PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UN

“PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FISIKA”
Ripka Sri Agustina, Fitryane Lihawa*, Tirtawaty Abdjul**
Jurusan Fisika, Program Studi S1. Pend. Fisika
F.MIPA Universitas Negeri Gorontalo
Email: Rivkasri.agustina@yahoo.com
ABSTRAK
Penelitian ini dilatar belakangi oleh ketidak sesuaian latar belakang pendidikan guru
bidang studi dengan mata pelajaran yang harus diberikan khususnya pada mata pelajaran
fisika, Model pembelajaran yang kurang bervariasi sehingga siswa merasa jenuh dan bosan
untuk belajar khususnya mata pelajaran fisika yang mengakibatkan hasil belajar yang sangat
rendah. Tujuan dari penelitian adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui
penerapan model pembelajaran inkuiri pada pembelajaran fisika di kelas XB Man Batudaa
Kecamatan Batudaa. Model yang digunakan dalam penelitian adalah model inkuiri.
Penelitian ini dilaksanakan disekolah MAN batudaa dan berlangsung dalam 2 siklus. Pada
siklus I menunjukan ketuntasan klasikal mencapai 48% sedangkan pada siklus II meningkat
lagi dengan ketuntasan klasikalnya mencapai 89%. Hasil belajar siswa ini menunjukan
bahwa penggunaan model pembejaran inkuiri secara efektif dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran fisika dengan materi suhu dan kalor. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran model inkuiri pada pembelajaran fisika dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Sehingga disarankan agar hendaknya model pembelajaran

inkuiri ini dijadikan sebagai salah satu model yang digunakan untuk meningkatkan dan
mengembangkan pemahaman siswa dalam belajar.
Kata kunci: Model Pembelajaran inkuiri, dan Hasil Belajar
I.

PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan dasar dalam memajukan suatu negara. Majunya suatu negara

tercermin dari pendidikannya yang maju dan mendapat perhatian secara serius. Dalam
Undang-Undang Dasar Negara Indonesia jelas menyatakan bahwa semua masyarakat berhak
memperoleh pendidikan yang layak guna memajukan bangsa dan negara. Pendidikan yang
mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu
mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan
memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang memegang peran yang penting
untuk meningkatkan kualiatas manusia. Dalam peningkatan kualitas, sekolah perlu ditunjang
dengan berbagai macam sarana, salah satunya adalah laboratorium yang memadai dalam
proses pembelajaran terutama pada pelajaran Fisika. Selain sarana yang diperlukan, sekolah
juga memerlukan tenaga pendidik (Guru) yang memiliki keprofesionalan dalam mengajar
dan bisa memanfaatkan sarana yang ada. Seorang guru harus kreatif dan memberikan


1

pelajaran-pelajaran yang berkonflik, yang dapat melatih siswa untuk mengambil keputusan
dan menyelesaikan masalah (Ahmadi, 2011).
Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di sekolah dari jenjang
pendidikan dasar, menengah sampai perguruan tinggi. Alasan diberikannya fisika ini tentu
ada maksudnya. Hal ini telihat pada tujuan umum diberikannya fisika di jenjang pendidikan
dasar dan menengah mempersiapkan siswa agar (1) sanggup menghadapi perubahan keadaan
di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas
dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, jujur, efektif, dan efisien, (2) dapat
menggunakan fisika dan pola pikir fisika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam
mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Sebuah ilmu yang mempelajari fenomena alam
berdasarkan fakta.
Kenyataan yang terjadi di sekolah MAN Batudaa di kelas XB, pembelajaran IPA
(Fisika) masih menyulitkan siswa dalam menguasai konsep yang diajarkan guru karena
pembelajaran disajikan tidak nyata dan tidak dipraktekan baik melalui demonstrasi maupun
eksperimen. Pembelajaran seperti ini menjadikan siswa pasif dalam proses pembelajaran,
akhirnya siswa akan jenuh, mengantuk dan tidak tertarik untuk mempelajari materi yang
diajarkan, keadaan seperti ini juga karena tidak ditunjang oleh sarana dan prasarana

pembelajaran di sekolah,
Bagaimana seorang guru dapat mencipkan suatu proses pengajaran yang lebih
variatif. Pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif dalam belajar. Salah satu
pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan siswa serta dapat meningkatkan hasil
belajar siswa yaitu dengan cara mengajak siswa untuk mencari kebenaran, informasi atau
pengetahuan bertanya. Siswa diharapkan agar dapat mengumpulkan informasi, data, dengan
melibatkan panca indra seperti melihat, mendengar, menyentuh, merasakan dan mencium
dalam kehidupan sehari-hari dan mengajak siswa mengembangkan kemampuan berfikir
secara sistematis, logis, kritis dan mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian
dari proses mental dengan melakukan model pembelajaran inkuiri. Model pembelajaran ini
dipandang mampu menciptakan situasi yang kondusif, melibatkan siswa aktif dalam
pembelajaran dan terkesan menyenangkan.
II.

KAJIAN PUSTAKA

Tinjauan Model Pembelajaran Inkuiri

Inkuiri yang dalam Bahasa Inggris adalah


Inquiry, berarti pertanyaan, atau

pemeriksaan, penyelidikan. Sedangkan dalam bahasa latin, Inquiri (in = guarere) artinya
mencari atau menanyakan sesuatu dalam mengajar, istilah ini memberikan kesempatan
2

kepada siswa untuk aktif berkreasi melalui proses-proses ilmiah. Menurut Indrawati (dalam
Trianto, 2007: 134), model pembelajaran inkuiri adalah salah satu yang termasuk dalam
model pemrosesan informasi. Suatu pembelajaran pada umumnya akan lebih efektif bila
diselenggarakan melalui model-model pembelajaran yang termasuk rumpun pemrosesan
informasi. Sedangkan Menurut Gulo (dalam Trianto, 2007) menyatakan bahwa strategi
inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh
kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis,
sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuanya sendiri dengan penuh percaya diri.
Inkuiri didefinisikan sebagai usaha mencari kebenaran, informasi, atau pengetahuan
dengan bertanya. Proses inkuiri memulai dengan mengumpulkan informasi dan data dengan
melibatkan panca indera seperti melihat, mendengar, menyentuh, merasakan dan mencium.
Inkuiri adalah suatu model yang digunakan dalam pembelajaran baik untuk mata pelajaran
fisika dan sains, maupun sosial sains dan mengacu pada suatu cara untuk mempertanyakan,
mencari pengetahuan, informasi atau mempelajari suatu gejala pengetahuan dan keterampilan

yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil
dari penemuan sendiri.
Suasana kelas yang nyaman merupakan hal yang penting dalam pembelajaran inkuiri
karena pertanyaan-pertanyaan harus berasal dari siswa agar proses pembelajaran dapat
berjalan dengan baik. Kerja sama antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa diperlukan
juga adanya dorongan secara aktif dari guru dan teman. Dua atau lebih siswa yang bekerja
sama dalam berfikir dan bertanya, akan lebih baik hasilnya dibandingkan bila siswa bekerja
sendiri. Guru menggunakan teknik inkuiri ini diwaktu mengajar memiliki tujuan demikian :
agar siswa terangsang oleh tugas, dan aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah
itu. Mencari sumber sendiri dan mereka belajar bersama dalam kelompok. Diharapkan juga
siswa mampu mengemukakan pendapatnya dan merumuskan kesimpulannya nanti
kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran inkuiri adalah
sebagai berikut: Mengajukan pertanyaan atau permasalahan, Merumuskan hipotesis,
Mengumpulkan data, Analisis data, dan Membuat kesimpulan. Tujuan utama pembelajaran
inkuiri keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar dengan memiliki
keunggulan Strategi menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran lebih bermakna.
Munandar dalam Trianto (2007: 137) Ciri pengembangan afektif yaitu menyangkut
sikap dan perasaan, motivasi atau dorongan dari dalam untuk membuat sessuatu misalnya
rasa ingin tahu, tertarik terhadap tugas-tugas majemuk yang dirasakan siswa sebagai

3

tantangan, berani mengambil resiko untuk membuat kesalahan atau dikritik oleh siswa lain,
tidak mudah putus asa, menghargai diri sendiri maupun orang lain. Adapun ciri-ciri
pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut : strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas
siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Artinya strategi inkuiri menempatkan
siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai
penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk
menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri, seluruh aktivitas yang dilakukan
siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang
dipertanyakan,

sehingga diharapkan

dapat

menumbuhkan

sikap


percaya

diri (self

belief). Dengan demikian, strategi pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai

sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. Aktivitas
pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa karena itu
kemampuan guru dalam menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam
melakukan inkuiri dan tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah
mengembangkan

kemampuan

berpikir

secara

sistematis,


logis,

dan

kritis,

atau

mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan
demikian, dalam strategi pembelajaran inkuiri siswa tak hanya di tuntut untuk menguasai
materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang
dimilikinya.
Tinjauan Tentang Hasil Belajar

Mengevaluasi adalah proses mengukur dan menilai. Untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang ditetapkan sudah tentu memerlukan
pengukuran hasil belajar. Dengan mengukur hasil belajar maka seseorang akan dapat
diketahui tingkat penguasaan tentang materi pelajaran yang dipelajari. Hasil dari
pembelajaran ini disebut hasil belajar.
Menurut


Dimyati (2009.189) Kewajiban dari setiap guru adalah mengevaluasi

pencapaian hasil belajar siswa, Karena siswa dan guru merupakan orang-orang yang terlibat
dalam kegiatan pembelajaran, tentu mereka mempunyai keinginan untuk mengetahui proses
dan hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
Menurut Bloom dan Kratwohl dalam Dimyati (2009 : 26) bahwa hasil belajar
merupakan perubahan tingkah laku yang secara umum dapat dikelompokkan ke dalam tiga
kategori yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang secara umum dapat
dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. hasil
4

belajar juga merupakan hasil yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar
dimana hasil tersebut merupakan gambaran penguasaan pengetahuan dan keterampilan dari
peserta didik yang berwujud angka dari tes standar yang digunakan sebagai pengukur
keberhasilan. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa.
Tinjauan Tentang Suhu Dan Kalor


Suhu didefinisikan sebagai ukuran atau derajad panas dinginnya suatu benda atau
sistem. Benda yang panas memiliki suhu yang tinggi, sedangkan benda yang dingin memiliki
suhu yang rendah. Kalor merupakan energi panas suatu benda, dimana energi yang ditransfer
dari satu benda ke benda yang lainnya disebabkan adanya perbedaan temperatur. Satuan
umum untuk kalor sering disebut kalori (kal) dan didefinisikan sebagai kalor yang
dibutuhkan untuk menaikkan temperatur 1 gram air sebesar 1 derajat Celcius. Kisaran

temperatur khusus dari 14,5oC – 15,5oC ditentukan karena kalor yang diperlukan sedikit
berbeda pada temperatur yang berbeda. Perbedaannya kurang dari 1 persen dalam jangkauan
1-100oC dan sering diabaikan pada sebagian kasus. Yang sering digunakan dari kalori adalah
kilokalori (kkal), yang besarnya 1000 kalori. Percobaan yang dilakukan oleh seorang ilmuan
Inggris, James Prescott Joule (1818-1889) membuktikan secara kuantitatif bahwa kerja 4,186
joule (J) ternyata ekivalen dengan 1 kalori (kal) kalor. Nilai ini dikenal sebagai tara kalor
mekanik. Sehingga dapat dituliskan:

4,186 J = 1 kal
4,186 x 103 J = 1 kkal.
Kalor berpindah dari satu tempat atau benda ke benda yang lainnya melalui tiga cara,
yaitu secara konduksi (hantaran), konveksi (aliran), dan radiasi (pancaran).
Konduksi atau hantaran kalor hanya terjadi bila ada perbedaan suhu. Berdasarkan

eksperimen, menunjukkan bahwa kecepatan hantaran kalor melalui benda yang sebanding
dengan perbedaan suhu antara ujung-ujungnya. Kecepatan hantaran kalor juga bergantung
pada ukuran dan bentuk benda. Untuk mengetahui secara kuantitatif, perhatikan hantaran
kalor melalui sebuah benda pada gambar di bawah ini.Besarnya kalor Q tiap selang waktu

DT
tertentu dirumuskan sebagai berikut: Q
= k. A
Dt
l
Laju perpindahan kalor secara konveksi bergantung pada luas permukaan benda A yang
bersentuhan, koefisien konveksi h, waktu t, dan beda suhu ∆J antara benda dengan fluida.
Banyaknya kalor yang dihantarkan secara konveksi dapat dihitung dengan persamaan berikut.

5

H =

Q
hADT
t

atau

Q = hAt DT

Nilai h bergantung pada bentuk dan kedudukan permukaan yang bersentuhan dengan fluida.
Radiasi dari Matahari terdiri dari cahaya tampak ditambah panjang gelombang lainnya
yang tidak bisa dilihat oleh mata, termasuk radiasi inframerah (IR) yang berperan dalam
menghangatkan Bumi. Kecepatan atau laju radiasi kalor dari sebuah benda sebanding dengan
pangkat empat suhu mutlak (µ ∝ T4) Dengan demikian, kecepatan radiasi kalor meninggalkan
sumber tiap selang waktu tertentu (Q/Δt ) dirumuskan:
Q
= e s ADT 4 , atau
Dt
Q
= e s A T14 - T24
Dt

(

)

III. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) bersiklus, yaitu apabila pada akhir
kegiatan belajar mengajar, hasil evaluasi siswa belum memenuhi ketuntasan belajar, maka
akan dilanjutkan pada siklus berikutnya. Namun apabila pada akhir siklus telah memenuhi
ketuntasan belajar, maka tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya. Penelitian ini
dilaksanakan di MAN Batudaa. Penelitian ini dilaksanakan di kelas XB semester II dengan
jumlah siswa 27 orang sebagai subyek penelitian. Data hasil belajar siswa diambil dengan
cara memberikan tes kepada siswa setelah selesai tindakan. Tujuan pemberian tes tertulis
berupa soal uraian dengan menggunakan batas skor berdasarkan prosentase. Data yang
diperoleh diolah secara deskriptif dan menggunakan analisis prosentase. Penelitian ini
merupakan penelitian tindakan kelas bersiklus yaitu apabila pada akhir kegiatan belajar
mengajar hasil belajar siswa belum tuntas belajarnya, maka akan dilanjutkan pada siklus
berikutnya. Namun apabila pada akhir siklus telah memenuhi ketuntasan belajar, maka tidak
perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya lagi.
peneliti melakukan dua jenis kegiatan yakni pemantauan dan penilaian hasil belajar
siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri. Kegiatan ini bertujuan untuk
melihat apakah hasil belajar tersebut tetap seperti perolehan hasil pada siklus-siklus yang
telah dilaksanakan. Untuk mempermudah penelitian ini, peneliti menggunakan alat atau
instrumen yaitu berupa tes hasil belajar.
Pada tahap analisis dan refleksi ini akan disesuaikan dengan hasil yang di dapatkan
dari pemantauan dan evaluasi, ini akan dianalisa dan direfleksi apakah sudah sesuai dan

6

sudah memenuhi kriteria dan apakah masih terdapat kelemahan-kelemahan pada tindakan
yang dilaksanakan pada siklus I akan di perbaiki pada siklus berikutnya.
Dalam proses penelitian tindakan kelas analisis data merupakan hal yang penting.
Analisis data ini dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan pada setiap akhir
siklus. Data yang di analisis meliputi data hasil pengamatan kegiatan guru dan data aktifitas
siswa serta data hasil belajar siswa. Data diperoleh secara kualitatif, dan di analisis dengan
menggunakan tekhnik analisis data
IV. HASIL PENELITIAN
Deskripsi Hasil Penelitian

Subyek yang dikenal tindakan dalam penelitian ini adalah kelas XB MAN Batudaa
sebanyak 27 orang yang terdiri dari laki-laki 11 orang dan perempuan 16 orang, dibelajarkan
dengan materi pokok yang diajarkan adalah suhu dan kalor. peneliti menggunakan model
pembelajaran Inkuiri. Peneliti memilih menggunakan model pembelajaran ini, karena dapat
memotivasi keaktifan dan semangat belajar siswa dalam pembelajaran Fisika.
Dalam proses penelitian, peneliti melakukan berbagai persiapan dan perencanaan
yang maksimal agar data yang diperoleh benar-benar bersifat original. Persiapan dan
perencanaan tersebut harus disiapkan oleh peneliti sebelum proses pembelajaran dimulai.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 (dua), yaitu pembelajaran dengan
pembelajaran Inkuri dan hasil belajar fisika. variabel penelitian sebagai berikut: Variabel
Input yaitu siswa, guru, bahan ajar, sumber belajar, proses evaluasi, dan lingkungan belajar,
Variabel Proses yaitu model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran
inkuiri danHasil belajar siswa baik individual maupun kelompok. Penelitian ini merupakan
penelitian tindakan kelas bersiklus yaitu apabila pada akhir kegiatan belajar mengajar hasil
belajar siswa belum tuntas belajarnya, maka akan dilanjutkan pada siklus berikutnya. Namun
apabila pada akhir siklus telah memenuhi ketuntasan belajar, maka tidak perlu dilanjutkan ke
siklus berikutnya lagi. Penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam 2 siklus, karena pada siklus
I hasil belajar siswa belum sesuai dengan harapan. Disamping itu masih ada aspek-aspek
pengelolaan kegiatan aktivitas guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa pada siklus I yang
masih berada dalam kriteria cukup, maka perlu dilanjutkan pada siklus II.
Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Dalam Proses Pembelajaran Menggunakan Model
Inkuiri Pada Siklus I

Pengamatan aktivitas guru pada siklus I dilakukan sebanyak 2 kali, sesuai dengan
jumlah rancangan pembelajaran atau sebanyak 2 kali pertemuan. Kegiatan atau aktivitas guru
selama kegiatan belajar berlangsung dipantau dan dinilai dengan menggunakan lembar
7

pengamatan yang telah di susun oleh peneliti. Adapun pengamatan kegiatan guru lebih
diarahkan pada 11 aspek. Bagi guru, hasil pembelajaran yang telah diuraikan dan dilihat pada
tabel aktivitas guru pada siklus I, tampak bahwa persentase rata-rata kegiatan guru pada
pertemuan pertama memperoleh kriteria sangat baik (9%), baik (54%) , dan kriteria cukup
(39%), sedangkan pada pertemuan kedua memperoleh kriteria sangat baik (18%), baik (63%)
dan kriteria cukup (18%). Rata-rata hasil pengamatan kegiatan guru tampak bahwa kriteria
sangat baik (14 %), baik (59%), cukup (27%). Dari data tersebut, dapat dipahami bahwa
aktivitas belajar siswa di kelas dengan model inkuiri belum maksimal, karena masih terdapat
kualifikasi cukup.
Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Dalam Proses Pembelajaran Menggunakan Model
Inkuri Pada Siklus I

Pengambilan data ini dilakukan secara bersama-sama antara peneliti dan pengamat.
Pengamatan aktivitas siswa pada siklus I dilakukan sebanyak 2 kali. Adapun yang menjadi
objek dalam kegiatan siswa ini yaitu untuk melihat sejauh mana kegiatan yang dilakukan
siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Pengamatan aktivitas siswa lebih diarahkan pada
11 aspek kegiatan selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Hasil aktivitas siswa pada
tabel yang telah diuraikan tampak bahwa persentase rata-rata aktivitas siswa pada pertemuan
1 yang memperoleh kriteria sangat baik (9%), baik (45%) dan kriteria cukup (45%),
sedangkan pada pertemuan 2 yang memperoleh kriteria sangat baik (27%), baik (55%) dan
kriteria cukup (18%). Setelah keduanya dirata-ratakan tampak bahwa yang masuk kriteria
sangat baik (18%), baik (50%), dan cukup (32%). Dari data tersebut, dapat dipahami bahwa
aktivitas belajar siswa di kelas dengan model inkuiri belum maksimal, karena masih terdapat
kualifikasi cukup.
Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Inkuiri Pada Siklus I

Untuk melihat ketuntasan belajar siswa atau daya serap siswa pada mata pelajaran
fisika, maka pada akhir pembelajaran dilakukan penilaian tertulis dengan menggunakan soal
essay. Soal pada siklus I berjumlah 8 butir soal essay dengan skor maksimal yang dapat
dicapai siswa adalah 100. Berdasarkan analisis hasil penilaian diperoleh data hasil belajar
siswa sebagai berikut :

8

Tabel I. Hasil belajar siswaa si
siklus 1
Rentang skor

Banyak
anyak siswa

Persentase

81 – 100

3

11

75 – 80

10

37

61 – 74

11

41

41 – 60

3

11

0 – 40

0

0

Jumlah

27

100

nilai rata - rata =

=

jumlah nilai
jumlah siswa

1970
= 73
27
jumlah siswa
iswa yang memperoleh nilai ³ 75
x100 %
jumla
mlah siswa keseluruha n

ketuntasan klasikal =

=

13
x100 % = 4
48%
27

Skor rata-rata

GRAFIK RANAH KOGNITIF
NITIF SIKLUS
SI
I
100

77,03

79,8
79,81
53,91

50

C1

0

C2
C1

C2

C3

C3

RANAH KOGNITIF

Gambar 1. Grafik rata-rata ranah
ah k
kognitif siklus I
Berdasarkan tiga aspek ranah
nah kognitif, persentase yang dicapai siswa ditia
tiap-tiap soal
pada siklus I yaitu aspek pengetahua
ahuan(C1) sebesar 77,03%, aspek pemahaman
n (C
(C2) sebesar
53,91%, dan aspek penerapan (C3)
3) se
sebesar 79,81%. Secara ringkas dapat dilihatt pa
pada gambar
1 di atas.
Refleksi Kegiatan Guru, Kegiatan
atan Siswa dan Hasil Belajar Menggunakan T
Tipe Think,
Talk, and Write Pada Siklus I

Refleksi dilakukan dengann gguru pengamat, tujuanya adalah untuk mendapa
apatkan suatu
gambaran apakah tindakan yang dil
dilaksanakan telah menghasilkan peningkatan
n ha
hasil belajar
siswa setelah proses pembelajaran
an selesai dilaksanakan. Refleksi pada siklus
us I dilakukan
melalui diskusi dengan guru yangg be
bertindak selaku pengamat dalam proses balaja
ajar mengajar
9

di kelas. Refleksi tersebut untuk memperoleh suatu gambaran apakah tindakan yang telah
dilaksanakan

sesuai dengan yang direncanakan dan mampu meningkatkan hasil belajar

siswa. Dari refleksi yang telah dilaksanakan melalui diskusi tersebut dapat disimpulkan
bahwa tindakan kelas yang dilakukan siklus I belum terlaksana sebagaimana yang
diharapkan, sehingga belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan.
Dalam pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I masih terdapat beberapa
aspek kegiatan, baik kegiatan guru maupun aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar
dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Aspek-aspek tersebut antara lain : Pemberian
motivasi kepada siswa belum maksimal, Pengaturan waktu selama proses pembelajaran
belum maksimal, Membimbing siswa menarik kesimpulan sendiri
Kemudian menyangkut aktivitas belajar siswa masih terdapat aspek yang mempengaruhi
hasil belajar siswa yang belum optimal, yaitu Kemampuan siswa dalam merespon pendapat
guru, Presentase hasil belajar kelompok belum maksimal, Siswa belum berani
mengemukakan ide atau pendapat, sehingga hasilnya tidak sesuai dengan tujuan yang
diharapkan , sehingga harus dilanjutkan pada siklus II.
Hasil Pengamatan Pengelolaan Pada Kegiatan Mengajar

Siklus II yang akan dilaksanakan ini merupakan penyempurnaa tindakan pada siklus I.
Berdasarkan refleksi pada siklus I, maka guru harus melakukan penyempurnaan tindakan
pada pada aspek-aspek kegiatan belajar mengajar, yaitu: Membimbing siswa agar
Kemampuan siswa dalam merespon pendapat guru lebih baik dari sebelumnya, Membimbing
siswa dalam Presentase hasil belajar kelompok dan Memotivasi siswa agar lebih aktif dan
berani dalam mengemukakan ide atau pendapat pada waktu diskusi.
Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Dalam Proses Pembelajaran Model Inkuiri
Pada Siklus II

Dalam pengamatan kegiatan guru pada siklus II ini sama halnya yang telah dilakukan
pada siklus I, tapi hanya satu kali pertemuan. Adapun pengamatan kegiatan guru lebih
diarahkan pada 11 aspek. Berdasarkan Tabel yang telah di uraikan, tampak bahwa presentase
rata-rata aktivitas guru yang memperoleh kriteria sangat baik (27%), baik (73%). Hal ini
sesuai dengan yang diharapkan dari 11 aspek karena semuanya memenuhi kriteria baik dan
sangat baik.
Pengamatan Kegiatan Siswa Dalam Proses Pembelajaran Menggunakan Model Inkuiri
Pada Siklus II

Pengambilan data ini dilakukan seperti yang telah dilakukan pada siklus I yaitu secara
bersama-bersama dilaksanakan antara peneliti dan pengamat. Adapun yang menjadi objek
10

dalam kegiatan siswa ini yaitu untuk melihat sejauh mana kegiatan yang dilakukan siswa
dalam proses pembelajaran di kelas. Pengamatan aktivitas siswa lebih diarahkan pada 11
aspek kegiatan selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Berdasarkan Tabel 8 tampak
bahwa persentase rata-rata aktivitas siswa yang memperoleh kriteria sangat baik (36%), baik
(64%) dan kriteria cukup (45.45%). Hal ini sesuai dengan yang diharapkan dari 11 aspek
karena semuanya memenuhi kriteria baik dan sangat baik. Dari data tersebut, dapat dipahami
bahwa aktivitas belajar siswa di kelas dengan model pembelajaran inkuiri sudah maksimal,
karena tidak terdapat kualifikasi cukup dan kurang.
Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Pada Siklus II

Untuk melihat ketuntasan belajar siswa atau daya serap siswa pada mata pelajaran
fisika, maka pada akhir pembelajaran dilakukan penilaian tertulis dengan menggunakan soal
essay. Soal pada siklus II berjumlah 5 butir soal essay dengan skor maksimal yang dapat
dicapai siswa adalah 100. Berdasarkan analisis hasil penilaian diperoleh data hasil belajar
siswa sebagai berikut :
Tabel 9. Hasil belajar siswa siklus 1I
Rentang skor

Banyak siswa

Persentase

81 – 100

16

59

75 – 80

8

30

61 – 74

3

11

41 – 60

0

0

0 – 40

0

0

Jumlah

27

100

nilai rata - rata =

=

jumlah nilai
jumlah siswa

2266
= 84
27

ketuntasan klasikal =

=

jumlah siswa yang memperoleh nilai ³ 75
x100 %
jumlah siswa keseluruha n

24
x100 % = 89 %
27

11

GRAFIK RANAH KOGNITI
NITIF SIKLUS II
88,58
85,19

Skor rata-rata

90
85
80
75
70

76,92

C1
C2
C3

C1

C2

C3

RANAH KOGNITIF
OGNITIF

Gambar 2. Grafik rata-rata ranah
ah k
kognitif siklus I
Berdasarkan gambar 2 pada grafik tersebut terlihat ada tiga aspek rana
nah kognitif,
persentase yang dicapai siswa ditia
tiap-tiap soal pada siklus II yaitu aspek penget
getahuan(C1)
sebesar 88,58%, aspek pemahaman
an (C2) sebesar 85,19%, dan aspek penerapan
n (C
(C3) sebesar
76,92%.
Refleksi Hasil Belajar Menggunakan
akan Model Pembelajaran Inkuiri Pada Sikluss III

Siklus II merupakan tindakk llanjut dari siklus sebelumnya, tujuannya untuk
uk melakukan
perbaikan dan penyempurnaan dari
ri aspek-aspek yang belum tercapai atau yang be
belum tuntas
pada siklus sebelumnya. Refleksi
eksi tindakan pada akhir siklus dengan tuj
tujuan untuk
mendapatkan gambaran tentang ti
tindakan yang dilaksanakan dalam meningka
ngkatkan hasil
belajar siswa. Berdasarkan refleksi
ksi ttersebut, maka hasil yang diperoleh telah menc
encapai target
yang diharapkan sehingga tidak pe
perlu dilanjutkan pada siklus berikutnnya. Wala
alaupun hasil
belajar siswa telah mencapai kriter
iteria yang diharapkan namun guru masih perlu
rlu menindak
lanjuti beberapa hal terutama siswa
swa yang hasil belajarnya belum maksimal (nilai
ai kur
kurang dari
6,7), harus diberikan bimbingan
an perorangan sampai siswa tersebut berhasi
hasil dengan
memperoleh hasil yang ditentukann ol
oleh sekolah.
Pembahasan

Menurut Gagne dalam Agus
gus (2013. 2) belajar adalah perubahan kemam
ampuan yang
dicapai seseorang melalui aktivit
ivitas. Perubahan kemampuan tersebut bukan diperoleh
langsung dari proses pertumbuhann se
seseorang secara alamiah. Kegiatan pembelaja
ajaran seperti
ini ternyata memberikan dampakk belajar yang baik bagi siswa, siswa akan terl
erlibat secara
aktif dalam proses penemuan konse
konsep. Dalam proses belajar mengajar yang
g berkualitas
menunjukkan adanya keterlaksanaa
naan oleh siswa dalam mengikuti petunjuk yang
ang diberikan
oleh guru, semua siswa juga harus
us turut serta melakukan kegiatan belajar, keakt
aktifan siswa
dalam kegiatan belajar (bertanya ke
kepada siswa lain ) harus ada, dan terjadi inter
nteraksi antara
guru dengan siswa atau antar siswa
swa dengan siswa. Proses belajar mengajar yang
ng dilakukan
12

telah berhasil meningkatkan hasil belajar siswa, dimana siswa terlibat langsung dan berperan
aktif sehingga siswa selalu merasa tertarik untuk mempelajari kembali materi yang telah
diberikan oleh guru.
Dalam penelitian ini bertujuan untuk proses pembelajaran dalam upaya meningkatkan
hasil belajar siswa melalui model pembelajaran inkuiri. Hasil yang dicapai akan terlihat dari
perubahan kemampuan dalam menguasai materi tersebut.
Aktivitas guru

Pengamatan aktivatas guru pada Siklus I dari 11 aspek aspek yang di amati belum
mencapai kriteria ketuntasan yang di harapkan. Di mana hanya mencapai ketuntasan 73% dan
masih terdapat kriteria cukup. Hal ini disebabkan kurangnya persiapan guru dalam proses
pembelajaran di kelas, sehingga pengelolaan pembelajaran menjadi kurang optimal. Aspekaspek yang belum optimal ini diadakan perbaikan pada pembelajaran pada Siklus II. Pada
Siklus II yang tuntas mencapai 100% sehingga hasil yang di peroleh terdapat peningkatan
kegiatan guru pada siklus I ke siklus II. Berdasarkan hal tersebut untuk pengamatan aktivitas
guru sudah berhasil dan telah mencapai kriteria yang di tentukan.
Aktivitas siswa

Hasil pengamatan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran pada siklus I masih
rendah disebabkan karena siswa tidak mengikuti dengan baik seluruh pengarahan guru, dan
kurang aktif dalam proses pembelajaran. Di mana ketuntasan pada Siklus I hanya mencapai
68% belum mencapai ketuntasan yang diharapkan, sehingga perlu diadakan pada siklus
perbaikan pada Siklus II . pada Siklus II pengamatan aktivitas siswa telah mengalami
peningkatan di mana ketuntasan pada Siklus II telah mencapai 100%. Berdasarkan hal
tersebut dapat dikatakan bahwa pada Siklus II telah mencapai kriteria ketuntasan yang
diharapkan sehingga tidak perlu lagi dilanjutkan pada Siklus berikutnya.
Hasil belajar

Pada hasil belajar siswa pada siklus I di peroleh melalui tes uraian dengan 8 butir soal
yang di berikan oleh guru belum mencapai kriteria keberhasilan yang diharapkan. Dari 27
siswa yang dikenai tindakan dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri pada pada
materi suhu dan kalor dengan KKM 50 hanya sebanyak 13 siswa atau sebesar siswa 48 %
yang di nyatakan tuntas, dan 14 siswa lainnya atau sebesar 52% dinyatakan tidak tuntas
sedangkan pada Siklus II menunjukan bahwa terjadi peningkatan siswa yang tuntas menjadi
24 orang atau sebesar 89% dan yang tidak tuntas menurun menjadi 3 orang atau sebesar 11%.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka jelas bahwa melalui
model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran fisika,
13

karena model inkuiri ini memiliki keunggulan yaitu menekankan kepada pengembangan
aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga belajar lebih bermakna dan
dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
Kesimpulan dari penelitian dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri ini pada
mata pelajaran fisika khususnya materi suhu dan kalor dapat meningkatkan hasil belajar
siswa
V.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dalam pembahasan pada bab IV, maka peneliti menarik
kesimpulan bahwa: melalui model pembelajaran Inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran Fisika. Hal ini dapat di peroleh dari evaluasi hasil belajar siswa
pada siklus I dan siklus II. Peningkatan hasil belajar siswa ini ditunjang dengan aktivitas
siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang terus meningkat pada saat pelaksaan tindakan.
Hasil evaluasi pada siklus ini dilakukan di akhir pembelajaran dari 27 siswa yang dikenai
tindakan sebanyak 13 siswa atau sebesar siswa 48 % yang di nyatakan tuntas, dan 14 siswa
lainnya atau sebesar 52% dinyatakan tidak tuntas sedangkan pada Siklus II menunjukan
bahwa terjadi peningkatan siswa yang tuntas menjadi 24 orang atau sebesar 89% dan yang
tidak tuntas menurun menjadi 3 orang atau sebesar 11%.
Saran

Agar pembelajaran di dalam kelas dapat membangkitkan motivasi dan semangat
belajar siswa, maka seorang guru seharusnya menggunakan model pembelajaran inkuiri
khususnya pada mata pelajaran fisika sebagai salah satu model pembelajaran disekolah, Guru
dapat membiasakan siswa dalam berfikir dan memecahkan suatu masalah pada materi yang
diajarkan, Hendakanya guru memperhatikan karakter masing-masing siswa dalam proses
pembelajaran berlangsung, menguasai materi dan bahan ajar.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi. Amri dan Elisah, 2011. Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu.
Jakarta : Prestasi
Amin, M. (1987). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan
menggunakan Metode “ Discovery” dan ” Inquiry” . Jurnal, Jakarta :

Depdikbud.
Dimyati, 2009.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Rineka Cipta
Douglas C. Giancoli. 1999.fisika Edisi Kelima. Jakarta : Gelora Aksara Pratama
Hamzah B. Uno, 2011. Perencanaan Pembelajaran.Jakarta : Bumi Aksara
14

Mustaqim, 2010.Psikologi Pendidikan. Jakarta: Reneka Cipta
Rasyid. Harun dan Mansyur.2008.Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV.
Wacana Prima
Risal,Olahmuh.2012:Upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada knsep getaran
dan glombang dgn menggunakan strategi pmbelajaran inkuiri. Universitas

Negeri Gorontalo.
Roestiyah N.K, 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Asdi Mahasatya
Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi
Paikem).Yogyakarta : Pustaka Belajar

Trianto, 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik.
Jakarta: PT. Prestasi Pustaka
Zainal Arifin,2011. Evaluasi Pembelajaran.Bandung : Remaja Rosdakarya
Igrisa, Zurni.2011: upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas X7 pada meteri protista
melalui model pembelajaran inkuiri (inquiri) di Sma tilamuta kabupaten
boalemo. Universitas Negeri Gorontalo.

15

16

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL PISA KONTEN SHAPE AND SPACE BERDASARKAN MODEL RASCH

69 778 11

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

PENERAPAN METODE SIX SIGMA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PAKAIAN JADI (Study Kasus di UD Hardi, Ternate)

24 208 2

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PENGARUH KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKADAN MOTIFBERPRESTASI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

8 74 14

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENERAPAN PUTUSAN REHABILITASI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENGGUNA NARKOTIKA (STUDI KASUS PUTUSAN NO : 130/Pid.B/2011/PN.LW)

7 91 58

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

EVALUASI ATAS PENERAPAN APLIKASI e-REGISTRASION DALAM RANGKA PEMBUATAN NPWP DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA TANJUNG KARANG TAHUN 2012-2013

9 73 45

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62