawasan timur Indonesia. Pulau Sulawesi tahun 2006-2010 rata-rata
pertumbuhan ekonomi mencapai 7,61 persen, bahkan melebihi rata-rata
pertumbuhan Indonesia yang hanya sebesar 5,62 persen. Sedangkan pulau
Sumatera termasuk kategori menengah rata-rata pertumbuhan ekonominya dari
tahun 2006-2010 sebesar 4,84 persen. Berikut lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel di bawah ini :
Tabel 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000
Menurut Pulau di Indonesia Tahun 2006 – 2010 (Persen)
Tahun
Pulau
Rata-rata
2006-2010
2006
2007
2008
2009
2010
1. Sumatera
5,26
4,96
4,98
3,50
5,49
4,84
2. Jawa & Bali
5,77
6,18
7,10
4,82
6,29
6,03
3. Kalimantan
3,80
3,51
5,20
3,35
5,26
4,22
4. Sulawesi
6,85
6,88
9,37
6,89
8,08
7,61
5. Nusa Tenggara, Maluku
& Papua
-4,03
5,06
2,55
12,74
5,17
4,30
Indonesia
5,19
5,67
6,43
4,74
6,08
5,62
Sumber :BPS, Sumatera Utara Dalam Angka Tahun 2007-2011:589-600
3
Dari seluruh provinsi di pulau Sumatera yang terdiri dari 10 provinsi dari
Provinsi Nangroe Aceh Darussalam sampai ke Propinsi Kepulauan Riau, pada
tahun 2010 tercatat pertumbuhan ekonomi tertinggi pada Propinsi Jambi sebesar
7,33 persen menyusul Propinsi Kepulauan Riau sebesar 7,21 persen. Sedangkan
pertumbuhan ekonomi terendah pada Propinsi Nangroe Aceh Darussalam sebesar
2,64 persen tahun 2010 menyusul Propinsi Riau sebesar 4,17 persen sebagaimana
terlihat dalam gambar berikut :
7,33
8
6,35
7
5,93
7,21
5,43
6
5,75
5,85
5,14
4,17
5
Persen
4
2,64
3
2
1
0
NAD
Sumut
Sumbar
Riau
Jambi
Sumsel
Bengkulu
Lampung
Kep Babel
Kep Riau
Gambar 1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Atas Dasar Harga Konstan
Propinsi di Pulau Sumatera Tahun 2010
Sumber :BPS, Sumatera Utara Dalam Angka Tahun 2011:589
Propinsi Sumatera Utara sejak masa krisis ekonomi tahun 1998, terus
mengalami perbaikan dengan ditandainya pertumbuhan ekonomi yang terus
mengalami peningkatan perubahan dari 6,20 persen pada tahun 2006 hingga
mencapai 6,35 persen pada tahun 2010.
Menurut Meier (dalam Gemmel, 1994 : 196), pembangunan ekonomi
adalah proses yang dapat menciptakan pendapatan riil per kapita sebuah negara
4
meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, sejumlah orang hidup
dibawah garis kemiskinan mutlak tidak naik, dan distribusi pendapatan tidak
semakin timpang. Ketimpangan yang timbul bukan hanya dalam aspek
pendapatan perkapita ataupun masalah ekonomi belaka, melainkan ketimpangan
dalam bidang pendidikan, kesehatan, ketimpangan kualitas institusi birokrasi. Hal
inilah yang menyebabkan terhambatnya kemakmuran. Salah satu studi Easterly
(2006:167) mengungkapkan bahwa ketimpangan (inequality) yang tinggi
merupakan penghambat dari kemakmuran, tumbuhnya institusi yang berkualitas,
dan berkembangnya pendidikan yang bermutu tinggi.
Bank Dunia (2005:86) dalam laporan World Development Report
menyebutkan dalam pengantarnya bahwa keadilan adalah salah satu aspek
fundamental dalam mencapai kemakmuran jangka panjang bagi masyarakat
secara keseluruhan. Meski demikian, perdebatan mengenai pengaruh ketimpangan
terhadap pembangunan ekonomi masih berlanjut dengan serius. Dalam hal ini
perlu ditegaskan, bahwa ketimpangan berkaitan dengan distribusi hasil (outcomes)
seperti pendapatan, kemakmuran, konsumsi, dan dimensi-dimensi lain dari apa
yang disebut sebagai kesejahteraan (well being). Sedangkan ketidakadilan
(inequlity) merujuk pada distribusi kesempatan (opportunities) yang mencakup
aspek-aspek ekonomi, politik dan sosial.
Ketimpangan pembangunan pada prinsipnya merupakan ketimpangan
ekonomi yang mengandung makna kesenjangan dan kemiskinan. Agar
perkembangan antar satu daerah dengan daerah lain tidak menimbulkan jurang
yang semakin lebar, maka implikasi kebijakan terhadap daur perkembangan dari
pembangunan haruslah dirumuskan secara tepat (Suryana, 2000;29).
5
Disamping itu jumlah penduduk yang padat namun tidak merata juga akan
menimbulkan masalah ketimpangan antar satu daerah dengan daerah lainnya.
Dengan laju pertumbuhan penduduk Propinsi Sumatera Utara dari periode 1980
hingga tahun 2009 mengalami penurunan, periode tahun 1980-1990 laju
pertumbuhan penduduk Propinsi Sumatera Utara sebesar 2,06 persen sementara
laju pertumbuhan penduduk Indonesia di tahun yang sama sebesar 1,97 persen.
Periode tahun 1990-2000 dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,20 persen
sedangkan Indonesia sebesar 1,35 persen. Dan periode tahun 2000-2009 laju
pertumbuhan penduduk Propinsi Sumatera Utara sebesar 1,45 persen sedangkan
Indonesia sebesar 1,35 persen.
Berdasarkan data BPS Propinsi Sumatera Utara pada tahun 2010
penduduk terbanyak di Sumatera Utara adalah Kota Medan sebesar 2.097.610
jiwa dengan kepadatan penduduk 7.913 jiwa/km2. Kemudian Kabupaten Deli
Serdang dan Kabupaten Langkat masing-masing sebanyak 1,790,431 jiwa dan
967,535 jiwa dengan kepadatan penduduk 720 jiwa/km2 dan 154 jiwa/km2.
Penduduk yang paling sedikit adalah Kabupaten Pakpak Barat sebesar
40,505 jiwa. Kemudian disusul Kota Sibolga dan Kabupaten Samosir masingmasing sebesar 84,481 jiwa dan 119,653 jiwa dengan kepadatan sebesar 7,844
jiwa/km2 dan 49 jiwa/km2.
Bila dilihat dari kepadatan penduduk di seluruh Kabupaten/ Kota se
Propinsi Sumatera Utara, yang terpadat adalah Kota Medan dengan kepadatan
mencapai 7,913 jiwa/km2, disusul Kota Sibolga dengan kepadatan mencapai 7,844
jiwa/km2. Data yang lebih lengkap dapat dilihat dari tabel berikut :
6
Tabel 1.2. Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara
Tahun 2006 – 2010 (Jiwa)
Kabupaten/Kota
Jumlah Penduduk (Jiwa)
2006
2007
2008
2009
01. N i a s
442,019
442,548
443,492
444,502
2010*
131,377
02. Mandailing Natal
413,750
417,590
423,712
429,889
404,945
03. Tapanuli Selatan
629,212
637,312
263,812
265,855
263,815
04. Tapanuli Tengah
297,843
305,922
314,632
323,563
311,232
05. Tapanuli Utara
256,444
263,750
267,595
271,474
279,257
06. Toba Samosir
169,116
169,299
171,833
174,453
173,129
07. Labuhan Batu
987,157
1,007,185
1,027,964
417,584
415,110
1,038,554
676,605
688,529
700,606
668,272
09. Simalungun
841,198
846,329
853,112
859,879
817,720
10. D a i r i
267,629
268,780
271,983
273,851
270,053
11. K a r o
342,555
351,368
360,880
370,619
350,960
12. Deli Serdang
1,634,115
1,686,366
1,738,431
1,788,351
1,790,431
13. L a n g k a t
1,013,849
1,027,414
1,042,523
1,057,768
967,535
14. Nias Selatan
271,026
271,944
272,848
273,733
289,708
15. Humbang Hasundutan
152,757
153,837
155,290
158,070
171,650
34,822
38,726
41,062
42,814
40,505
17. Samosir
130,662
131,205
131,549
132,023
119,653
18. Serdang Bedagai
605,630
618,656
630,728
642,983
594,383
19. Batu Bara
-
373,836
382,474
389,510
375,885
20. Padang Lawas Utara
-
-
193,278
194,774
223,531
21. Padang Lawas
-
-
185,209
186,643
225,259
22. Labuhan Batu Selatan
-
-
-
280,562
277,673
23. Labuhan Batu Utara
-
-
-
351,620
330,701
91,941
93,207
94,614
96,034
84,481
72. Tanjungbalai
156,475
159,932
163,679
167,500
154,445
73. Pematangsiantar
235,372
236,607
238,773
240,939
234,698
74. Tebing Tinggi
137,959
139,409
141,059
142,717
145,248
75. M e d a n
2,067,288
2,083,156
2,102,105
2,121,053
2,097,610
76. B i n j a i
244,256
248,256
252,652
257,105
246,154
77. Padangsidimpuan
181,865
185,132
188,499
191,912
191,531
12,643,494
12,834,371
13,042,317
13,248,386
12,982,204
08. A s a h a n
16. Pakpak Bharat
71. S i b o l g a
Jumlah
Keterangan : *Hasil Sensus Penduduk Tahun 2010,
- Data masih bergabung dengan Kab induk
Sumber : BPS, Sumatera Utara Dalam Angka Tahun 2006-2011:49
7
Selanjutnya laju pertumbuhan ekonomi yang diukur dengan PDRB atas
dasar harga konstan tahun 2000 di Propinsi Sumatera Utara pada tahun 2010
tertinggi adalah Kota Medan sebesar 7,16 persen, disusul Kabupaten Phakpak
Bharat sebesar 6,77 persen dan Kabupaten Nias 6,75 persen. Sedangkan
pertumbuhan ekonomi terendah adalah Kabupaten Nias Selatan sebesar 4,12
persen, disusul dengan Kabupaten Batu Bara sebesar 4,65 persen dan Kota
Tanjung Balai sebesar 4,93 persen.
Pada gambar grafik berikut akan terlihat perkembangan laju pertumbuhan
ekonomi antar Kabupaten/ Kota se Propinsi Sumatera Utara berdasarkan data
BPS.
4
3
2
1
0
Sumber : BPS, Sumatera Utara Dalam Angka Tahun 2011:577
Pendapatan per kapita yang dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga
konstan tahun 2000 dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun
berdasarkan data BPS pada tabel 1.3 berikut ini :
5,74
7,16
6,07
6,07
4,93
5,85
6,04
5,68
5,61
5,53
6,47
4,65
6,14
5,59
6,77
5,45
5,74
5,98
6,03
5,02
5,15
6,15
5,73
4,97
5,12
4,12
5
5,56
6
6,41
7
5,06
8
6,75
Gambar 1.2. PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000
Kabupaten/ Kota di Propinsi Sumatera Utara Tahun 2010 (Persen)
8
Tabel 1.3. Perkembangan Pendapatan Riil Perkapita Atas Dasar Harga
Konstan Tahun 2000 Kabupaten/ Kota se Propinsi Sumatera Utara
Tahun 2006-2010
Kabupaten/
Kota
Perkembangan Pendapatan Riil per Kapita (Rupiah)
2006
2007
2008
2009
2010
1.Nias
3,686,636
3,930,595
4,032,142
3,648,042
3.887.995
2.Madina
3,826,922
4,036,725
4,501,341
4,750,097
5.017.248
3.TapSel
4,346,092
4,479,129
6,130,036
6,407,829
6.761.855
4.TapTeng
3,156,520
3,278,022
3,566,834
3,695,410
3.850.124
5.TapUt
5,066,911
5,223,677
5,321,241
5,528,232
5.780.955
6.TobaSa
8,414,648
8,890,383
9,211,316
9,670,950
10.198.909
7.LBatu
7,480,311
7,823,209
8,418,347
7,598,298
7.857.113
8.Asahan
10,293,037
6,903,598
7,448,376
7,736,253
8.065.320
9.Simalungun
5,444,628
5,699,142
6,149,590
6,466,547
6.812.974
10.Dairi
6,367,513
6,658,987
6,916,328
7,235,739
7.593.589
11.Karo
7,968,385
8,167,326
8,899,765
9,195,334
9.594.214
12.DSerdang
7,097,625
7,272,541
7,649,929
7,849,796
8.107.953
13.Langkat
5,808,584
6,013,173
6,750,891
7,068,080
7.452.266
14.NiSel
3,838,639
4,010,626
3,987,320
4,114,542
4.251.261
15.HumbaHas
5,285,913
5,566,235
5,406,789
5,623,882
5.864.032
16.PakpakB
3,735,792
3,553,778
3,744,014
3,883,026
4.070.571
17.Samosir
6,647,601
6,923,956
7,864,478
8,323,170
8.846.290
18.Sergai
5,927,942
6,165,679
6,798,886
7,206,654
7.656.139
19.Sibolga
6,428,893
6,692,413
7,809,738
8,257,508
8.759.806
20.TBalai
7,552,912
7,684,976
8,465,109
8,714,101
9.046.443
21.PSiantar
6,989,419
7,308,632
7,838,665
8,231,412
8.687.439
22.TTinggi
6,691,874
7,018,280
7,300,334
7,646,719
8.027.187
15,129,470 16,023,415
17.077.638
23.Medan
13,174,001 14,090,603
24.Binjai
6,605,547
6,868,205
7,458,695
7,813,795
8.209.884
25.PSidempuan
4,080,163
4,256,038
8,684,594
4,777,506
4.884.071
Sumut
7,383,039
7,775,393
8,344,283
8,675,863
9.138.734
Sumber : BPS, Sumatera Utara Dalam Angka Tahun 2011:578
Dari tabel 1.3 dapat dilihat ketimpangan pendapatan antara Kabupaten/
kota di Sumatera Utara. Selama tahun 2006 sampai tahun 2010, pendapatan per
kapita tertinggi dan terus meningkat berada di Kota Medan. Kemudian disusul
9
oleh Kabupaten Toba Samosir yang meskipun di tahun 2006 pendapatan per
kapitanya masih dibawah Kabupaten Asahan, namun di tahun 2007 hingga tahun
2010 pendapatan per kapita Kabupaten Toba Samosir melebih dari Kabupaten
Asahan. Pendapatan perkapita tertinggi selanjutnya adalah Kabupaten Karo,
meskipun di tahun 2006 masih lebih rendah dibandingkan dengan Kabupaten
Asahan.
Pendapatan per kapita terendah selama tahun 2006 hingga tahun 2010
adalah Kabupaten Tapanuli Tengah, meskipun di tahun 2009 masih lebih tinggi
dibandingkan dengan Kabupaten Nias, namun secara rata-rata selama tahun 20052010 masih lebih rendah Kabupaten Tapanuli Tengah. Kemudian, pendapatan per
kapita terendah kedua adalah Kabupaten Nias, meskipun di tahun 2007 dan tahun
2008 pendapatan per kapita Kabupaten Nias masih lebih tinggi dibandingkan
dengan Kabupaten Pakpak Bharat, namun secara rata-rata dari tahun 2006 hingga
tahun 2010 Kabupaten Nias masih lebih rendah dibandingkan dengan Kabupaten
Pakpak Bharat. Pendapatan perkapita terendah selanjutnya adalah Kabupaten
Pakpak Bharat.
Untuk Propinsi Sumatera Utara selama tahun 2006 hingga tahun 2010
pendapatan perkapita terus mengalami peningkatan. Tercatat di tahun 2006
pendapatan perkapita Sumatera Utara hanya sebesar Rp. 7.383.039,- namun di
tahun 2010 pendapatan per kapita Propinsi Sumatera Utara mencapai Rp.
9.138.734,Selanjutnya pengeluaran Pemerintah Kabupaten/ Kota di Propinsi
Sumatera Utara tahun 2010 secara rinci dapat dilihat pada tabel 1.4 berikut ini :
10
Tabel 1.4. Anggaran Pengeluaran Pemerintah Kabupaten/ Kota
Propinsi Sumatera Utara Tahun 2006 – 2010 (Milyar Rupiah)
Kabupaten/ Kota
2006
2007
2008
2009
2010
1. Nias
296.60
559.30
606.88
630.30
350.67
2. Mandailing Natal
371.10
490.80
553.40
574.60
538.00
3. Tapanuli Selatan
538.30
736.80
870.02
530.00
544.21
4. Tapanuli Tengah
257.10
391.10
436.65
467.10
460.48
5. Tapanuli Utara
361.10
430.70
498.94
547.40
510.04
6. Toba Samosir
266.40
383.80
436.57
491.00
466.97
7. Labuhan Batu
482.00
738.30
950.38
572.80
566.43
8. Asahan
536.40
792.70
654.11
648.80
669.52
9. Simalungun
619.30
798.40
911.33
937.20
937.54
10. Dairi
328.00
401.00
477.96
439.80
445.65
11. Karo
355.60
544.10
577.26
655.10
553.49
12. Deli Serdang
784.70
1,044.20
1,179.03
1,319.00
1,320.13
13. Langkat
593.10
815.40
840.14
938.80
1,049.75
14. Nias Selatan
115.30
423.90
428.92
590.50
523.47
15. HumbaHas
229.00
366.20
365.80
388.60
381.88
16. Pakpak Barat
145.60
231.10
257.60
296.90
249.12
17. Samosir
225.10
313.50
380.69
419.40
368.50
18. Serdang Bedagai
379.90
452.90
520.55
621.60
656.24
19. Sibolga
174.40
294.50
332.78
324.90
313.88
20. Tanjung Balai
204.40
310.70
379.01
380.40
363.25
21. Pematang Siantar
288.40
395.00
463.65
487.20
484.34
22. Tebing Tinggi
197.50
292.60
358.81
362.50
325.64
1,322.40
751.80
1,872.92
2,350.10
2,365.13
24. Binjai
274.60
358.60
395.02
407.50
433.17
25. Padang Sidempuan
249.00
330.70
380.84
351.00
355.01
23. Medan
Sumber : BPS, Sumatera Utara Dalam Angka Tahun 2011:436
Dari tabel 1.4. menunjukkan bahwa pada tahun 2010 anggaran
pengeluaran Pemerintah Kabupaten/ Kota di Propinsi Sumatera Utara berbeda
11
cukup signifikan diantara Kabupaten/ Kota yang ada. Anggaran pengeluaran
Pemerintah Kabupaten/ Kota tertinggi sebesar Rp. 1.156,61 milyar di Kota Medan
disusul berturut-turut Kabupaten Deli Serdang sebesar Rp. 506,13 milyar, dan
Kabupaten Langkat sebesar Rp. 377,79 milyar.
Sedangkan anggaran terendah berada pada Kabupaten Pakpak Bharat
sebesar Rp. 109,47 milyar, disusul berturut-turut Kota Tebing Tinggi sebesar Rp.
114,96 milyar dan Kota Padangsidimpuan sebesar Rp. 121,34 milyar.
Jika kita analisa kabupaten yang terendah anggaran pengeluarannya adalah
kabupaten yang baru berdiri atau kabupaten hasil pemekaran, ini menjadi hal yang
harus menjadi perhatian serius baik bagi Pemerintah Pusat maupun Pemerintah
Propinsi dalam melakukan pemekaran bagi daerah-daerah yang dianggap tidak
relevan untuk dimekarkan kembali.
Berdasarkan uraian diatas, penulis menganalisa sejauh mana peran jumlah
penduduk, pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah daerah Kabupaten/
Kota se propinsi Sumatera Utara dapat mempengaruhi ketimpangan pendapatan
daerah Kabupaten/ kota se propinsi Sumatera Utara, dengan judul “ Analisis
Determinan Ketimpangan Pendapatan antar Kabupaten/ Kota di Sumatera Utara”
1.2. Rumusan Masalah
Dari uraian-uraian tersebut, penulis merumuskan masalah-masalah sebagai
berikut : ”Bagaimana pengaruh jumlah penduduk, PDRB perkapita dan
Pengeluaran Pemerintah terhadap ketimpangan pendapatan antar Kabupaten/ Kota
di Sumatera Utara?”
12
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk menganalisis pengaruh jumlah penduduk, PDRB perkapita dan
Pengeluaran Pemerintah terhadap ketimpangan pendapatan antar Kabupaten/ kota
di Sumatera Utara.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Menjadi bahan informasi dan masukan bagi pemerintah daerah khususnya
otoritas moneter sebagai bahan pertimbangan dalam upaya memutuskan dan
mengimplementasikan kebijakan.
2. Sebagai masukan bagi kaum akademisi untuk lebih banyak lagi melakukan
kajian dan penelitian tentang inflasi dan faktor yang mempengaruhinya
khususnya di Propinsi Sumatera Utara yang relatif masih jarang dilakukan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
1. Dari nilai koefisien determinasi pada hasil estimasi maka variabel
disparitas pendapatan di Propinsi Sumatera Utara mampu dijelaskan
oleh variabel-variabel jumlah penduduk, pendapatan per kapita dan
pengeluaran pemerintah mampu dijelaskan dengan model yang
digunakan.
2. Variabel-variabel yang digunakan menjelaskan variabel disparitas
pendapatan menunjukkan arah pengaruh yang sesuai dengan hipotesis.
Jumlah penduduk berpengaruh positif namun tidak signifikan,
pengeluaran pemerintah berpengaruh positif dan signifikan sedangkan
pendapatan per kapita berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
disparitas pendapatan di Propinsi Sumatera Utara.
3. Besarnya nilai koefiasien variabel-variabel yang menjelaskan variabel
disparitas pendapatan, yang terbesar adalah variabel pendapatan per
kapita, diikuti berturut-turut oleh variabel pengeluaran pemerintah dan
variabel jumlah penduduk.
5.2.
Saran
1. Disparitas pendapatan di Propinsi Sumatera Utara masih dalam kategori
ketimpangan rendah. Namun demikian, Pemerintah Propinsi Sumatera
Utara diharapkan tetap memberikan akses sebesar-besarnya kepada
75
76
masyarakat khususnya penciptaan lapangan kerja baru agar kesempatan
kerja penduduk semakin tinggi. Dengan demikian akan meningkatkan
pendapatan per kapita yang pada gilirannya akan menekan disparitas
pendapatan itu sendiri.
2. Disamping peningkatan pendapatan per kapita penduduk, pemerintah
sebaiknya juga melakukan alokasi anggaran yang lebih mengakomodasi
kepentingan masyarakat, terutama bagi akses-akses vital yang dapat
meningkatkan kualitas sumber daya manusia itu.
3. Pengeluaran pemerintah juga menjadi kendala bila tidak dikelola
dengan bijaksana yang pada gilirannya akan memicu ketimpangan
pendapatan. Untuk itu Pengelolaan pengeluaran pemerintah harus
mengedepankan aspek-aspek yang membutuhkan perhatian seperti
sektor pendidikan, kesehatan, pengentasan kemiskinan dan sebagainya.
77
DAFTAR PUSTAKA
Adrian Coto, 2006, “Pengaruh pertumbuhan ekonomi, kontribusi output sektor
industri, upahminimum, dan tingkat pendidikan terhadap kesenjangan
pendapatan di Indonesia”, UI, Jakarta.
Alisjahbana dan Akita, 2002, ”Kesenjangan Pendapatan Regional Dengan
Membandingkan Cina dan Indonesia”, Thesis, UI. Jakarta.
Anang Sukendar, 2000. "Pengujian dan Pemilihan Model Inflasi Dengan Non
Nested Test Studi Kasus Perekonomian Indonesia Periode (1969 –
1997)." Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Vol. 15, No. 2. BPFE
UGM, Yogyakarta.
Anton H. Gunawan, 1991. “Anggaran Pemerintah dan Inflasi di Indonesia”,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Arsyad, L, 1999, “Ekonomi Pembangunan”, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Yayasan Keluarga Pahlawan Negara, Yogyakarta.
________, 2004, “Ekonomi Pembangunan”, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Yayasan Keluarga Pahlawan Negara, Yogyakarta.
Bank Indonesia, “Laporan Mingguan”, 1999 / 2000. Jakarta
Boediono, 1995, “Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi”, No. 5 : Ekonomi
Moneter. BPFE, Yogyakarta.
BPS Propinsi Sumatera Utara, 2006-2011, “Sumatera Utara Dalam Angka”,
Medan.
Brigsten, A, 1987, “Kemiskinan, Ketimpangan dan Pembangunan”, LP3ES,
Jakarta.
Bryant, C dan L.G. White, 1989, “Manajemen Pembangunan Untuk Negara
Berkembang”, Jakarta, LP3ES
Delis, Arman, 2008, “Analisis Pertumbuhan dan Perubahan Struktur Pajak di
Indonesia”, UGM, Yogyakarta.
Easterly, William, 2001, “Inequality Does Cause Under Development”, World
Bank, USA.
Estudilo J.P. “Income Inequality In The Philippines 1961‐1991” Journal Of The
Developing Economics XXXV‐I (March 1997)
78
Gant, S, 1971, “Pertanian dan Pembangunan Ekonomi”, LP3ES, Jakarta.
Gemmel, N, 1994, “Ilmu Ekonomi Pembangunan”, Terjemahan, Pustaka
Lembaga Penelitian Pendidikan Penerangan Ekonomi dan Sosial,
Jakarta.
Glasson, John, 1974, “Pengantar Perencanaan Regional (An Introduction to
Regional Planning)”, Terjemahan Paul Sitorus, FEUI, Jakarta.
Gujarati, Damodar, 1995, “Ekonometrika Dasar”, Erlangga, Jakarta.
IMF, “International Financial Statistic”, 1985, 1990, 1995, 1999.
Insukindro, 1990, "Komponen Koefisien Regresi Jangka Panjang Model Ekonomi
: Sebuah Studi Kasus Impor Barang di Indonesia," Jurnal Ekonomi
dan Bisnis, Edisi September, Yogyakarta.
Insukindro, 1992, "Pembentukan Model dalam Penelitian Ekonomi", Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Indonesia, No. 1 Tahun VII, Yogyakarta.
Insukindro, 1995. “Ekonomi Uang dan Bank, Teori Pengalaman di Indonesia”,
BPFE, Yogyakarta.
_________, 1998, "Sindrum R2 Dalam Analisis Regresi Linier Runtut Waktu,
"Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indoensia”, Vol. 13 No. 4, BPFE,
Yogyakarta.
_________, 1999, "Pemilihan Model Empirik dengan Pendekatan Koreksi
Kesalahan," Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, No. 1 Vol. 14,
BPFE, Yogyakarta.
_________, 1999, "Pemilihan dan Bentuk Fungsi Model Empirik : Studi Kasus
Permintaan Uang Kartal Riil Di Indonesia," Jurnal Ekonomi dan
Bisnis Indonesia Vol. 14 No. 3.
Iswardono Sp, 1989. “Uang dan Bank”, Edisi Ke 3, BPFE UGM Yogyakarta
___________, 2001, "Survay Model-Model Inflasi", JEBI No. 1, BPFE, UGM
Yogyakarta.
Jaka Sriyana, 2001, "Dampak Ekspansi Fiskal Terhadap Inflasi : Studi Empiris
Dengan Pendekatan Error Correction Model," Jurnal Ekonomi
Pembangunan, Vol. 6 No. 2, Yogyakarta.
Kamerschen dan David R, 1984. “Money and Banking”, 8th South-Western
Publishing co. Cinciniati, Ohio.
79
Kuncoro, M, 1997, “Analisis Spasial dan Regional : Studi Aglomerasi dan Kluster
Industri Indonesia”, Yogyakarta, UPP-AMP YKPN.
Leftwich, Jean, 1980, “Civil Society and Political Theory”, Cambridge, MA, MIT
Press.
McCann, P, 2001, “Urban and Regional Economics”, Oxford University Press,
New York.
Meir. Gerald M, Joseph E. Stiglitz, 1994, “Fronitiers of Development Economics
The Future in Perspective”, Oxford University Press, New York.
Mochamad Nazir, 1988, “Metode Penelitian”, Gladia Indonesia, Jakarta.
Myrdal, Gunnar, 1957, “Economic Theory and Underdeveloped Region”, London,
Duck Worth.
Nopirin, 1996, “Ekonomi Moneter”, Buku I dan II. BPFE-UGM. Yogya.
Pangemanan, J, 2001, ”Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesenjangan
Pendapatan di Indonesia”, Thesis, UI, Jakarta.
Sri Endang Novita Sari, 2001. "Penerapan Metode Granger : Analisis Hubungan
Jumlah Uang Beredar dengan Tingkat Pendapatan Nasional dan
Jumlah Uang Beredar dengan Tingkat Inflasi di Indonesia," Skripsi,
Semarang.
Sri Suki I, 2001, "Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Di
Indonesia," Skripsi, Semarang.
Suhaedi, dkk, 2000. "Suku Bunga Sebagai Salah Satu Indikator Ekspektasi
Inflasi" Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Vol. 2 No. 4. Bank
Indonesia, Jakarta.
Sukirno, Sadono, 1997. “Makro Ekonomi Modern”, Rajawali Pers, Jakarta.
Suparmoko, 1998. “Pengantar Ekonomi Makro”. BPFE-UGM Yogyakarta.
Suryana, 2000, “Ekonomi Pembangunan: Problematika dan Pendekatan”,
Salemba Empat Patria, Jakarta.
Syafrijal, 2008, “Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional Wilayah
Indonesia Bagian Barat”, Prisma, Jakarta.
Tajul Khalwaty, 2000, “Inflasi dan Solusinya”, PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
80
Tarigan, R, 2005, “Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi”, PT. Bumu Aksara,
Jakarta.
Thomas, RL, 1996. “Modern Econometric An Introduction”, Addisson Wesley.
Todaro, M.P, 1994, “Ilmu Ekonomi Bagi Negara Sedang Berkembang”, Buku I,
Akademika Preseindo, Jakarta.
_________, 2002-2003, “Economic Development, Sevent Edition”, AddisonWesley, Longman Inc, London.
Williamson, H.F, dan Butrick, 1965, “Economic Development Principles and
Patterns”, dalam E.Duran (ed) Latin American and the World Reccesion,
Cambridge University Press.
World Bank, 2005, “Economy, World Development Indicator”, World Bank.