Tantangan Arus Globalisasi dan Dominansi

Tantangan Arus Globalisasi dan Dominansi Perusahaan
Multinasional di Indonesia
Indonesia, di tengah terpaan arus globalisasi yang semakin deras dan kuat,
nampaknya menemukan dirinya dalam keadaan yang kurang baik. Ditambah dengan
adanya krisis ekonomi yang menerpa Asia, termasuk di Indonesia pada tahun 19971998 silam. Indonesia merupakan negara yang menerima dampak paling parah, dan
rekonstruksi serta pemulihan ekonomi yang paling lambat jika dibandingkan dengan
negara Asia lainnya. Globalisasi sendiri merupakan proses integrasi secara
internasional di berbagai sektor, baik ekonomi, sosial, dan budaya, dan lainnya.
Globalisasi dalam sektor ekonomi, menimbulkan adanya liberalisasi ekonomi,
perdagangan bebas, pasar bebas. Hal ini mendorong banyaknya pihak-pihak asing
menanamkan modalnya di Indonesia (Foreign Direct Investment). Biasanya, investasi
ini juga bisa ditanamkan langsung dalam bentuk perusahaan. Itulah mengapa banyak
sekali perusahaan nasional di Indonesia yang pesat pertumbuhannya, dan masih
bertambah perusahaan baru setiap waktunya.
Perusahaan Multinasional (MNC) merupakan perusahaan yang mengontrol
asset produktif di lebih dari satu negara.1 Tentunya Perusahaan Multinasional ini
memiliki dampak yang baik dan buruk. Secara jelas memang MNC memberikan
tambahan devisa kepada negara dan membuka lapangan pekerjaan baru. Secara tidak
langsung menyerap pengangguran. Namun, dampak buruknya tentu tidak dapat
dihindarkan apalagi jika host countries atau negara penerima investasi tidak siap.
Penjajahan, secara praktik pejajahan atau kolonialisme sudah dirasakan Indonesia

beberapa tahun yang lalu. Kolonisasi secara nyata dan langsung oleh Portugis,
Belanda, dan Jepang. Indonesia memang sudah merdeka, namun benarkah Indonesia
sudah benar-benar secara total bebas dari yang namanya penjajahan? Konsep
penjajahan kontemporer sudah berubah. Negara yang mengalami penjajahan mungkin
1

Theodore H. Cohn. 2008. Global Political Economi: Theory and Practice Fourth Edition.
United States: Pearson Education, Inc. Longman.

sudah merdeka, sudah mendapatkan kedaulatannya, dan menerima pengakuan dari
negara lain. Namun konsep penjajahan yang baru ini juga terjadi di beberapa negara,
terutama negara berkembang, termasuk Indonesia. Walau negara dunia pertama juga
tidak terlepas dari penjajahan modern ini. Konsep kolonisasi modern ini memang
berbeda pada praktiknya, karena tidak terlihat nyata dan benar-benar jelas secara
langsung. Kolonialisme modern ini disebut Neokolonialisme. Neokolonialisme
dewasa ini merupakan representasi dari imperialisme di tahap akhir dan mungkin
yang paling berbahaya.2 Hasil dari neokolonialisme adalah, modal asing digunakan
untuk eksploitasi, bukan untuk perkembangan, dan investasi sesuai dengan paham
neokolonialisme, semakin meningkat dan tidak mengurangi kesenjangan antara orang
kaya dan miskin.3 Neokolonialisme merupakan bentuk paling buruk dari

Imperialisme. Dalam praktiknya, hal itu merupakan kekuasaan tanpa tanggung jawab,
dan eksploitasi besar-besaran tanpa ganti rugi.4
Perusahaan multinasional memang memberikan dampak cukup baik bagi
Indonesia, namun tentu saja ada dampak buruk juga yang ditimbulkan. Memang
dengan semakin banyaknya perusahaan multinasional yang menanamkan modalnya
di Indonesia, ketika Home Country sebagai negara penanam modal, menanamkan
banyak modalnya di berbagai host countries, tentu saja akan menambah devisa
negara dari pajak yang dibayarkan. Namun sayangnya, dalam hal ini kelicikan MNC
terdapat pada, adanya keringanan bea dan tarif, membuat barang, jasa, dan investasi
dapat masuk dengan mudah. Hasil dari keringanan tersebut digunakan untuk
perputaran modal berikutnya dan sebagai peringan pajak (pengalihan harga).
Banyaknya perusahaan multinasional ini menyebabkan lapangan kerja domestik
berkurang. Selain itu mengganggu kebijakan moneter di negara tersebut.
Sebagaimana perusahaan komersil lainnya, MNC juga bersifat profit oriented, yang
2

Kwame Nkrumah. 1965. Neo-Colonialism, the Last Stage of Imperialism.Tersedia:
https://www.marxists.org/subject/africa/nkrumah/neo-colonialism/introduction.htm
3
Ibid.

4
Ibid.

akan melakukan segala cara, segala sesuatu demi mencapai keuntungan yang sebesarbesarnya – biarpun itu melakukan eksploitasi sumber daya manusia maupun sumber
daya alam secara tidak langsung.
Sebagai contoh disini adalah PT Freeport. Potensi kekayaan alam yang terdapat
di Papua, Indonesia, seharusnya menjadi sebuah kebanggan bagi bangsa Indonesia,
yang memiliki sumber daya alam yang sangat kaya. Kandungan emas, perak dan
tembaga yang melimpah, serta ini diketahui bahwa adanya kandungan uranium di
lapisan bawah dari tembaga dan emas yang dapat dijadiakan sebagai bahan dalam
pembuatan nuklir. Tentu saja, ini merupakan sumber daya alam yang luar biasa
berpotensi untuk kekayaan Indonesia. Namun, hal yang terjadi justru sebaliknya, saat
PT Freeport Indonesia yang merupakan milik pihak asing menguasai Mimika. Hal ini
menimbulkan dampak yang negatif terhadap penduduk Papua setempat sendiri dan
juga karyawan dan pekerja yang bekerja disana. PT Freeport Indonesia mengambil
bahan konsentrat di Mimiki secara besar-besaran, dengan pembagian dividen yang
tidak adil untuk pemerintah Indonesia. Tingkat kemiskinan di Papua semakin tinggi
dengan kehadiran PT Freeport Indonesia. Hal ini tidak hanya merugikan secara
ekonomi dengan adanya kesenjangan yang cukup signifikan, namun juga dampak
yang ditimbulkan oleh PT Freeport Indonesia adalah kerusakan lingkungan dan juga

terjadinya pelanggaran hak, terutama Hak Asasi Manusia. Dari paparan di atas, dapat
disimpulkan bahwa PT Freeport memanfaatkan tidak hanya kekayaan alam di
Indonesia, namun juga memanfaatkan sumber daya manusia, dimana PT. Freeport
hampir seluruh sahamnya dimiliki oleh Amerika, dikarenakan kekayaan sumber daya
alam di Indonesia dan juga harga dari tenaga kerja di Indonesia lebih murah..
Pemanfaatan dari hasil produksi PT. Freeport Indonesia bertujuan untuk mengeruk
untung yang sebesar-besarnya. Namun tidak ada keadilan dalam pembagian dividen.
Indonesia memang mendapat keuntungan termasuk lapangan pekerjaan, namun tidak
ada apa-apanya dibanding dengan apa yang Amerika dapat. Indonesia sebaiknya
berani untuk bertindak dan tidak terus-terusan berdiam di bawah eksploitasi ini.

DAFTAR PUSTAKA
Cohn, Theodore H. 2008. Global Political Economi: Theory and Practice Fourth Edition.
United States: Pearson Education, Inc. Longman.
Nkrumah, Kwame. 1965. Neo-Colonialism, the Last Stage of Imperialism. Tersedia:
https://www.marxists.org/subject/africa/nkrumah/neo-colonialism/introduction.htm