Materi semiloka kepustakawanan Indonesia 2015

MEMBANGUN MASYARAKAT

  PEMBELAJAR & BUDAYA EPISTEMIK

PERAN SARJANA ILMU PERPUSTAKAAN & INFORMASI

DALAM MASYARAKATNYA

  

Putu Laxman Pendit

  

Masyarakat Pembelajar

  • Konsep asyarakat pe belajar” erat dikaitkan dengan konsep sebelu nya tentang pe belajaran seu ur hidup”.
  • Organisasi-organisasi dunia dan Pemerintahan di berbagai negara seringkali mengadopsi konsep ini untuk

    mewujudkan masyarakat yang mengandalkan pendidikan

    dan pengetahuan, selain sumberdaya alam dan jumlah penduduk, sebagai pondasi kesejahteraannya.
  • Dengan begitu konsep asyarakat pe belajar” seringkali juga tidak dapat dilepaskan dengan gagasan tentang asyarakat berpengetahuan” atau asyarakat berbasis pengetahuan”.

  

Knowledge Society & Epistemic Culture

  • Knowledge society  sebuah masyarakat yang

  tidak hanya memiliki banyak pengetahuan dan infrastruktur informasi, tetapi juga yang dipenuhi oleh knowledge settings, serangkaian pengaturan, proses, dan prinsip-prinsip yang mendukung pengetahuan dan artikulasinya.

  • Epistemic cultures = cultures of knowledge settings.
  • Knowledge society = masyarakat yang dilandasi

  

oleh budaya epistemik. Dengan kata lain, budaya

epistemik ini adalah fitur struktural dari setiap

  

Epistemic Culture sebagai Microculture

  • Pengetahuan sebagai produk riset versus Pengetahuan sebagai proses pengetahuan sebagai practice .

  

  • Culture, termasuk di dalamnya praktik, selain juga konteks (contexts of existence) yang mencakup pula objek-objek material, serta proses rutin sehari-hari (lifeworld processes).
  • Istilah epistemic culture diletakkan di praktik-praktik mikro di sekolah formal dan habitat lain tempat berlangsungnya knowledge practices. Namun tidak

    semua lokasi ini berupa bounded spaces. Ada banyak

    kasus yang melibatkan banyak lokasi dalam skala cukup besar, misalnya international networks of

  Knowledge & Epistemic Culture ikli ” belajar

  Kebijakan Pendidikan Umum Literacy,

  Learning Capacity EPISTEMIC CULTURE - serangkaian praktik (practices), pengaturan

  Learning “o iety e o-syste ”

  discuss

  pakar Epistemic Culture

PERAN & MAKNA PERPUSTAKAAN

  Penerbitan Perpustakaan dalam Epistemic Culture

  Learning Results Publication Knowing in Practice

  Laboratorium Kelas Mengajar

  Terimakasih sarah ziebell

definitions

  p e r s o n a l l e a r n i n g e n v i r o n m e n t

  i n f o r m a l l e a r n i n g e n v i r o n m e n t

  • learning via participation, collaboration
  • personal: about interests and needs of each learner
  • learning through knowledge creation
  • learning: self- directed
  • in contrast with the traditional view of teacher-centered learning via knowledge acquisition
  • environment: safe but empowering (virtual) learning space
information consumption 1960: hours/day

  7.4 2008: hours/day

  11.8 Since 1980: increase in number of 140% words consumed Since 1980: increase in reading

  300% volume

Average person reads words per

  100,500 day ( gigabytes

  )

  34

  

mobile connectivity

  • alters learning venues + expectations
  • offers new access points to knowledge
  • makes attention zones morph
  • • creates pervasive, perpetual awareness of social

  networks, real-time sharing, just-in-time

  • peer-to-peer learning by doing
  • diy learning
  • rise of amateur experts
  • feedback and response network
  • self-directed learning
  • collaborative/”nodes of production”- style learning
  • less learning as transaction, more learning as process
library as place

  • – or placeless resource?

community-driven, interdisciplinary, tech-friendly learning environments york university, toronto

design thinking matters!

   destination  identity  conversations  community  retreat  timely  human factors  resources  refreshments

informal learning environments - attributes bronx library center, new york designing the intuitive space how is space perceived? what is the dynamic of interactions? clearly visible staff areas wide variety of work areas comfortable changeable

understanding your patrons’ needs observational sweeps coordinate mapping photographic mapping visual data analysis

personal learning environments - as unique as you!

share opportunities for connectivity how can we help? between personal interests + professional life help patrons transfer experiences to the academic/professional world  google tools (docs, sheets, slides) for collaboration

   linkedin and tackk for eportfolios

   youtube, blogs, wikis, social media for curation encourage people to develop mature habits for information management and sharing sarah ziebell

  • – Jumat, 19-21 Agustus 2015

  Membangun Lingkungan Pembelajaran Berbasis Pengetahuan Librarians, space, and the atmosphere Seminar, Lokakarya dan Workshop Kepustakawanan Nasional Munas ISIPII dan Rakernas FPPTI Bandung, Rabu

  Ida F Priyanto Universitas Gadjah Mada librarians

  Pustakawan harus berpengetahuan

makin mendalam dan terbaru

  Berjejaring & tidak membangun kotak dalam kotak

  Pustakawan harus berjejaring dan out of the box 

  Jangan tidur di dalam kotak 

  Tunjukkan impresi diri (dengan mengembangkan diri) 

  Hidup dalam dua dunia 

  Care of others Pustakawan harus memiliki visi ( dan pengaruh)

  

  Yang ingin dicapai dan hal itu disampaikan di dalam perpustakaan?

  

  Definisi perpustakaan dan layanannya?

   Kriteria keberhasilan perpustakaan? Ukurannya? 

  Pengaruh yang diharapkan?

   Tema atau identitas perpustakaan saudara? space

   Perpustakaan untuk?

  Mengembangkan koleksi 

  Mengadakan pelatihan 

  Membantu menelusur informasi 

  Menyediakan area belajar 

  Memiliki situs web 

  Menyediakan akses & komputer 

  Kegiatan teknis 

  Meminjamkan koleksi 

  Tugas perpustakaan? 

   Membuka cakrawala dunia maya

   Memaksimalkan pemanfaatan & pengaruh

informasi

   Pengembangan budaya dan etika

   Membangun masyarakat demokratis yang terinformasi

   Memudahkan akses pengetahuan & informasi

   Mendukung penelitian & pembelajaran life-wide

   Membantu mengorganisasi dan mengantarkan keberhasilan pemustaka

   Partisipasi dlm masyarakat dan jaringan sosial

  Membuat peraturan Fasilitas dan standar baru perpustakaan 

  Tidak semua koleksi di-display di rak, sebagian masuk gudang tetapi tetap aksesibel.

   Meningkatnya Self-service

   Librarians out from the desk

   Layanan peminjaman eReader dan tablet

   Layanan print, scan, copy dengan satu kartu

   Layanan library café

   Information skills dan library skills

   Layanan ATM

  space

  Space perpustakaan semakin banyak untuk users’ activities 

  Standar baru 3.5m

  2 per user

   Space koleksi makin sedikit, bahkan menjadi remote storage

   more space for collaborative works

   Convergence: library, museum, archives, publishing

  [In the past,] libraries were places of silence with pockets of group work and activity. st

  

In the 21 century, they are becoming places of

learning activity with pockets of silence.

  • The Guardian Higher Education Network, 6 August 2013
Tren perpustakaan pembelajaran 

  Koleksi secara fisik berkurang 

  Kolaborasi dan kenyamanan 

  Quiet spaces 

  Pengosongan rak 

  Community and technology hubs 

  Semua area perpustakaan menjadi learning spaces 

  Fleksibilitas and modularitas 

  Integrasi dengan layanan lain, misal, TI, galeri, arsip, museum 

  E-everything 

  Food and drink 

  Makerspaces Tren Landmark Libraries 

  Perpustakaan sebagai forum 

  Kerjasama antar perpustakaan 

  Connect the campus

  • – perpustakaan sebagai “public street”

   Me”nyala”kan perpustakaan

   Pentingnya pedestrian conscious —space outdoor utk belajar

   Mendukung semua mahasiswa —perlunya help desks in traffic areas, dan roaming librarians

   Memfungsikan space bekas koleksi

   Fleksibel untuk ketidakpastian (furniture berroda)

   TI yang terintegrasi

  atmosphere

  “Customers don’t want products or services, they want experiences” (Steve Jobs)

  Perpustakaan yang baik memberikan: - Entertainment - Education - Escapism - Esthetics Perpustakaan sebaiknya: 

  Design untuk jangka pendek 

  Tidak harus malu mengikuti gagasan dari orang lain untuk direalisasi 

  Bermitra 

  Menekankan wayfinding dan layanan mandiri 

  Sampaikan kegiatan dan inovasi ke publik 

  Review, evaluate, respond!

  Informasi koleksi baru Penataan rak buku koleksi perpustakaan

materials

  Self-check yang leluasa

  Laptop Lounge

  Fasilitas komunikasi pemustaka

  Layanan dukungan teknologi

  Fasilitas peminjaman eReaders Layanan konten E-reader

  Layanan bantuan pemustaka Membangun suasana akademis dan kreatif, berwawasan teknologi

   Perhatikan flow dan area pemustaka: Jalan untuk pemustaka sebaiknya diusahakan tidak terganggu oleh kegiatan administratif dan teknis internal perpustakaan

  • – Harus diusahakan jalur terpisah

   Perpustakaan harus informatif

   Area pemustaka harus benar benar menampilkan suasana akademis tetapi welcoming siapapun

  

Terima kasih

ida F Priyanto [email protected]

  PROFESIONAL

DI BIDANG PERPUSTAKAAN & INFORMASI dari Pustaka sampai Informatika RAGAM PROFESI KECENDERUNGAN PUSTAKA

KECENDERUNGAN INFORMATIKA

  Spesialis

  Pejabat

  Guru ADVOKASI

  Media

  Pengetahuan

  Pustakawan EDUKASI

  Spesialis

  Pustakawan

  Informasi Pejabat Spesialis

  Sekolah Informasi

  Subjek

  Manajer

  PUSTAKAWAN MANAJERIAL

  Dokumen Kurator

  Pustakawan KOORDINATIF

  ARSIPARIS Data Akademik Manajer

  Rekod Manajer TEKNOLOGIS

  Data PROFESIONAL >> empat pendekatan

  • Ijasah dan kompetensi saja tidaklah cukup.
  • Profesi menjadi rentan terhadap perubahan sosial-politik.
  • Pemahaman kebutuhan masyarakat menjadi semakin penting.
  • Persilangan & persaingan antar profesi meningkat.
  • Perlu berteori sambil praktik”
  • Kemampuan kolaborasi lintas profesi semakin
  • Masalah etika profesi
  • Perlu kreatif sekaligus
  • Multi dan

  Menuju Otonomi Profesi

  • Otonom – kemampuan mengambil inisiatif dan
    • – menyelesaikan tindakan secara mandiri mengendalikan isi, cara, kecepatan pelaksanaan tugas-kegiatan relatif terbebas dari pihak lain.

    >Strategic autonomy
  • Operational auto>Kontrak sosial – civil society, demokratisasi
  • Collective mobility + socio-cultural authority + social

  Teori informasi Informetrika dan bibliometrika Information retrieval Sistem informasi Teori kognitif Perilaku informasi Masyarakat informasi Kebijakan informasi Matematika statistika Telekomunikasi enjinering komunikasi Sosiologi ilmu Ilmu kognisi Linguistik sibernetika Ilmu organisasi Ekonomi Psikologi Sosiologi

  Teori-teori kebudayaan Politik dan kebijakan publik Sifat Multidisipliner Ilmu Informasi & Perpustakaan Cenderung teoritis Cenderung aplikatif

  Bergerak Bersama Menuju Profesionalisme Pustakawan Anastasia Tri Susiati Pustakawan, Universitas Atma Jaya Yogyakarta

  Tuntutan kepada Perpustakaan

Core business untuk perpustakaan: layanan dan koleksi.

   Layanan seperti apa?

  Berada pada platform digital 

  Layanan sesuai kebutuhan user (GENERASI) 

  

Mendukung penggunaan informasi legal secara efektif

melalui pelatihan terutama untuk mendukung riset  Koleksi seperti apa?

   Koleksi lokal yang dapat diakses secara global

   Menyediakan sumber-sumber informasi yang terpercaya, terindeks dan memudahkan pengguna

  IDE Pustakawan Kompeten Kompetitif Profesional Resiko profesional Berjejaring

  Menumbuhkan sikap profesional Sikap selalu menggunakan metode untuk menyelesaikan masalah

   Menjadikan sikap profesional menjadi budaya di lingkungan kerja

   Dorongan pemimpin kepada pustakawan untuk menumbuhkan dan menjaga agar budaya profesional berjalan dengan baik

   Layak disebut profesional : Tuntutan bahwa pustakawan memiliki keahlian dan ketrampilan teknis yang tinggi

   Memiliki pengetahuan umum untuk mendukung kinerjanya

   Melaksanakan kode etik profesi

  Kompetensi

McLelland(1973) Karakter yang berpengaruh langsung

terhadap kinerja

   Kinerja menentukan produktivitas Produktivitas yang dilakukan sesuai visi misi organisasi

   Kompetensi pustakawan : inti dari suatu profesi Kompetensi : Kompetensi personal dan profesional Drejer (2002) Kompetensi merupakan gabungan dari unsur teknologi, manusia, organisasi dan budaya

  

Manusia merupakan unsur terpenting dari keempatnya

  Sikap Kompetitif Strategi untuk mengakumulasi diri dalam rangka menumbuhkan rasa percaya diri

   Melakukan kegiatan-kegiatan yang mendukung misalnya melatih diri dengan berbagai ketrampilan pribadi

  

Mencari peluang untuk menumbuhkan sikap kompetitif

seperti : mengikuti hibah kompetitif, melakukan penelitian, mengikuti akreditasi pustakawan

  

Menyadari bahwa kompetisi juga menimbulkan akibat :

Mendapatkan peluang atau tidak

  Tuntutan perpustakaan bertitik nol

Cara pandang perpustakaan berubah dari tentang buku

atau informasi menjadi tentang bagaimana memfasilitasi seseorang untuk berpartisipasi, berinteraksi dan menciptakan sesuatu sebagai bagian dari layanan perpustakaan

  

Dibutuhkan pustakawan profesional yang dinamis

(Mempunyai wawasan dan kemampuan terhadap ilmunya secara luas)

   Dibutuhkan pustakawan yang memiliki :  skill yang memadai dibidang IT

   Kemampuan menginformasikan perpustakaannya melalui berbagai media

  

Pustakawan mampu mendukung organisasinya

sehingga perpustakaannya memiliki nilai lebih :

  Strategi melakukan jejaring Pustakawan tidak berjalan sendiri-sendiri

Jejaring menentukan kemajuan pustakawan yang mau

berubah membangun budaya profesional

   Berjejaring membuahkan hasil :

  Internship 

  Pembicara pada konferensi baik nasional maupun internasional 

  Memiliki kompetensi lain diluar profesinya misalnya dalam hal berorganisasi 

  Mensejajarkan profesi pustakawan didalam organisasi induk

  Resiko Profesional Memaksa pustakawan untuk mau berubah dan memperbaharui pengetahuannya dengan membaca atau mencari peluang untuk mengasah kemampuannya

   Pustakawan harus menjadi pemelihara dan fasilitator sumber-sumber informasi

   Mampu menginformasikan perpustakaannya dalam berbagai media melalui ketrampilan yang dimiliki

  Bangga akan profesi Peran profesi pustakawan menjadi penting Mampu bersinergi dengan organisasi Mampu menyampaikan kualitas organisasi melalui layanan yang diberikan

  

Menjadi pustakawan handal dengan menggabungkan

kemampuan pribadi dan profesional dalam kinerjanya

   Memperlihatkan bahwa profesi pustakawan adalah profesi standar yang diakui.

  

Thank You

  [email protected]

  Oleh: Luki Wijayanti Makalah disampaikan pada “e inar dan Lokakarya Nasional Kepustakawanan Indonesia 2015 dengan tema

  

Pustakawan Profesi Idaman :

Its Trajectory

  Library Mo e On : Bangga Menjadi Profesional di Dunia Perpustakaan dan Informasi ”, UPI -Bandung 19

  • – 21 Agustus 2015

  

Latar belakang

  • Perpustakaan sebagai gerbang pengetahuan
  • Perpustakaan merupakan ruang publik yang

  paling terbuka

  • Meskipun fungsinya tetap, perkembangan TIK merubah cara pengelolaan informasi,

  terutama penyampaiannya

  • • Besarnya koleksi buku bukan menjadi jaminan

    lengkapnya koleksi perpustakaan.

  

Fungsi Perpustakaan

  • Mempertemukan pengguna dengan sumber informasi,
  • • mempertemukan kelompok pengguna dengan

  pengguna lain,

  • mempertemukan pengguna dengan staf perpustakaan,

  

1987 - 2001

  • Perpustakaan UI (1983 ), perpustakaan yang terpaksa” didirikan karena amanat Peraturan.
  • Perpustakaan yang terakhir dibentuk setelah terbentuknya semua perpustakaan fakultas.
  • Kegiatan adminstrasi dan pelayanan perpustakaan lebih banyak dilakukan di perpustakaan fakultas.
  • • Sejak menjadi PTH-BHMN, Perpustakaan memiliki alokasi anggaran

    yang cukup banyak yang dibagikan pula untuk kepentingan Fakultas, seperti pengembangan SDM dan pengembangan koleksi
  • Perpustakaan Fakultas merasa diperhatikan
  • Perpustakaan mulai memiliki otoritas untuk ikut campur mengatur administrasi perpustakaan fakultas meskpun layanan perpustakaan tetap lebih ramai

    ” di perpustakaan fakultas.

  

Pengembangan Perpustakan Berbasis SDM

  • Sejak tahun 2001 UI mengubah visinya menjadi

  Research University,

  • Tahun 2003 UI mengubah orientasi pembelajaran menjadi student centered dengan metode

    pembelajaran collaboratibe learning, problem based

  learning dan computer mediated learning

  • • merubah perilaku pencarian informasi mahasiswa dan

    pemanfaatan perpustakaan

     Peristiwa ini dijadikan pemicu perubahan manajemen

    perpustakaan UI dimana Literasi Informasi dan layanan

  Pengembangan SDM

  • • Seluruh sumberdaya diselaraskan dengan tujuan UI dengan

    melakukan berbagai pengembangan, terutama pengembangan SDM
  • 7 (tujuh) orang Magister bidang Perpustakaan, 8 (delapan) orang ke jenjang S1, dan 6 (enam) orang Diploma • Sebagian besar staf perpustakaan mendapat kesempatan melakukan studi banding ke luar negeri untuk melihat Perpustakaan yang dianggap lebih baik
  • Staf potensial studi banding juga ke luar ASEAN
  • Pelatihan soft skills berkelanjutan (6 bulan sekali)
  • • Membangun budaya organisasi yang fokus pada pelayanan,

    baik kepada pengguna maupun antar staf

  Pemetaan SDM

  • Pemetaan kekuatan SDM
  • Merancang Program sesuai dengan

  potensi/kekuatan dan minat SDM

  • Memberi otoritas penuh pada staf yang telah ene ukan kegiatan sesuai inatnya
  • • Lakukan pertemuan periodik untuk memantau

  perkembangan atau mengetahui kegagalan

  Pembangunan Gedung Baru

  • Perpustakaan sebagai Learning commons: pusat kegiatan sivitas akademika untuk berolah pikir, berolah rasa dan berolah raga.
  • Perpustakaan sebagai Common area
  • Integrasi Perpustakaan Fakultas ke Perpustakaan Universitas

  PR

  • Mengintegrasikan koleksi tercetak yang

    berjumlah kurang lebih 1(satu) juta eksemplar

  • • integrasi SDM merupakan pekerjaan yang paling

  tidak mudah, terutama bagi SDM yang sudah memiliki posisi ” baik di Perpustakaan Fakultas,

  • menyatukan” berbagai kultur Suasana yang muncul: persaingan antar individu

  maupun kelompok, konflik, rasa cemburu, dan

  Tuntutan

Perasaan tidak nyaman makin diperberat dengan:

  • beban kerja yang makin tinggi (rekatalogisasi)
  • • tuntutan prioritas layanan dari hanya sirkulasi ke

  layanan rujukan

  • Perubahan jam kerja dari pukul 08.00 – 16.00 menjadi pukul 08.00
    • – 21.00

  • pustakawan bekerja pada shift malam

    • tuntutan buka layanan pada hari Sabtu-Minggu.

  

Sikap pustakawan (1)

  • kematangan” staf yang terdidik” dan terlatih”,

  merespon dengan cepat ,

  • fleksibilitas yang tinggi mempercepat proses transisi.
  • Kesadaran staf bahwa Perpustakaan adalah

  gro ing organisme” yang terus bertumbuh dan berkembang, dimana mereka tidak punya pilihan selain terus mengikuti pertumbuhan dan

berkembang bersama dengan Perpustakaan jika

tidak ingin tersisih dan menjadi others” di rumah sendiri

  

Dampak atas sikap pustakawan

  • • tingginya apresiasi akademisi dan manajemen

    terhadap profesi pustakawan.
  • • kebijakan pimpinan tentang strata staf tendik,

  

dimana pustakawan memiliki level yang lebih

tinggi dibanding fungsional lain

  

Tugas Pimpinan

  • • Ketika staf Perpustakaan dituntut memberikan

    layanan sesuai dengan kebutuhan

  pemustakanya (user centered); maka kewajiban seorang Kepala Perpustakaan melayani stafnya agar mereka nyaman dan tenang ketika bekerja, bahagia dan sejahtera.

  

The Role of Libraries to develope

Knowledge-based Learning Environment some experiences from Germany National Seminar in Librarianship

Universitas Pendidikan Indonesia 19.08.2015

  Goethe-Institut

  159 Institutes in 98 countries

  • promote German as a foreign lang>cultivate international cultural cooperation
  • present a comprehensive image of Germany through information on cultural, social and political life

BIBLIOTHEK GOETHE-INSTITUT JAKARTA

  

06.03.2014 The Role of Libraries to develope

  

Knowledge-based Learning Environment

  some experiences from Germany

  1 Trends and Visions

  2 Tools and Tipps Example Berlin Central and 3 : Regional Library (ZLB)

ROLEX LEARNING CENTER LAUSANNE SWITZERLAND

  

06.03.2014

ROLEX LEARNING CENTER LAUSANNE SWITZERLAND

  

06.03.2014

  06.03.2014

Abteilung 20 - Information

HUMBOLDT-UNIVERSITY BERLIN, READING LOUNGE

  

06.03.2014

S

HUMBOLDT-UNIVERSITY BERLIN, READING TERRACE

  Library Trends in Germany

  Library as learning space and meeting place

  • heritage space/ gallery
  • theme lab / music room
  • reading lounge / coffee shop - gaming / maker space ...

PUBLIC LIBRARY, STUTTGART

PUBLIC LIBRARY, STUTTGART

  

LIBRARY AS LEARNING SPACE

KNOWLEDGE ARRAGEND SYSTEMATICALLY ALLOWS SEARCHING AND BROWSING EXPERIENCE NEW MEDIA

  

INTRODUCE ALL VISITORS TO

LITERATURE, ART, MUSIC...

OPEN, INCLUSIVE SPACE BOOKS IN 26 LANGUAGES

BAVARIAN STATE LIBRARY, MUNICH

  APPS, FACEBOOK, TWITTER, HOMEPAGE: A DIGITAL STRATEGY The Role of Libraries to develope

  

Knowledge-based Learning Environment

  some experiences from Germany

  1 Trends and Visions

  2 Tools and Experiences Example Berlin Central and 3 : Regional Library (ZLB)

EXCHANGE OF IDEAS

LOOK FOR INSPIRATION

DESIGNING LIBRARIES, BY UK LIBRARIANS

WORK WITH YOUR TEAM AND YOUR USERS

KEY FEATURES OF THE DESIGN THINKING APROACH

  

INSPIRATION is about framing a design challenge and discovering

new perspectives on the opportunity.

  IDEATION is about generating ideas and making them tangible.

  ITERATION is about continual experimentation based on user feedback.

THE NEXT BIG THING IN EUROPE SEPTEMBER 2015

  A NEXT LIBRARY® EVENT

  

IS AN INTERNATIONAL GATHERING OF FORWARD-THINKING

LIBRARY PROFESSIONALS, INNOVATORS AND DECISION-MAKERS WHO ARE PUSHING BOUNDARIES AND MAKING CHANGES THAT SUPPORT

LEARNING IN THE 21ST CENTURY.

  

Re-designing libraries as learning

spaces: The Goethe-Institut experience

  Challenges

  • many 'old' libraries with overgrown collections
  • small spaces

GOETHE-INSTITUT NEW DELHI

GOETHE-INSTITUT BARCELONA AND MONTREAL

  Group spaces cozy corners for individual learning

  GOETHE-INSTITUT SINGAPORE - BIG TABLE FOR GROUPS

  • - PLACES FOR INDIVIDUAL

    LEARNING
  • -READING LOUNGE

  

GOETHE-INSTITUT BRATISLAVA

BIGGER SPACE

INSTEAD OF SMALL ROOMS

  

GOETHE-INSTITUT LONDON LEARNING SPACES The Role of Libraries to develope

  

Knowledge-based Learning Environment

  some experiences from Germany

  1 Trends and Visions

  2 Tools and Experiences Example Berlin Central and 3 : Regional Library (ZLB)

BERLIN CENTRAL AND REGIONAL LIBRARY (ZLB)

  • largest public library in Germany, including scientific books and media for all age groups
  • special section 'Children's and Youth Library'
  • for students, parents, teachers, and educators
  • more than 146,000 visitors, 522,000 borrowed media, and more than 300 events annually

  Children's and Youth Library Learning Center 06.03.2014 Abteilung 20 - Information

FOR STUDENTS FROM GRADE ONE UNTIL FINAL EXAM MATERIALS FOR TEACHERS

ZLB LEARNING CENTER

  • provide opportunities for kids from various backgrounds
  • support students from migrant families
  • let students experience the usage of information technology (hardware and software)
  • encourage autonomous learning

QUIET PLACE FOR LEARNING

  LIBRARY AS MEETING PLACE, NONCOMMERCIAL 3RD SPACE

PROVIDE TIPPS AND TECHNIQUES FOR LEARNING

  

2014: 146.000 VISITORS, 500.000 MEDIA BORROWED

  EVENTS AND COURSES – GIVEN BY EXPERTS, FOR FREE WORKSHOP 'CREATIVE WRITING' HOMEWORK AND LEARNING SUPPORT FOR GIRLS SPONSORED BY LOCAL LION'S CLUB How to develope your library into a Knowledge-based Learning Environment ?

  1 LOOK FOR INSPIRATION

  

2 ASK YOUR TEAM AND YOUR CUSTOMERS

  3 SECURE SUPPORT AND FUNDING

  4 GET STARTED

  

5 EVALUATE AFTER A WHILE AND IMPROVE

  

Thank you for your attention

[email protected]

  

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN

PERPUSTAKAAN SEKOLAH

OLEH: NURCAHYONO

  Disampaikan dalam rangka seminar,lokakarya dan Workshop Kepustakawanan Nasional MUNAS

  ISIPI dan RAKERNAS FPTI

  BIODATA Nama :

  DRS.NURCAHYONO,SS. M.Si

Alamat:Jl.Tegar Beriman B1 No.1 CGP Bogor

  Tempat Tgl: Purworejo,8-1-1965

JABATAN:KABID PENGEMB PERPUS SEKOLAH DAN PT

  Tlp. 081218017709, email: [email protected]

FUNGSI PERPUSTAKAAN NASIONAL

   REGULATOR

   MOTIVATOR

   SUPERVISOR

   EVALUATOR

FUNGSI REGULATOR

   UU no 4 Tahun 1990 Tentang Serah Terima Karya Cetak dan Karya Rekam

   UU no 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan

  

Peraturan Pemerintah no 24 Tahun 2014

Tentang Penjelasan UU no 43 Tahun 2007

  

KEPMENPAN no 33 Tahun 1998 Tentang

Jabatan Fungsional Pustakawan dan

   KEPMENPAN no 132/KEP/M.PAN/12/2002 Tentang Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka Kriditnya

  

PERMENPAN no 9 Tahun 2014 Tentang

Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka Kriditnya

   Peraturan – Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional , dll

  FUNGSI STIMULUS : BANTUAN 

  

Perpustakaan sekolah / Madrasah

  Perpustakaan PONPES 

  Perpustakaan Komunitas 

  Perpustakaan LAPAS 

  Perpustakaan PUSKESMAS 

  Perpustakaan Rumah Sakit 

  Perpustakaan Rumah Ibadah

   Perpustakaan daerah Transmigrasi

   Perpustakaan daerah tertinggal

   Perpustakaan perbatasan

   Perpustakaan pulau pulau terluar

   Perpustakaan mobil keliling,

   Lomba perpustakaan sekolah / Madrasah

   Lomba Pustakawan berprestasi, dll.

FUNGSI SUPERVISOR

   Monetoring dan evaluasi penyelenggaraan perpustakaan

  

Monetoring dan evaluasi bantuan buku

dan rak buku perpustakaan

   Monetoring bantuan MPK

FUNGSI EVALUATOR

   Tim penilai angka kridit

   Sertifikasi pustakawan

   Akreditasi perpustakaan

  

VISI DAN MISI PERPUSNAS

(RESENTRA TAHUN 2014-2019)

  

VISI

“Terwujudnya Indonesia Cerdas Melalui

  Gemar Membaca dengan Memberdayakan Perpustakaan ”

Dengan Tagline “ Indonesia Gemar

Membaca 2019 “

MISI PERPUSNAS 1.

  Mewujudkan koleksi nasional yang lengkap dan mutakhir 2.

  Mengembangkan diversikasi layanan perpustakaan berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi ( TIK ) 3.

  Mengembangkan perpustakaan yang menjangkau masyarakat luas

MISI PERPUSNAS 4.

  Mewujudkan tenaga perpustakaan yang kompeten dan profesional 5.

  Menggalakkan sosialiasasi/promosi/pemasyarakatan gemar membaca 6.

  Mengembangkan infrastruktur Perpustakaan Nasional yang modern TUGAS-TUGAS PERPUSTAKAAN NASIONAL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 2007 

Pasal 7, ayat (1): 1. Mengembangkan sistem nasional perpustakaan sebagai upaya

  mendukung sistem pendidikan nasional; 2. Menjamin kelangsungan penyelenggaraan dan pengelolaan

perpustakaan sebagai pusat sumber belajar masyarakat; 3. Menjamin ketersediaan layanan perpustakaan secara merata di tanah air; 4. Menjamin ketersediaan keragaman koleksi perpustakaan melalui terjemahan (translasi), alih aksara (transliterasi), alih

suara ke tulisan (transkripsi), dan alih media (transmedia); TUGAS-TUGAS PERPUSTAKAAN NASIONAL BERDASARKAN UNDANG- UNDANG NOMOR 43 TAHUN 2007

Pasal 7, ayat (1):

  

  5. Menggalakkan promosi gemar membaca dan memanfaatkan perpustakaan;

  6. Meningkatan kualitas dan kuantitas koleksi perpustakaan;

  7. Membina dan mengembangkan kompetensi, profesionalitas pustakawan, dan tenaga teknis perpustakaan;

  8. Mengembangkan Perpustakaan Nasional; dan

  9. Memberikan penghargaan kepada setiap orang yang menyimpan, merawat, dan melestarikan naskah kuno.

  

TUGAS-TUGAS PERPUSTAKAAN NASIONAL BERDASARKAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 2007

  10. Menetapkan kebijakan nasional dalam pembinaan dan pengembangan semua jenis perpustakaan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;

  

11. Mengatur, mengawasi, dan mengevaluasi penyelenggaraan

dan pengelolaan perpustakaan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; dan

  12. Mengalihmediakan naskah kuno yang dimiliki oleh masyarakat untuk dilestarikan dan didayagunakan.

  

TUGAS-TUGAS PERPUSTAKAAN NASIONAL BERDASARKAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 2007

Pasal 11, ayat (1):

  13. Menyusun standar koleksi perpustakaan;

  14. Menyusun standar sarana dan prasarana;

  15. Menyusun standar pelayanan perpustakaan;

  16. Menyusun standar tenaga perpustakaan;

  17. Menyusun standar penyelenggaraan; dan 18. Menyusun standar pengelolaan. TUGAS-TUGAS PERPUSTAKAAN NASIONAL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 2007 

Pasal 12, ayat (3):

19. Menyimpan dan melayankan secara terbatas bahan perpustakaan yang dilarang berdasarkan peraturan perundang-undangan.

  

TUGAS-TUGAS PERPUSTAKAAN NASIONAL BERDASARKAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 2007

  

Menetapkan kebijakan nasional, kebijakan umum, dan kebijakan

teknis pengelolaan perpustakaan;

  21. Melaksanakan pembinaan, pengembangan, evaluasi, dan koordinasi terhadap pengelolaan perpustakaan;

  22. Membina kerja sama dalam pengelolaan berbagai jenis perpustakaan; dan

23. Mengembangkan standar nasional perpustakaan.

  24. Mengembangkan koleksi nasional yang memfasilitasi

terwujudnya masyarakat pembelajar sepanjang hayat;

  

TUGAS-TUGAS PERPUSTAKAAN NASIONAL BERDASARKAN UNDANG-

UNDANG NOMOR 43 TAHUN 2007 

  25. Mengembangkan koleksi nasional untuk melestarikan hasil budaya bangsa;

  

26. Melakukan promosi perpustakaan dan gemar membaca

dalam rangka mewujudkan masyarakat pembelajar

sepanjang hayat; dan

27 Mengidentifikasi dan mengupayakan pengembalian naskah kuno yang berada di luar negeri.

  

TUGAS-TUGAS PERPUSTAKAAN NASIONAL BERDASARKAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 2007

Pasal 22, ayat (1) dan (2):

28. Menyelenggarakan perpustakaan umum;

  29. Melaksanakan layanan perpustakaan keliling bagi daerah yang belum terjangkau oleh layanan perpustakaan menetap;

  

TUGAS-TUGAS PERPUSTAKAAN NASIONAL BERDASARKAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 2007

  30. Memberikan bantuan berupa pembinaan teknis, pengelolaan, dan/atau pengembangan perpustakaan kepada perpustakaan khusus;

  

TUGAS-TUGAS PERPUSTAKAAN NASIONAL BERDASARKAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 2007

Pasal 34, ayat (4) :

  31. Memfasilitasi Pembinaan dan pengembangan organisasi profesi pustakawan;

  

TUGAS-TUGAS PERPUSTAKAAN NASIONAL BERDASARKAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 2007

Pasal 44, ayat (1):

  33. Memberikan masukan/usulan Dewan Perpustakaan Nasional kepada Menteri Pendidikan Nasional;

  

TUGAS-TUGAS PERPUSTAKAAN NASIONAL BERDASARKAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 2007

Pasal 45, ayat (1):

  34. Menyediakan anggaran untuk Dewan Perpustakaan Nasional dalam melaksanakan tugasnya;

  

Visi Permerintah Kabinet Kerja

Tahun 2015-2019

  

Terwujudnya Indonesia Yang Berdaulat,

Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan

  

Gotong Royong

  

Misi Pemerintah Kabinet Kerja

Tahun 2015-2019

  Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara Kepulauan

   Mewujudkan Masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis

  

Misi Pemerintah Kabinet Kerja

Tahun 2015-2019

  Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim

   Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera

  

Mewujudkan negara yang berdaya saing

  

Misi Pemerintah Kabinet Kerja

Tahun 2015-2019

  Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan kepentingan nasional

   Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan

  

9 Agenda Prioritas (Nawa Cita)

Bidang Perpustakaan

  1. Menghadirkan kembali negara untuk

  melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara

  2. Membuat pemerintah tidak absen dengan

  membangun tata kelola pemerintah yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya

3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan

  memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan

  

9 Agenda Prioritas (Nawa Cita)

Bidang Perpustakaan

4. Menolak negara lemah dengan

  melakukan reformasi sistem dan penegakkan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya 5.

  Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia 6.

  Meningkatkan produktifitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional

  

9 Agenda Prioritas (Nawa Cita)

Bidang Perpustakaan

7. Mewujudkan kemandirian ekonomi

  dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik 8.

  Melakukan revolusi karakter bangsa 9.

  Memperteguh Ke-Bhineka-an dan

memperkuat restorasi sosial Indonesia

  

PERAN PERPUSTAKAAN NASIONAL DLM

MENGEMBANGKAN PERPUSTAKAAN

  MENSUKSESKAN NAWA CITA KE : 3.

  Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan 5.

  Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia

6. Meningkatkan produktifitas rakyat dan daya

  saing di pasar Internasional

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN

  

PERPUSTAKAAN SEKOLAH / MADRASAH

  

Penyelenggaraan perpustakaan sekolah /

madrasah memenuhi Standar Nasional Perpustakaan

   Semua kepala perpustakaan sekolah wajib diklat calon kepala perpustakaan

   Semua tenaga perpustakaan sekolah wajib diklat tenaga teknis perpustakaan

   Penguatan kelembagaan perpustakaan

PROGRAM KEGIATAN

  

  Diklat calon kepala perpustakaan sekolah / madrasah

  

  Diklat teknis tenaga perpustakaan sekolah

  

  Sosialisasi akreditasi perpustakaan sekolah / madrasah

  

  Pelaksanaan akreditasi perpustakaan sekolah / madrasah

  

  Fasilitasi pengembangan perpustakaan sekolah / madrasah

  

IDE / GAGASAN PENGEMBANGAN

PERPUSTAKAAN SEKOLAH / MADRASAH

   Kerjasama dg BAPENAS memasukan program pengembangan perpustakaan sekolah / madrasah dalam

  Blue book BAPENAS

   Kerjasama dengan Japan International

cooperation Agency ( JICA ) dan FUJITSU

  Library Move On:

Proud being a Professional in Library and

Information Field

  Hanna Chaterina George Association of Indonesian School Information Professionals (APISI)