MENDESKRIPSIKAN MANAJEMEN PEMASARAN PADA ORGANISASI NON BISNIS DI INDONESIA Hariyadi Triwahyu Putra hariyadi.putragmail.com

  Mendeskripsikan Manajemen Pemasaran Pada Organisasi Non Bisnis di Indonesia

  

MENDESKRIPSIKAN MANAJEMEN PEMASARAN PADA ORGANISASI NON

BISNIS DI INDONESIA

Hariyadi Triwahyu Putra

[email protected]

  

Abstract

In daily working activities, everyone actually sells something, whether in the form

of goods, services, property, human resources, place, event, information and organization

both business and non business. So whatever the job is related to marketing. Most of the

literature focuses on marketing management of business organizations or profit oriented,

so it is rarely discussed about marketing management processes in non-business

organizations or non profit oriented. Non-business organizations or non profit oriented

organization based on the laws and Government’s regulations of the Republic Indonesia

may be divided into three (3) namely Foundation, Association, and Non-Government

Organizations (NGOs)/Institute.

  This scientific study aims to describe the marketing management of non-business

organizations from the side of the Regulation; Manager's orientation to the market;

Building customer value, satisfaction, and loyalty; Consumer market behavior; Business

market behavior; Market segmentation; Measurement of market segmentation; Target

market setting; Measurement of target markets; Determination of potential market;

Preparation of reports on non-business organization's potential market. It is expected that

the academicians can further understand the marketing management of non-business

organizations so it can be the advantage of the university.

  

Keywords : Non Business Organization; Regulation; The Market; Customer Value,

Satisfaction and Loyalty; Consumer Market Behavior; Business Market Behavior; Market Segmentation; Target Market; Potential Market.

I. PENDAHULUAN

  Organisasi nirlaba atau organisasi non profit atau non bisnis adalah suatu organisasi yang bersasaran pokok untuk mendukung suatu isu atau perihal di dalam menarik publik untuk suatu tujuan yang tidak komersial, tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba (moneter). organisasi nirlaba meliputi keagamaan, sekolah negeri, derma publik, rumah sakit dan klinik publik, organisasi politis, bantuan masyarakat dalam hal perundang-undangan, organisasi sukarelawan, serikat buruh.

  Menurut PSAK No.45 (IAI, 1997)bahwa organisasi nirlaba memperoleh sumber daya dari sumbangan para anggota dan para penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan apapun dari organisasi tersebut. (IAI, 2004: 45.1). Organisasi nirlaba atau non bisnis merupakan salah satu lembaga yang tidak mengutamakan laba dalam menjalankan usaha atau kegiatannya. Dalam organisasi nirlaba pada umumnya sumber daya atau dana yang digunakan dalam menjalankan segala kegiatan yang dilakukan berasal dari donatur atau sumbangan dari orang-orang yang ingin membantu sesamanya. Tujuan organisasi non Portofolio Volume 13 No. 1 Mei 2016 : 75 – 92

  ISSN : 1829 -7188 bisnis yaitu untuk membantu masyarakat luas yang tidak mampu khususnya dalam hal ekonomi.

  Organisasi profit memiliki kepentingan yang besar terhadap berkembangnya organisasi nirlaba. Dari onganisasi inilah sumber daya manusia yang handal terlahir, memiliki daya saing yang tinggi, aspek kepemimpinan, serta sigap menghadapi perubahan. Hampir diseluruh dunia ini, organisasi nirlaba merupakan agen perubahan terhadap tatanan hidup suatu komunitas yang lebih baik. Daya jelajah mereka menyentuh pelosok dunia yang bahkan tidak bisa terlayani oleh organisasi pemerintah. Kita telah saksikan sendiri, bagaimana efektifnya daya jelajah organisasi nirlaba ketika terjdi bencana tsunami di Aceh, ratusan organisasi nirlaba dari seluruh dunia seakan berlomba membuat prestasi tehadap proyek kemanusiaan bagi masyarakat Aceh. Organisasi profit juga mendapatkan keuntungan langsung dengan majunya komunitas, mereka mendapatkan market yang terus bertumbuh karena daya beli komunitas yang kian hari kian berkembang atas pembinaan organisasi nirlaba.

  Di Indonesia, sebagian besar organisasi non profit dalam keadaan lesu. Mereka sesuai dengan namanya kebanyakan miskin dana. Perbedaan mencolok terlihat dengan organisasi non profit yang memiliki induk di luar negeri. Kondisi ini sudah pasti memberi pengaruh terhadap quantitas dan qualitas dari gerak roda organisasi. Seharusnya organisasi non profit tidak jauh beda dengan organisasi profit, harus memiliki mission statement yang jelas, fokus dan aplikatif. Pernyataan misi organisasi sebaiknya sederhana dan mudah dipahami oleh stake holder organisasi. Kelemahan dari organisasi nirlaba Indonesia adalah tidak fokusnya misi. Sering misi dibuat dengan pilihan kata yang mengambang dan dapat multitafsir. Kalau kita sortir berdasarkan kata, maka kata yang paling banyak muncul barangkali kata sejahtera, adil, merata, berkesinambungan. Misi ini selanjutnya diterjemahkan kedalam sasaran-sasaran yang biasanya akan menjadi makin meluas dan tidak fokus. Kondisi ini juga berimbas pada rancangan struktur organisasi nirlaba Indonesia. Struktur organisasinya memasukkan semua bidang, rata-rata memiliki lebih dari 20 bidang. Banyak yang masih mengadaptasi organisasi politik karena dijaman orde baru hampir semua organisasi nonprofit yang berdiri menjadi underbow partai Golkar.

  Karena sifat organisasi nirlaba yang bersifat mandiri dan sukarela maka PR dalam hal ini harus menggalakkan kampanye untuk meyakinkan dan membangkitkan kesadaran/tanggung jawab sosial masyarakat tentang nilai aktivitasnya melalui kampanye yang terus menerus agar mereka bersedia mendukung (khususnya dana), terlibat dan tetap percaya dalam program yang dilakukan. Kampanye juga digalakkan dalam mengembangkan saluran komunikasi dengan publik sehingga dapat menciptakan dan memelihara iklim yang menguntungkan untuk pengumpulan dana. PR dalam organisasi nirlaba dituntut untuk mampu membuat program PR seperti : tulisan (PR writing), buku mini, brosur, naskah pidato (radio/televisi), film. Dengan menggunakan beragam media komunikasi, misalnya publisitas pers, iklan, pidato umum, peragaan, pameran, majalah, artikel majalah, kisah, berita. Hal ini ditujukan untuk memberi informasi dan memotivasi konstituen utama organisasi (karyawan, sukarelawan) untuk mengabdikan diri mereka dan berkarya secara produktif untuk mendukung misi, tujuan dan sasaran organisasi. Sama dengan PR pada organisasi lainnya (Frazier Moore) fungsi PR dalam organisasi nirlaba : menentukan sikap publik terhadap organisasi (pencitraan), menilai-kesan publik terhadap

  Mendeskripsikan Manajemen Pemasaran Pada Organisasi Non Bisnis di Indonesia organisasi, mencari apakah publik mengetahui tujuan, pelayanan dan pelaksanaan organisasi, menentukan kesalahpahaman yang terjadi, melaksanakan penelitian opini yang sangat penting untuk menyusun kebijaksanaan, perencanaan dan penilaian efektifitas program humas. Mengidentifikasi publik : anggota penyumbang/ donatur, pekerja sukarela, pemuka pendapat (Opinion Leader), atau publik umum.

  Organisasi non bisnis tidak terlepas dengan kegiatan manajemen pemasaran layaknya organisasi bisnis. Kegiatan pemasaran seperti orientasi manajer terhadap pasar; Membangun nilai, kepuasan, dan loyalitas pelanggan; perilaku pasar konsumen; perilaku pasar bisnis; Segmentasi pasar; Pengukuran segmentasi pasar; penetapan pasar sasaran; pengukuran pasar sasaran; penentuan potensi pasar; penyusunan laporan potensi pasar organisasi non bisnis. Selain dengan kegiatan pemasaran tersebut, diperlukan juga untuk mengetahui regulasi mengenai organisasi non bisnis dalam hal pembentukan organisasi dan kegiatan operasional demi kelancaran organisasi non bisnis. Agar sumberdaya organisasi nirlaba "bernilai jual", mereka benar-benar dipoles sehingga sanggup memberi value kepada stakeholder-nya. Wajah organisasi nirlaba, terlihat dari program yang "dijual" dan "seni menjual" yang diekspresikan oleh para pengelolanya. Organisasi nirlaba pun, perlu menjalankan prinsip marketing.

II. PEMBAHASAN Pengertian Organisasi Nirlaba Atau Non Bisnis.

  Hermawan Kartajaya (2003) menyebutkan bahwa "Organisasi atau lembaga nirlaba adalah lembaga yang bergerak dalam bidang pengembangan sosial yang bertujuan membantu orang memcahkan persoalan pribadi, keluarga atau masyarakat agar mereka dapat menyesuaikan atau meningkatkan peran sosialnya dengan lebih baik." Sedangkan menurut Hertanto Widodo dan Teten Kustiawan (2001) menyebutkan "Organisasi nirlaba secara umum adalah suatu institusi yang dalam menjalankan organisasinya tidak berorientasi mencari laba. Namun demikian bukan berarti organisasi nirlaba tidak dibolehkan menerima atau menghasilkan keuntungan tersebut dipergunakan untuk menutup biaya operasional atau kembali disalurkan atau kegiatan utamanya lagi."

  Kajian Kotler dan Levy (1969) tentang interpretasi marketing bagi organisasi nirlaba pada dasarnya tidaklah jauh dari organisasi profit. Dalam setiap organisasi; product, consumers dan marketing tools selalu menjadi titik sentral setiap pembahasan tentang marketing. Product bisa berwujud dalam berbagai bentuk : physical product, service, person, organization dan idea. Consumers dalam organisasi non-profit bisa : suppliers, clients, trustees atau directur, general public. Pemasaran organisasi concern dengan program- program yang didesain oleh manajemen untuk menciptakan kepuasan dan sikap yang menyenangkan empat kelompok konsumen,yaitu : client, trustee, active client dan general public. Marketing tools mencakup berbagai tools yang dibawah kontrol perusahaan yang dapat mempengaruhi penerimaan product oleh consumers : product improvement, pricing, distribution and communication.Kotler (1969) juga mengungkap konsep untuk efektif itas marketing management dalam organisasi non-bisnis. Prinsip marketing manajemen dalam organisasi Portofolio Volume 13 No. 1 Mei 2016 : 75 – 92

  ISSN : 1829 -7188 non-bisnis meliputi sembilan element : difinisi generic product,definisi target group, differentiated marketing,consumer behavior analysis, differential advantage, multiple marketing tools, integrated marketing planning, continous marketing feedbackdan marketing audit. Marketing merupakan fungsi organisasi yang dapat menjaga hubungan dengan consumers-nya, membaca kebutuhannya,mengembangkan produk untuk memenuhi kebutuhan dan membangun hubungan komunikasi untuk menyatakan tujuan-tujuan organisasi.Fenomena terkait non-bisnis/makro-mikro/positif adalah apa yang diungkap oleh Kotler (1972). Kotler dalam tulisan lainnya menyatakan pergeseran orientasi yang diakibatkan adanya dinamika dalam melihat customer. Kotler (1972) menyatakan bahwa marketing relevan bagi semua organisasi, sepanjang organisasi itumenghasilkan produk dan mempunyai customers.Fokus marketing telah mengalami pergeseranmelewati commodity fokus, institutional fokus,functional fokus, managerial fokus dan socialfokus. Pergeseran fokus terjadi akibat adanyakesadaran (consciousness) diantara pelakupelakupemasaran. Pergeseran kesadaran darisatu tingkatan ke tingkatan yang lebih tinggi daripara pelaku akan menjelaskan dan membedakanbatasan-batasan konsep marketing. Tingkat kesadaran pertama ,dengan inti konsep subjekbisnis yang berfokus pada transaksi pasar.Pokok perhatian kesadaran level pertama adalahseller, buyer dan economics product. Tingkatkesadaran dua, dengan inti konsep organizationclient transaction. Setiap organisasi menghadapi masalah terkait dengan produk yang dihasilkan dengan kelompok customernya.Untuk memecahkan masalah ini organisasi harus memahami ukuran (size) dan komposisi dari pasar, kebutuhan, sikap dan kebiasaan customer.

  Fenomena terkait dengan organisasi nonbisnis mikro-makro normatif adalah apa yang diungkap artikel Houston (1986). Meski tidak menyatakan lugas kearah normatif, namun apa yang diungkap Houston dapat dimasukan dalam fenomena non-profit normatif. Tidak dapat dipungkiri bahwa acuan-acuan yang menyertai kajian Houston sebagian adalah pada organisasi profit. Dengan pertimbangan ini maka sebetulnya hasil kajian Houston ini dapat menjelaskan fenomena normatif baik untuk organisasi profit maupun non profit. Houston (1986) mendiskusikan dan menguji konsep pemasaran dan melakukan review mana yang termasuk konsep maupun yang tidak termasuk konsep pemasaran. Ada dua hal yang diuangkapkan Houston : (1) konsep produksi, sales dan marketing (2) statement tentang konsep pemasaran setelah dilakukan review pendapat tentang marketing concept beserta ide- ide yang melatar belakangi. Untuk membedakan mana production concept, sales concept dan marketing concept Houston menawarkan konsep alternative yang dibangun berdasar peran seller–buyer dan perilaku masing-masing dalam menemukan partner pertukaran. Ketika buyer dan seller masing-masing sama-sama berperilaku sebagai pencari exchange partner maka yang terjadi adalah marketing concept. Namun jika hanya seller saja yang secara aktif mencari partner pertukaran maka inilah yang disebut Sales concept. Production concept muncul dalam situasi seller secara pasif menerima exchange partner. Houston menyatakan bahwa marketing concept adalah prescripsi managerial yang berhubungan denganpencapaian tujuan-tujuan entitas. Marketing konsep adalah prescripsi yang menunjukan bagaimana sebuah entitas mencapai tujuan-tujuannya dengan cara yang paling efektif.

  Mendeskripsikan Manajemen Pemasaran Pada Organisasi Non Bisnis di Indonesia

  Yayasan

  Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan (“UU

  

16/2001”), Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan

  diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan. Peneliti Senior Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia (PSHK) Eryanto Nugroho mendefinisikan yayasan berupa sekumpulan aset dan kekayaan yang disisihkan oleh pendiri untuk kegiatan sosial dan non profit. Artinya, saat yayasan didirikan pertama kali, para pendiri memisahkan sejumlah kekayaan pribadinya, baik uang atau barang, untuk dijadikan kekayaan awal yayasan.

  Lebih lanjut dalam yayasan, tidak ada sistem keanggotaan. Organ yang ada dalam yayasan hanyalah pembina, pengurus, dan pengawas. Yayasan dapat melakukan kegiatan yang menghasilkan keuntungan. Namun keuntungan tersebut hanya dapat digunakan untuk kegiatan operasional yayasan dan tidak boleh dibagikan kepada pendiri yayasan. Karakter inilah yang membedakan yayasan dengan perseroan terbatas. Untuk berkembang dan mencari pendapatan, yayasan dapat mendirikan badan usaha dan/atau ikut serta (penyertaan saham) dalam suatu badan usaha yang biasanya berupa PT (Perseroan Terbatas) dengan batasan tertentu. Badan usaha dimaksud harus melakukan kegiatan usaha yang sejalan dengan maksud dan tujuan yayasan.

  Selain itu, organ yayasan juga dilarang merangkap jabatan sebagai Direksi/Pengurus atau Komisaris/Pengawas dari badan usaha tersebut. Selain dari mendirikan badan usaha, yayasan juga dapat memperoleh kekayaan dari:[1]

  1. Hibah;

  2. Hibah wasiat;

  3. Sumbangan atau bantuan yang tidak mengikat;

  4. Wakaf; dan

  5. Perolehan lain yang tidak bertentangan dengan anggaran dasar Yayasan dan/atau peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengurus Yayasan bisa menerima gaji, upah atau honorarium jika dalam anggaran dasar/akta pendirian Yayasan disebutkan demikian serta memenuhi syarat:

  1. Pengurus bukanlah pendiri yayasan dan tidak terafiliasi dengan Pendiri, Pembina, dan Pengawas Yayasan; dan 2. Melakukan kepengurusan yayasan secara langsung dan penuh.

  Untuk operasional hariannya, Yayasan wajib membayar segala biaya atau ongkos yang dikeluarkan oleh organ Yayasan saat menjalankan tugas Yayasan dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab. Sebagai salah satu bentuk tanggung jawab, dalam UU 16/2001 juga diatur mengenai laporan keuangan tahunan yayasan dan kepailitan.

  Sebagai bentuk perlindungan Pemerintah, yayasan diberikan status badan hukum (persona

  standi in juditio

  ) melalui penerbitan Surat Keputusan Kementerian Hukum dan HAM (“SK Portofolio Volume 13 No. 1 Mei 2016 : 75 – 92

  ISSN : 1829 -7188 Kemenhukham”) yang dapat diajukan setelah akta pendirian yayasan dibuat. Artinya, di mata hukum, yayasan dipandang sama seperti manusia sebagai subjek hukum yang memiliki hak dan kewajiban, sehingga yayasan Saudara dapat melakukan tindakan-tindakan keperdataan. Dalam hal yayasan membuat perjanjian, maka perikatan yang lahir dari perjanjian pada dasarnya mengikat kepada yayasan sebagai badan hukum, bukan kepada perseorangan organ yayasan. Setelah adanya akta pendirian dan SK Kemenhukham, yayasan dapat memproses dan memperoleh dokumen legalitas lainnya seperti SKDP (Surat Keterangan Domisili Perusahaan), NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak), Tanda Daftar Yayasan, dan Izin Operasional. Dengan demikian, akan lebih mudah jika Saudara hendak mengikatkan yayasan dengan pihak ketiga, misalnya saat mengajukan hibah.

  Perkumpulan

  Perkumpulan adalah berkumpulnya beberapa orang yang hendak mencapai satu tujuan yang sama dalam bidang non-ekonomis. Beberapa orang ini bersepakat mengadakan suatu kerja sama yang bentuk dan caranya diletakkan dalam suatu anggaran dasar. Di sini terlihat bahwa berbeda dengan yayasan, dalam perkumpulan diperkenankan adanya sistem keanggotaan. Perkumpulan berbadan hukum biasanya dipilih bila ada kebutuhan untuk melakukan pengumpulan dana, mendapatkan insentif pajak, membuka rekening bank atas nama perkumpulan dan sebagainya. Setelah adanya akta pendirian perkumpulan dan SK Kemenhukham, perkumpulan dapat memproses dan memperoleh dokumen legalitas lainnya seperti SKDP (Surat Keterangan Domisili Perusahaan), NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak), dan SKT Ormas (Surat Keterangan Terdaftar Organisasi Masyarakat) ke Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) tingkat kotamadya sesuai domisili perkumpulan. Dengan demikian, akan lebih mudah jika Saudara hendak mengikatkan perkumpulan dengan pihak ketiga, misalnya saat mengajukan hibah.

  Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

Jeff Atkinson dan Martin Scurrah dalam bukunya Globalizing Social Justice; The Role of

Non-Governmental Organizations in Bringing about Social Change

  memberikan pengertian LSM sebagai suatu sekelompok masyarakat (perhimpunan) yang secara formal terorganisir dan merupakan lembaga yang umumnya self-governing, privat, dan non profit (tidak berorientasi pada profit). Dari definisi tersebut dapat kita lihat bahwa LSM adalah suatu organisasi sosial. Istilah LSM sendiri tidak dikenal dalam kerangka hukum positif saat ini.

  Dari uraian di atas, dapat kita lihat ada perbedaan antara Yayasan dan Perkumpulan sebagai berikut:

  1. Yayasan didirikan karena ada kekayaan para pendiri yang dipisahkan, sementara Perkumpulan didirikan karena adanya orang-orang yang berkumpul membentuk sebuah organisasi.

  2. Pengaturan tentang Yayasan lebih lengkap, jelas, dan mutakhir ketimbang pengaturan atas Perkumpulan. Alasan inilah yang membuat Perkumpulan jarang dipilih dalam praktiknya.

  Mendeskripsikan Manajemen Pemasaran Pada Organisasi Non Bisnis di Indonesia

  3. Yayasan memiliki maksud dan tujuan spesifik, yaitu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan yang non profit. Sementara maksud dan tujuan Perkumpulan hanya non profit.

  4. Yayasan memiliki susunan organ yang jelas diatur dalam Undang-Undang, sementara Perkumpulan tidak ada.

  5. Pengaturan mekanisme perolehan kekayaan dalam Yayasan lebih terinci, sementara Perkumpulan tidak.

  Segmentation

  (Kotler, Philip & Keller, Kevin Lane, 2008) menjelaskan bahwa segmen pasar terdiri dari sekelompok pelanggan yang memiliki sekumpulan kebutuhan dan keinginan yang serupa. Alih-alih menciptakan segmen, tugas pemasar adalah mengidentifikasi segmen dan memutuskan segmen mana yang akan dibidik. Strategi segmentasi dapat dibagi menjadi lima kategori, yaitu : (Kasali, 2010)

  1. Geografi, pembagian pasar menjadi unit-unit geografis yang berbeda, seperti negara, negara bagian, wilayah, propinsi, kota, atau rumah tangga.

  2. Demografi, memilah-milah pasar atas faktor who to buy. Pasar dibagi menjadi menjadi kelompok-kelompok berdasarkan variabel-variabel demografis, seperti usia, gender, ukuran keluarga, siklus hidup keluarga, penghasilan, dan kelas sosial ekonomi. Variabel demografis merupakan dasar yang paling populer untuk membedakan kelompok- kelompok pelanggan karena lebih mudah diukur daripada variabel lain.

  3. Psikografi, membagi pasar atas faktor why do they buy. Konsumen dibagi-bagi menjadi kelompok yang berbeda berdasarkan gaya hidup, kepribadian, atau nilai-nilai yang mereka anut.

  4. Behavioral, membagi pasar atas faktor how do they buy dan mengacu pada kegiatan perilaku yang terjadi secara konkret. Konsumen dikelompokkan berdasarkan pengetahuan, sikap, pemakaian, atau tanggapan mereka terhadap produk tertentu.

  5. Individual, pasar dianggap sebagai kumpulan dari individu-individu yang berbeda satu sama lain. Semakin tinggi persaingan yang terjadi dalam suatu industri, perusahaan dituntut untuk menggunakan variabel yang paling dekat dengan perilaku pembelian, dalam hal ini behavioral atau individual. Secara arti, segmen pasar adalah kelompok besar yang dapat diidentifikasi dalam satu pasar yang mempunyai kelompok persyaratan tertentu dengan prilaku yang tidak jauh berbeda, sedangkan ceruk pasar adalah kelompok yang diidentifikasi dengan lebih sempit dengan persyaratan yang lebih sempit, khusus, karakteristik khusus dan pasar yang tidak terlalu besar (komunitasnya sedikit). Selanjutnya Hermawan Kertajaya (2003) mendefinisikan segmentasi berdasarkan organisasi nirlaba/non bisnis adalah sebagai berikut Segmentation: view your market creatively. Segmentasi artinya organisasi nirlaba harus melihat "pasar"nya secara kreatif, jangan hanya menjadi follower. Setelah mengelompokkan pasar, proses selanjutnya adalah targeting.Nana Mintarti (2009) menjelaskan bahwa Segmentation : view your market creatively. Segmentasi adalah view your market creatively, artinya organisasi nirlaba harus melihat “pasar”nya secara kreatif, jangan hanya menjadi follower. Siapa sesungguhnya pasar organisasi nirlaba? Pasar organisasi nirlaba secara garis besar adalah konstituennya, salah satunya adalah pihak-pihak Portofolio Volume 13 No. 1 Mei 2016 : 75 – 92

  ISSN : 1829 -7188 donor. Organisasi nirlaba harus melihat pasarnya secara kreatif, karena tiap donor, berbeda karakter. Karakter individual donor beragam, begitu juga karakter donor perusahaan. Cermati lebih detail pasar besar donor Anda, jangan melihatnya sebagai hutan, tetapi masukilah hutan, maka Anda akan melihat di dalamnya ada berbagai jenis pohon.

  Lakukan segmentasi, yaitu pengelompokan berdasarkan kesamaan karakter. Fahamilah karakteristik kelompok dan ambillah sikap dan perilaku yang khas terhadap tiap segmen donor yang mirip tadi sehingga bisa meraih manfaat maksimal.

  Targetting

  Targeting artinya memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan dijadikan target pasar. Strategi ini dilakukan untuk menentukan kepada siapa saja produknya akan dijual, apakah itu ditujukan pada semua orang atau hanya mengambil sekelompok orang pada ceruk pasar tertentu.(Kasali, 2010) Selanjutnya Hermawan Kertajaya (2003) mendefinisikan targeting berdasarkan organisasi non bisnis/nirlaba adalah sebagai berikutTargetting: allocate your resources effectively. Alokasikan sumberdaya yang ada pada "target pasar" donor yang sesuai dengan karakteristik lembaga.

  Targetting: allocate your resources effectively. Alokasikan sumberdaya yang ada

  pada “target pasar” donor yang sesuai dengan karakteristik lembaga. Jangan mati-matian menyasar donor yang kurang pas dengan karakteristik organisasi. Luangkan waktu dan penyasaran sumberdaya seefektif mungkin, karena sumberdaya kita terbatas (waktu, tenaga, atau pikiran). Sesuaikan, organisasi Anda paling pas menyasar pasar donor yang mana. Pusatkanlah perhatian Anda ke sana, agar tidak perlu ada sumberdaya yang tersia-sia. Jangan ibarat Rambo yang mengobral banyak peluru, tetapi jadilah sniper yang fokus dan hanya menyasar peluru pada sasaran yang jelas, memilih sasaran target pasar utama. Pilih sasaran dengan possibility yang besar untuk menerima proposal Anda.(Ir. Nana Mintarti, 2009)

  Positioning

  Positioning (posisi) adalah upaya untuk mengomunikasikan produk dan brand anda agar masuk ke dalam benak konsumen. Positioning adalah posisi yang ditempati suatu produk dalam pikiran pasar anda. Positioning dipakai ketikan akan menghadapi persaingan yang ketat sehingga menyulitkan konsumen mengingat produk atau suatu merk.(Kasali, 2010). Nana Mintarti (2009) Positioning: lead your customer credibly. Bahwa organisasi nirlaba harus sanggup meyakinkan stake holder. Ini terkait pada positioningapa yang dipilih sebuah organisasi nirlaba. Ia harus mampu menunjukkan positioning-nya. Pimpinlah konstituen/stake holder sampai mereka percaya pada organisasi Anda. Untuk unggul, organisasi nirlaba tidak perlu sama dengan lainnya. Justru ia harus mampu menunjukkan keunikannya, pada hal yang sudah menjadi pilihan positioning-nya sampai hal ini merasuki benak stakeholder. Siapapun stakeholder/konstituen organisasi nirlaba itu, tunjukkan bahwa organisasi Anda punya positioning berbeda dibanding yang lain. Untuk meraih kredibilitas, sebuah organisasi nirlaba perlu: (1) sadar kemampuan dan potensi diri; (2) membuat stakeholder percaya oprganisasi Anda unik dan buktikan keunikan itu sampai mereka percaya; (3) tunjanglah itu dengan bukti track record selama ini.

  Mendeskripsikan Manajemen Pemasaran Pada Organisasi Non Bisnis di Indonesia

  Differentiation

  Differensiasi adalah sebuah upaya untuk menciptakan perbedaan yang positif dimata pelanggan dan berbeda dari yang ditawarkan pesaing. Terdapat empat sumber utama suatu perusahaan dapat melakukan differensiasi, yaitu melalui product, service, people, dan image. Sebagai elemen taktik pemasaran pertama, differensiasi harus menciptakan sebuah perbedaan sejati dan produk yang khas bagi pelanggan. Produk bukan hanya dipersepsikan berbeda oleh pelanggan, tetapi harus benar-benar berbeda dalam hal konten, konteks, dan infrastruktur.(Kotler, Philip & Keller, Kevin Lane, 2008)

  Selanjutnya Hermawan Kertajaya (2003) mendefinisikan differensiasi berdasarkan organisasi nirlaba/non bisnis Differentiation, integrate your content and context. Content, adalah apa yang menjadi isi (aktivitas) organisasi; sedangkan context adalah bungkusnya. Sedangkan menurut Nana mintarti (20019) Differentiation: integrate your content and context. Content, adalah apa yang menjadi isi (aktivitas) organisasi; sedangkan context adalah bungkusnya. Content adalah about what to offer, program apa yang ditawarkan sebuah organisasi nirlaba; sedangkan context, how to offer, bagaimana cara menyampaikan isi kepada khalayak. Tak ada organisasi nirlaba yang bermaksud jelak. Semua mengusung nilai-nilai luhur untuk kebaikan, tapi hanya karena salah menyampaikan, buruknya cara mengkomunikasikan gagasan, memberi kesan sangar, arogan, emosional, maka maksud baik tadi akan gagal memperoleh dukungan konkret.

  Marketing Mixed

  Menurut Rhenald Kasali (Kasali, 2010) Bauran Pemasaran (Marketing Mix) dipopulerkan oleh Jerome McCarthy. Konsep bauran pemasaran lebih dikenal dengan 4P, yaitu Product (Produk), Price (Harga), Place (Tempat), dan Promotion (Promosi). Bauran pemasaran 4P tersebut merupakan kombinasi alat-alat pemasaran yang dapat digunakan untuk mempengaruhi dan mempertahankan pembeli. Hermawan Kertajaya (2003),Marketing Mixed berdasarkan organisasi nirlaba : integrate your offer and access. Marketing mix meliputi 4P, product, price, place and promotion. Produk pada organisasi nirlaba, adalah program dan layanannya pada stakeholder/konstituen.

  Daur hidup umumnya dibagi menjadi empat tahap sebagai berikut : (Kasali, 2010)  Introduction (Perkenalan, Kelahiran)

  Ini adalah tahap dimana produk baru diperkenalkan sehingga pertumbuhan masih lambat. Pada tahap ini, belum ada laba karena biaya-biaya masih belum tertutupi untuk memperkenalkan produk baru. Orang baru belajar menggunakan produk kita.  Growth (Pertumbuhan) Periode penerimaan pasar yang mulai cepat terjadi peningkatan laba yang besar.  Maturity (Kematangan)

  Periode penurunan pertumbuhan penjualan karena produk itu telah diterima oleh sebagian besar calon pembeli. Persaingan mulai menjadi ancaman dan banyak sekali pemain-pemain baru yang berdatangan. Laba akan stabil dan perlahan-lahan akan menurun karena persaingan yang meningkat.  Decline (Penurunan) Portofolio Volume 13 No. 1 Mei 2016 : 75 – 92

  ISSN : 1829 -7188 Periode saat penjualan menunjukkan arah yang menurun dan laba yang menipis.

  Kalau tidak bisa diangkat atau diperbarui, tidak mustahil produk atau brand anda akan mati. Pada saat ini mulai banyak pesaing yang menarik produknya dari pasar dan beralih ke produk lain. Untuk memasarkan produk-produk baru, tentu tidaklah mudah untuk mengetahui berapa konsumen bersedia mengeluarkan uangnya. Perusahaan memiliki dua pilihan dalam penetapan harga produk baru :

  a. Penetapan harga mengapung. Perusahaan berusaha meyakinkan pembeli bahwa produknya sangat berbeda dari produk lain yang ada di pasaran. Kalau berhasil, perusahaan dapat menghasilkan laba yang besar dari setiap barang yang dijual. Namun, harga akan jatuh sewaktu perusahaan-perusahaan baru memasuki pasar tersebut karena mereka melihat potensi margin yang besar yang diperoleh.

  b. Penetapan harga penetrasi. Strategi ini menarik minat konsumen dengan harga yang rendah untuk mendorong penjualan awal. Peningkatan harga selanjutnya baru dilakukan secara perlahan-lahan untuk menghindari agar pelanggan tidak mengundurkan diri.

  Selanjutnya Nana Mintarti (2009) meljelaskan lebih lanjut mengenai Marketing Mixed: integrate your offer and access. Marketing mix meliputi 4P, product, price, place and promotion. Produk pada organisasi nirlaba, adalah program dan layanannya pada stakeholder/konstituen. Produk ini harus konkret. Jika sebuah organisasi nirlaba menyatakan, ia menempatkan diri pada posisi tertentu, ini belum konkret. Tetapi kalau ia mampu mengkomunikasikan kemampuannya (programnya), dan berapa dana yang diperlukan untuk mewujudkan itu, dan apa indikator keberhasilannya (apa yang mau diraih), itu baru konkret.

  Gabungan antara product dan price disebut “offer” (apa yang ditawarkan organisasi nrilaba kepada konstituen/stakeholder). Ia harus menawarkan diri dalam arti apa service yang dimilkikinya dan untuk itu ia harus menatapkan berapa dana dibutuhkan (price).

  Organisasi nrilaba, juga harus diakses melalui place and promotion. Bagaimana publik bisa mengakses, melalui jalur apa untuk mengakses organisasi Anda? Apa jasa yang ditawarkan organisasi Anda? Apakah ditawarkan langsung/direct channel semisal permintaan sumbangan langsung: (direct mail) ataukah menggunakan channel, misalnya melalui media massa, social marketer, iklan layanan sosial di televisi, atau website.

  Dalam merancang marketing mix, organisasi nirlaba harus kembali pada differensiasi; ia mau different di bidang apa. Lakukanlah sesuatu secara berkesinambungan, agar sanggup membuat khalayak mengingat differensiasi organisasi nirlaba Anda. Jangan lupa, lakukan marketing mix organisasi nirlaba anda sedemikian rupa sehingga mudah diterima khalayak.

  Selling

  Dalam metode personal selling (penjualan pribadi), seorang tenaga penjual berkomunikasi tatap muka dengan calon-calon pelanggannya untuk memenuhi kebutuhannya dan menstimulasi pembelian. Teknik ini sangat efektif untuk membangun dan mendekatkan

  Mendeskripsikan Manajemen Pemasaran Pada Organisasi Non Bisnis di Indonesia hubungan antara produsen dan konsumennya, serta menambah kredibilitas perusahaan karena pembeli dapat berinteraksi dan bertanya kepada penjual sacara langsung.(Kasali, 2010).

  Penjualan adalah apa yang dilakukan sebuah perusahaan untuk menjual produk- produk yang dibuatnya dan sebagai penjual hendaknya memiliki teknik menjual yang pada beberapa literatur dinamai salesmanship.(Suherman, 2008) Hermawan Kertajaya (2003) Selling: build long-term relationship with your customer. Lakukanlah hubungan jangka panjang dengan customer atau konstituen organisasi anda.

  Menurut Eman Suherman (2008) Salesmanship merupakan keterampilan atau seni membujuk dan meyakinkan orang agar menyadari kebutuhannya terhadap produk yang ditawarkan. Sikap mental yang penting dan perlu dimiliki oleh seorang penjual antara lain : a. Keberanian dan percaya diri yang tinggi.

  b. Kemauan dan gairah kerja.

  c. Kegigihan dan keuletan.

  d. Kepribadian menarik.

  e. Keyakinan dan kebanggaan terhadap produk yang ditawarkan.

  f. Kesediaan untuk memberi pelayanan yang terbaik. Sedangkan kemampuan yang harus dimiliki penjual adalah :

  a. Kemampuan melakukan observasi dan identifikasi terhadap : 1) Kebutuhan masyarakat 2) Keadaan pasar 3) Keadaan pesaing 4) Keadaan pembeli

  b. Kemampuan mempengaruhi orang lain dan menanam serta memelihara kepercayaan orang lain.

  c. Kemampuan menentukan harga yang tepat dan baik.

  d. Kemampuan mengenal kondisi fisik dan psikologi pembeli.

  e. Kemampuan membuat suasana yang menyenangkan.

  f. Kemampuan mencari dan memperoleh informasi yang relevan.

  g. Kemampuan membuat rencana penjualan.

  Selanjutnya Nana Mintarti (2009) menjelaskan lebih lanjut bahwa Selling: build long-term relationship with your customer. Lakukanlah hubungan jangka panjang dengan customer atau konstituen organisasi anda. Prinsip ini, how to sell. Orang kerap menyamakan selling dengan marketing. Padahal, selling adalah bagaimana mengintegrasikan antara organisasi anda, pelanggan (konstituen) dan hubungan yang terbangun tersebut. Kalau mau menjual organisasi nirlaba, bangun dulu relationship antara Anda dan customer (konstituen), integrasikanlah lebih dulu baru melakukan penawaran. Jangan lakukan hard selling! Gaya “tembak langsung“ biasanya gagal. Menjual barang di supermarket, memang bisa dengan hard selling, mencantumkan harga dan membiarkan orang datang mengambil barang. Berbeda dengan menjual organisasi nirlaba. Organisasi nirlaba memerlukan soft selling, Mantapkanlah interaksi anda dengan market Anda, sehingga dari interaksi itu muncul Portofolio Volume 13 No. 1 Mei 2016 : 75 – 92

  ISSN : 1829 -7188 kesempatan melakukan penjualan. Kalau segmentation, targeting dan positioning termasuk strategi marketing, selling, termasuk taktik (selain differentiation dan marketing mix).

  Hal yang perlu diwaspadai: (1) Diferensiasinya yang oke bukan jaminan sukses organisasi nirlaba. Biasanya karena gagal dalam selling, program organisasi Anda sepi dukungan. (2) Kalaupun bisa meyakinkan orang sehingga mendonasikan dananya untuk program Anda, tetapi jika organisasi Anda gagal merawat relationship, program Anda menjadi short-term, tak bakal ada sokongan lanjutan. Relationship harus berlangsung terus- menerus, sampai tercipta customer bonding, ikatan dengan pelanggan. Maka akhirnya ikatan ini bukan lagi sekadar merupakan financial bonding berparadigma untung-rugi, melainkan emotional bonding, bahkan pada saatnya mencapai spiritual bonding. Artinya, seluruh rangkaian hubungan itu, membuat organisasi Anda masuk dalam batin stakeholder. Ini secara nyata menguatkan organisasi.

  Brand

  Hermawan Kartajaya (2003) Brand: Avoid the Commodity-Like Trap. Branding, adalah langkah menghindarkan organisasi nirlaba yang anda kelola dari pencitraan seperti kebanyakan organisasi nirlaba. Branding secara sederhana adalah penamaan merek yang membedakan produk anda dengan para pesaing. Namun lebih dari itu, branding tidak hanya terdiri dari sekedar memberi nama saja. Nama itu perlu dicitrakan , ditumbuhkan kesetiaan (brand loyalty), bahkan dibuat menjadi emosional. Brand positioning dilakukan untuk mempermudah daya ingat konsumen agar mereka menempatkan merek dalam top of mind mereka, dan menjadi loyal karena karena kitalah yang pertama-tama mereka sebutkan saat berbelanja.Jadi brand terdiri dari nama, simbol, warna yang didesain, dicitrakan, dan diasosiasikan dengan hal tertentu. (Kasali, 2010)

  Kotler (2008) menjelaskan mengenai Brand atau Merek adalah sebagai berikut :

  a. Sebuah merek adalah sebuah nama, tanda, simbol, desain atau kombinasi dari beberapa elemen ini, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikan barang dan jasa dari satu atau sekumpulan penjual dan untuk mendiferensiasikan mereka dari para pesaingnya. Komponen yang berbeda dari merek, nama merek, logo, simbol, desain kemasan dan lainnya disebut sebagai elemen merek.

  b. Merek menawarkan sejumlah manfaat bagi pelanggan dan perusahaan. Merek merupakan aset tak berwujud yang berharga yang perlu dikelola dengan seksama. Kunci dari penetapan merek adalah membuat pelanggan menyadari perbedaan di antara merek- merek dalam sebuah kategori produk.

  c. Ekuitas merek harus didefinisikan berdasarkan efek pemasaran yang secara unik dapat diatributkan ke sebuah merek. Artinya, ekuitas merek terkait dengan fakta bahwa akan diperoleh hasil yang berbeda dari pemasaran suatu produk atau jasa karena mereknya, dibandingkan dengan hasil bila produk atau jasa yang sama tidak teridentifikasi oleh merek tersebut.

  d. Pembangunan ekuitas merek bergantung pada tiga faktor utama : 1) Pilihan awal untuk elemen atau identitas merek yang membentuk merek.

  2) Cara merek diintegrasikan ke dalam dukungan program pemasaran.

  Mendeskripsikan Manajemen Pemasaran Pada Organisasi Non Bisnis di Indonesia 3) Asosiasi yang dipindahkan secara tidak langsung ke merek dengan menghubungkan merek dengan entitas lainnya (misal perusahaan, negara asal, saluran distribusi, atau merek lain.)

  e. Ekuitas merek perlu diukur agar dapat dikelola dengan baik. Audit merek mengukur “dimana merek selama ini berada” dan studi penelusuran mengukur “dimana merek berada sekarang” dan apakah program pemasaran mencapai efek yang diinginkan.

  Selanjutnya Kotler (2008) menjelaskan model ekuitas merek yang sudah banyak diterima : 1) Penilai Aset Merek

  Agen periklanan Young and Rubicam (Y&R) mengembangkan sebuah model ekuitas merek yang disebut penilai aset merek (Brand Asset Valuator / BAV). Ada lima komponen atau pilar kunci dari ekuitas merek menurut BAV :

   Diferensiasi : Mengukur tingkat sejauh di mana merek dianggap berbeda dari merek lain.  Energi : Mengukur arti momentum merek.  Relevansi : Mengukur cakupan daya tarik merek.  Harga diri : Mengukur seberapa baik merek dihargai dan dihormati.  Pengetahuan : Mengukur kadar keakraban dan keintiman konsumen dengan merek.

  2) BRANDZ Menurut model ini, pembangunan merek mengikuti sederet langkah yang berurutan masing-masing bergantung pada keberhasilan pencapaian langkah sebelumnya.

  3) Model AAKER David Aaker memandang ekuitas merek sebagai kesadaran merek (brand awareness), loyalitas merek, dan asosiasi merek yang bersama-sama menambah atau mengurangi nilai yang diberikan sebuah produk atau jasa. Manajemen merek dimulai dengan mengembangkan identitas merek, sekumpulan asosiasi merek yang unik yang mewakili tujuan dan janji merek kepada pelanggan, sebuah citra merek yang aspirasional.

  4) Model Resonansi Merek Model resonansi merek juga memandang pembangunan merek sebagai sederet langkah yang menapak naik, dari bawah ke atas. Menurut model ini, menerapkan keempat langkah ini berarti membangun sebuah piramid yang terdiri dari enam “kotak pembangunan merek” dengan pelanggan. Model ini menekankan dualitas merek, rute rasional bagi pembangunan merek adalah sisi kiri piramid, sementara rute emosional adalah sisi kanan.

  f. Strategi penetapan merek untuk sebuah perusahaan mengidentifikasikan elemen mana yang dipilih perusahaan untuk diterapkan ke berbagai produk yang mereka jual. Dalam perluasan merek, perusahaan menggunakan merek yang sudah mapan untuk memperkenalkan produk baru. Perluasan potensial harus dinilai dari seberapa efektif perluasan, pada gilirannya, berkontribusi pada ekuitas dari merek induknya.

  g. Merek dapat memainkan peran yang berbeda dalam portofolio merek. Merek dapat memperluas cakupan, memberikan proteksi, memperluas citra, atau memenuhi beragam Portofolio Volume 13 No. 1 Mei 2016 : 75 – 92

  ISSN : 1829 -7188 peran lain bagi perusahaan. Masing-masing produk nama merek harus memiliki positioning yang didefinisikan dengan baik. Dengan demikian, merek dapat memaksimalkan cakupan dan meminimalkan tumpang tindih dan ujungnya mengoptimalkan portofolio.

  h. Ekuitas pelanggan merupakan konsep pelengkap untuk ekuitas merek yang merefleksikan jumlah dari nilai-nilai seumur hidup dari seluruh pelanggan untuk sebuah merek. Tips membangun merk (branding): Pertama, jangan pandang remeh nama organisasi Anda. Jadikan nama organisasi nirlaba Anda diketahui orang banyak, sekaligus bangun asosiasi apa yang diharapkan akan lekat dengan nama organisasi nirlaba tempat anda berkiprah. Kedua, setiap orang dalam organisasi nirlaba, wajib membangun brand organisasi. Walau awalnya dari lingkungan kecil, secara bertahap perluas itu, misalnya dnegan rajin memuat organisasi Anda di media massa. Publikasi, adalah salah satu usaha branding. Ketiga, jaga nama baik organisasi, sekalipun dalam usaha menjaga nama baik, kadang memerlukan biaya. Rugi materi sejenak, tidak apa-apa, asal jangan kehilangan nama baik. Tercemarnya nama baik organisasi, bisa lebih besar kerugiannya daripada yang Anda duga.(Ir. Nana Mintarti, 2009)

  Service

  Hermawan Kartajaya (2003) menyatakan bahwa Service: make service as your way of life. Jadikan servis sebagai way of life setiap aktivitas organisasi nirlaba. Servis, bukan layanan biasa, ia ada tiga tingkat: intelektual, emosional, dan spiritual. Sedangkan Kotler (2008) mendefinisikan jasa/layanan (service) adalah semua tindakan atau kinerja yang dapat ditawarkan satu pihak kepada kepada pihak lain yang pada intinya tidak berwujud dan tidak menghasilkan kepemilikan apapun. Selanjutnya Kotler (2008) menjelaskan bahwa kategori bauran jasa menjadi lima kategori :

  a. Barang berwujud murni (pure tangible goods) : Penawaran terutama terdiri dari barang berwujud seperti sabun, pasta gigi, atau garamm.

  Tidak ada jasa yang menyertai produk.

  b. Barang berwujud yang disertai jasa (tangible goods with accompanying services) : Penawaran terdiri dari barang berwujud yang disertai dengan satu atau lebih jasa.Umumnya, semakin cangih sebuah produk, semakin besar kebutuhan untuj jasa pendukung berkualitas tinggi yang lebih luas. Jasa sering menjadi elemen penting dalam industri mobil, komputer, dan telepon seluler.

  c. Hibrida (Hybrid) : Penawaran terdiri dari bagian barang dan jasa yang sama proporsinya. Misalnya, orang sering mengunjungi restoran baik karena makanan maupun penyajiannya.

  d. Jasa utama yang disertai barang dan jasa kecil (Major service with accompanying minor goods and services) : Penawaran terdiri dari jasa utama beserta tambahan jasa atau barang pendukung.

  e. Jasa murni (pure service) : Penawaran murni terdiri dari jasa. Contoh pengasuh bayi, psikoterapi, dan pijat.

  Mendeskripsikan Manajemen Pemasaran Pada Organisasi Non Bisnis di Indonesia Lam, Hair dan McDaniel (2001:482) mendefinisikan jasa sebagai hasil dari usaha penggunaan manusia dan mesin terhadap sejumlah orang atau objek. Jasa meliputi suatu perbuatan, suatu kinerja, atau suatu upaya yang tidak bisa diproses secara fisik Payne (2000:12) merumuskan jasa sebagai aktivitas ekonomi yang mempunyai sejumlah elemen (nilai dan manfaat) intangible yang berkaitan dengannya, yang melibatkan sejumlah interaksi dengan konsumen atau dengan barang-barang milik dan tidak menghasilkan perubahan kepemilikan dalam kondisi bisa saja muncul dan produksi suatu jasa atau bisa juga tidak berkaitan dengan produk fisik. Jasa merupakan aktivitas, manfaat, atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual. Contohnya : bengkel reparasi, salon kecantikan, kursus, hotel, lembaga pendidikan, dan lain-lain. Khotler dalam Tjiptono (2005:16) menyatakan bahwa jasa sebagai salah satu bentuk produk dapat didefinisiskan sebagai : setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud) dan tidak menghasilkan kepemilikan tertentu. Produknya bisa dan bisa juga terikat pada suatu produk fisik.

  Karakteristik Pemasaran Jasa

  Beberapa karakteristik yang membedakan pemasaran barang dengan pemasaran jasa (Tjiptono 2005:18), adalah sebagai berikut :

  

 Intangibility (tidak berwujud), jasa berbeda dengan barang lain. Bila barang merupakan

  suatu objek, alat atau benda, maka jasa adalah suatu perbuatan, tindakan, pengalaman, proses, kinerja atau usaha yang menyebabkan jasa tidak dapat dilihat, dirasa, dicuim, didengar atau diraba sebelum dibeli atau dikonsumsi.

   Inseperability (tidak terpisahkan), barang biasanya diproduksi, kemudian dijual lalu dikonsumsi. Sedangkan jasa umumnya dijual terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi pada waktu dan tempat yang sama.

   Varability/Heterogenity/Inconsistency (Keanekaragaman), jasa bersifat variabel karena merupakan non-standardized output, artinya banyak variabel yang dibentuk, kualitas dan jenis tergantung siapa, kapan dan dimana jasa tersebut diproduksi.

   Perishability (Tidak Tahan Lama), ini berarti jasa tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. Kursi pesawat yang kosong, kamar hotel yang tidak dihuni atau kapasitas jalur telepon yang tidak dimanfaatkan akan berlalu atau hilang begitu saja ketika tidak dapat disimpan.

  

 Lack of Ownership , Pada pembelian jasa, pelanggan mungkin hanya memiliki akses

  personal atas suatu jasa dalam jangka waktu tertentu. Pembayaran biasanya dutujukan untuk pemakaian, akses atau penyewaan yang berkaitan dengan jasa yang ditawarkan Portofolio Volume 13 No. 1 Mei 2016 : 75 – 92

  ISSN : 1829 -7188

  Strategi Pemasaran Jasa