BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG - Peran Kepolisian Terhadap Eksploitasi Anak Terhadap Tindak Pidana Kesusilaan (Studi Polsekta Medan Baru)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak adalah aset bangsa yang memiliki hak untuk dilindungi. Seorang anak

  harus mendapatkan perlindungan dari segala bentuk kekerasan dan kejahatan yang dapat membahayakan keselamatan anak tersebut. Tindak pidana eksploitasi terhadap anak merupakan Salah satu tindak pidana yang sering terjadi pada anak. Tindak pidana mengenai eksploitasi yang dialami oleh anak tersebut sangat bertentangan dengan tujuan nasional bangsa Indonesia. Tujuan nasional bangsa Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan Undang- undang Dasar 1945 alinea 4 yaitu Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, Memajukan kesejahteraan umum, Mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut

  2 melaksanakan ketertiban dunia.

  Globalisasi yang diikuti oleh perkembangan ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi menimbulkan dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif pesatnya perkembangan antara lain terciptanya berbagai macam produk yang berkualitas dan berteknologi terbukanya informasi yang diperoleh melalui satelit dan meningkatnya pendapatan masyarakat. Dampak negatifnya antara lain semakin meningkatnya krisis nilai moral di masyarakat yang berpotensi

2 Pusaka Bandung, Undang Undang Dasar Republik Indonesia, Pembukaan UUD 1945

  Alinea ke 4, Bandung, Rhineka cipta, 2000 meningkatnya jumlah orang yang melawan hukum pidana dalam berbagai

  3 bentuk.

  Dahulu sampai sekarang, permasalahan pidana telah menyerap energi para anak bangsa untuk membangun rekonstruksi sosial. Peningkatan aktivitas kriminal dalam berbagai bentuk menuntut kerja keras dalam membangun pemikiran-pemikiran baru mengenai arah kebijakan hukum dimasa depan. Arah kebijakan hukum bertujuan menjadikan hukum sebagai aturan yang memberikan perlindungan bagi hak-hak warga Negara dan menjamin kehidupan generasi di masa depan.

  Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa seharusnya kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat dan hak-hak sebagai manusia yang dijunjung tinggi. Hak asasi anak merupakan suatu bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Pasal 28A samapai dengan

  Pasal 28J Undang-Undang Dasar tahun 1945 selanjutnya Undang-Undang nomor 39 tahun 1999 tentang hak asasi manusia telah mencantumkan tentang hak anak. Pelaksanaan kewajiban dan tanggung jawab orang tua, keluarga masyarakat, pemerintah dan Negara untuk memberikan perlindungan pada anak yang terdapat dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan anak disamping itu terdapat Pasal-pasal yang mengatur mengenai sanksi Eksplotasi Seksual Terhadap Anak Di Bawah Umur antara lain terdapat dalam Pasal 287, Pasal 290 (2) dan (3), Pasal 292, Pasal 293 (1), Pasal 294 (1) dan Pasal 295 (1) KUHP. 3 Herman Mannheim, Criminal Justice and Social Reconstruction, Penerbit Pustaka

  Rakyat, Jakarta, 1946, Hlm 5

  Landasan yuridis bagi pelaksanaan kewajiban dan tanggung jawab orang tua, keluarga dan masyarakat pemerintah dan Negara merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara terus menerus demi terlindungnya hak anak, guna menjamin pertumbuhan dan perkembangan anak baik fisik, mental spiritual maupun sosial. Adanya persoalan pelaksanaan sistem peradilan anak di Indonesia menurut pentingnya kajian pengembangan konsep diversi dan restorative justice

  4 dalam pelaksanaan sistem peradilan pidana anak di Indonesia.

  Teori yang digunakan dalam menganalisa permasalahan pengembangan konsep diversi dan restorative justice dalam sistem peradilan pidana anak di Indonesia yaitu teori kebijakan penanggulangan kejahatan. Pemerintah sebagai penyelenggara kehidupan bernegara memberikan perlindungan dan kesejahteraan kepada masyarakat. Untuk itu pemerintah melakukan berbagai upaya kebijakan yang teragenda dalam program pembangunan nasional. Kebijakan pemerintah untuk melaksanakan pembangunan nasional tergabung dalam kebijakan sosial. Kebijakan-kebijakan tersebut berpengaruh pada peningkatan kualitas kehidupan

  5 bermasyarakat.

  Anak sebagai manusia adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang mengemban tugas mengelolah dan memelihara alam semesta dengan penuh kewajiban dan penuh tanggung jawab, oleh pencipta-Nya dianugrahi hak asasi untuk menjamin keberadaan harkat dan martabat kemuliaan dirinya serta keharmonisan lingkungannya. Bahwa hak asasi manusia merupakan hak dasar yang secara kodrat melekat pada diri manusia, yang bersifat universal dan 4 Marjono Reksodiputro, Kriminologi dan Sistem Peradilan Pidana, Penerbit Alumni, Jakarta, 1997, Hlm 145. 5 Diana M Dinitto, Social Welfare Politics and Public Policy, Boston, 2000, Hlm 2.

  langgem, oleh karena itu harus dilindungi, dihormati, dipertahankan, dan tidak boleh diabaikan,dikurangi, atau dirampas oleh siapapun. Namun yang sering terjadi dikalangan masyarakat kita yang di mana anaknya dipekerjakan tanpa disadari bahwa hak anak telah dirampas orang tua sendiri, kadang orang tua pun tidak menyadari bahwa anak yang sudah dipercayakan kepada majikannya tidak mengetahui jenis pekerjaannya sehingga anak tersebut merasa terampas hak nya.

  Anak gadis yang dibawah umurkadang telah diperdagangkan menjadi PSK (Pekerja Seks Komersial) yang lebih menyakitkan orang tuanya tidak mengetahui bahwa anaknya telah dipekerjakan sebagai seorang PSK (Pekerja Seks Komersial), sedangkan orang tua dan majikan anaknya telah melakukan suatu kontrak kerja, sehingga anak tersebut terikat dalam suatu pekerjaannya dan inilah

  6 sebagian gambaran kecil dari eksploitasi anak di bawah umur.

  Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang hak-hak anak dari sisi kehidupan berbangsa dan bernegara karena anak adalah masa depan bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindakan kekerasan dan diskriminasi hak sipil dan kebebasan.

  Anak yang menjadi pelaku tindak pidana yang masuk sistem peradilan pidana harus diperlakukan manusiawi sebagaimana termuat dalam Undang-Undang No.

  23 Tahun 2003 tentang perlindungan anak, yaitu non diskriminasi, kepentingan

6 Ibid, Hlm 148

  terbaik anak, hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangannya, serta

  7 penghargaan terhadap pendapat anak.

  Atas hak anak selama masa tanggungan orang tua untuk lebih jelas bahwa selain hak asasi manusia, manusia juga mempunyai kewajiban dasar antara manusia yang satu terhadap yang lain dan terhadap masyarakat secara keseluruhan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara Indonesia sebagai anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa mengemban tanggung jawab moral dan hukum untuk menjunjung tinggi dan melaksanakan Deklarasi Universitas tentang Hak Asasi Manusia yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, serta berbagai instrument yang telah diterima oleh Negara Republik Indonesia berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, c, dan d

  8 dalam rangka melaksanakan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).

  Undang-Undang ini yang dimaksud Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai mahkluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh Negara hukum,. Pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. 1. kewajiban dasar manusia adalah seperangkat kewajiban yang apabila tidak dilaksanakan, tidak memungkinkan terlaksana dan tegaknya hak asasi manusia.

  2. Diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan, atau pengucilan yang langsung maupun tidak langsung didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial, status 7 8 Pasal 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002, Tentang Perlindungan Anak.

  Rusli Muhammad, Reformasi Sistem Pemasyarakatan, Yogyakarta, 1999, Hlm 45 ekonomi, jenis kelamain, bahasa, keyakinan politik yang berakibatkankan, penyimpangan atau pengahapusan pengakuan, pelaksaan atau penggunaan hak asasi manusa dan kebebasan dasar dalam kehidupan baik individu maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya, dan aspekkehhidupan lainnya. Untuk suatu alasan yang didasari pada setiap bentuk diskriminasi, apabila rasa sakit atau penderitaan tersebut ditimbulkan oleh atas hasutan dari, dengan persetujuan, ataupun pengetahuana oleh siapapun dan atau pejabat publik. Aparat Negara dengan disengaja atau kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasin dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang- undang ini dan tidak mendapatkan, atau dikhawatirkan tidak memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.

  Komisi Nasional Hak Asasi yang selanjutnya disebut Komnas HAM adalah lembaga mandiri yang berkedudukan setingkat dalam Negara lainnya yang berfungsi melaksanakan pengkajian, penelitian, penyaluran, pemantauan dan mediasi hak asasi manusia bagi anak yang masih di bawah umur merupakan hak-

  9 hak yang melekat pada manusia yang mencerminkan martabatnya.

  Anak merupakan seseorang yang memiliki hak hidup yang sama dengan setiap orang tanpa membedakan golongan umur dan jenis kelamin. Setiap anak berhak mendapatkan perlindungan dari lingkungan sekitarnya, baik keluarga, masyarakat dan Negara. Namun disebabkan oleh keadaan yang kian memburuk 9 Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak, Bandung, 2008, Hlm 7. maka tidak sedikit anak yang diperdayakan untuk dapat mencakupi kebutuhan hidup keluarga. Pendidikan yang rendah dari anak-anak menjadikan mereka memiliki pengetahuan yang sangat sedikit tentang keadaan sekitarnya. Bukan hanya hal itu saja, budi pekerti seseorang merupakan titik tolak atas keadaan terjadi. Rendahnya budi pekerti seseorang menyebabkan orang tidak saling menghargai sesamanya.

  Penulis tertarik untuk membahas masalah tersebut dalam bentuk karya ilmiah berupa skripsi dengan judul yaitu :

  “PERAN KEPOLISIAN DALAM PENCEGAHAN EKSPLOITASI ANAK TERHADAP TINDAK PIDANA KESUSILAAN (STUDI POLSEKTA MEDAN BARU) “

  B. PERMASALAHAN

  Adapun yang menjadi permasalahan pada skripsi ini adalah :

  1. Bagaimana pengaturan terkait larangan melakukan eksploitasi terhadap anak dalam tindak pidana kesusilaan menurut per Undang-Undangan Indonesia ?

  2. Bagaimana peran Kepolisian dalam memberantas eksploitasi anak dalam tindak pidana kesusilaan di kota medan ?

  3. Hambatan yang dihadapi pihak Kepolisian dalam menjalani penanggulangan eksploitasi anak ?

  C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

  Adapun tujuan dan manfaat penulisan skripsi ini adalah sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Selanjutnya berdasarkan permasalahan yang dikemukakan diatas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah : a. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap korban eksploitasi anak dibawah umur.

  b. Untuk mengetahui sanksi pidana terhadap pelaku eksploitasi anak yang ada di polresta kota medan terkait dengan Undang-Undang RI No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

  c. Untuk mengetahui penerapan sanksi pidana terhadap pelaku tindak pidana eksploitasi anak dibawah umur di wilayah polresta kota medan.

  Sedangkan manfaat dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

  1. Manfaat Teoretis Diharapkan penulisan skripsi ini mempunyai kegunaan bagi keberadaan dan perkembangan ilmu hukum khususnya mengenai eksploitasi anak dibawah umur.

  2. Manfaat Praktis

  a. Menambah wawasan dan cakrawala bagi pihak-pihak yang terkait dalam melakukan suatu tindak pidana yang melanggar Hukum.

  b. Sebagai masukan bagi pihak-pihak yang terkait dengan materi penulisan skripsi ini.

D. Keaslian Penulisan

  Keaslian penulisan skripsi ini benar merupakan hasil dari pemikiran dengan mengambil panduan dari buku-buku dan sumber lain yang berkaitan dengan judul skripsi. Adapun yang menjadi judul penulisan skripsi ini adalah :

  “PERAN KEPOLISIAN TERHADAP EKSPLOITASI ANAK DIBAWAH

  

UMUR DALAM TINDAK PIDANA KESUSILAAN YANG TERJADI DI

WILAYAH HUKUM KOTA MEDAN (STUDI KASUS POLSEKTA MEDAN BARU) “ Kalaupun ada yang sama tetapi pembahasannya berbeda baik

  masalah,tujuan dan metodenya. Jadi Judul skripsi ini belum ada atau tidak ada yang sama dengan judul yang ada di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Adapun judul yang berkaitan antara lain sebagai berikut :

  1. Nama : Herri Sahputra Judul : Perlindungan hukum terhadap korban Eksploitasi seksual komersial di beberapa wilayah Indonesia.

  2. Nama : Dewi Lambok Maria S Judul : Perlindungan Hukum terhadap pekerja anak dari tindak pidana perdagangan anak (studi kasus di PN Medan)

  3. Nama : Allexander K.D.I.Silaen Judul : Peran Kepolisian terhadap penanggulangan tindak pidana perdagangan orang (Human Traffiking) (Studi di Poltabes

  Medan)

  4. Nama : Belin Evi Yeni P Judul : Peran biro pemberdayaan perempuan provinsi Sumatera Utara dalam tindak pidana Perdagangan orang di Provinsi Sumatera Utara

  5. Nama : Grace Eka Tamba

  Judul : Pertanggung jawaban pidana terhadap pelaku tindak pidana perdagangan anak untuk tujuan prostitusi (studi Putusan No.1262/Pid B/2008/PN.Medan)

  6. Nama : Sepriarto Simanjuntak Judul : Tinjauan Psikologi Kriminal terhadap tindak pidana perdagangan anak (CHILD Traffiking) studi putusan PN

  No.147/PID.B/2008/PN.BKS

  7. Nama : Intan Bulandari Nst Judul : Tinjauan Kriminologi terhadap tindak pidana perdagangan anak terkait Undang-Undang No 23 Tahun 2002 (studi Putusan PN

  Medan Nomor : 2743/Pid.B/2006/PN.Mdn)

E. Tinjauan Kepustakaan

1. Pengertian Anak

  Peraturan Perundang-Undangan Indonesia tidak terdapat pengaturan yang tegas tentang kriteria anak lain pula halnya Kepustakaan Ilmu Pengetahuan Hukum, anak diartikan sebagai orang yang belum dewasa (minderjarig) tetapi sistem hukum di Indonesia membuat kriteria umur anak. Terjadinya hal ini sebagai akibat berbedanya sudut pandang suatu peraturan perundang-undangan dengan sudut pandang peraturan perundang-undangan yang lain dengan mempergunakan alasan-alasan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan kriteria umur seseorang yang dapat dikelompokkan kedalam orang yang masih anak.

  Jika hak anak telah dirampas kadang orang tua pun tak menyadari bahwa anak yang telah dipercayakan kepada majikannya tidak mengetahui jenis pekerjaannya sehingga anak tersebut merasa terempas haknya. Anak gadis dibawah umur kadang telah diperdagangkan menjadi seorang PSK yang lebih menyakitkan orang tuanya tidak mengetahui bahwa anaknya dipekerjakan sebagai PSK, sedangkan orang tua dengan majikan anaknya telah melakukan suatu kontrak kerja, sehingga anak tersebut terikat dalam suatu pekerjaannya inilah sebagian gambaran kecil dari eksploitasi anak dibawah umur.

  Memahami hak anak, hendaknya dipahami dahulu Hak Asasi Manusia, karena anak merupakan bagian Integral dari manusia. Dalam Pasal 1 ke 1 Undang-

  Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia bahwa “ Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikatnya dan keberadaan manusia sebagai mahkluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan Anugrah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh Negara, Hukum, Pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat

  10 dan martabat manusia.

  Hak Asasi Manusia yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi karena lahir dari suatu pertimbangan sebagaimana termuat di dalam Undang- Undang Nomor 39 tahun 1999 tersebut huruf a dan b yang menyatakan sebagai berikut : a. Bahwa manusia sebagai mahkluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang bertugas mengemban tugas mengelolah dan memelihara alam semesta dengan penuh 10 . Undang-Undang nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. ketaqwaan dan bertanggung jawab untuk kesejahteraan umat manusia, oleh penciptanya dianugrahi Hak Asasi Manusia untuk menjamin keberadaan harkat dan martabat kemuliaan dirinya serta kehormatan lingkungannya.

  b. Bahwa hak asasi manusia dasar yang seacara kodrati melekat pada diri manusia, bersifat universal dan langgeng, oleh karena itu harus dilindungi, dihormati, dipertahankan dan tidak boleh diabaikan, dikurangi dan dirampas oleh siapapun.

  Hak Asasi Manusia dalam arti luas termasuk didalamnya segala sesuatu yang menjadi hak anak, karena sebagaimana penulis katakan diatas, bahwa anak merupakan bagian integral dari manusia. Namun demikian anak mempunyai hak khusus yang berbeda dengan Hak Asasi Manusia dalam arti luas dengan kata lain bahwa anak mempunyai hak yang lebih dari hak yang dewasa, perbedaan ini timbul karena anak merupakan kelompok manusia tertentu yang secara khusus mempunyai kondisi yang lemah, baik fisi, mental maupun sosial berdasarkan kedudukannya yang masih minderjarig.

  Penyelenggaraan perlindungan anak berasaskan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 serta prinsip-prinsip dasar Konvensi hak anak yang meliputi :

  1. Non diskriminasi

  2. Kepentingan yang terbaik bagi anak

  3. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan

  4. Penghargaan terdapat pendapat anak ( Pasal 2 Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 )

  Perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak anak agar hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secra optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi demi terwujudnya anak Indonesia yang bekualitas, berakhlak mulia dan sejahtera ( Pasal 3 Undang-Undang nomor 23 tahun 2002 ).

  Budaya hukum (legal culture) merupakan sikap manusia terhadap hukum dan sistem hukum. Sikap masyarakat ini meliputi kepercayaan, nilai-nilai, ide-ide serta harapan masyarakat terhadap hukum dan sistem hukum. Budaya hukum juga merupakan kekuatan sosial yang menentukan bagaimana hukum dilaksanakan, dihindari, atau bahkan bagaimana hukum disalahgunakan.

  Menurut G. Pieter Hoefnagels, keterlibatan masyarakat dalam kebijakan penanggulangan kejahatan (criminal policy) sangat penting, karena kebijakan penanggulangan kejahatan (criminal policy) merupakan usaha yang rasional dari masyarakat sebagai reaksi terhadap kejahatan. Selanjutnya dikatakan bahwa kebijakan penanggulangan kejahatan merupakan ilmu untuk menanggulangi

  11 kejahatan.

  Menurut G. Pieter Hoefnagels upaya penanggulangan kejahatan dapat

  12

  ditempuh dengan beberapa cara, yaitu : 1. Penerapan hukum pidana (criminal law application).

  2. Pencegahan tanpa pidana (prevention without punishment).

  3. Mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan lewat media massa (Influencing views of society on crime and punishment). 11 G. Pieter Hoefnagels, The Other Side of Criminology, an Inversion of the Concept of

  Crime , Holland, 1972, Hlm 57 12 Ibid, Hlm 56

  Secara garis besar upaya penanggulangan kejahatan dibagi dua, yaitu jalur penal (hukum pidana) dan jalur nonpenal (bukan / diluar hukum pidana). Menurut G. Pieter Hoefnagels, upaya pencegahan tanpa pidana dan mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan lewat media massa.

2. Pengertian Perlindungan Anak.

  Kedudukan anak sebagai generasi muda yang akan meneruskan cita-cita luhur bangsa, calon-calon pemimpin bangsa di masa mendatang dan sebagai sumber harapan bagi generasi terdahulu, perlu mendapat kesempatan seluas- luasnya untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar baik secara rohani, jasmani, maupun sosial. Perlindungan anak merupakan usaha dan kegiatan seluruh lapisan masyarakat dalam berbagai kedudukan dan peranan yang menyadari betul pentingnya anak bagi bangsa dan Negara dikemudian hari.

  Perlindungan anak adalah segala usaha yang dilakukan untuk menciptakan kondisi agar setiap anak dapat melaksanakan hak dan kewajibannya demi perkembangan dan pertumbuhan anak secara wajar baik fisik, mental, dan sosial. Perlindungan anak merupakan perwujudan adanya keadilan dalam suatu masyarakat, dengan demikian perlindungan anak diusahakan dalam berbagai bidang kehidupan bernegara dan bermasyarakat.

  Arif Gosita mengemukakan bahwa kepastian hukum perlu diusahakan demi kelangsungan kegiatan perlindungan anak dan mencegah penyelewengan yang membawa akibat negatif yang tidak diinginkan dalam pelaksanaan perlindungan anak. Perlindungan anak tidak boleh dilakukan secara berlebihan dan memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan maupun diri anak itu sendiri,

  13 sehingga usaha perlindungan yang dilakukan tidak berakibat negatif.

  14 Perlindungan anak dapat dibedakan dalam 2 (dua) bagian yaitu :

  1. Perlindungan anak yang bersifat yuridis, yang meliputi, dalam bidang hukum publik dan dalam bidang hukum keperdataan.

  2. Perlindungan anak yang bersifat non yuridis yang meliputi, perlindungan dalam bidang sosial, bidang kesehatan, dan bidang pendidikan.

  Perlindungan hak-hak anak pada hakikatnya menyangkut langsung pengaturan dalam peraturan perundang-undangan. Kebijaksanaan usaha dan kegiatan yang menjamin terwujudnya perlindungan hak-hak anak, pertama didasarkan atas pertimbangan bahwa anak-anak merupakan golongan yang rawan dan dependent, disamping karena adanya golongan anak-anak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangannya, baik rohani, jasmani, dan sosial.

  Perlindungan anak bermanfaat bagi anak dan orang tuanya serta pemerintahnya, maka koordinasi kerjasama perlindungan anak perlu diadakan dalam rangka mencegah ketidakseimbangan kegiatan perlindungan anak secara keseluruhan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan

  15 dan diskriminasi.

13 Arif Gosita, Masalah-Masalah Perlindungan Anak, Jakarta, Akademi Pressindo, 1989,

  Hlm 35 14 15 Ibid, Hlm 38 Maidin Gultom, Aspek Hukum Pencatatan Kelahiran dalam Usaha Perlindungan Anak pada Catatan Sipil Kotamadya Medan . Pasca Sarjana USU, 1997, Hlm 53

  Sehubungan dengan hal ini, Abdul Hakim Garuda Nusantara mengatakan, “Masalah perlindungan hukum bagi anak-anak merupakan satu sisi pendekatan untuk melindungi anak-anak Indonesia. Masalahnya tidak semata-mata bisa didekati secara yuridis, tapi perlu pendekatan lebih luas, yaitu ekonomi, sosial,

  16 dan budaya.

3. Pengertian Tindak Pidana Kesusilaan

  Kata kesusilaan diambil dari kata dasar dalam kamus Besar Bahasa Indonesia yang berarti kata “susila” memuat arti baik budi bahasanya, beradab, sopan, tertib, adat istiadat yang baik, sopan santun Sedangkan dalam bahasa

  17

  inggris diartikan moral. Kata moral diterjemahkan berupa kesopanan dan kesusilaan. Kesusilaan dalam hal menilai yang benar dan yang salah. Diamati berdasarkan kenyataan sehari-hari, persepsi masyarakat terhadap arti kesusilaan lebih condong kepada tindakkan yang berhubungan dengan susila dan kesopanan.

  Arti kesusilaan seperti diatas menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tampak kurang tepat karena dalam hal lain seperti mengemis, penyiksaan binatang dan minuman keras tergolong pada tindak pidana kesusilaan.

  Penulisan kata “Kesusilaan” yang menjadi dasar penulisan ialah tindakan atau pun perbuatan yang bertentangan dengan moral dan adat istiadat bangsa indonesia, sehingga dapatlah disimpulkan bahwa dalam KUHP, kata “Susila” memiliki arti yang lebih luas kearah kesopanan sedangkan kesusilaan yang 16 17 Abdul Hakim Garuda Nusantara, Prospek Perlindungan Anak, Jakarta, 1986, Hlm 22 Leden Marpaung, Kejahatan terhadap Kesusilaan dan Masalah Prevensinya ,

  Cetakan Kedua, Sinar Grafika, Jakarta, 2004, Hlm. 2 diambil dalam penelitian ini di artikan kepada tindakan kesopanan melanggar moral.

  Kesusilaan dalam KUHP diatur pada BAB XIV KUHP yang terdiri dari

  Pasal 281 sampai dengan Pasal 303, sejumlah 25 Pasal tetapi 3 Pasal memuat hukuman tambahan / pemberatan yakni Pasal 283 sampai dengan Pasal 303. Kejahatan terhadap kesusilaan anak pada umumnya menimbulkan kekhawatiran/ kecemasan khususnya orang tua terhadap anak karena selain dapat mengancam keselamatan anak dapat pula mempengaruhi proses pertumbuhan kearah kedewasaan lebih dini. Para orang tua dari anak itu sendiri dengan sengaja memperkerjakan anaknya demi kepentingan ekonomi keluarga yang seharusnya bukan anak yang menanggungnya. Pemerintah pun tidak dapat berbuat banyak, setiap kali mereka ditertibkan, mereka akan kembalui lagi.

  Tindak pidana kesusilaan banyak menimbulkan kesulitan dalam hal penyelesaian baik pada tahap penyidikan, penuntutan maupun pada tahap pengambilan keputusan. Kesulitan juga terdapat dalam hal pembuktian misalnya perkosaan atau perbuatan cabul yang pada umumnya dilakukan tanpa kehadiran orang lain sebagai saksi.

  J.M Van Bemmelen mengatakan bahwa terhadap tindak pidana kesusilaan tidak hanya memuat berbagai kejahatan seksual, akan tetapi delik delik lain yang tidak ada sangkut pautnya dengan seksualitas, Bemmelem menyimpulkan tindak

  18 pidana kesusilaan lebih luas lagi.

F. Metode Penelitian

18 Bemmellem, J.M. Van, Mr, Hukum Pidana Jilid I, Bina Cipta, Bandung, 1989

  1. Jenis penelitian Fungsi metode penelitian adalah alat untuk mengetahui Sesuatu masalah yang akan diteliti, dari segi penelitian hukum, penelitian hukum dibedakan berdasarkan

  2 kelompok, yaitu, Penelitian hukum normatif yaitu penelitian yang mencakup penelitian terhadap asas hukum, sistematika hukum, penelitian, taraf sinkronisasi hukum, sejarah hukum dan perbandingan hukum. Penelitian hukum empiris yaitu penelitian yang mencakup penelitian terhadap identifikasi hukum (Hukum tidak

  19 tertulis) dan penelitian terhadap efektivitas hukum.

  Kajian penelitian yang di ambil dalam skripsi ini yaitu penelitian hukum normatif didukung dengan penelitian empiris. Bersifat deskriptif analitis maksudnya adalah cara penulisan yang bertujuan untuk memberikan data atau gambaran secara tepat dan teliti tentang keadaan atau gejala manusia/individu atau

  20

  kelompok tertentu. Yuridis normatif dimaksudkan untuk melakukan pengkajian terhadap hukum pidana dan penerapan pidana sebagai sarana kebijakan hukum pidana, dalam rangka pembangunan dan pembaharuan hukum pidana Indonesia.

  2. Sumber Data Data yang di pergunakan adalah data Primer didukung oleh data sekunder.

  Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.

  19 Soerjono Soekamto, Pengantar Penelitian Hukum, Rajawali Press, Jakarta, 2003, Hlm 15

  20 Ibid, Hlm. 16 a. Bahan Hukum Primer, yaitu : data yang asli diperoleh dari tangan awal, dari sumber asalnya yang pertama yang belum diolah dan diuraikan orang lain yang diperoleh dari keterangan dan penjelasan pihak-pihak di objek penelitian.

  b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui studi Kepustakaan yaitu melakukan penelitian terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan berhubungan dengan eksploitasi anak dibawah umur serta buku ataupun majalah yang berkaitan dengan permasalahan yang diangkat.

  c. Bahan hukum tersier berupa bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap hukum primer dan hukum skunder seperti kamus bahasa hukum maupun kamus umum. Data Primer adalah data-data yang paling utama dalam sebuah penelitian dan menjadi objek dalam penulisan karya ilmiah.

  3. Metode Pengumpulan Data Metode Pengumpulan data dilakukan dengan studi kepustakaan (Library

  Research). Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan studi kepustakaan dilakukan guna mencari bahan literatur dan konsep terkait dengan eksploitasi anak dibawah umur di wilayah polresta kota medan

  Metode Research dilakukan dengan melalui wawancara dilapangan pada pihak kepolisian, dan instansi-instansi yang terkait.

  4. Analisis Data Analisa data dapat dilakukan dengan menggunakan analisa kualitatif sesuai dengan sifat penelitian maka analisa data dilakukan secara kualitatif, yaitu dengan cara mempelajari, memahami data yang ada, selanjutnya dianalisis dengan metode induktif dan deduktif, sehingga dapat di tarik kesimpulan dalam rangka

  21 menjawab permasalahan dalam skripsi ini.

G. Sistematika Penulisan

  Bab I Pendahuluan, adalah sebagai bab pengantar dari permasalahan, terdiri dari 7 (tujuh) sub bab yaitu : Latar Belakang, Permasalahan, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

  Bab II Terkait dengan pengaturan tentang larangan melakukan Eksploitasi terhadap anak dalam tindak pidana kesusilaan menurut per Undang-Undangan Indonesia.

  Bab III Peran Kepolisian dalam memberantas Eksploitasi anak dalam tindak pidana kesusilaan di kota medan. Bab IV Hambatan yang dihadapi pihak Kepolisian di dalam menjalani penanggulangan eksploitasi anak. Bab V Kesimpulan dan Saran, bab ini merupakan penutup dari keseluruhan materi skripsi yang terdiri dari 2 (dua) sub bab yaitu : kesimpulan dan saran.

Dokumen yang terkait

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tanggung Jawah Hukum Perusahaan Patungan (Joint Venture Company) dalam Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

0 1 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pisau Egrek - Pengaruh Proses Deformasi Plastis Dengan Metode Hammering Terhadap Sifat Mekanis Dan Microstruktur Baja Bohler K460 (AISI O1)

0 0 33

Analisis Yuridis Terhadap Peran Pemerintah Daerah Dalam Kegiatan Penanaman Modal Asing Sektor Pariwisata

0 0 36

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Yuridis Terhadap Peran Pemerintah Daerah Dalam Kegiatan Penanaman Modal Asing Sektor Pariwisata

0 0 22

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM UDARA INTERNASIONAL MENURUT KONVENSI CHICAGO 1944 A. Sejarah Hukum Udara Internasional - Tinjauan Yuridis Hukum Udara Internasional Dalam Kasus Jatuhnya Pesawat Tempur Rusia Akibat Penembakan Turki

0 0 29

BAB II Tinjauan Umum Tentang Perjanjian A. Pengertian dan Hakekat Perjanjian - Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Bangunan Pabrik Kelapa Sawit Antara PT. Bima Dwi Pertiwi Nusantara Dengan PT. Mutiara Sawit Lestari

0 0 34

BAB I Pendahuluan A. Latar belakang Masalah - Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Bangunan Pabrik Kelapa Sawit Antara PT. Bima Dwi Pertiwi Nusantara Dengan PT. Mutiara Sawit Lestari

0 1 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Menopause - Perbedaan Kadar Enzim Katalase Pada Wanita Menopause Dan Wanita Usia Reproduktif

0 0 23

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekosistem Sungai Batang Toru - Keanekaragaman Ikan di Perairan Sungai Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara

0 0 6

BAB II BAGAIMANA PERATURAN PER UNDANG-UNDANGAN TERKAIT TENTANG LARANGAN MELAKUKAN EKSPLOITASI ANAK DALAM TINDAK PIDANA KESUSILAAN MENURUT PER UNDANG-UNDANGAN 1. KUHP - Peran Kepolisian Terhadap Eksploitasi Anak Terhadap Tindak Pidana Kesusilaan (Studi Pol

0 0 16