Analisis hukum Islam terhadap praktik jual beli sapi dengan sistem pembayaran berjangka di Desa Takerharjo Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan.

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI
SAPI DENGAN SISTEM PEMBAYARAN BERJANGKA DI DESA
TAKERHARJO KECAMATAN SOLOKURO
KABUPATEN LAMONGAN
SKRIPSI

Oleh:
Noor Hazlina
NIM. C72213154

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syari’ah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Ekonomi Syariah
Surabaya
2017

ABSTRAK
Skripsi ini merupakan hasil penelitian lapangan yang berjudul “Analisis
Hukum Islam terhadap Praktik Jual Beli dengan Sistem Pembayaran Berjangka
di Desa Takerharjo Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan. Adapun

permasalahan yang telah dirumuskan dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana
praktik jual beli sapi dengan sistem pembayaran berjangka di Desa Takerharjo
Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan?, 2) Bagaimana pandangan hukum
Islam terhadap praktik jual beli sapi dengan sistem pembayaran berjangka di
Desa Takerharjo Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan?
Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah jenis metode
penelitian kualitatif dengan pengumpulan data melalui observasi dan wawancara.
Sedangkan untuk menganalisis data-data yang diperoleh, peneliti menggunakan
metode pendekatan analisis deskriptif, yakni mengumpulkan data-data yang ada
dilapangan terlebih dahulu kemudian dianalisis dengan ketentuan hukum Islam.
Untuk pola pikirnya menggunakan pola pikir deduktif, yaitu menarik kesimpulan
dari yang umum terhadap yang khusus.
Hasil penelitian menyatakan, bahwa jual beli sapi di Desa Takerharjo
memiliki perbedaan dari segi pembayaran, yakni antara sistem pembayaran
berjangka dan sistem pembayaran tunai. Apabila pemilik sapi memilih menjual
sapinya dengan sistem tunai maka harga yang ditawarkan lebih rendah
dibandingkan dengan sistem pembayaran berjangka, sedangkan apabila pemilik
sapi memilih menjual sapinya dengan sistem pembayaran berjangka maka harga
yang ditawarkan lebih tinggi dibandingkan dengan sistem tunai dengan jangka
waktu tertentu. Jika dalam jangka waktu yang telah disepakati juragan tidak

mampu menjual sapi di atas harga yang diperjanjikannya, maka juragan harus
melunasi pembayaran dengan uang milik pribdi. Meskipun pembayaran berjangka
ini terkadang dapat merugikan juragan, akan tetapi sapi-sapi yang dijual dengan
pembayaran berjangka dapat membantu juragan sebagai modal usahanya.
Menurut hukum Islam praktik jual beli sapi dengan sistem pembayaran berjangka
ini adalah sah karena sudah memenuhi syarat keabsahan akad jual beli dan sudah
sesuai dengan ketentuan syarak.
Dalam melakukan praktik jual beli sapi dengan sistem pembayaran berjangka
ini hendaknya selalu menggunakan saksi dan bukti tertulis meskipun kedua pihak
sudah saling mengenal. Hal tersebut untuk menghindari terjadinya perselisihan di
kemudian hari apabila terjadi perbedaan pendapat.

v

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM. ............................................................................................. i
PERNYATAAN KEASLIAN. ............................................................................ ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING. ..................................................................... iii
PENGESAHAN. ................................................................................................. iv
ABSTRAK. .......................................................................................................... v
KATA PENGANTAR. ....................................................................................... vi
DAFTAR ISI...................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL................................................................................................ x
DAFTAR TRANSLITERASI. ........................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN. ................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah. .................................................................. 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah. .................................................... 7
C. Rumusan Masalah. ............................................................................ 9
D. Kajian Pustaka. ................................................................................. 9
E. Tujuan Penelitian. ............................................................................ 12
F. Kegunaan Hasil Penelitian. .............................................................. 12
G. DefinisiOperasional. ........................................................................ 13
H. Metode Penelitian. ........................................................................... 14
I. Sistematika Pembahasan. ................................................................ 22
BAB II TINJAUAN UMUM JUAL BELI DALAM ISLAM. ........................... 25
A. Pengertian Jual Beli. ........................................................................ 25
B. Dasar Hukum Jual Beli. ................................................................... 28

C. Rukun Jual Beli. ............................................................................... 30
D. Syarat dalam Jual Beli. .................................................................... 33
E. Penambahan Harga Berdasarkan Waktu Proses Transaksi. ............ 36
F. Jual Beli dengan Harga Cicilan........................................................ 37
G. Persyaratan-persyaratan untuk Keabsahan Akad Jual Beli Kredit. 39

viii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

H. Jual Beli dengan Uang Muka. ......................................................... 40
I. Manfaat Jual Beli. ............................................................................ 42
J. Kesaksian dalam Akad Jual Beli...................................................... 43
K. Etika Jual Beli. ................................................................................. 45
L. Khiyar dalam Jual Beli. .................................................................... 47
M. Bentuk-bentuk Jual Beli yang Dilarang. ......................................... 48
BAB III PRAKTIK JUAL BELI DENGAN SISTEM PEMBAYARAN
BERJANGKA DI DESA TAKERHARJO KECAMATAN
SOLOKURO KABUPATEN LAMONGAN. .................................... 53
A. Gambaran Umum Desa Takerharjo Kecamatan Solokuro

Kabupaten Lamongan. ...................................................................... 53
B. Praktik Jual Beli Sapi dengan Sistem Pembayaran Berjangka di
Desa Takerharjo Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan. ....... 56
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL
BELI DENGAN SISTEM PEMBAYARAN BERJANGKA DI
DESA
TAKERHARJO
KECAMATAN
SOLOKURO
KABUPATEN LAMONGAN............................................................ 69
A. Analisis Praktik Jual Beli dengan Sitem Pembayaran Berjangka
di Desa Takerharjo Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan. ... 69
B. Analisis Hukum Islam terhadap Praktik Jual Beli dengan
Sistem Pembayaran Berjangka di Desa Takerharjo Kecamatan
Solokuro Kabupaten Lamongan. ...................................................... 76
BAB V PENUTUP. ............................................................................................ 83
A. Kesimpulan. ...................................................................................... 83
B. Saran. ................................................................................................ 84
DAFTAR PUSTAKA
BIODATA PENULIS

LAMPIRAN

ix

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Manusia memiliki tujuan masing-masing untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya, baik dalam hal kebutuhan pokok maupun dalam hal kebutuhan
lainnya. Sehingga, untuk mewujudkan hal-hal tersebut manusia perlu
menjalin hubungan kerjasama dengan sesama. Salah satu wujud dari bentuk
hubungan kerjasama tersebut adalah dengan cara bermuamalah.
Kegiatan muamalah merupakan semua akad yang membolehkan manusia
saling tukar-menukar manfaatnya dengan cara-cara dan aturan-aturan yang
telah ditentukan Allah Swt. dan manusia wajib untuk mentaatinya.
Termasuk di dalamnya adalah hukum-hukum yang berkaitan dengan
tindakan manusia dalam persoalan-persoalan keduniaan.1 Contohnya, jual

beli (al-bay’), utang-piutang (qard}), mud}ar> abah, musha>rakah, muza>ra’ah,

mukha>barah, ija>rah dan sebagainya.
Setiap manusia selalu membutuhkan barang dan jasa seseorang dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan seseorang tersebut tidak akan
memberikan barang dan jasanya dengan percuma. Untuk itu, dari berbagai
akad-akad kegiatan muamalah di atas, akad jual belilah yang paling dominan
dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, bahkan jual beli
tidak

1

pernah

luput

dari

kehidupan


sehari-hari

setiap

manusia.

Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), 4.

1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

Jual beli secara istilah fikih disebut dengan al-bay’ yang berarti menjual.
Sedangkan secara istilah, jual beli adalah suatu perjanjian tukar-menukar
benda atau barang yang mempunyai nilai secara sukarela diantara kedua
belah pihak, yang satu menerima benda-benda dan pihak lain menerimanya
sesuai dengan perjanjian dan ketentuan yang dibenarkan syarak dan
disepakati.2

Jual beli dikalangan masyarakat terjadi dengan berbagai macam cara.
Dilihat dari segi pembayaran, terdapat jual beli secara tunai dan jual beli
yang pembayarannya menggunakan jangka waktu. Jual beli tunai adalah jual
beli yang pembayarannya dilakukan secara tunai setelah akad jual beli
berlangsung. Sedangkan jual beli dengan pembayaran berjangka adalah jual
beli yang pembayarannya bisa dilakukan dengan membayar uang panjar atau
juga bisa tidak kemudian sisa pembayaran akan dilunasi dalam jangka waktu
yang telah disepakati kedua belah pihak, yakni antara penjual dan pembeli.
Fenomena yang terjadi pada masa kini, masyarakat seringkali memilih
transaksi jual beli dengan pembayaran ditangguhkan atau pembayaran
berjangka. Bahkan hal ini sudah biasa terjadi hingga sebagian masyarakat
menjadikannya sebagai sebuah tradisi. Begitu pula peminat jual beli dengan
sistem pembayaran berjangka ini adalah kebanyakan masyarakat kelas
menengah ke bawah dengan latar belakang keterbatasan dana, sehingga
masyarakat berpikir bahwa pembayaran berjangka adalah pilihan yang paling
tepat. Berbeda dengan alasan masyarakat pada umumnya yang melakukan
2

Ibid., 67.


digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

pembayaran tangguh atau pembayaran berjangka dikarenakan keterbatasan
dana, pada penelitian ini justru hal yang menjadi alasan masyarakat
melakukan praktik jual beli dengan sistem pembayaran berjangka adalah
untuk mengharapkan keuntungan lebih dari hasil transaksi yang dilakukan.
Jual beli dengan sistem pembayaran berjangka ini juga dilakukan oleh
sebagian masyarakat Desa Takerharjo Kecamatan Solokuro Kabupaten
Lamongan. Gambaran sementara praktik jual beli yang dilakukan oleh
masyarakat Desa Takerharjo ini adalah jual beli antara seorang pemilik sapi
dengan juragan sapi, dimana objek yang diperjualbelikan dalam transaksi
tersebut adalah sapi dan menggunakan sistem pembayaran berjangka atau
masyarakat Desa Takerharjo menyebutnya dengan istilah jual beli sapi
dengan cara diutangkan. Pemilik sapi adalah seseorang yang akan menjual
sapinya kepada juragan sapi dengan cara menghutangkan sapinya terlebih
dahulu kepada juragan dan kemudian pembayarannya akan dilakukan di lain
waktu yang telah disepakati, sedangkan juragan sapi adalah seseorang yang
akan membeli sapi dari pemilik sapi dan juga seseorang yang memiliki

tanggung jawab untuk melunasi pembayaran sapi pada hari yang telah
disepakati.
Umumnya, masyarakat Desa Takerharjo memilih jual beli dengan sistem
pembayaran berjangka adalah karena harga jual dengan sistem pembayaran
berjangka lebih tinggi dibandingkan harga sistem tunai, selain itu
masyarakat membutuhkan dana untuk memenuhi kebutuhan hidup seharihari, seperti biaya pertanian, biaya hajatan, biaya sekolah, dan lain

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

sebagainya. Sebagian masyarakat berfikir apabila sapi yang dimiliki dijual
dengan cara dihutangkan kepada juragan sapi terlebih dahulu maka pemilik
sapi akan mendapatkan keuntungan lebih dari hasil penjualan sapi meskipun
pembayarannya tidak dilakukan secara kontan dan bisa jadi satu minggu
setelah terjadinya kesepakatan harga sapi di pasar akan naik sehingga dapat
menguntungkan pihak juragan sapi. Akan tetapi hal ini tidak dilakukan oleh
setiap pemilik sapi, hanya saja pada pemilik sapi yang tidak membutuhkan
dana segera dan menginginkan jual beli dengan sistem pembayaran
berjangka.3
Untuk melakukan jual beli dengan sistem pembayaran berjangka, sapi
yang digunakan sebagai objek jual beli akan dibawa terlebih dahulu oleh
juragan sapi dan dijual ke jagal sapi untuk disembelih atau dirawat terlebih
dahulu kemudian akan dijual ketika ada pembeli yang menginginkan sapisapi tersebut. Ketika musim haji seorang juragan bisa mendapat keuntungan
lebih, karena ketika itulah permintaan di pasar sedang melonjak tinggi. Akan
tetapi tidak dimungkinkan juragan sapi selalu mendapat untung besar.
Karena ketika sehari-hari juragan menjual sapi kepada jagal dan dijual
dagingnya secara ecer maka keuntungan bisa tidak sebanding dengan harga
sapi yang diperjanjikan dan dapat dikatakan rugi sehingga untuk membayar
harga yang diperjanjikan juragan harus membayarnya dengan uang pribadi.
Proses pembayaran yang diterapkan bisa menggunakan uang panjar atau
bisa juga tidak. Pembayaran dilakukan secara berjangka dengan kesepakatan
3

Mar’atus Sholihah, Wawancara, Lamongan, 15 Oktober 2016.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

bahwa pemilik sapi dapat mengambil uangnya apabila jangka waktu yang
disepakati sudah jatuh tempo. Adapun jangka waktu pelunasan terdapat
sistem mingguan yang dikhususkan untuk sesama juragan sapi dan jagal sapi,
sedangkan sistem bulanan untuk pemilik sapi perorangan dengan pilihan
jangka waktu 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan hingga 4 bulanan. Dalam jangkajangka itulah juragan harus melunasi pembayaran atas hutangnya kepada
pemilik sapi apabila jangka waktu pembayaran yang disepakati kedua pihak
telah berakhir. Jika dalam kurun waktu yang telah ditentukan juragan sapi
tidak dapat melunasi hutangnya pada pemilik sapi, maka juragan sapi harus
mendatangi pemilik sapi untuk meminta tambahan jangka waktu dan
meminta maaf agar pemilik sapi tidak merasa kecewa atas keterlambatan
pembayaran tersebut.
Mengenai pelunasan pembayaran, sesekali juragan sapi juga pernah
mengalami keterlambatan. Keterlambatan tersebut dikarenakan juragan sapi
hanya memperoleh keuntungan kecil dari penjualan sapi-sapi yang dimiliki.
Selain itu, apabila dalam jangka waktu yang telah disepakati juragan tidak
mampu menjual sapi-sapi yang dijual kepadanya dengan sistem pembayaran
berjangka di atas harga yang dijanjikannya, maka juragan harus membayar
tambahan harga yang telah disepakti dengan uang milik pribadi. Akan tetapi,
dalam masalah ini pemilik sapi dan juragan tidak memberlakukan adanya
tambahan harga jika terjadi keterlambatan dalam pelunasan, keduannya
sepakat dengan ketentuan harga diawal. Juragan sapi hanya meminta maaf

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

kepada pemilik sapi dan meminta tambahan jangka waktu serta berjanji akan
melunasi pembayarannya di lain waktu.
Dalam pelaksanaannya, bukti pelunasan pembayaran maupun bukti
proses terjadinya akad jual beli dengan sistem pembayaran berjangka selama
ini tidak menggunakan bukti tertulis, pemilik sapi dan juragan hanya
mempercayai seseorang dari pihak masing-masing untuk menjadi saksi
dalam jual beli tersebut dan dalam pelunasan pembayarannya di kemudian
hari setelah jangka waktu telah berakhir. Bahkan apabila antara pejual dan
pembeli sudah saling mengenal maka saksi bisa jadi tidak diperlukan lagi
dan keduanya hanya bermodalkan kepercayaan. Firman Allah Swt.:

ِ
ِ ِ
ِ
B. ‫آج ٍل م آسمى فآا ْكتُبُ ْو ُه‬
‫آَآ ي آها الذ يْ آن ءآا آمنُ ْوآ إذآ ا تآ آدا يآْن تُ ْم ب آد يْ ٍن إ آَ أ آ‬
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu melakukan
utang-piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya. (QS. Albaqarah: 282).4
Untuk ketentuan harga, terdapat perbedaan antara jual beli dengan
sistem tunai dan jual beli dengan sistem pembayaran berjangka, sebagaimana
dijelaskan sebelumnya bahwa sistem tunai dan sistem pembayaran berjangka
selain terdapat perbedaan dari segi sistem pembayaran juga terdapat
perbedaan dari segi harga. Penjual dan pembeli sepakat apabila seekor sapi
dijual dengan tunai maka harganya adalah Rp. 20.000.000,00. Sedangkan
jika jual beli dilakukan dengan cara diutangkan atau dengan pembayaran
berjangka maka harganya menjadi Rp. 21.000.000,00 dengan jangka waktu

4

Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: t.p., 2002), 59.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

pelunasan dua bulan.5 Dalam jangka waktu yang telah disepakati harga sapi
di pasar dapat dipastikan akan naik sehingga dapat menguntungkan juragan
dan dapat merugikan pemilik sapi, yakni dari harga Rp. 21.000.000,00 bisa
menjadi Rp. 21.500.000,00.

Akan tetapi, jika sapi dipotong dan dijual

dagingnya secara ecer kemungkinan besar pemilik sapi yang akan mendapat
untung dan juragan akan mengalami kerugian karena bisa jadi daging yang
dijual secara ecer di pasar tidak laku (permintaan di pasar menurun) dan
mengakibatkan daging menjadi busuk sehingga tidak dapat dijual lagi. Dari
segi perbedaan harga ini, penulis dapat mengkaji tentang bagaimana hukum
adanya tambahan harga pada praktik jual beli sapi dengan sistem
pembayaran berjangka.
Maka dari itu, penulis mengangkat judul “Analisis Hukum Islam
terhadap Praktik Jual Beli Sapi dengan Sistem Pembayaran Berjangka di
Desa Takerharjo Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan”

untuk

meneliti lebih lanjut mengenai praktik jual beli tersebut apakah sudah sesuai
dengan prinsip Islam dan juga apakah hal tersebut diperbolehkan atau tidak
dalam Islam.

B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi
beberapa masalah yang bisa dijadikan sebagai bahan penelitian. Adapun
identifikasi masalah tersebut adalah sebagai berikut:
5

Adi Sholih, Wawancara, Lamongan, 26 Oktober 2016.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

1. Sistem pembayaran berjangka dalam praktik jual beli sapi.
2. Proses jual beli sapi dengan sistem pembayaran berjangka.
3. Praktik jual beli sapi dengan sistem pembayaran berjangka.
4. Faktor yang melatarbelakangi masyarakat memilih jual beli sapi dengan
sistem pembayaran berjangka.
5. Adanya jangka waktu dalam jual beli sapi di Desa Takerharjo.
6. Adanya keterlambatan dalam pelunasan pembayaran dari jangka waktu
yang telah disepakati.
7. Faktor penyebab terjadinya keterlambatan dalam pelunasan pembayaran.
8. Mekanisme penetapan harga pada jual beli sapi di Desa Takerharjo
Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan.
9. Pandangan hukum Islam terhadap jual beli sapi dengan sistem
pembayaran berjangka.
Agar penelitian ini fokus pada permasalahan yang diteliti, maka penulis
memerlukan adanya batasan masalah, diantaranya adalah:
1. Praktik jual beli sapi dengan sistem pembayaran berjangka yang
dilakukan oleh masyarakat Desa Takerharjo Kecamatan Solokuro
Kabupaten Lamongan.
2. Pandangan hukum Islam terhadap praktik jual beli sapi dengan sistem
pembayaran berjangka di Desa Takerharjo Kecamatan Solokuro
Kabupaten Lamongan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

C. Rumusan Masalah
Berangkat dari identifikasi dan batasan masalah, maka dapat diambil
beberapa rumusan masalah yang akan dikaji, yakni:
1. Bagaimana praktik jual beli sapi dengan sistem pembayaran berjangka di
Desa Takerharjo Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan?
2. Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap praktik jual beli sapi dengan
sistem pembayaran berjangka di Desa Takerharjo Kecamatan Solokuro
Kabupaten Lamongan?

D. Kajian Pustaka
Kajian kepustakaan adalah untuk mendapatkan gambaran hubungan
topik yang akan diteliti dengan penelitian sejenis yang pernah dilakukan oleh
peneliti sebelumnya sehingga tidak terjadi suatu pengulangan materi secara
mutlak.6
Kegiatan jual beli memang sudah tidak asing lagi dikalangan
masyarakat, sehingga banyak buku-buku maupun penelitian sebelumnya
yang membahas tentang praktik jual beli. Untuk itu, sebagai bahan
perbandingan dalam penulisan skripsi ini penulis mengambil beberapa
penelitian terdahulu, diantaranya sebagai berikut:
1. Nurul Nisfu Suci Rofikhoh, 2008, dengan judul “Tinjaun Hukum Islam

terhadap Utang Uang dengan Sistem Jual Beli Barang (Mura>bah}ah) dari
Piutang di Desa Sawo Babat Lamongan”. Dalam penelitian ini
6

Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1988), 135.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

menyatakan, bahwa praktik hutang uang dengan sistem jual beli dari
piutang di Desa Sawo Babat Lamongan dilakukan oleh sebagian warga
yang bertindak sebagai berhutang dan berpiutang sekaligus sebagai
penjual dan pembeli adalah ibu-ibu rumah tangga, yang terdapat batasan
waktu dalam pengembalian hutang selama 3 bulan. Adapun tinjauan
hukum Islam terhadap transaksi tersebut adalah sah karena telah
memenuhi syarat-syarat dalam utang piutang menurut hukum Islam dan
masih sejalan dengan aturan dalam prinsip-prinsip utang piutang Islam.7
2. Diffatussunnah Riadinna, 2016, dengan judul “Analisis Fikih Mazhab

Syafi’i terhadap Perubahan Harga Sepihak: Studi Kasus Jual Beli Daging
Sapi di Desa Omben Kecamatan Omben Kabupaten Sampang”. Dalam
penelitian ini menyatakan, bahwa praktik jual beli daging sapi di Desa
Omben dilakukan oleh seorang pembeli yang memesan daging sapi
kepada supplier pada malam hari sebelum sapi disembelih, melalui sms
atau telepon dengan meyebutkan perkilo gramnya yang kemudian supplier
menyebutkan harga perkilo gramnya. Dan apabila esok hari daging yang
dikirimkan supplier kepada pembeli tidak sesuai dengan keinginan
pembeli, maka pembeli dengan semaunya sendiri mematok harga perkilo
gramnya atau jika daging tersebut sampai fatal tidak sesuai dengan
keinginan pengecer maka pengecer akan mengembalikan kepada supplier.
Berdasarkan hasil analisis, jual beli tersebut dianggap sah atau lazim

7

Nurul Nisfu Suci Rofikhoh, “Tinjaun Hukum Islam terhadap Utang Uang dengan Sistem Jual
Beli Barang (Murabahah) dari Piutang di Desa Sawo Babat Lamongan”,(Skripsi--IAIN Sunan
Ampel Surabaya, 2008).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

apabila penjual dan pembeli tersebut rela, dan jual beli tersebut dapat
dikatakan fasid atau rusak apabila supplier tidak rela (terpaksa) atau
merasa berat hati menjual daging sapi tersebut daripada tidak terjual atau
ruginya semakin besar.8
3. Erfa Erfiana, 2016, dengan judul “Analisis Hukum Islam terhadap Praktik

Jual Beli Sawah Berjangka Waktu di Desa Sukomalo Kecamatan
Kedungpring Kabupaten Lamongan”. Dalam penelitian ini menyatakan,
bahwa jual beli yang terjadi di Desa Sukomalo Kecamatan Kedungpring
Kabupaten Lamongan adalah praktik jual beli yang terdapat adanya
tenggang waktu dan sebuah syarat, yang mana jual beli tersebut hanya
berlaku selama tenggang waktu yang disepakati oleh penjual dan pembeli.
Dan syarat yang terdapat dalam jual beli ini yaitu selama barang ada di
pihak pembeli, maka pembeli tidak boleh menjualnya kepada siapapun
selain penjual. Setelah waktu yang ditentukan keduanya tiba, maka
barang yang ditentukan keduanya telah tiba, maka barang yang
diperjualbelikan kembali dibeli oleh pnejual sesuai dengan penjualan
harga semula.9
Dari beberapa penelitian di atas, penelitian yang dilakukan penulis
memiliki persamaan dari segi praktik yang sama-sama menggunakan jangka

8

Diffatussunnah Riadinna, “Analisis Fikih Mazhab Syafi’i terhadap Perubahan Harga Sepihak:
Studi Kasus Jual Beli Daging Sapi di Desa Omben Kecamatan Omben Kabupaten Sampang”,
(Skripsi--UIN Sunan Ampel Surabaya, 2016).
9
Erfa Erfiana, “Analisis Hukum Islam terhadap Praktik Jual Beli Sawah Berjangka Waktu di Desa
Sukomalo Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan”, (SKRIPSI--UIN Sunan Ampel,
Surabaya, 2016).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

waktu dalam pembayarannya. Sedangkan perbedaannya terletak pada obyek
yang perjualbelikan.

E. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan
daripada penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui praktik jual beli sapi dengan sistem pembayaran
berjangka

di

Desa

Takerharjo

Kecamatan

Solokuro

Kabupaten

Lamongan.
2. Untuk mengetahui pandangan hukum Islam terhadap jual beli sapi dengan
sistem pembayaran berjangka di Desa Takerharjo Kecamatan Solokuro
Kabupaten Lamongan.

F. Kegunaan Penelitian
Dilihat dari tujuan dilakukannya penelitian, maka hasil dari penelitian
ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Aspek teoritis
a. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang praktik jual beli,
terutama dalam jual beli dengan sistem pembayaran berjangka.
b. Sebagai sumbangan pemikiran terhadap ilmu pengetahuan hukum,
khususnya hukum Islam yang berkaitan dengan praktik jual beli.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

2. Aspek praktis
a. Sebagai bahan pertimbangan masyarakat untuk melakukan jual beli
dengan sistem pembayaran berjangka.
b. Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya yang membahas
tentang jual beli dengan sistem pembayaran berjangka.

G. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan bagian yang mendefinisikan sebuah
konsep atau variabel penelitian sehingga bisa dijadikan acuan dalam
menelusuri, menguji atau mengukur variabel tersebut melalui penelitian.
Pemberian definisi operasional hanya terhadap sesuatu konsep atau variabel
yang dipandang masih belum operasional dan bukan kata perkata.10 Jadi,
untuk memahami skripsi yang berjudul “Analisis Hukum Islam Terhadap
Praktik Jual Beli Sapi Dengan Sistem Pembayaran Berjangka di Desa
Takerharjo Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan” ini penulis dirasa
perlu untuk menjelaskan definisi dari variabel-variabel judul tersebut:
1. Hukum Islam
Adalah peraturan dan ketentuan yang berkenaan dengan kehidupan
berdasarkan Alquran, hadis dan pendapat ulama fikih.11 Jadi, untuk
menganalisis praktik jual beli dengan sistem pembayaran berjangka
penulis menggunkan ketentuan hukum Islam yang berdasarkan pada

10

Tim Penyusun Fakultas Syariah dan Hukum, Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi, (Surabaya:
UIN Sunan Ampel Surabaya, 2016), 9.
11
Sudarsono, Kamus Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), 169.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

Alquran surah Albaqarah ayat 25 tentang jual beli, Hadis riwayat Ibnu
Majah tentang jual beli atas suka sama suka serta pendapat ulama fikih
mengenai hukum jual beli dalam Islam.
2. Sistem pembayaran berjangka
Adalah suatu cara yang berkaitan dengan pemindahan sejumlah nilai
uang dari satu pihak ke pihak lain dengan cara berjangka. Sedangkan jual
beli dengan sistem pembayaran berjangka berdasarkan hasil wawancara
adalah jual beli yang pembayarannya dilakukan secara tangguh, yakni
juragan sapi bisa memberikan panjar terlebih dahulu atau tidak kepada
pemilik sapi kemudian pelunasan akan dibayar ketika jangka waktu yang
telah disepakati kedua pihak berakhir dengan ketentuan adanya perbedaan
harga antara sistem tunai dan sistem pembayaran berjangka.12
Dari uraian penelitian-penelitian di atas, dapat diketahui bahwa pokok
permasalahan skripsi ini berbeda dengan skripsi terdahulu, yang mana dalam
hal ini pokok permasalahannya adalah mengenai perbedaan harga antara jual
beli dengan pembayaran tunai dan jual beli dengan pembayaran berjangka.

H. Metode Penelitian
Metodologi adalah cara melakukan sesuatu dengan menggunakan
pikiran secara seksama untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan penelitian
adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan, dan

12

Srijo, Wawancara, Lamaongan, 28 Desember 2016.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

menganalisis sampai menyusun laporannya.13 Jadi, metode penelitian adalah
anggapan dasar tentang suatu hal yang dijadikan pijakan berpikir dan
bertindak dalam melaksanakan penelitian.
Jenis penelitian pada skripsi ini adalah penelitian lapangan (field

research), yaitu suatu penelitian yang meneliti objek di lapangan untuk
mendapatkan sebuah gambaran yang jelas dan data yang konkrit tentang halhal yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Sehingga, untuk
mendapatkan sebuah gambaran dan data-data yang diperlukan, penulis
melakukan penelitian terhadap masyarakat Desa Takerharjo Kecamatan
Solokuro Kabupaten Lamongan. Adapun metode-metode yang dibutuhkan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Takerharjo Kecamatan Solokuro
Kabupaten Lamongan, lokasi ini dipilih sebagai tempat penelitian karena
Desa Takerharjo adalah tempat terjadinya praktik jual beli sapi dengan
sistem pembayaran berjangka.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan secara berkala, yakni pada bulan Oktober
2016 kemudian dilanjutkan kembali pada bulan Desember 2016 sampai
bulan Januari 2017.
3. Obyek penelitian

13

Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metode Penelitian, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), 1.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

Obyek penelitian pada penelitian ini adalah sistem pembayaran
berjangka dalam praktik jual beli sapi di Desa Takerharjo Kecamatan
Solokuro Kabupaten Lamongan.
4. Subyek penelitian
Subyek penelitian pada penelitian ini adalah masyarakat Desa
Takerharjo yang berjumlah 6 orang responden dan 5 orang informan, yang
mana terdiri dari 4 orang responden pemilik sapi, yakni bapak
Muhammad Syafi’i, bapak Yasmaun, bapak Tambah dan bapak jaman dan
2 orang responden juragan sapi, yakni bapak H. Srijo dan Adi Sholih.
Sedangkan untuk inforaman terdapat 6 orang informan, yaitu bapak
Astro, bapak Anwar, bapak Kastum, bapak Supaji, Ibu Sukarti dan
Maratus Sholihah.
5. Data yang dikumpulkan
Untuk menjawab sebuah rumusan masalah, maka peneliti harus
mengumpulkan data-data sebagai berikut:
a. Data primer
Data primer adalah data yang diambil dari sumber data primer
atau sumber pertama dilapangan.14 Adapun data primer yang diteliti
adalah:
1) Data tentang sejarah jual beli sapi dengan sistem pembayaran
berjangka.

14

Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial & Ekonomi: Format-Format Kuantitatif untuk Studi
Sosial, Kebijakan Publik, Komunikasi, Manajemen dan Pemasaran, (Jakarta: Kencana, 2013), 19.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

2) Data tentang proses jual beli sapi dengan sistem pembayaran
berjangka.
3) Data tentang akad jual beli sapi dengan sistem pembayaran
berjangka.
4) Data tentang perbedaan penetapan harga antara jual beli sistem
tunai dengan jual beli sistem pembayaran berjangka.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau
sumber sekunder.15 Adapun data sekunder yang diteliti adalah:
1) Data tentang akad jual beli, meliputi pengertian jual beli, dasar
hukum jual beli, rukun jual beli, syarat dalam jual beli, penambahan
harga berdasarkan waktu proses transaksi, jual beli dengan harga
cicilan, persyaratan-persyaratan untuk keabsahan akad jual beli
kredit, jual beli dengan uang muka, manfaat jual beli, kesaksian
dalam akad jual beli, etika jual beli, khiyar dalam jual beli, dan
bentuk-bentuk jual beli yang dilarang.
2) Data tentang gambaran umum Desa Takerharjo, yakni data
geografis, data kependudukan, data perekonomian, data jumlah
peternak dan data jumlah ternak di Desa Takerharjo.
6.

Sumber data
Sumber data terbagi menjadi dua, yaitu sumber primer dan sumber
sekunder.

15

Ibid., 19.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

a. Sumber primer
Sumber primer adalah sumber pertama di mana sebuah data
dihasilkan.16 Maksudnya, sumber yang diperoleh langsung dari subyek
penelitian

dengan

menggunakan

alat

pengukuran

atau

alat

pengambilan data langsung pada subyek sebagai sumber informasi
yang dicari. Sumber primer ini diperoleh secara langsung dari para
responden di Desa Takerharjo Kecamatan Solokuro Kabupaten
Lamongan sebagai tempat penelitian, diantaranya adalah:
1) Pemilik sapi, yakni selaku penjual atau seseorang yang memilih
akad jual beli dengan sistem pembayaran berjangka. Pada hal ini
penulis memilih 4 orang responden pemilik sapi, yakni bapak
Muhammad Syafi’i, bapak Yasmaun, bapak Tambah dan bapak
Jaman.
2) Juragan sapi, yakni selaku pembeli atau seseorang yang menerapkan
jual beli dengan sistem pembayaran berjangka. Dalam hal ini
penulis memilih 2 responden juragan sapi, yakni bapak H. Srijo dan
Adi Sholih.
3) Masyarakat, yakni selaku informan atau salah seorang yang dipilih
menjadi saksi dalam praktik jual beli sapi dengan sistem
pembayaran berjangka. Dan pada hal ini penulis memilih 6 orang
sebagai informan, yakni bapak Astro, bapak Anwar, bapak Kastum,
bapak Supaji, Ibu Sukarti dan Maratus Sholihah.
16

Ibid., 129.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

b. Sumber sekunder
Sumber sekunder adalah sumber kedua sesudah sumber primer.17
Yakni sebagai pendukung sumber primer yang berkaitan dengan
permasalahan yang diteliti. Adapun data-data tersebut bisa berupa
kitab, catatan, buku, jurnal, skripsi dan dokumen-dokumen lain yang
berkaitan dengan permasalahan. Sumber sekunder yang digunakan
dalam penelitian ini adalah:
1) Fiqhu al-Isla>m wa Adilatuhu> jilid 5, karangan Wahbah az-Zuhaili.
2) Fiqhu al-Sunnah jilid 4, karangan Sayyid Sabiq.
3) Fiqih Muamalah, karangan Rachmat Syafe’i.
4) Dokumen Format Isian Data Profil Desa Takerharjo dan Data
Kesekretariatan Desa Takerharjo.
7. Teknik pengumpulan data
Untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan permasalahan
yang diteliti, maka dibutuhkan beberapa teknik dalam pengumpulan data
tersebut, diantaranya adalah:
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis
fenomena-fenomena yang diteliti.18 Jadi untuk memperoleh data-data
yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini, peneliti terjun langsung
ke lapangan, yakni Desa Takerharjo Kecamatan Solokuro Kabupaten

17
18

Ibid., 129.
Sutrisno Hadi, Metodologi Research II (Yogyakarta: Andi Offset, 1989), 217.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

Lamongan untuk mengamati bagaimana praktik jual beli sapi yang
dilakukan oleh pemilik sapi dengan juragan sapi.
b. Wawancara
Wawancara adalah proses percakapan dengan maksud untuk
mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan organisasi,
motivasi, perasaan dan sebagainya yang dilakukan dua pihak, yaitu
pewawancara yang mengajukan dengan orang yang diwawancarai.19
Untuk itu, dibutuhkan beberapa responden sebagai seseorang yang
akan diwawancarai atau sebagai sampel untuk menjawab pertanyaanpertanyaan yang telah ada. Sehingga dalam hal ini untuk mendapatkan
informasi lebih detail mengenai praktik jual beli dengan sistem
pembayaran berjangka peneliti melakukan wawancara terhadap
masyarakat

Desa

Takerharjo

Kecamatan

Solokuro

Kabupaten

Lamongan, khususnya juragan sapi dan pemilik sapi serta pihak lain
yang berkepentingan.
8. Teknik pengolahan data
Untuk mempermudah hasil analisis data yang telah dikumpulkan,
maka diperlukan adanya teknik pengolahan yang dapat digunakan,
diantaranya:
a. Editing, yaitu memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh
para pengumpul data yang bertujuan untuk mengurangi kesalahan atau
kekurangan yang ada di dalam daftar pertanyaan yang sudah
19

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologi ke Arah Ragam
Varian Kontemporer, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2007), 155.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

diselesaikan sampai sejauh mungkin.20 Data yang perlu diedit adalah
data yang diperoleh dari hasil wawancara kemudian diedit dan
dijadikan sebuah kalimat yang berbentuk narasi.
b. Organizing, yaitu suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan,
pencatatan, dan penyajian fakta untuk tujuan penelitian.21 Data yang
perlu disusun secara sistematis adalah data hasil wawancara yang telah
diedit kemudian diklasifikasikan menurut masing-masing kategori
untuk mendapatkan sebuah hasil susunan penelitian yang sistematis.
c. Analyzing, yaitu suatu proses dalam menjawab masalah yang diteliti
dengan cara menganalisis data yang diperoleh untuk memperoleh
sebuah kesimpulan. Data yang perlu dianalisis adalah data yang telah
tersusun secara sistematis menurut kategori masing-masing kemudian
dianalisis dengan menggunakan ketentuan hukum Islam untuk
menghasilkan sebuah kesimpulan akhir.
9. Teknik analisis data
Teknik analisis data merupakan cara pengumpulan data dengan
menggunakan

teknik

observasi,

wawancara

dan

lainnya

untuk

meningkatkan pemahaman penelitian tentang kasus yang diteliti dan
menyajikannya sebagai tujuan bagi orang lain.
Penelitian yang dilakukan ini adalah jenis penelitian kualitatif, yaitu
salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati. Jadi, peneliti
20
21

Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metode Penelitian..., 153.
Soni Sumarsono, Metode Riset Sumber Daya Manusi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004), 99.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

harus mengumpulkan data-data yang ada di lapangan berkaitan dengan
jual beli sistem pembayaran berjangka kemudian mengolahnya menjadi
sebuah susunan deskriptif.
Untuk

menganalisis

data

yang

telah

dikumpulkan,

penulis

menggunakan metode pendekatan analisis deskriptif, yaitu metode
penelitian yang berusaha menggambarkan objek atau subjek yang diteliti
sesuai dengan apa adanya, dengan tujuan menggambarkan secara
sistematis, fakta dan karakteristik objek yang diteliti secara tepat. Jadi,
data-data mengenai jual beli sapi dengan sistem pembayaran berjangka
yang telah tersusun secara sistematis kemudian dianalisis menggunakan
ketentuan hukum Islam untuk mendapatkan kesimpulan akhir. Sedangkan
pola pikir yang digunakan dalam proses analisis ini adalah pola pikir
deduktif, yaitu cara berpikir yang ditangkap atau diambil dari pernyataan
yang bersifat umum lalu ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Yang
mana dalam hal ini peneliti menganalisis data tentang praktik jual beli
secara umum kemudian ditarik kesimpulan menggunakan ketentuan
hukum Islam untuk mendapatkan data khusus mengenai jual beli dengan
sistem pembayaran berjangka.

I. Sistematika Pembahasan
Untuk memahami isi dari keseluruhan skripsi ini maka penulis membagi
sistematika pembahasan ini menjadi beberapa bab yang saling berkaitan,
diantaranya bab-bab tersebut berisi:

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

Bab pertama, yaitu bab pendahuluan, yang mana merupakan langkah awal
dari sebuah skripsi yang berisikan latar belakang masalah, identifikasi masalah
dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian teori, tujuan penelitian,
kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika
pembahasan.
Bab kedua, yaitu bab tinjauan umum jual beli dalam Islam, yakni
merupakan teori yang digunakan sebagai bahan analisis permasalahan yang
telah diteliti. Adapun tinjauan umum mengenai teori jual beli penulis
gambarkan sebagai berikut: pengertian jual beli, dasar hukum jual beli, rukun
jual beli, syarat dalam jual beli, penambahan harga berdasarkan waktu proses
transaksi, jual beli dengan harga cicilan, persyaratan-persyaratan untuk
keabsahan akad jual beli kredit, jual beli dengan uang muka, manfaat jual beli,
kesaksian dalam akad jual beli, etika jual beli, khiyar dalam jual beli, dan
bentuk-bentuk jual beli yang dilarang.
Bab ketiga, yakni praktik jual beli sapi dengan sistem pembayaran
berjangka di Desa Takerharjo Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan.
Bab ini merupakan sebuah deskripsi gambaran umum dari keadaan tempat
penelitian dan praktik jual beli sapi yang dilakukan oleh masyarakat Desa
Takerharjo Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan.
Bab keempat, yaitu analisis hukum Islam terhadap praktik jual beli sapi
dengan sistem pembayaran berjangka di Desa Takerharjo Kecamatan Solokuro
Kabupaten Lamongan. Bab ini merupakan gambaran dari bab II dan bab III,
yakni penggabungan antara teori dengan permasalahan yang ada demi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

mendapatkan sebuah hasil analisis dalam penentuan hukum praktik jual beli
dengan sistem pembayaran berjangka.
Bab kelima, adalah bab penutup yang merupakan bab terakhir berisikan
kesimpulan atas jawaban ringkas dari rumusan masalah, selain itu pada bab ini
juga terdapat saran-saran.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG JUAL BELI DALAM ISLAM

A. Pengertian Jual Beli (Bay’)
Menurut etimologi, jual beli diartikan:

‫لشي ِئ‬
ْ ِِ ‫الشي ِئ‬
ْ ُ‫ُم َقابَلَة‬

Artinya: Pertukaran sesuatu dengan sesuatu (yang lain).

Kata lain dari al-bay’ adalah al-shira>’ (beli), al-muba>dalah (pertukaran)
dan al-tija>rah (perdagangan).1 Berkenaan dengan kata al-tija>rah, dalam
Alquran surah Fa>t}ir ayat 29 dinyatakan:

َ٩٩ :‫يَ ْر ُج ْو َن َِِا َرة لَ ْن تَبُ ْوَر ُفاطر‬

Artinya: Mereka mengharapkan ija>rah (perdagangan) yang tidak akan
rugi. (QS. Fa>t}ir: 29).2
Adapun jual beli menurut terminologi, para ulama berbeda pendapat
dalam mendefinisikannya, antara lain:3
1. Menurut ulama Hanafiyah, jual beli (al-bay’) secara definitif yaitu tukarmenukar harta benda atau sesuatu yang diingingkan dengan sesuatu yang
sepadan melalui cara tertentu yang bermanfaat.
2. Menurut ulama mazhab Maliki, mazhab Syafi’i dan mazhab Hambali, jual
beli (al-bay’) adalah tukar-menukar harta dengan harta pula dalam bentuk
pemindahan milik dan kepemilikan.

1

Rachmat Syafe’i, Fikih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2004), 73.
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: t.p., 2002), 621.
3
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2013), 101.
2

25

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa jual beli merupakan
kegiatan tukar-menukar barang atau benda dengan sesuatu yang sepadan
sebagai bentuk pemindahan milik atau kepemilikan, yang mana pihak satu
menerima barang atau bendanya dan pihak lain menerima sesuatu yang
sepadan sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati dan dibenarkan
syarak.
Maksud dari sesuai dengan ketentuan syarak ialah telah memenuhi
rukun dan syarat-syarat serta hal-hal lain yang berkaitan dengan jual beli.
Sehingga, apabila jual beli tidak memenuhi rukun dan syarat-syaratnya maka
jual beli dapat diartikan tidak sesuai dengan ketentuan syarak.
Untuk benda-benda yang dimaksud di atas adalah mencakup pengertian
barang dan uang. Menurut Fukaha mazhab Hanafi, benda tersebut
merupakan benda yang berwujud, boleh diambil dan disimpan serta memiliki
nilai kebendaan dikalangan manusia, yakni benda-benda yang berharga dan
dapat dibenarkan penggunaannya menurut syarak. Benda itu adakalanya
bergerak atau tidak tetap (ma>l manqu>l) dan adakalanya tidak bergerak atau
tetap (ma>l ‘uqar), ada yang dapat dibagi-bagi, adakalanya yang tidak dapat
dibagi-bagi, ada harta yang memiliki padanan atau persamaan tanpa
mempertimbangkan adanya perbedaan satuan jenisnya (mithli) dan tidak
memiliki persamaan atau padanan atau harta yang berpadanan tetapi
perbedaan kualitas sangat diperhitungkan (qi>mi>) dan yang lain-lainnya.4
Penggunaan harta tersebut dibolehkan sepanjang tidak dilarang syarak.
4

Imam Buchori dan Siti Musfiqoh, Sistem Ekonomi Islam, (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press,
2014), 111-112.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

Benda-benda seperti alkohol, babi, dan barang terlarang lainnya haram
diperjualbelikan sehingga jual beli tersebut dipandang batal dan jika
dijadikan harga penukar, maka jual beli tersebut dianggap fasid.
Jual beli menurut ulama mazhab Maliki ada dua macam, yaitu jual beli
yang bersifat umum dan jual beli yang bersifat khusus:
1. Jual beli dalam artian umum ialah suatu perikatan tukar-menukar sesuatu
yang bukan kemanfaatan dan kenikmatan. Perikatan adalah akad yang
mengikat dua belah pihak, sedangkan tukar-menukar yaitu salah satu
pihak menyerahkan ganti penukaran atas sesuatu yang ditukarkan oleh
pihak lain. Sesuatu yang bukan manfaat ialah bahwa benda yang
ditukarkan adalah zat (berbentuk), berfungsi sebagai objek penjualan. Jadi
bukan manfaatnya atau bukan hasilnya.5
2. Jual beli dalam arti khusus ialah ikatan tukar-menukar sesuatu yang
bukan kemanfaatan dan bukan pula kelezatan yang mempunyai daya
tarik, penukarannya bukan emas dan juga bukan perak, bendanya dapat
direalisir dan ada seketika (tidak ditangguhkan), tidak merupakan utang
baik barang itu ada dihadapan si pembeli maupun tidak, barang yang
sudah diketahui sifat-sifatnya atau sudah diketahui terlebih dahulu.6
Dalam hal ini, jual beli yang akan dibahas pada penelitian ini adalah jual
beli dengan sistem pembayaran berjangka. Jual beli dengan sistem
pembayaran berjangka hampir sama dengan jual beli kredit. Hanya saja jual
beli kredit pembayarannya dicicil, sedangkan pembayaran berjangka
5
6

Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), 69.
Ibid., 70.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

pembayarannya ditangguhkan pada jangka waktu tertentu. Akad jual beli
kredit dalam ilmu fikih disebut dengan istilah at-taqsi>t} atau secara bahasa}
berarti membagi atau menjadikan sesuatu beberapa bagian. Dan diantara
sistem jual beli yang saat ini terus dikembangkan adalah sistem kredit, yaitu
cara menjual barang dengan pembayaran tidak tunai (pembayaran
ditangguhkan atau diangsur). Meskipun sistem ini adalah sistem klasik,
namun terbukti hingga saat ini masih menjadi trik yang sangat jitu untuk
menjaring pasar, bahkan sistem ini terus-menerus dikembangkan dengan
berbagai modifikasi.7 Dan dari definisi jual beli kredit, dapat tarik
kesimpulan bahwa persamaan antara sistem pembayaran kredit dengan
sistem pembayaran berjangka adalah pembayaran antara keduanya samasama ditangguhkan diakhir.

B. Dasar Hukum Jual Beli
Berdasarkan dalil-dalil Alquran, sunnah dan ijmak, hukum jual beli
adalah boleh.8 Adapun dalil Alquran yang menjadi dasar hukum
diperbolehkannya jual beli adalah:
1. Surah Albaqarah ayat 25, yang berbunyi:

ِّ ‫أَ َحل اَُ الْبَ ْي َع َو َحرَم‬
َ٩٧٢ :‫ ُالبقرة‬. . . ‫الرَب‬

Artinya: Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
(Albaqarah: 275).9
7

Agus Pranowo, Tinjauan Syariat terhadap Jual Beli Kredit, https://muslim. or.id/20961tinjauan-syariat-terhadap-jual-beli-kredit.html?,_e_pi=7%2CPAGE_ID10%2C7696127398,
diakses pada 19 Mei 2017.
8
Wahbah al-Zuhaili, Fiqhu al-Isla>m wa Adilatuhu>, (Abdul Hayyie al-Kattani, et.al.), Jilid 5,
(Damaskus: Da>r al-Fikr,

Dokumen yang terkait

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI PADI DENGAN SISTEM TEBAS (Studi Kasus Desa Mlaten Kecamatan Mijen Analisis Hukum Islam Terhadap Praktik Jual Beli Padi Dengan Sistem Tebas (Studi Kasus Desa Mlaten Kecamatan Mijen Kabupaten Demak Tahun 2015

0 9 20

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI PADI DENGAN SISTEM TEBAS (Studi Kasus Desa Mlaten Kecamatan Mijen Analisis Hukum Islam Terhadap Praktik Jual Beli Padi Dengan Sistem Tebas (Studi Kasus Desa Mlaten Kecamatan Mijen Kabupaten Demak Tahun 2015

0 2 15

Analisis hukum Islam terhadap perubahan harga jual beli sapi secara sepihak di Desa Tlogorejo Kecamatan Sukodadi Kabupaten Lamongan.

0 0 81

KINERJA APARATUR DESA DALAM MENUNJANG PROSES PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAN KEBIJAKAN DESA DI DESA TAKERHARJO KECAMATAN SOLOKURO KABUPATEN LAMONGAN.

2 0 93

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI LUTUNG JAWA: STUDI KASUS DI DESA TRIGONCO KECAMATAN ASEMBAGUS KABUPATEN SITUBONDO.

0 5 83

TIJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI SISTEM CAWUKAN DI DESA GEMPOLMANIS KECAMATAN SAMBENG KABUPATEN LAMONGAN.

1 7 103

DANGDUT DAN KONFLIK SOSIAL : STUDI KASUS PENONTON DANGDUT DI DESA TAKERHARJO KECAMATAN SOLOKURO KABUPATEN LAMONGAN.

0 1 107

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PRAKTIK JUAL BELI HASIL PERTANIAN (STUDI KASUS PRAKTIK JUAL BELI SINGKONG SISTEM PENANGGUHAN MASA PANEN DI DESA TEGALHARJO KECAMATAN TRANGKIL KABUPATEN PATI) - STAIN Kudus Repository

0 1 29

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI DENGAN SISTEM URUB-URUB DI DESA PANDAK KECAMATAN BALONG KABUPATEN PONOROGO

0 0 73

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SEMBAKO DI DESA NGAGLIK KECAMATAN BULUKERTO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI

0 1 72