Padi dan Jagung Hibrida Unggul Baru

  Nomor 19 Tahun 2007

  I SSN 1410-2021 Warta

  Plasma Nutfah Indonesia Media Komunikasi Komisi Nasional Sumber Daya Genetik Padi dan Jagung Hibrida Unggul Baru Warta Plasma Nutfah Indonesia merupakan media komunikasi dan pemasyarakatan plasma nutfah, terbit secara berkala dua kali Badan Litbang Pertanian baru- baru ini melepas dua varietas setahun. Redaksi menerima padi hibrida dan dua varietas jagung hibrida, yang diharapkan sumbangan naskah berupa artikel dapat memperkuat ketahanan pangan nasional maupun berita (news) tentang keplasmanutfahan. Isi warta

  Plasma Nutfah Indonesia dapat

  adi dan jagung perlu diupayakan peningkatan produksinya me-

  dikutip tanpa izin Redaksi maupun penulis tetapi perlu menyebut

  ngingat kebutuhan terus meningkat. Di Cina, upaya peningkatan sumbernya. produksi diupayakan melalui perakitan dan pengembangan padi

  P

  hibrida yang luas areal tanamnya saat ini telah mencapai 15 juta ha de- ngan rata-rata hasil 6,9 t/ha. Kontribusi padi hibrida terhadap produksi padi di negara itu telah mencapai 56%. Pengembangan padi hibrida di Cina didukung oleh ketersediaan sekitar 250 varietas unggul hibrida de-

  I si Nomor I ni

  ngan produktivitas 20-30% lebih tinggi dari varietas inbrida dan ke-

  Berita Utama

  mampuan memproduksi benih F hibrida juga lebih tinggi. Di negara

  1 Padi dan Jagung Hibrida Unggul

  dengan jumlah penduduk lebih satu miliar ini, produktivitas padi hibri-

  Baru

  1

  da di tingkat penelitian dapat mencapai 15,2 t/ha dan di tingkat petani

  Artikel berkisar antara 8,5-10,5 t/ha.

  Penyediaan Bibit Unggul Tanaman Perkebunan melalui Produksi Embrio Somatik Sama dengan padi, produksi jagung nasional juga dapat diting- dengan Sistem Bioreaktor

  3

  katkan melalui perakitan dan pengembangan jagung hibrida. Diban-

4 Padi Unggul di Kota Bunga

  dingkan dengan jagung bersari bebas, jagung hibrida berpotensi hasil

  Anggrek Lokal “Unik” lebih tinggi karena memiliki gen-gen dominan yang mampu memberi Kalimantan Tengah

  6

  hasil tinggi. Hibrida dikembangkan berdasarkan gejala hybrid vigor atau

  Pengelolaan Plasma Nutfah

  heterosis dengan menggunakan populasi generasi F sebagai tanaman

  1 Kalimantan Tengah

  8

  produksi. Oleh karena itu, varietas hibrida selalu dibuat atau diper- Berita baharui untuk mendapatkan generasi F .

  1 Telah Terbentuk Komisi Nasional Sumber Daya Genetik

  13 Keragaan padi hibrida varietas Hipa 6 Jete di Sukamandi Jawa Barat dan jagung hibrida

  14 Berita Duka

varietas Bima-2 Bantimurung di Maros Sulawesi Selatan

  Aktivitas Komnas Rapat Paripurna Pertama Komnas SDG

  15 Aplikasi dan Sosialisasi Sistem Informasi Plasma Nutfah Pertanian (SIPNP)

  17 Monitoring Aplikasi Program SIPNP

  18 Publikasi Baru

  20 Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 19 Tahun 2007

  Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 19 Tahun 2007

  selfing S9) introduksi dari Depar-

  Agus Nurhadi Alamat Redaksi

  Sugiono Moeljopawiro Husni Kasim Hermanto Ida N. Orbani

  Sutrisno Redaksi

  Wa rta Pla sm a Nutfa h Ind o ne sia Penanggung Jawab Ketua Komisi Nasional Sumber Daya Genetik

  Pengujian stabilitas hasil ke- dua jagung hibrida baru tersebut dilakukan di 16 lokasi pada MK

  Sebelum dilepas, Bima-2 Bantimurung dan Bima-3 Banti- murung diuji daya hasil dan sta- bilitas hasilnya pada MK 2004 di Bajeng (Sulawesi Selatan), Ma- lang (Jawa Timur), dan beberapa lokasi di Jawa Tengah, sedangkan pada MH 2004/05 di Lanrang (Sulawesi Selatan), Nusa Tengga- ra Barat, dan Gorontalo. Pada MK 2005 pengujian dilakukan di Ba- jeng dan Bone (Sulawesi Selatan), Muneng dan Malang (Jawa Ti- mur), Blora (Jawa Tengah), Lam- pung, dan Nusa Tenggara Barat, sedangkan pada MH 2005/06 di Nusa Tenggara Timur dan Kali- mantan Selatan.

  Mr-14 melalui seleksi pedigree sampai generasi ke-9 dan selan- jutnya dengan bulk selfing.

  selfing tiga generasi, sedangkan

  temen Pertanian Thailand (kebun percobaan TAKFA), sedangkan Mr-14 adalah galur SW3-3 yang dikembangkan dari populasi Su- wan 3. Ketiga galur tersebut di- kembangkan oleh Balai Penelitian Tanaman Serealia. Galur B11-209 dan Nei9008 diperoleh melalui seleksi pedigree sampai generasi ke-6, selanjutnya dengan bulk

  Kedua jagung hibrida yang baru dilepas itu masing-masing bernama Bima-2 Bantimurung dan Bima-3 Bantimurung. Bima-2 Bantimurung merupakan hasil si- lang tunggal antara galur B11-209 dengan Mr-14. Sementara Bima-3 Bantimurung hasil silang tunggal antara galur Nei9008 dengan Mr-14. Galur B11-209 merupakan ekstrak dari galur S6 (bulk selfing S9) introduksi dari TAMNET (Tropical Asean Maize Network). Nei9008 adalah galur S6 (bulk

  Dalam upaya peningkatan produksi padi dan jagung yang merupakan pangan penting di Indonesia, Badan Litbang Pertani- an pada tahun 2007 telah mengha- silkan dua varietas padi hibrida dan dua varietas jagung hibrida. Pengembangan hibrida-hibrida unggul ini diharapkan dapat mem- perkuat ketahanan pangan nasio- nal.

  Jagung Hibrida

  

amilosa 23,5% dengan tekstur

nasi pulen, rasa nasi enak, dan

aromatik, sementara Hipa 6 Jete

berkadar amilosa 21,7% dengan

tekstur nasi pulen.

  Rendemen beras giling dan beras kepala Hipa 5 Ceva dan Hipa 6 Jete lebih rendah dari IR64 yang populer karena mutu beras- nya memang tinggi. Mutu beras kedua hibrida tersebut tergolong baik karena rendemen beras kepa- lanya masing-masing 63% dan 69%. Varietas padi dengan rende- men beras kepala kurang dari 50% dikeluhkan oleh umumnya konsumen. Hipa 5 Ceva berkadar

  6 Jete cukup aman dikembangkan pada lokasi yang tidak endemis hama dan penyakit padi tersebut.

  Hasil pengujian menunjuk- kan pula bahwa Hipa 5 Ceva ta- han terhadap hama wereng coklat (WBC) biotipe 2 dan agak tahan virus tungro, sementara Hipa 6 Jete bereaksi peka terhadap WBC biotipe 2 dan virus tungro. Terha- dap HDB, kedua hibrida bereaksi agak peka. Dengan pengelolaan yang baik, Hipa 5 Ceva dan Hipa

  Secara keseluruhan, kedua hibrida mampu memberikan hasil yang tinggi di hampir semua lo- kasi pengujian. Hipa 5 Ceva nyata memberikan hasil lebih tinggi di 13 lokasi dari 20 lokasi pengujian, sedangkan Hipa 6 Jete memberi- kan hasil lebih tinggi di 11 lokasi. Hal ini berarti bahwa Hipa 5 Ceva dan Hipa 6 Jete berpeluang di- kembangkan untuk mendukung upaya peningkatan produksi padi nasional.

  Data ini mengindikasikan bahwa Hipa 5 Ceva lebih sesuai dikem- bangkan di dataran sedang, se- mentara Hipa 6 Jete lebih sesuai di dataran rendah.

  Di Banyudono (115 m dpl) pada MH 2004/05, hasil Hipa 5 Ceva mencapai 10 t/ha. Hipa 6 Jete memberikan hasil tertinggi di Ga- mer (4 m dpl) sebesar 11,2 t/ha.

  Pengujian daya hasil dan adaptasi Hipa 5 Ceva dan Hipa 6 Jete dila- kukan di beberapa lokasi di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, dari MH 2003/04 hingga MH 2004/05. Dalam pengujian multilokasi tersebut, Hipa 5 Ceva menghasilkan gabah dan mempu- nyai standar heterosis yang cukup tinggi dengan rata-rata hasil 7,29 t/ha, sedangkan hasil Hipa 6 Jete rata-rata 7,41 t/ha atau 18% lebih tinggi dibandingkan dengan IR64.

  Padi Hibrida Kedua padi hibrida yang di- lepas masing-masing diberi na- ma Hipa 5 Ceva dan Hipa 6 Jete.

  Sekretariat Komisi Nasional Sumber Daya Genetik Jl. Tentara Pelajar 3A, Bogor Tel./Faks. (0251) 327031

ARTI KEL

  Perbanyakan bibit tanaman perkebunan pada media padat telah berhasil dilakukan, namun daya regenerasi embrio, tingkat keseragaman, dan jumlah planlet atau bibit yang dihasilkan masih perlu diting- katkan. Metode kultur cair, khususnya sistem bio- reaktor, membuka peluang untuk mendapatkan bibit unggul secara massal dengan tingkat keseragaman yang lebih tinggi.

  D

  (Gamborg), MS

  5

  Media dasar yang biasa dipakai untuk tanaman perkebunan antara lain adalah B

  Media dalam bioreaktor yang sesuai dengan ke- butuhan tanaman perkebunan sangat menentukan baik tidaknya pertumbuhan dan perkembangan eks- plan yang dikulturkan. Jenis konsentrasi hormon dan zat-zat lain yang terkandung dalam media juga mem- pengaruhi keberhasilan pertumbuhan dan perkem- bangan sel atau agregat sel. Aspek tersebut penting untuk diteliti karena sangat menentukan keberhasilan induksi embrio somatik dalam kultur sel dengan sistem bioreaktor.

  Pemilihan eksplan untuk kultur suspensi dengan sistem bioreaktor dapat berupa suspensi sel, agregat sel atau kalus embriogenik dengan ukuran tertentu. Biasanya ukuran agregat sel yang dipakai berkisar antara 50-1.000 µm. Tingkat kepadatan agregat sel juga berpengaruh terhadap keberhasilan kultur sus- pensi dalam bioreaktor. Beberapa perlakuan untuk menentukan sumber atau jenis inokulum, ukuran dan tingkat kepadatan inokulum perlu dilakukan untuk memperoleh hasil yang optimal.

  Induksi embrio somatik tanaman kelapa sawit dengan sistem bioreaktor telah berhasil dikembang- kan di Laboratorium Biak Sel Tanaman, Balai Pene- litian Bioteknologi Perkebunan. Keberhasilan terse- but membuka peluang untuk menginduksi embrio somatik tanaman perkebunan lainnya. Masalah lain yang mungkin timbul dan diteliti lebih lanjut adalah sumber dan jenis eksplan, macam media, jenis, dan konsentrasi hormon. Selain itu, faktor pengendali kultur dengan bejana bioreaktor seperti pH media, kadar oksigen terlarut, dan kecepatan agitasi juga perlu dioptimalkan.

  Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 19 Tahun 2007

  2004 dan MH 2005. Selama peng- ujian, Bima-2 Bantimurung mam- pu berproduksi 11 t/ha dengan rata-rata 8,5 t/ha. Varietas unggul ini agak tahan terhadap penyakit bulai (Perenosclerospora may-

  vitro , khususnya teknik biak sel dan jaringan tanam-

  Perkembangan bioteknologi yang pesat, khusus- nya teknologi in vitro, membuka peluang bagi upaya untuk mengatasi masalah tersebut. Teknologi in

  alam rangka meningkatkan daya saingnya, pembudidayaan tanaman perkebunan secara efisien perlu segera dilakukan. Tujuan ter- sebut bisa dicapai melalui penggunaan bibit unggul dengan program perluasan areal maupun peremajaan tanaman yang sudah atau tidak produktif lagi. Upaya penyediaan bibit tanaman unggul secara massal dalam waktu yang relatif singkat sangat mendesak untuk dilaksanakan. Penundaan upaya tersebut selain akan menurunkan daya saing juga dapat menimbul- kan kerugian bagi usaha perkebunan di Indonesia.

  

Penyediaan Bibit Unggul Tanaman Perkebunan melalui

Produksi Embrio Somatik dengan Sistem Bioreaktor

  Puslitbangtan, Bogor

  Di KP Muara, Bogor, pada MK 2007, produktivitas Bima-2 Bantimurung dan Bima-3 Banti- murung masing-masing berkisar antara 10-11 t/ha, tidak kalah de- ngan jagung hibrida yang diha- silkan dan dikembangkan oleh swasta.

  masih hijau (stay green) sehingga dapat digunakan untuk pakan ter- nak. Bima-3 Bantimurung tergo- long tahan penyakit bulai dan ha- silnya dapat mencapai 10 t/ha de- ngan rata-rata hasil 8,3 t/ha. Kedua varietas ini dapat beradap- tasi pada lahan optimal dan sub- optimal. Biji Bima-3 Bantimu- rung lebih kecil dibandingkan dengan Bima-2 Bantimurung, namun lebih disukai penangkar karena warnanya yang terang (jingga).

  dis ), dan pada saat panen daunnya

  an, terbukti mampu menciptakan kemajuan di bidang perkebunan, termasuk upaya perakitan, penyediaan, dan perbanyakan bibit unggul.

  Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 19 Tahun 2007

  (Murashige-Skoog), DF (De Fossard), WP (Woody Plant), dan Y

  3

  (Eeuweens). Konsentrasi dan kompo- sisi media tersebut bisa dimodifikasi dan disesuaikan dengan kebutuhan tanaman yang dikulturkan.

  Jenis dan konsentrasi hormon yang diberikan sangat berpengaruh terhadap arah pertumbuhan eks- plan yang dikulturkan. Terjadinya induksi, proliferasi atau maturasi, bergantung pada jenis dan konsentrasi hormon yang diberikan. Untuk tujuan induksi biasa- nya diberikan hormon dari kelompok sitokinin yang konsentrasinya relatif lebih rendah. Untuk tujuan proliferasi, konsentrasi hormon auksin perlu diku- rangi secara bertahap. Hormon dari kelompok auksin antara lain adalah 2,4-D, IAA, IBA atau NAA, dan dari kelompok sitokinin adalah kinetin atau BAP. Penggunaan hormon sejenis juga dapat dilakukan. Untuk mempercepat proliferasi embrio somatik bisa ditambahkan asam amino lain di samping yang telah terkandung dalam komposisi media dasar, seperti asparagin, glutamin, dan asam amino sejenis.

  Pada tahap selanjutnya, yaitu tahap maturasi, hormon kelompok auksin dapat diganti dengan ABA atau gibberelin, tetapi tetap mempertahankan hormon sitokinin semula yang konsentrasinya sudah cocok.

  Pada tahap ini, asam amino yang telah ditambahkan selain dalam komposisi media dasar juga dapat di- kurangi atau dihilangkan.

  Selain ditentukan oleh faktor-faktor tersebut, keberhasilan kultur dalam bioreaktor juga dipenga- ruhi oleh beberapa faktor pengendali, seperti pH me- dia, kadar oksigen terlarut, dan kecepatan agitasi se- lama pengkulturan. Kultur sel kelapa sawit dalam bioreaktor yang telah berhasil dikembangkan oleh Laboratorium Biak Sel Tanaman, Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan, diperoleh melalui proses: pH media 5,1-5,8, kadar oksigen terlarut 50-100%, dan kecepatan agitasi 50-90 rpm. Penentuan nilai berbagai faktor pengendali tersebut bergantung pada jenis dan kondisi eksplan yang dikulturkan.

  Penguasaan berbagai faktor yang mempenga- ruhi pertumbuhan dan perkembangan kultur sel ta- naman dalam bioreaktor memberi peluang bagi pro- duksi embrio yang berkualitas dengan sistem bio- reaktor.

  Imron Riyadi BPBPI, Bogor

Padi Unggul di Kota Bunga

  Di balik warna warni bunga yang menghiasi Cipanas, Jawa Barat, terdapat

padi lokal yang diusahakan petani setempat meskipun hasilnya rendah.

  

Pengujian menunjukkan beberapa varietas unggul baru padi cocok

dikembangkan di kawasan wisata ini

  ikenal sebagai kota bunga, Cipanas merupa- kan salah satu daerah wisata yang banyak di- kunjungi wisatawan. Udaranya yang dingin dan sejuk menandakan Cipanas terletak di dataran tinggi. Di sepanjang jalan di kawasan Cipanas me- mang banyak pengusaha tanaman hias yang menjaja- kan berbagai macam jenis bunga.

  Meskipun dikenal sebagai kota bunga, tetapi di Cipanas terdapat persawahan yang cukup luas dan masih ditanami dengan padi lokal, antara lain varie- tas Hawara Batu, Pandan Wangi, Cisereh, Rantai Emas, Ketan Hideung, Bangkok, dan Morneng. Se- lain itu terdapat pula varietas unggul Ciherang yang tidak hanya dikembangkan di Cipanas, tetapi juga

  D

  Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 19 Tahun 2007

  Sifat penting beberapa varietas/galur padi. KP Cibadak, Cipanas, Jawa Barat, MK 2006. Sifat penting Sarinah Cibogo BP2886-3D-KN-26-1 Silugonggo Morneng Tinggi tanaman (cm)

  87,0 18,2 133 22,2

  111 26,4 83,3 37,0

  91,5 67,8 53,9 30,6

  74,9 26,4 115 28,9

  119 25,9 90,6 57,2

  72,2 64,2 60,0 25,0

  89,2 24,6 115 29,7

  Jumlah anakan Umur tanaman (hari) 1) Bobot 1.000 gabah (g) Gabah isi (%) Hasil gabah (g/rumpun)

  Pengujian tersebut menunjukkan bahwa varietas Sarinah, Cibogo, dan galur BP2886-3D-KN-26-1 dapat dikembangkan di dataran tinggi, menggantikan varietas lokal seperti Morneng di Cipanas. Selain berdaya hasil tinggi, varietas/galur tersebut berumur genjah dan rasa nasinya juga enak. Untuk menambah pilihan bagi petani perlu pula diteliti varietas/galur

  telah mendominasi areal pertanaman padi di Jawa Barat. Varietas Hawara Batu, Pandan Wangi, Cise- reh, Rantai Emas, dan Ketan Hideung memiliki rasa nasi yang enak dan beberapa di antaranya bersifat aromatik, tetapi umurnya lebih dari 5 bulan dan ha- silnya rendah. Varietas lokal Bangkok dan Morneng memiliki penampilan seperti varietas unggul. Varie- tas unggul baru Ciherang disukai petani Cipanas karena bentuk gabahnya ramping dan rasa nasinya enak.

  3D-KN-8-2, dan BP 1778-2F-1-1. Umur varietas Morneng lebih panjang 14-18 hari dibandingkan dengan varietas Sarinah, Cibogo, galur BP2886-3D- KN-26-1, dan 22 hari lebih panjang dari varietas Silugonggo (padi gogo dataran rendah beriklim kering).

  Untuk mengetahui keragaan tanaman dan poten- si hasil beberapa varietas/galur yang dapat dikem- bangkan di dataran tinggi telah dilakukan pengujian di Cipanas pada MK 2006. Dari pengujian ini dike- tahui bahwa hasil padi lokal Morneng lebih rendah dari varietas unggul Sarinah dan Cibogo (padi sa- wah), tetapi lebih tinggi dari varietas Silugonggo (padi gogo) (Lihat Tabel). Hasil yang lebih tinggi diberikan oleh galur BP2886-3D-KN-26-1, BP 3002-

  Skrining Varietas

  Pada tahun 2003 Badan Litbang Pertanian telah menghasilkan beberapa varietas padi yang mampu beradaptasi dengan baik di dataran tinggi, yaitu Luk Ulo, Cibogo, Batang Piaman, dan Batang Lembang, dengan umur lebih genjah dan rasa nasi enak. Varie- tas Sarinah yang dilepas pada tahun 2006 juga dapat dikembangkan di dataran tinggi, umur 100-120 hari, hasil 5-8 t/ha, dan rasa nasi enak. Varietas-varietas unggul baru padi dataran tinggi ini belum dikenal oleh umumnya petani di dataran tinggi, termasuk di Cipanas.

  Departemen Pertanian telah melepas varietas unggul padi dataran tinggi yang relatif mampu ber- adaptasi dalam kondisi suhu udara rendah, di antara- nya varietas Adil, Gemar, dan Makmur. Dilepas pada tahun 1970-an, ketiga varietas unggul dataran tinggi ini berumur 130-140 hari, hasil 5-8 t/ha, dan rasa nasi kurang enak. Pada tahun 1980-an telah dilepas pula tiga varietas padi dataran tinggi, yaitu Batang Agam, Batang Ombilin, dan Batang Sumani, umur 140-150 hari, hasil 5-8 t/ha, dan rasa nasi juga ku- rang enak.

  Varietas Unggul Dataran Tinggi

  Kendala utama produksi padi di dataran tinggi antara lain adalah suhu udara dan radiasi matahari yang rendah. Sama dengan di dataran tinggi lainnya, Cipanas memang sering diselimuti oleh kabut. Bila kondisi ini terjadi pada saat tanaman padi sedang berbunga, maka penyerbukan tidak sempurna, se- hingga banyak gabah yang hampa. Oleh karena itu, tanaman padi di dataran tinggi sebaiknya diusahakan pada musim kemarau, di mana radiasi matahari cu- kup tinggi.

  Di antara beberapa padi lokal yang masih ber- kembang di Cipanas, Morneng lebih dominan. Dari 269 ha lahan sawah yang terdapat di kota bunga ini, 30% di antaranya ditanami dengan varietas Morneng. Varietas lokal ini memiliki rasa nasi yang enak, sama dengan varietas Pandan Wangi dan Hawara Batu. Di Cipanas, menurut petani setempat, varietas Morneng mampu memberi hasil hingga 6,0 t/ha. Kalau demi- kian berarti hasil padi lokal ini setara dengan varietas unggul pada umumnya. Penampilan tanaman varietas lokal Morneng di lapang memang mirip dengan varietas unggul baru.

  90,7 48,6 1) umur sejak mulai tanam bibit. Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 19 Tahun 2007

  lain yang sesuai dikembangkan di dataran tinggi, de- ngan mempertimbangkan permintaan pasar agar pe- tani memperoleh pendapatan yang layak dari usaha- tani padi di dataran tinggi.

  Kalau kedudukannya akan digantikan oleh va- rietas unggul baru, padi-padi lokal di kota bunga ter- sebut tentu perlu dilestarikan sebagai plasma nutfah yang diperlukan dalam perakitan varietas unggul baru berdaya hasil tinggi dengan rasa nasi enak. 1 Didi Suardi dan 2 Trinny S. Kadir 1 BB-Biogen, Bogor 2 BB Padi, Sukamandi

  

Anggrek Lokal “Unik” Kalimantan Tengah

  eberadaan anggrek hitam di Kalimantan Tengah (Kalteng) terancam punah akibat adanya aktivitas penebangan hutan secara liar (illegal logging), pembukaan lahan perkebunan, pemukiman penduduk, kebakaran hutan, dan yang sangat gencar adalah eksploitasi besar-besaran ke luar pulau. Bahkan kebakaran hutan yang terjadi se- tiap tahun menyebabkan musnahnya keragaman gene- tik (genetic diversity) yang bernilai miliaran rupiah.

  Berdasarkan kejadian tersebut, penyelamatan anggrek hitam merupakan hal yang sangat mendesak. Kegiatan penyelamatan dapat berupa eksplorasi, karakterisasi dan koleksi, serta konservasi secara ex

  situ sebagai bahan untuk perbaikan sifat tanaman

  anggrek untuk menghasilkan varietas anggrek hitam baru.

  Anggrek hitam merupakan tanaman epifet yang hidupnya menumpang pada pohon-pohon besar di hutan primer. Anggrek jenis Coelogyne merupakan jenis anggrek simpodial (pertumbuhan batang ter- batas). Anggrek hitam (Coelogyne pandurata Lindl) telah mendapatkan hadiah pertama dari Ibu Negara RI pada Pameran Anggrek Nasional di Jakarta pada tahun 1976. Anggrek ini memiliki bentuk, warna, dan aroma yang sangat menarik. Kelebihan lainnya adalah rajin berbunga, namun memerlukan kondisi yang relatif lembab.

  Ekologi dan Syarat Tumbuh

  Penyebaran marga tanaman ini adalah di Sumatera dan Kalimantan, yang habitat hidupnya di- temukan pada pohon-pohon tua dekat sungai di hutan basah (hutan primer), baik di dataran rendah maupun daerah pegunungan (dipertocarpt) sampai ketinggian 1.000-1.500 dpl dengan kelembaban relatif tinggi.

  Perbanyakan Tanaman

  Tanaman anggrek Coelogyne dapat diperbanyak secara vegetatif, yaitu dengan cara memisahkan anakan yang ditanam pada media sabut kelapa, pakis, serbuk gergaji yang sudah terlebih dahulu direndam dengan larutan fungisida dan sudah steril. Serbuk gergaji merupakan media yang paling sesuai untuk pengembangan anggrek lokal ini, dibandingkan dengan media lainnya. Perbanyakan secara generatif belum banyak dikembangkan dan lebih berhasil jika dikembangkan secara laboratories.

  Beberapa anggrek genus Coelogyne hasil eks- plorasi, karakterisasi, dan inventarisasi di hampir semua daerah di Kalteng adalah anggrek hitam, anggrek meteor, anggrek coklat, dan anggrek mu- tiara. Hasil karakterisasi beberapa anggrek genus Coelogyne Kalteng disajikan pada Tabel 1.

  K

Gambar 1. Keragaan beberapa anggrek “unik” Kalteng

  Anggrek hitam (Coelogyne pandurata) Anggrek mutiara (Coelogyne asperata)

  Anggrek coklat (Coelogyne verrucosa) Anggrek meteor (Coelogyne foestermanii) Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 19 Tahun 2007 Tabel 1. Hasil karakterisasi beberapa anggrek genus Coelogyne di Kalteng.

  Nama daerah: Anggrek hitam Pertelaan Sifat kualitatif/kuantitatif

  3. Akar Tipe perakaran: akar tanah, serabut, warna akar coklat kehijau-hijauan.

  6. Buah Bentuk jorong, besar, panjang 6 cm.

  

5. Pembungaan Posisi pembungaan: pucuk, tipe pembungaan tandan, resupinat terpuntir, ada spur. Perhiasan bunga: Daun kelopak berbentuk

jorong, panjang 4,5 cm, lebar 1,5 cm berwarna hijau muda. Daun mahkota berbentuk jorong sempit panjang 4,5 cm, lebar 0,5 cm berwarna hijau muda. Labellum (bibir): terdiri atas keping sisi, keping tengah dan kalus, panjang 4,5 cm, lebar 2 cm berwarna kuning muda; taju ujungnya keriting, berwarna putih dengan alur coklat, tipe kalus sederhana.

  4. Pseudobulb Bentuk pseudobulb bundar telur, berisi empat, tersusun rapat, panjang 6 cm, diameter 2cm.

  3. Akar Tipe perakaran: akar tanah, serabut, warna akar coklat tua.

  

2. Karakter daun Warna daun hijau muda, berbentuk lanset/mata lembing, bentuk ujung daun meruncing dengan sisi-sisi yang tajam,

penampang melintang daun zigomor/tipe simetri ditekan, susunan daun rangkap, pertulangan daun sangat tebal dibagian bawah daun, bentuk tepi daun berjumbai, tekstur permukaan daun gundul, ujung daun simetri.

  1. Tipe pertumbuhan Simpodial

  

4. Pseudobulb Bentuk pseudobulb lanset/mata lembing, penampang melintang jorong, bujur telur dan oval, warna hijau tua, pseudobulb

mempunyai bagian-bagian sehingga menyebabkan permukaan tidak rata. Panjang 18,5 cm, lebar 7,2 cm, ketebalan 1,2 cm. Ekologi Menyukai tempat lembab di hutan-hutan primer di sekitar pinggiran sungai. Musim berbunga Berbunga sepanjang tahun. Nama daerah : Anggrek coklat Nama latin : Coelogyne verrucosa Pertelaan Sifat kualitatif/kuantitatif

  

2. Karakter daun Warna daun hijau tua, berbentuk jarum, bentuk ujung daun meruncing dengan sisi-sisi yang tajam, penampang melintang daun

zigomor/tipe simetri ditekan, susunan daun rangkap, pertulangan daun sangat tebal dan mirip seperti daun kelapa, bentuk tepi daun berjumbai, tekstur permukaan daun gundul, tetapi jika dipegang akan terasa pertulangan daun yang sangat tebal sehingga menyebabkan permukaan daun tidak rata, ujung daun simetri.

  1. Tipe pertumbuhan Simpodial

  1. Tipe pertumbuhan Simpodial

  Nama daerah: Anggrek meteor Pertelaan Sifat kualitatif/kuantitatif

  Jumlah kuntum dalam satu tangkai bunga 6. Warna bunga hijau muda. Ekologi Menyukai tempat lembab di hutan-hutan primer di sekitar pinggiran sungai. Musim berbunga Berbunga sepanjang tahun, masa pembungaan 7 hari.

Keterangan khusus Tanaman berasal dari hutan primer koleksi berasal dari TNTP Kobar. Anggrek ini mendapat hadiah pertama ”Piala Ibu Tien

Suharto” pada Pameran Anggrek Nasional di Jakarta pada April 1976.

  

6. Karakter-karakter lain Tangkai bunga: panjang 10,5, panjang rangkaian bunga, 27,1 cm, diameter 0,5 cm. Daun:pPanjang daun 49,6 cm, lebar 7,6

cm, ketebalan 0,1 cm. Bunga: panjang 5,4 cm, lebar 10,6 cm, panjang x lebar lateral 1,72 cm, panjang x lebar petal 6,89 cm.

  

5. Pembungaan Posisi pembungaan: pucuk, tipe pembungaan tandan, resupinat terpuntir, ada spur. Perhiasan bunga: terdiri atas 3 sepal, 2 petal

dan satu bibir (labellum). Bunga berbentuk lanset/mata lembing, sepal berbentuk lanset/mata lembing, bentuk petal lonjong, susunan petal terbuka. Bentuk ujung sepal dan petal meruncing dengan sisi-sisi yang tajam, penampang melintang sepal dan petal cekung. Labellum (bibir): terdiri atas keping sisi, keping tengah, dan kalus. Bentuk bibir segi tiga, letak lekuk bibir diujung, penampang melintang membalik agak dalam, tipe kalus sederhana.

  

4. Pseudobulb Bentuk pseudobulb lonjong, tiap pseudobulb terdapat satu pasang daun, penampang melintang jorong, bujur telur, dan oval,

warna hijau muda kekuningan, tinggi tanaman 59,2 cm, panjang 9,6 cm, lebar 5,6 cm, ketebalan 1,6 cm.

  3. Akar Tipe perakaran: akar tanah, serabut, warna akar coklat tua.

  

2. Karakter daun Warna daun hijau muda, berbentuk lanset/mata lembing, bentuk ujung daun meruncing dengan sisi-sisi yang tajam,

penampang melintang daun zigomor/tipe simetri ditekan, susunan daun rangkap, pertulangan daun sangat tebal di bagian bawah daun, bentuk tepi daun berjumbai, tekstur permukaan daun gundul, ujung daun simetri.

  

7. Karakter-karakter lain Tangkai bunga: panjang 29-45 cm, jumlah kuntum 2-3 tiap tandan. Diameter 10 cm. Daun: panjang daun 32 cm, lebar 7 cm,

tiap umbi berdaun tunggal. Ekologi Menyukai tempat lembab di hutan-hutan primer di sekitar pinggiran sungai dengan ketinggian 1000-1500 m dpl. Musim berbunga Berbunga sepanjang tahun, masa pembungaan 7-10 hari. Keterangan khusus Tanaman berasal dari hutan primer, koleksi berasal dari Murutuwu, Barito Timur.

  Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 19 Tahun 2007 Ronny Yuniar Galingging BPTP Kalimantan Tengah

  1. Tipe pertumbuhan Simpodial

  

7. Karakter-karakter lain Tangkai bunga: panjang 50 cm, jumlah bunga tiap tandan 7-30 kuntum, diameter bunga 7-9 cm. Daun: panjang daun 45-100

cm, lebar 7-17 cm. Ekologi Menyukai tempat lembab di hutan-hutan primer di sekitar pinggiran sungai, dengan ketinggian 1000 m dpl. Musim berbunga Berbunga bulan Maret-Mei, masa pembungaan 7 hari. Keterangan khusus Tanaman berasal dari hutan primer, koleksi berasal dari Murutuwu, Barito Timur.

  6. Buah Bentuk jorong, panjang 6 cm.

  

5. Pembungaan Posisi pembungaan: pucuk, tipe pembungaan tandan menjurai, resupinat terpuntir, ada spur. Perhiasan bunga: terdiri atas 3

sepal, 2 petal dan satu bibir (labellum). Daun kelopak berbentuk lanset, panjang 7 cm, daun mahkota lebih ramping dari daun kelopaknya, panjang 3-4 cm lebar 1 cm. Daun kelopak dan daun mahkota berwarna kuning susu dengan pinggiran keputihan. Labellum (bibir): berwarna coklat tua, ditengah beralur kasar dengan garis-garis putih, tipe kalus sederhana.

  4. Pseudobulb

Bentuk pseudobulb bulat telur, agak pipih, mengkerut, panjang 15 cm. Warna pseudobulb hijau muda.

  3. Akar Tipe perakaran: akar tanah, serabut, warna akar coklat tua.

  2. Karakter daun Warna daun hijau tua, berbentuk jorong, bentuk ujung daun melebar pada ujungnya, penampang melintang daun zigomor/tipe simetri ditekan, susunan daun rangkap, pertulangan daun sangat tebal di bagian bawah daun, bentuk tepi daun berjumbai, tekstur permukaan daun gundul, ujung daun simetri.

  Nama daerah : Anggrek mutiara Nama latin : Coelogyne asperata Pertelaan Sifat kualitatif/kuantitatif

  

Pengelolaan Plasma Nutfah Kalimantan Tengah

  Plasma nutfah adalah sumber sifat keturunan yang terdapat dalam setiap kelompok organisme dan mempunyai nilai ekonomi tinggi. Manfaat penting dari plasma nutfah adalah sebagai sumber genetik dalam perakitan varietas unggul, penyedia agen ha- yati, bahan baku obat, minyak atsiri, kosmetika, pa- ngan, dan sebagainya. Pemanfaatan plasma nutfah tidak hanya terbatas pada kalangan peneliti, pemulia ataupun ahli taksonomi, namun lebih dimanfaatkan Tabel 1. Lanjutan.

  Kelestarian keanekaragaman hayati perlu digali, dikelola, dan dijaga agar tidak punah. Sekitar 35- 50% dari semua jenis keanekaragaman hayati yang ada di bumi secara berangsur-angsur dapat punah karena berbagai faktor, antara lain pembukaan hutan untuk lahan pertanian, industri kayu, perkebunan, perladangan, pemukiman, dan kebakaran hutan serta bencana alam, yang tanpa disadari menghilangkan sumber daya genetik yang sebagian besar belum ter- identifikasi dan masih berada di kawasan hutan. Ke- rusakan hutan tropis basah dan ekosistemnya menun- jukkan hubungan yang nyata dengan hilangnya bebe- rapa jenis flora (Mac Kinnon 1996).

  Kalimantan Tengah dengan luas wilayah 15.380.000 ha atau 7,93% dan luas wilayah Indone- sia memiliki berbagai spesies tanaman buah, tanam- an obat, tanaman hias, tanaman kehutanan, tanaman perkebunan, tanaman pangan lokal, dan sebagian telah dimanfaatkan oleh masyarakat (Krismawati et al. 2003).

  Salah satu pulau di Indonesia yang banyak me- nyimpan keanekaragaman hayati adalah Kalimantan. Selain memiliki kekayaan flora dan fauna, Kaliman- tan juga diketahui memiliki 2.500-5.000 spesies ang- grek dan merupakan jumlah terbesar di dunia (Chain et al. 2000).

  biodiversity country (Wardana 2002).

  ndonesia merupakan salah satu daerah tropis yang memiliki keanekaragaman ekosistem yang dihuni oleh flora, fauna, spesies, dan genetika lain, yang tergolong besar dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia. Sebanyak 14-29 tipe ekosistem alami lebih dari 5 juta spesies atau 16,7% dari jumlah yang ada di dunia terdapat di Indonesia, sehingga Indonesia dikenal sebagai a mega

  I

  Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 19 Tahun 2007

  holder atau pihak-pihak yang berkepentingan ter-

  Program kerja Tahun Kegiatan

Jangka pendek 2004 Menghimpun data dan informasi dasar tentang keberadaan plasma nutfah yang ada di Kalteng,

baik yang sudah dikelola maupun yang belum (karakterisasi potensi plasma nutfah) Mengidentifikasi kegiatan pengelolaan, plasma nutfah yang dilaksanakan instansi/lembaga terkait 2005 Menginventarisasi data koleksi pengelolaan plasma nutfah yang telah dilakukan instansi/ lembaga terkait Melakukan sosialisasi keberadaan Komda Plasma Nutfah Kalteng kepada stakeholder dan komponen masyarakat serta kabupaten 2006 Menyusun database kekayaan plasma nutfah Mengidentifikasi kawasan-kawasan alam sebagai kawasan lindung dalam pelestarian plasma nutfah Melakukan sosialisasi keberadaan Komda Plasma Nutfah ke kabupaten dan menghimbau untuk membentuk Koncab

  Pencapaian hasil dari pelaksanaan program ker- ja Komda Plasma Nutfah Kalteng masih bersifat sederhana dan belum optimal. Dalam menghimpun data dan informasi tentang pengelolaan plasma nutfah masih mendapat kendala, karena sebagian besar lembaga/instansi yang telah melakukan penge- lolaan plasma nutfah (baik karena Tupoksi lembaga- Tabel 1. Program Kerja Komda Plasma Nutfah Kalteng.

  Hasil pencapaian program

  Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Komda Plasma Nutfah Kalteng menyusun program kerja yang tertuang dalam program jangka pendek (4 ta- hun) dan program jangka panjang (7 tahun). Program kerja jangka pendek dan jangka panjang Komda Plasma Nutfah Kalteng disajikan dalam Tabel 1.

  Program kerja

  hadap (plasma nutfah yang berkaitan dengan pelestarian dan pemanfaatannya).

  f. Menghimpun pendapat dan kepentingan stake-

  langsung oleh masyarakat hingga industri (Dwiyanto 2001).

  e. Memasyarakatkan keberadaan dan pentingnya plasma nutfah.

  d. Menganalisis teknologi yang tersedia dan yang di- butuhkan serta dapat diterapkan dalam penge1o1a- an plasma nutfah.

  c. Merumuskan sistem pelestarian plasma nutfah dan pemanfaatan secara berkelanjutan.

  b. Mengidentifikasi masalah dan menginventarisasi kekayaan dan kelangkaan plasma nutfah.

  Komda plasma nutfah Kalteng dibentuk ber- dasarkan Surat Keputusan Gubemur Kalimantan Te- ngah Nomor 126 Tahun 2004, yang ditetapkan pada tanggal 17 Maret 2004 di Palangka Raya. Tugas utama Komda Plasma Nutfah adalah: a. Menentukan kebijakan pengelolaan plasma nutfah.

  Komda Plasma Nutfah Kalteng Tugas pokok

  Plasma nutfah merupakan aset nasional yang perlu dilestarikan, berbagai upaya telah dilakukan di Kalteng, antara lain melakukan inventarisasi dan ka- rakterisasi plasma nutfah, meningkatkan kesadaran dalam pengelolaan plasma nutfah dan menumbuhkan rasa kepemilikan dan tanggung jawab dalam pelesta- riannya melalui pembentukan Komisi Daerah (Komda) Plasma Nutfah.

  2007 Menyusun sistem informasi database kekayaan plasma nutfah Kalteng Menciptakan kawasan lindung sebagai tempat koleksi secara ex situ dan in situ

Jangka panjang 04-12 Kawasan khusus yang berfungsi sebagai kebun koleksi plasma nutfah khas Kalteng/arboretum/

agrowisata, dan lain-lain, yang dapat berfungsi sebagai pusat studi, kajian ilmiah, biofarmaka, dan lain-lain Menggali sumber pendapatan asli daerah dan pengelolaan plasma nutfah

  Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 19 Tahun 2007

  Microsof excell, CD, program 37 spesies

  (database) Jumlah koleksi

  1. Tanaman kehutanan Ex situ dan in situ

  Microsof excell, CD 15 famili, 151 spesies

  2. Tanaman perkebunan Ex situ dan budi daya Microsof excell,

  CD 76 spesies

  3. Padi lokal Ex situ dan in situ

  Microsof excell, CD 24 jenis

  4. Tanaman anggrek/hias Ex situ dan in situ

  Microsof excell, CD, program 34 spesies 5.

  Tanaman obat-obatan Ex situ dan in situ

  6. Tanaman buah-buahan Ex situ dan in situ

  c. Koleksi pengelolaan plasma nutfah yang telah dilakukan instansi/lembaga terkait.

  Microsof excell, CD, program 38 spesies

  7. Fauna/satwa Ex situ dan in situ

  Microsof excell, CD, VCD, Film dokumenter 14 spesies

  d. Sosialisasi keberadaan Komda Plasma Nutfah Kalteng (tidak dilakukan secara khusus, tetapi di- lakukan pada saat pelaksanaan kegiatan-kegiatan tertentu yang terkait. Sasaran sosialisasi kebijak- an, peneliti, penyuluh, LSM, pemerhati lingkung- an, petani, dan stakeholder lainnya.

  e. Menyusun database kekayaan plasma nutfah Kalteng.

  BPTP Kalteng telah melakukan penyusunan data- base kekayaan plasma nutfah dengan mengguna- kan program Sistem Informasi Pengelolaan Plas- ma Nutfah yang dikeluarkan Komisi Nasional Sumber Daya Genetik. Mengingat informasi yang disajikan program ini tidak spesifik dengan keka- yaan plasma nutfah yang dimiliki Kalteng, maka Programmer BPTP Kalteng telah membuat prog- ram pengelolaan database plasma nutfah yang lebih sederhana dan lengkap (semua sektor).

  Pemasyarakatan Pentingnya Plasma Nutfah

  Dalam rangka pemasyarakatan dan pentingnya pengelolaan plasma nutfah, maka instansi/lembaga/ institusi yang terkait langsung dan menjadi bagian dari keanggotaan Komda Plasma Nutfah Kalteng telah melakukan beberapa kegiatan, seperti:

  a. Melaksanakan pameran dan mengenalkan lebih luas tanaman obat, tanaman hias, dan tanaman buah spesifik Kalteng, dalam bentuk poster dan bentuk tanaman.

12. Pengelolaan usahatani ramah lingkungan Care Intr

  b. Menyebarkan brosur, leaflet tentang pelestarian lingkungan dan orang hutan Kalimantan.

  No. Jenis koleksi Bentuk konservasi Dokumen

  13. Penyelamatan dan pengembalian orang hutan Kalimantan

  nya maupun tidak) kurang menginventarisir apa saja yang telah dilakukan. Beberapa hasil yang diperoleh adalah:

  9. Plasma nutfah ikan lokal DKP

  a. Data dan informasi dasar tentang keberadaan plasma nutfah yang sudah dikelola.

  No. Jenis plasma nutfah yang dikelola Penge1ola

  1. Plasma nutfah tanaman kehutanan berbentuk pohon Dishut, BLSDA, WWF

  2. Plasma nutfah tanaman kehutanan berbentuk perdu Dishut, BLSDA, WWF

  3. Plasma nutfah tanaman perkebunan Disbun

  4. Plasma nutfah tanaman hias BPTP, Disperta

  5. Plasma nutfah tanaman obat-obatan BPTP

  6. Plasma nutfah tanaman buah-buahan BPTP

  7. Plasma nutfah tanaman padi lokal UNPAR, BPTP

  8. Plasma nutfah satwa Dishut, BLSDA, WWF

  b. Kegiatan penge1olaan plasma nutfah yang dilaksanakan instansi/lembaga terkait.

  11. Identifikasi dan karakterisasi flora dan fauna di area konservasi hutan Sebangau WWF

  No. Kegiatan Pelaksana

  1. Identifikasi flora dan fauna di area konservasi Bukit Tengkiling Dishut, BKSDA

  2. Identifikasi flora dan fauna di area konservasi Pararawen Dishut, BKSDA

  3. Identifikasi flora dan fauna di area konservasi Bukit Sapat Hawang Dishut, BKSDA

  4. Identifikasi flora dan fauna di area konservasi Sungai Lamandau Dishut, BKSDA

  5. Identifikasi flora dan fauna di area konservasi Tanjung Keluarga Dishut, BKSDA

  6. Identifikasi flora dan fauna di area konservasi Nyaru Menteng Dishut, BKSDA

  7. Eksplorasi dan karakterisasi tanaman obat-obatan spesifik Kalteng BPTP

  8. Eksplorasi dan karakterisasi tanaman anggrek spesifik Kalteng BPTP, Distan

  9. Eksplorasi dan karakterisasi tanaman buah- buahan spesifik Kalteng BPTP, CIMMTROP

  10. Eksplorasi dan karakterisasi tanaman padi lokal UNPAR, CIMTROP

WWF, BOS

  Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 19 Tahun 2007

  c. Menyebarkan film dokumenter setiap pekan di aboretum Nyaru Menteng.

  d. Membuat dan menyebarkan leaflet dan brosur tentang tanaman obat Kalteng dan khasiatnya.

  e. Kerja sama antara TVRI Kalteng dengan Dinas Kehutanan untuk program penyelamatan hutan dan alam sekitar.

  f. Kerja sama antara TVRI Kalteng dengan Bimas Ketahanan Pangan untuk program pemanfaatan pakan lokal yang bergizi tinggi.

  g. Melakukan kegiatan wisata ke kawasan habitat anggrek hitam Kalteng di Desa Marutuwu Kab.

  Bartim, pada saat PEDA VIII tahun 2006.

  Tabulasi sederhana sebagian koleksi plasma nutfah Kalteng.

  Banyaknya yang telah di … Komoditas Eksplorasi Koleksi Konservasi Dokumentasi (database) Keterangan

  Tanaman buah Ramunia/Gandana Eksplorasi Koleksi Ex situ Microsoft excell Satu aksesi Maritam/Tanggaring Eksplorasi Koleksi Ex situ Microsoft excell Dua aksesi Binjai Madu Eksplorasi Koleksi Ex situ Microsoft excell Satu aksesi Leko Eksplorasi Koleksi Ex situ Microsoft excell Satu aksesi Layung Eksplorasi Koleksi Ex situ Microsoft excell Satu aksesi Taitungen Eksplorasi Koleksi Ex situ Microsoft excell Dua aksesi Papaken Eksplorasi Koleksi Ex situ Microsoft excell Satu aksesi Asam Hambawang Eksplorasi Koleksi Ex situ Microsoft excell Dua aksesi Rambai Eksplorasi Koleksi Ex situ Microsoft excell Satu aksesi Cempedak nangka Eksplorasi Koleksi Ex situ Microsoft excell Dua aksesi Kasturi Eksplorasi Koleksi Ex situ Microsoft excell Dua aksesi Asam tungku Eksplorasi Koleksi Ex situ Microsoft excell Dua aksesi Untit Eksplorasi Koleksi Ex situ Microsoft excell Satu aksesi Kalangkala Eksplorasi Koleksi Ex situ Microsoft excell Satu aksesi Bijai Masam Eksplorasi Koleksi Ex situ Microsoft excell Satu aksesi

  Tanaman Obat: Ujung Atap Eksplorasi Koleksi Ex situ Microsoft excell Bagian yang bermanfaat: daun Khasiat: ramuan jamu (satu aksesi) Temu Putih Eksplorasi Koleksi

  Ex situ Microsoft excell Bagian yang bermanfaat: daun, batang, dan akar Khasiat: penawar bisa (satu aksesi)

  Jariangau Eksplorasi Koleksi Ex situ Microsoft excell Bagian yang bermanfaat: daun (satu aksesi) Khasiat: obat sakit kepala (satu aksesi) Simpur Eksplorasi Koleksi Ex situ Microsoft excell Bagian yang bermanfaat: daun Khasiat: obat penawar gigitan binatang (satu aksesi) Penawar Seribu Eksplorasi Koleksi Ex situ Microsoft excell Bagian yang bermanfaat: daun Khasiat: obat sakit malaria (satu aksesi) Penawar Sampai Eksplorasi Koleksi Ex situ Microsoft excell Bagian yang bermanfaat: daun dan batang Khasiat: obat penawar bisa (gigitan) binatang (satu aksesi) Pasak Bumi Eksplorasi Koleksi Ex situ Microsoft excell Bagian yang bermanfaat: batang dan akar Khasiat: obat kuat (satu aksesi) Bawang Hantu Eksplorasi Koleksi Ex situ Microsoft excell Bagian yang bermanfaat: umbi Khasiat: obat pusing (satu aksesi) Taya Eksplorasi Koleksi Ex situ Microsoft excell Bagian yang bermanfaat: daun (satu aksesi)

  Sambung Urat Eksplorasi Koleksi Ex situ Microsoft excell Bagian yang bermanfaat: daun dan batang Khasiat: obat patah tulang, keseleo (satu aksesi) Tawas Ut Eksplorasi Koleksi In situ Microsoft excell Bagian yang bermanfaat: daun Khasiat: obat penawar racun Daun Sawang Eksplorasi Koleksi Ex situ Microsoft excell Bagian yang bermanfaat: daun Khasiat: obat sakit kepala/pusing (satu aksesi) Mayama Dewa Eksplorasi Koleksi Ex situ Microsoft excell Bagian yang bermanfaat: daun Khasiat: penawar bisa dan obat gosok (satu aksesi) Karamunting Kodok Eksplorasi Koleksi Ex situ Microsoft excell Bagian yang bermanfaat: daun dan akar Khasiat: obat penyakit gula (satu aksesi) Karamunting Padang Eksplorasi Koleksi Ex situ Microsoft excell Bagian yang bermanfaat: daun Khasiat: obat luka (satu aksesi) Sembung Eksplorasi Koleksi Ex situ Microsoft excell Bagian yang bermanfaat: daun dan akar Khasiat: obat sakit kepala (satu aksesi) Daun Surap Eksplorasi Koleksi In situ Microsoft excell Bagian yang bermanfaat: daun Khasiat : obal sakit gigi Karereng Eksplorasi Koleksi Ex situ Microsoft excell Bagian yang bermanfaat: daun Khasiat: obat kanker payudara, bisul bernanah, badan bengkak (satu aksesi) Suli Tekak Eksplorasi Koleksi In situ Microsoft excell Bagian yang bermanfaat: daun dan batang Khasiat: obat pegal linu Lampiran : Lanjutan Banyaknya yang telah Komoditas