ANALISIS PENGALOKASIAN BIAYA PRODUK BERSAMA DALAM KAITANNYA DENGAN HARGA POKOK PRODUK PADA PT PHILLIPS SEAFOODS INDONESIA

ABSTRAK
ANALISIS PENGALOKASIAN BIAYA PRODUK BERSAMA DALAM
KAITANNYA DENGAN HARGA POKOK PRODUK PADA PT PHILLIPS
SEAFOODS INDONESIA
Oleh
Nety Kumalasari
Padaperusahaan industri, sering kali dijumpai pengolahan beberapa jenis bahan
baku dalam satu proses produksi, sehingga dihasilkan lebih dari satu produk.
Common product adalah beberapa macam produk yang dihasilkan bersamasamadengan menggunakan fasilitas yang sama akan tetapi asal dari bahan baku
dan tenaga kerja langsung yang dapat diikuti jejaknya pada setiap macam produk.
PT PHILLIPS SEAFOODS INDONESIA merupakan salah satu perusahaan yang
bergerak dalam bidang industri yang memproduksiberbagai jenis produkyang
berbeda jenis atau tipenya
Aktivitas perusahaan adalah mengolah bahan mentah yang berupa kepiting
menjadi barang jadi berupa produk-produk kemasan crab meat,berdasarkan
pengamatan yang penulis lakukan, maka permasalahan yang dirumuskan yang
terjadi pada perusahaan adalah dalam bidang alokasi biaya produk bersama
Pengumplan data dilakukan dengan cara melakukan pengamatan langsung dan
wawancara, alat analisis yang digunakan adalah analisis kuantitatif dan kualitatif.
Alat analisis kuantitatif yang digunakan ada beberapa metode:1.metode nilai
penjualan relatif (nilai pasar), 2. metode rata-rata per unit, 3. metode rata-rata

tertimbang, 4. metode satuan kuantitas.
Berdasarkan hasil perhitungan biaya overhead bersama dengan menggunakan
metode rata-rata satuan dan metode satuan kuantitas maka akan diperoleh biaya
overhead pabrik yang sama untuk setiap can nya yaitu sebesar Rp 3.572 per can.
Hasil analisis terhadap alokasi biaya bersama berbeda yang terjadi pada setiap
metode alokasi biaya produksi bersama, perbedaan akan berpengaruh pula pada
laba kotor. Laba kotor Metode Harga pasar atau nilai jual Rp 6.888.728,994, pada
Metode Rata-rata tertimbangRp 6.842.410,397, Metode Rata-rata satuan Rp
6.830.271,392Metode Satuan kuantitasRp 6.830.271,392
Kata Kunci: Metode Harga Pasar atau Nilai Jual, Metode Rata-rata
Tertimbang,Metode Rata-rata Satuan,Metode Satuan Kuantitas

ABSTRACT
ANALYSIS OF PRODUCT COST ALLOCATION TOWARD PRODUCT
MAIN COST AT PT PHILLIP SEAFOOD INDONESIA

by
Nety Kumalasari
Manufacturing company often producing some raw materials to one production
process to get some various of products. Common product is various kinds of

products that is producing by using same facilities but the raw materials and the
employees are diffrent for every kinds of products.
PTPHILLIPS SEAFOODS INDONESIA is one of company that is producing
various kind of products with diffrent variety and type.
Activities of the company are producing the raw material to be finished goods, the
product is package product such as crab meat. Based on the case above, the
formulation of this paper is about product allocation cost. Collecting data by
doing directly observation and giving the questioners sheet. Reseacher used
quantitive and qualitative annalisis as tools of annalysis. There are some methods
of quantitative annalysis, they are: 1. Metode nilai penjualan relatif (nilai pasar),
2. Metode rata-rata per unit, 3. Metode rata-rata tertimbang, 4. Metode satuan
kuantitas.
Based on the calculation of overhead cost by using metode rata-rata satuan and
metode satuan kuantitas so the overhead cost for every can is 3.572 Rupiah.
Based on the annalysis toward allocation cost, there are different result for every
method, this diffrence will give the infflunce toward gross profit. Gross profit for
metode harga pasar atau nilai jual Rp. Rp 6.888.728,994, Metode Rata-rata
tertimbangRp 6.842.410,397, Metode Rata-rata satuan Rp 6.830.271,392, Metode
Satuan kuantitasRp 6.830.271,392
Key words:Metode Harga Pasar atau Nilai Jual, Metode Rata-rata

Tertimbang,Metode Rata-rata Satuan,Metode Satuan Kuantitas

RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap penulis adalah Nety kumalasari Lahir
di Margadadi Lampung Selatan pada tanggal 15
September1986. Penulis merupakan

putri ke 2 dari 4

bersaudara buah hati pasangan Bapak Makmun dan
Ibu Suryati Penulis dibesarkan di Margadadi Lampung
Selatan dengan Islam sebagai agama yang dianut
dan diyakini.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Margadadi
pada tahun 2000, Sekolah Menegah Pertama (SMP) Piri pada tahun 2002,
Sekolah Menengah Atas (SMA) Piri pada tahun 2005
Pada tahun 2005 Penulis terdaftar sebagai mahasiswi diperguruan Tinggi
Negri Universitas Lampung pada fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi

Program D3 Akuntans dan selesai pada

Desember2008. Pada bulan

September tahun 2009, penulis melanjutkan kembali pendidikannya SI
Akuntansi di Universitas Lampung.

Persembahan

Ku persembahkan karya kecilku ini sebagai ungkapan rasa syukur kepada
ALLAH SWT serta rasa hormat dan cinta kasihku yang tulus kepada :
1. .Ayah dan mak

tercinta yang telah bersusah payah membesarkan,

mendidik serta mendoakanku hingga aku berhasil
2. Kakak dan adik-adikku yang mengajarkan ku untuk tumbuh dewasa dan
menantikan keberhasilanku
3. Almamaterku Universitas Lampung tercinta


MOTO

“ Terimalah Tantangan Sehingga Kau Dapat Merasakan Kenikmatan
Sebuah Kemenangan”
(Goerge S. Patton)

“ Kepercayaan Kepada Diri Sendiri adalah Rahasia Utama untuk
Mencapai kesuksesan’’
(Emerson)

“ Kesuksesan itu tidak Didapat dengan Cara yang Cepat, tetapi
Didapat dengan cara berjuang ”
(Penulis)

SANWACANA

Assalamualaikum wr. wb.
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat atas rahmat
dan hidayah-Nya maka skripsi yang berjudul “ Analisis Pengalokasian Biaya
Produk Bersama Dalam Kaitannya Dengan Harga Pokok Produk Pada PT

PHILLIPS SEAFOOD INDONESIA, ini dapat diselesaikan pada waktunya.
Penulisan Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dari lubuk hati yang
paling dalam kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Haryanto, M.S., selaku Rektor Universitas
Lampung.
2. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
3. Bapak Dr. Einde Evana, S.E., M.Si., Akt., selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
4. Bapak Sudrajat, S.E., M.Acc., Akt selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

5. Bapak Kiagus Andi, S.E., M.Si., Akt., dan Bapak Basuki Wibowo, S.E.,
Akt., selaku Dosen Pembimbing yang telah membantu dan mengarahkan
penulis sehingga bisa menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Dr. Yuliansyah, S.E., M.S.Ak., Akt., selaku Dosen Penguji yang
telah membantu dan membimbing dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak Saring Suhendro, S.E., M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik.

8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang
telah mendidik dan memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis
selama ini.
9. Seluruh Staff Karyawan Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lampung.
10. Keluarga penulis tercinta Ayah, Mak, Kakak Meri Susilawati S.E., Akt
dan kakak ipar

Hendri Setiawan S.S.,M.M dan Adik-adik, Ahmad

Safarudin S. Kom, susanti anggraini. terimakasih atas motivasi, dukungan
dan do’anya hingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
11. Orang terdekat Nurrudin S. Kom yang selalu mensupport serta memberi
semangat
12. Teman-teman Diumitra Ibu Ir Maria Septijantini Alie M.M, Neni Triana
S.E, Indah Sari S.E, Devi Arisa Amd, Tiffani Heriyanto. yang selalu
memberi semangat
13. Sahabat dan Teman-teman seperjuangan Ekstensi AP angkatan 2009
khususnya


fullin ,iil, venda, Anggi, dan teman-teman lainnya yang

namanya yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan
dorongan dan bantuan sampai skripsi ini selesai.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala jasa-jasa yang diberikan
kepada penulis dan laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan. Amin
Wasallamualaikum wr. wb.

Bandar Lampung, Desember 2014
Penulis,

Nety Kumalasari

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI.................................................................................................................... i
DAFTAR TABEL..........................................................................................................

ii

DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................................

iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang Masalah ............................................................................................

1

1.2.Perumusan Masalah....................................................................................................

5

1.3.Tujuan Penelitian........................................................................................................


5

1.4. Manfaat Penelitian.....................................................................................................

5

BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Biaya..........................................................................................................................

09

2.1.1. Akuntansi Biaya..............................................................................................

10

2.1.2. Penggolongan Biaya……………………………………………....................

14

2.2. Pengertian Common Prodact Dan Biaya Produksi Bersama……………….............


24

2.3.Tujuan Alokasi Biaya Produk Bersama………………………………………..........

24

2.4.Metode Penentuan Harga Pokok Produksi…………………………………….........

26

2.5.Perbandingan Metode Full Costing Dengan Metode Variabel Costing……….........

29

2.6. Perbandingan Metode Full Costing Dengan Metode Variabel Costing Ditinjau
Dari Sudut Pandang Harga PokokProduksi…………………………………...........

29

ii

2.7.Perbedaan Metode Full Costing Dengan Metode Variabel Costing Ditinjau
DariPenyajian Laporan
31
Keuangan…………………………………………….................
2.8.Pengumpulan Biaya Dengan Metode Fariabel Costing……………………............

32

2.9.Manfaat InformasiYang Dihasilkan Oleh Metode Variabel Costing. …………….

32

2.10.Manfaat Informasi Variabel Costing DalamPengendalian Biaya.............................

32

2.11.Manfaat Informasi Variabel Costing Dalam Prosese Pengambilan Keputusan. ….

33

2.12. Kelemahan Metode Variabel Costing………………………………......................

34

2.13.Produk Bersama, Biaya Bersama, Produk Sampingan..…………………..............

35

2.14. Metode Pengalokasian Biaya Bersama……………………………………............

36

2.15. Perbandingan Metode Pengalokasian Biaya Bersama.......…………………..........

41

2.16.Analisis Biaya BersamaUntuk Keputusan Manajerial.............................................

42

III. METODE PENELITIAN
3.1. Tempat Dan Waktu Penelitian..................................................................................

43

3.1.1. Tempat Penelitian .........................................................................................

43

3.1.2. Waktu Penelitian............................................................................................

43

3.2.Sumber Data Dan Teknik Pengumpulan Data..........................................................

43

3.2.1. Sumber Data.................................................................................................... 43
3.2.2. Teknik Pengumpulan Data..............................................................................

44

3.3. Alat Analisis............................................................................................................... 44
3.3.1. Analisis Kualitatif...........................................................................................

44

3.3.2. Analisis Kuantitatif.........................................................................................

45

iii

3.3.2.1. Metode Nilai Penjualan Relatif (Nilai Pasar Relatif)................................... 45
3.3.2.2. Metode Rata-rata Per Unit...........................................................................

46

3.3.2.3. Metode Rata-rata Tertimbang......................................................................

47

3.3.2.4. Metode Satuan Kuantitas.............................................................................

47

BAB IV. PEMBAHASAN
4.1. Evaluasi Terhadap Penentuan Alokasi Biaya Produksi Besama Pada PT. Phillips
Seafoods Indonesia...........................................................................................................

49

4.2. Perhitungan Alokasi Biaya Produksi Bersama untuk Masing-Masing Produk........

50

4.3. Interprestasi Atas Laba Kotor Pada PT Phillips Seafoods Indonesia.......................

52

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan....................................................................................................................

55

5.2. Keterbatasan..............................................................................................................

55

5.3. Saran........................................................................................................................... 56

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

i

DAFTAR TABEL
TABEL
1.1 Biaya Bahan Baku Produk Chill Crab Pada PT Phillips Seafoods Indonesia
Tahun 2013
1.2

Biaya Tenaga Kerja Langsung Per Can Masing-masing Prodak

1.3

Biaya Produksi Pada PT .Phillips Seafoods Indonesia Tahun 2013

1.4

Rincian Biaya Produksi Pada PT. Phillips Seafoods Indonesia Tahun 2013

1.5

Volume Produksi dan Harga Jual Pada PT. Phillips Seafoods Indonesia
Tahun2013

4.2.1. Perhitungan Alokasi Biaya Produksi Bersama Metode Nilai Jual Atau
Harga Pasar.
4.2.2.Perhitungan Alokasi Biaya Produksi Bersama Metode Rata-rata Tertimbang
4.2.3. Perhitungan Alokasi Biaya Produksi Bersama Metode Rata-rata Satuan
4.2.4. Perhitungan Alokasi Biaya Produksi Bersama Metode Satuan Kuantitas

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan nasional pada hakikatnya adalah pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya pembangunan yang dilakukan haruslah merata di seluruh wilayah Indonesia.
Karena itu, pemerintah berusaha untuk mempercepat pembangunan nasional yang dapat
dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia.

Percepatan pembangunan nasional dilakukan pemerintah dengan cara membuka,
mengembangkan, dan memberi kesempatan seluas-luas kepada investor dalam negeri
maupun luar negeri untuk berinvestasi di Indonesia. Pemerintah memberikan kesempatan
kepada investor untuk berinvestasi di segala sektor pembangunan, salah satunya sektor
pengolahan pangan.

Pada sektor industri harga pokok produksi dan persediaan akhir merupakan unsur-unsur
penting dalam pengukuran penjualan sekaligus pendapatan perusahaan. Sehubungannya
dengan persediaan barang, perusahaan dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu perusahaan
dagang dan perusahaan manufaktur. Perusahaan dagang adalah suatu perusahaan yang
bergerak di bidang jual beli barang yaitu membeli barang dari supplier dan kemudian
menjualnya kepada konsumen tanpa adanya perubahan bentuk barang tersebut, sedangkan

2

perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang mengelola bahan baku menjadi barang
jadi.
Agar dapat bersaing, maka setiap perusahaan harus dapat menciptakan produk yang
memiliki daya saing tinggi dengan biaya yang seekonomis mungkin. Hal tersebut dapat
dicapai jika perusahaan berupaya untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.
Karena, teknologi manufaktur yang semakin maju. Selain itu, manajemen perusahaan
harus dapat melaksanakan pengendalian dalam organisasinya sendiri, sehingga akan
tercapai keefektifan dan keefisienan, salah satunya adalah pengendalian biaya produksi.

Dalam mengelola suatu perusahaan, baik perusahaan dagang jasa maupun perusahaan
manufaktur, para manajer membutuhkan informasi keuangan mengenai kegiatan usaha
perusahaan secara kesuluruhan untuk memperoleh informasi guna pengambilan keputusan.
Salah satu informasi yang diperlukan adalah perhitungan harga pokok produksi.
Perhitungan harga pokok produksi yang wajar dan sangat teliti membantu pihak
manajemen dalam mengambil kebijaksanaan mengenai harga jual yang menguntungkan,
guna memproyeksikan tingkat laba di masa yang akan datang.

Harga pokok produksi merupakan hal penting bagi kelangsungan dan tercapainya tujuan
perusahaan, tetapi belum semua perusahaan dapat menentukan harga pokok-nya dengan
wajar dan teliti, terutama bagi perusahaan yang menghasilkan beberapa produk dengan
mengunakan bahan baku, biaya tenaga kerja, mesin dan peralatan pabrik yang sama.
Perhitungan biaya produksi bersama perlu dilakukan dengan tepat dan teliti, karena
menyangkut biaya produksi dan beberapa macam produk yang dihasilkan.

3

Biaya produksi bersama yaitu biaya yang dikeluarkan sejak saat bahan baku diolah sampai
dengan saat di mana berbagai produk dapat dipisah-pisahkan identitasnya. Biaya produksi
bersama ini terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead
pabrik. Produk bersama adalah jenis produk yang dihasilkan bersama-sama dengan
menggunakan satu bahan baku atau beberapa macam bahan baku yang sama serta
masukan tersebut tidak dapat diikuti jejaknya pada setiap jenis produk tertentu.
Ketepatan perhitungan harga pokok produksi dipengaruhi langsung oleh ketepatan dalam
perhitungan biaya produksi. Dalam akuntansi biaya konvensional dapat digunakan dua
macam metode penentuan harga pokok, yaitu:
1. Metode penentuan Harga Pokok Full Costing, yaitu suatu penentuan harga pokok
produk yang membebankan semua elemen biaya produksi, baik biaya tetap maupun
variabel ke dalam harga pokok produksinya.
2. Metode penentuan Harga Pokok Variabel Costing, yaitu suatu penentuan harga pokok
produksi yang hanya membebankan biaya-biaya yang bersifat variabel saja ke dalam
harga pokok produksinya sedangkan biaya tetap dibebankan sebagai periode tertentu.
PT Phillips Seafoods Indonesia merupakan salah satu perusahaan yang memanfaatkan
sumber daya alam laut, perusahaan bergerak dalam bidang pengelolaan, pengalengan dan
ekspor hasil yang memiliki manajemen yang berfungsi untuk mengelola perusahaan.
Ditangan manajemen itulah perusahaan itu nantinya akan berkembang dan mampu
bersaing. Namun dengan demikian laba maksimal tersebut pada kenyataannya dipengaruhi
oleh biaya, volume penjualan, dan harga jual. Ketiga hal tersebut dapat dibagi lagi ke
dalam faktor ekstern dan intern.

4

Jenis-jenis produk dan harga jual per unit produk pada PT Phillips Seafoods Indonesia
tahun 2013 disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Jenis-jenis produk dan harga jual per can produk pada PT Phillips Seafoods
Indonesia tahun 2013
Harga
Pokok
Item
Harga Jual per can
Jenis Produk
Produksi per can
Number
Crab Meat
15001
Collosal
Rp 122,295.00
15101
Jumbo
Rp 114,855.00
15113
Cosco Lump
Rp 78,864.00
15201
Backfin
Rp 77,004.00
15301
Special
Rp 67,332.00
15401
Claw Meat
Rp 29,109.00
15103
Sysco Jumbo
Rp 107,694.00
15203
Sysco Backfin
Rp 78,120.00
15303
Sysco Special
Rp 70,029.00
15403
Sysco Claw
Rp 31,806.00
Sumber : PT. Philips Seafood Indonesia Tahun 2013

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

76,126.00
66,067.00
47,058.00
51,109.00
42,821.00
24,027.00
100,296.00
85,518.00
77,222.00
58,455.00

Pada Tabel 1dapat dilihat bahwa produk yang dihasilkan perusahaan merupakan common
product, yaitubeberapa macam produk yang dihasilkan bersama-sama dengan
menggunakan fasilitas yang sama akan tetapi asal dari bahan baku dan tenaga kerja
langsung yang dapat diikuti jejaknya pada setiap macam produk. Dari segi biaya produksi
yang diserap common product disebut biaya produksi bersama terdiri dari biaya bahan
baku, dan biaya tenaga kerja langsung yang dapat diikuti jejaknya pada setiap macam
produk dan biaya overhead pabrik yang tidak dapat diikuti pada setiap macam produk.
Oleh karena itu, biaya overhead pabrik pada biaya produksi bersama disebut dengan
overhead bersama.

5

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat diidentifikasi masalah
yang dihadapi adalah : Metode pengalokasian biaya produksi manakah yang tepat
digunakan oleh perusahaan dalam penentuan harga pokok produksi dan jenis produk yang
manakah yang bisa menghasilkan laba yang optimum (laba kotor) bagi perusahaan?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis perhitungan alokasi biaya bersama dalam kaitannya dengan harga
pokok produk.
2. Untuk memberikan pandangan dan sumbangan pemikiran mengenai perlakuan
akuntansi untuk meghitung biaya produksi bersama dalam kaitannya dengan harga
pokok produk pada PT. Phillips Seafoods Indonesia.
3. Untuk mengetahui metode pengalokasian biaya produksi bersama manakah yang tepat
dilakukan oleh perusahaan dalam penentuan harga poko produksi sesuai dengan teori
yang berlaku

1.4 Manfaat Penelitian

1. Pihak internal perusahaan yaitu:
a. Sebagai masukan bagi manajemen perusahaan khususnya bagi akuntansi
dalam menerapkan metode akuntasi untuk memperlakukan biaya-biaya
produksi dalam perhitungan harga pokok produksi

6

b. Sebagai bahan pertimbangan bagi pimpinan perusahaan sehingga lebih
mudah melakukan pengawasan dan pengendalian masalah-masalah yang
mungkin terjadi untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan
c. Sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk menggunakan metode
pengalokasian biaya produksi bersama yang tepat, yang mana memiliki
dampak yang cukup segnifikan terhadap laba, serta dapat membantu
memberikan informasi yang lebih sesuai dengan kondisi perusahaan guna
kepentingan dan perkembangan perusahaan.

2. Pihak eksternal perusahaan, yaitu
a. Sebagai bahan referensi bagi penulis lainya dimasa yang akan datang yang
akan mengetahui perkembangan dunia kerja dan industry yang ada untuk
skala menengah.
b. Untuk memberikan informasi bagi pembaca tentang masalah-masalah yang
sering terjadi dalam kegiatan perusahaan dan pemecahan masalah tersebut.

Alokasi biaya merupakan pembagian biaya tidak langsung kepada berbagai obyek
informasi atas suatu dasar alokasi yang bersifat sembarang Mulyadi, (2001:88). Istilah
alokasi biaya banyak digunakan untuk membagi atau mengalokasikan biaya-biaya ke
berbagai produk yang dihasilkan salah satunya adalah dalam hal pengendalian produksi.
Pengertian biaya produksi menurut Mulyadi (2000:90) adalah:
“Biaya produksi adalah semua biaya yang terjadi dalam hubungannya dengan
fungsi produksi atau kegiatan pengelolaan bahan baku menjadi produk jadi, yang
merupakan penjumlahan tiga unsur biaya, yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung dan biaya overhead pabrik.”

7

Berdasarkan pengertian biaya produksi ini, jika pengalokasian biaya kurang tepat
dilakukan, maka harga pokok produksi yang terjadi tidak akan mencerminkan jumlah
biaya produksi yang sebenarnya dan akan berdampak pada kelangsungan hidup usahanya.
Dengan adanya informasi biaya yang baik, maka perusahaan dapat melangkah lebih maju,
seperti

melakukan

pengembangan

perluasan

hasil

kerja

produksi,

sehingga

pengklasifikasian biaya dalam suatu perusahaan industri sangat perlu dilakukan secara
tepat sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku berdasarkan metode yang ada.
Adapun unsur-unsur biaya pada PT. Phillips Seafoods Indonesia ini dapat digolong-kan
menjadi:
1. Bahan baku terdiri dari:
Bahan baku utama: Daging (kepiting)
2. Biaya tenaga kerja, terdiri dari :
Biaya tenaga kerja langsung
Biaya tenaga kerja tidak langsung
3. Biaya overhead pabrik, terdiri dari :
Listrik pabrik, perawatan mesin, penyusutan gedung pabrik, penyusutan mesin
produksi.

Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan suatu cara pengelolaan manajemen
perusahaan, agar didapat suatu perencanaan, pengendalian dan pengawasan perusahaan
yang baik pula.

8

Pengalokasian biaya yang kurang tepat dapat menimbulkan distorsi pada biaya perusahaan.
Dalam mengalokasikan biaya overhead pabrik ada tujuh dasar pembebanan yang dapat
digunakan. Supriyono (1999:24 ), yaitu:
1. Satuan produksi. Metode ini merupakan metode yang paling sederhana dan langsung
untuk membebankan biaya overhead pabrik.
2. Biaya bahan baku. Tarif biaya overhead pabrik dinyatakan dalam suatu presentase dari
biaya bahan baku.
3. Biaya tenaga kerja langsung, Tarif biaya overhead pabrik dinyatakan dalam suatu
presentase dari biaya tenaga kerja langsung.
4. Jam kerja langsung. Tarif biaya overhead dinyatakan dalam rupiah per jam tenaga
kerja langsung.
5. Jam mesin. Tarif biaya overhead pabrik dinyatakan dalam rupiah per jam mesin.
6. Harga pasar dan nilai pasar. Dasar ini hanya dipakai apabila perusahaan menghasilkan
beberapa jenis produk yang sifatnya merupakan produksi bersama.
7. Rata-rata bergerak.

Demi menjaga kelangsungan hidup perusahaan, maka perlu dianalisis pengalokasian biaya
produksi masing-masing produk yang dihasilkan secara tepat. Setelah meng-alokasikan
biaya ke masing-masing produk selanjutnya dapat dihitung harga pokok produksi dari
masing-masing produk. Ketepatan pengalokasian biaya produksi sangat diperlukan untuk
memastikan berapa harga pokok produksi dari produk yang dihasilkan oleh perusahaan.

9

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Biaya

Menurut Mulyadi ( 2000 : 8),pengertian biaya dalam arti luas adalah:
“Pengorbanan sumber yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau
yang kemungkianan akan terjadi untuk tujuan tertentu”.
Dari definisi tersebut di atas terdapat empat unsur yaitu:
1) Biaya merupakan pengorbonan ekonomi.
2) Diukur dalam satuan uang.
3) Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi.
4) Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.

Biaya dalam arti sempit dapat diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk
memperoleh aktiva (Mulyadi, 2000 : 10 ). Untuk membedakan pengertian biaya
dalam arti luas, pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva ini disebut
dengan istilah harga pokok.

Menurut Harnanto (1999: 24 ), pengertian biaya dalam arti luas adalah:
“Jumlah uang yang dinyatakan dari sumber-sumber (ekonomi) yang
dikorbankan (terjadi dan akan terjadi) untuk mendapatkan sesuatu atau
mencapai tujuan tertentu”.

10

Sebagai pengorbanan atas sumber-sumber (ekonomi) untuk mendapatkan sesuatu
atau mencapai tujuan tertentu, istilah biaya, kadang-kadang dianggap sinonim
dengan (1) harga pokok dan (2) beban dari semua atau tujuan tertentu tersebut.
Untuk mudahnya, pengertian biaya sebagai harga pokok dan sebagai beban itu,
selanjutnya disebut pengertian biaya dalam arti sempit. Sebagai harga pokok, biaya
dapat diukur atau merupakan harga pertukaran dari sumber (ekonomi) yang
dikorbankan atau diserahkan untuk mendapatkan sesuatu barang, jasa atau aktiva.
Sedang biaya yang dalam arti sempit disebut sebagai beban, adalah apabila
pengorbanan yang diperlukan itu terjadi dalam rangka merealisasikan pendapatan.

2.1.1

Akuntansi Biaya

Menurut Mulyadi (2000:6 ), akuntansi biaya adalah:
“ Proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan penyajian biaya
pembuatan produk dan penjualan dari produk atau jasa, dengan cara-cara
tertentu, serta penafsiran terhadapanya.”
Pengertian akuntansi biaya menurut Supriyono (1999 :12 ), adalah sebagai berikut:
“Salah satu cabang akuntansi yang merupakan alat manajemen dalam
memonitor dan merekam transaksi secara sistematis, serta menyajikan
informasi biaya dalam bentuk laporan biaya.”
Istilah biaya (cost) seperti yang telah dikemukakandiatas dalam penggunaanya
sering belum dapat diartikan secara tepat dengan beban (expense), sehingga banyak
yang mengganggap bahwa biaya adalah sama dengan beban, padahal sebenarnya
mempunyai pengertian yang berbeda.
Ikatan Akuntansi Indonesia (2007), memberikan pengertian beban (expense ),
sebagai berikut:

11

Penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk
arus keluar atau kekuranganya aktiva atau terjadinya kewajiban yang
mengakibatkn penurunan ekuitas yang tidak menyakut pembagian kepada
penanam modal.

Menurut Supriyono (1999 :21), dari segi kegiatan akuntansi biaya, urutan dari proses
akuntansi biaya:
1) Transaksi biaya harus didukung oleh dokumen dasar yang sah, transaksi tersebut
akan digolongkan dan dicatat di dalam jurnal, dilain pihak dokumen dasar
dipakai sebagai dasar untuk mencatat transaksi biaya di dalam rekening
pembantu biaya.
2) Secara periodik transaksi biaya yang sudah dicatat dalam jurnal diringkas pada
rekening buku besar, sesuai dengan rekening buku besar yang didebet atau
dikredit beserta jumlahnya yang ada pada jurnal.
3) Secara periodik dari rekening buku besar dan buku pembantu biaya disusun
laporan biaya (cost report) yang terdiri atas laporan biaya produksi, laporan
harga pokok penjualan, laporan biaya pemasaran, dan laporan biaya administrasi
umum. Laporan tersebut dapat berupa laporan biaya yang sesungguhnya
(historical cost), laporan komparasi, dan analisis penyimpangan antara biaya
sesungguhnya dengan biaya yang ditentukan dimuka (predeterminend cost).
4) Dari laporan biaya yang disajikan, manajemen mengadakan interpretasi
(penafsiran) atas laporan biaya yang disajikan, baik yang berhubungan dengan
perencanaan dan pengambilan keputusan.

Mulyadi ( 2000 ), menyatakan bahwa tujuan atau manfaat akuntansi biaya adalah
menyediakan salah satu informasi yang diperlukan manajemen dalam mengelola
perusahaan, yaitu informasi biaya yang bermanfaat untuk:

12

1) Penentuan harga pokok produk. Untuk memenuhi tujuan penentuan harga pokok
produk, akuntansi biaya mencatat, menggolongkan dan meringkas biaya-biaya
pembuatan produk atau penyerahan jasa. Biaya yang dikumpulkan dan disajikan
adalah biaya yang telah terjadi di masa lalu atau biaya historis. Umumnya
akuntansi biaya untuk penentuan harga pokok produk ini ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan pihak luar perusahaan. Oleh karena itu, untuk melayani
kebutuhan pihak luar tersebut, akuntansi biaya untuk penentuan harga pokok
produk tunduk pada prinsip-prinsip akuntansi yang lazim. Disamping itu,
penentuan harga pokok produk juga ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
manajemen. Penentuan harga pokok produk untuk memenuhi kebutuhan tersebut
dilayani oleh akuntansi manajemen yang tidak selalu terikat dengan prinsip
akuntansi yang lazim.
2) Pengendalian biaya. Pengendalian biaya harus didahului dengan penentuan biaya
yang seharusnya dikeluarkan untuk memproduksi satu satuan produk. Jika biaya
yang seharusnya ini telah ditetapkan, akuntansi biaya bertugas untuk memantau
apakah pengeluaran biaya yang sesungguhnya sesuai dengan biaya yang seharusnya tersebut. Akuntansi biaya kemudian melakukan analisis terhadap penyimpangan biaya sesungguhnya dengan biaya seharusnya dan menyajikan informasi
mengenai penyebab terjadinya selisish tersebut. Dari analisis penyimpangan
dana penyebabnya tersebut manajemen akan dapat mempertimbangkan tindakan
koreksi, jika hal ini perlu dilakukan. Dari analisis ini juga manajemen puncak
akan dapat mengadakan penilaian prestasi para manajer dibawahnya. Akuntansi
biaya untuk tujuan pengendalian biaya ini lebih ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan pihak dalam perusahaan.

13

3) Pengambilan keputusan khusus. Pengambilan keputusan khusus menyangkut
masa yang akan datang. Oleh karena itu informasi yang relevan dengan
pengambilan keputusan khusus selalu berhubungan dengan informasi masa yang
akan datang. Akuntansi biaya untuk pengambilan keputusan khusus menyajikan
biaya masa yang akan datang (future cost). Informasi biaya ini tidak dicatat
dalam catatan akuntansi biaya, melainkan hasil dari suatu proses peramalan.
Karena keputusan khusus merupakan sebagian besar kegiatan manajemen
perusahaan, laporan akuntansi biaya untuk memenuhi tujuan pengambilan
keputusan adalah bagian dari akuntansi manajemen.

Oleh karena itu, tugas dari akuntansi biaya secara terperinci adalah sebagai berikut:
1) Menyediakan data biaya yang diperlukan untuk perencanaan dan pengendalian
kegiatan.
2) Menyediakan data biaya untuk pengambilan keputusan sehari-hari atau proyek
khusus yang memerlukan pemilihan alternative yang harus diambil.
3) Berpartisipasi dalam berkreasi dan menyusun budget.
4) Menetapkan metode dan prosedur pengendalian dan perbaikan operasi secara
program pengurangan biaya.
5) Mengembangkan sistem dan analisis biaya dalam rangka penentuan harga pokok
dan menganalisis penyimpangan dan pengendalian fisik.
6) Menyusun laporan biaya (Supriyono, 1999:14-15).

2.1.2

Penggolongan Biaya

14

Penggolongan adalah proses pengelompokan secara sistematis atas keseluruhan
elemen yang ada ke dalam golongan tertentu yang lebih ringkas untuk dapat
memberikan informasi yang lebih penting (Supriyono, 1999:18).

Akuntansi biaya bertujuan untuk menyajikan informasi biaya yang akan digunakan
untuk berbagai tujuan, dalam menggolongkan biaya harus disesuaikan dengan tujuan
dari informasi biaya yang akan disajikan. Oleh karena itu, penggolongan biaya
tergantung untuk apa biaya tersebut digolongkan, untuk tujuan yang bebeda
diperlukan cara penggolongan biaya yang berbeda pula, atau tidak ada satu cara
penggolonagn biaya yang dapat dipakai untuk semua tujuan menyajikan informasi
biaya (Supriyono, 1999:20).

Penggolongan biaya menurut Supriyono (1999:18-36) adalah sebagai berikut.
1) Penggolongan biaya sesuai dengan fungsi pokok perusahaan (Cost Classified
According to the Function of Bussines Activity).
Fungsi pokok dari kegiatan perusahaan dapat digolongkan dalam:
a) Fungsi Produksi, yaitu fungsi yang berhubungan dengan kegiatan
pengolahan bahan baku menjadi produk selesai yang siap untuk dijual.
b) Fungsi Pemasaran, yaitu fungsi yang berhubungan dengan kegiatan
penjualan produk selesai yang siap dijual dengan cara memuaskan pembeli
dan dapat memperoleh laba sesuai dengan yang diinginkan perusahaan
sampai pengumpulan kas dari penjulan.
c) Fungsi Administrasi dan Umum, yaitu fungsi yang berhubungan dengan
kegiatan penentuan kebijaksanaan, pengarahan dan pengawasan kegiatan
perusahaan secara keseluruhan agar dapat berhasil guna dan berdaya guna.

15

d) Fungsi Keuangan, yaitu fungsi yang berhubungan dengan kegiatan keuangan
atau penyediaan dana yang diperlukan perusahaan.

Atas dasar fungsi tersebut di atas, biaya dapat dikelompokan menjadi:
a) Biaya produksi, yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi `
Biaya produksi dapat digolongkan biaya overhead pabrik ke dalam:
(1) Biaya Bahan Baku
Untuk membahas biaya bahan baku, terlebih dahulu dibahas tentang
barang yang dikonsumsi perusahaan. Barang yang dikonsumsi
perusahaan dapat digolongkan ke dalam bahan baku dan barang yang
bukan bahan baku. Bahan adalah barang yang akan diproses atau diolah
menjadi selesai, sedangkan barang yang bukan bahan adalah barang
yang akan dikonsumsi dalam perusahaan tapi tidak merupakan bagian
dari produk selesai. Bahan dapat digolongkan ke dalam bahan baku
(direct material) dan bahan penolong atau bahan pembantu (indirect
material). Bahan baku adalah bahan yang akan diolah menjadi bagian
produk selesai dan pemakaiannya dapat diidentifikasikan atau diikuti
jejaknya atau merupakan bagian integral pada produk tertentu. Biaya
bahan baku adalah harga perolehan dari bahan baku yang dipakai di
dalam pengolahan produk. Bahan penolong adalah bahan yang akan
diolah menjadi bagian produk selesai tetapi pemakaiannya tidak dapat
diikuti jejaknya atau manfaatnya pada produk selesai tertentu atau
nilainya relative kecil, sehingga meskipun dapat diikuti jejaknya
pemakaiannya menjadi tidak praktis atau tidak bermanfaat. Biaya bahan
penolong adalah harga perolehan bahan penolong yang dipakai di dalam

16

pengolahan produk. Dalam menghitung harga pokok produk, biaya
bahan penolong diperlakukan sebagai elemen.
(2) Biaya Tenaga Kerja Langsung.
Untuk membahas biaya tenga kerja langsung perlu dibahas apa yang
dimaksud dengan tenaga kerja. Tenaga kerja adalah semua karyawan
perusahaan yang memberikan jasa kepada perusahaan. Dalam
melaksanakan karyanya dapat digolongkan sesuai dengan fungsi dimana
karyawana bekerja, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, fungsi
admisnistrasi dan umum, serta fungsi keuangan (apabila dianggap perlu
dipisahkan). Biaya tenaga kerja adalah semua balas jasa yang diberikan
oleh perusahaan kepada semua karyawan. Sesuai dengan fungsi dimana
karyawan bekerja, biaya tenaga kerja dapat digolongkan ke dalam biaya
tenaga kerja pabrik atau produksi, biaya tenaga pemasaran, biaya tenaga
administrasi dan umum. Biaya tenaga kerja dipabrik digolongkan ke
dalam biaya tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja tidak langung.
Biaya tenga kerja langsung (direct labor) adalah balas jasa yang
diberikan

kepaada

karyawan

pabrik

yang

manfaatnya

dapat

diidentifikasikan atau diikuti jejaknya pada produk tertentu yang
dihasilkan perusahaan. Biaya tenaga kerja tidak langsung (indirect
labor) adalah balas jasa yang diberi-kan kepada karyawan pabrik, akan
tetapi manfaatnya tidak dapat diidentifikasikan atau diikuti jejaknya
pada produk tertentu yang dihasilkan perusahaan.
(3) Biaya Overhead pabrik

17

Biaya overhead pabrik (factory overhead cost) adalah biaya produksi
selain bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, yang elemennya
dapat digolongkan kedalam:
(a) biaya bahan penolong
(b) biaya tenga kerja tidak langsung
(c) penyusutan dan amortisasi aktiva tetap pabrik
(d) reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap pabrik
(e) biaya listrik, air pabrik
(f) biaya asuransi pabrik
(g) biaya overhead lain.
Apabila perusahaan memiliki departemen pembantu di dalam pabrik
semua biaya departemen pembantu merupakan elemen biaya overhead
pabrik.

b) Biaya pemasaran, yaitu biaya dalam rangka penjualan produk selesai
sampai dengan pengumpulan piutang menjadi kas. Biaya ini meliputi
biaya untuk melaksanakan:
(1) fungsi penjualan,
(2) fungsi penggudangan produk selesai,
(3) fungsi pengepakan dan pengiriman,
(4) fungsi advertansi,
(5) fungsi pemberian kredit dan pengumpulan piutang, dan
(6) fungsi pembuatan faktur atau administrasi penjualan.

c) Biaya administrasi dan umum, yaitu semua biaya yang berhubungan
dengan fungsi administrasi dan umum. Biaya ini terjadi dalam rangka

18

penentuan kebijaksanaan, pengarahan dan pengawasan kegiatan
perusahaan secara keseluruhan. Termasuk dalam biaya ini gaji pimpinan
tertinggi perusahaan, personalia, sekertaris, akuntansi, hubungan
masyarakat, keamanaan dan sebagainya.

d) Biaya keuangan, adalah semua biaya yang terjadi dalam melaksanakan
fungsi keuangan, misalanya: biaya bunga.

2) Penggolongan biaya sesuai dengan periode akuntansi dimana biaya akan
dibebankan.
Untuk dapat menggolongkan biaya sesuai denga periode akuntansi dimana biaya
dibebankan, lebih dahulu perlu dibahas penggolongan pengeluaran, dimana
penggolongan pengeluaran akan berhubungan dengan kapan pengeluaran
tersebut akan menjadi biaya. Penggolongan pengeluaran adalah sebagai berikut:
a) Pengeluaran Modal (Capital Expenditures)
Pengeluaran modal adalah pengeluaran yang akan dapat memberikan
manfaat pada beberapa periode akuntansi atau pengeluaran yang akan dapat
memberikan manfaat pada periode akuntansi yang akan datang. Pada saat
terjadinya pengeluaran ini dikapitalisasi kedalam harga perolehan aktiva, dan
diperlakukan sebagai biaya pada periode akuntansi yang menikmati
manfaatnya.
b) Pengeluaran Penghasilan
Pengeluaran penghasilan adalah pengeluaran yang akan memberikan
manfaat hanya pada periode akuntansi dimana pengeluaran terjadi.

19

Umumnya pada saat terjadinya pengeluaran langsung diperlakukan kedalam
biaya, atau tidak dikapitalisasi sebagai aktiva.

Dalam praktek seringkali sulit menggolongkan apakah suatu pengeluaran masuk
sebagai pengeluaran modal atau pengeluaran biaya, untuk mengatasi masalah
tersebut dapat digunakan tiga kunci pemecahan yaitu:
a) Manfaat dari pengeluaran.
b) Jumlah relatif.
c) Keputusan manajemen.

3) Penggolongan biaya sesuai dengan tendensi perubahannya terhadap aktivitas
atau kegiatan atau volume.
Penggolongan biaya sesuai dengan tendensi perubahannya terhadap aktivitas
terutama untuk tujuan perencanaan dan pengendalian biaya serta pengambilan
keputusan. Tendensi perubahan biaya terhadap kegiatan dapat dikelompokan
menjadi:
a) Biaya Tetap (Fixed Cost)
Biaya tetap memiliki karakteristik sebagai berikut:
(1) Biaya yang jumlah totalnya tetap konstan tidak dipengaruhi oleh
perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai dengan tingkat
tertentu.
(2) Pada biaya tetap, biaya satuan ( unit cost ) akan berubah berbanding
terbalik dengan perubahan volume kegiatan, semakin tinggi volume
kegiatan semakin rendah biaya satuan, semakin rendah voleme kegiatan
semakin tinggi biaya satuan

20

b) Biaya Variabel (Variable Cost)
Biaya variabel memiliki karakteristik sebagai berikut:
(1) Biaya yang jumlah totalnya akan berubah secara proposional dengan
perubahan volume kegiatan, semakin besar volume kegiatan semakin
tinggi jumlah total baiya variabel, semakin rendah kegiatan semakin
rendah jumlah total biaya variabel.
(2) Pada biaya variabel, biaya satuan tidak dipengaruhi oleh perubahan
volume kegiatan, jadi biaya satuan konstan.
c) Biaya Semi Variabel (Semi Variable Cost)
Biaya semi variabel memilki karakteristik sebagai berikut:
(1) Biaya yang jumlah totalnya akan berubah sesuai dengan penurunan
volume kegiatan, akan tetapi sifat perubahannya tidak sebanding.
Semakin tinggi volume kegiatan semakin besar jumlah biaya total,
semakin rendah volume kegiatan semakin rendah biaya, tetapi
perubahannya tidak sebanding.
(2) Pada biaya semi variabel, biaya satuan akan berubah terbalik
dihubungkan dengan perubahan volume kegiatan tetapi sifatnya tidak
sebanding. Sampai dengan tingkat kegiatan tertentu semakin tinggi
volume kegiatan semakin rendah biaya satuan, semakin rendah volume
kegiatan semakin tinggi biaya sat
(3) Penggolongan biaya sesuai dengan obyek atau pusat biaya yang dibiayai
di dalam perusahaan obyek atau pusat biaya dapat dihubungkan dengan
produk yang dihasilkan, departemen-departemen yang ada dalam pabrik,

21

daerah pemasaran, bagian-bagian dalam organisai yang lain, atau bahkan
individu.
(4) Penggolongan biaya atas dasar objek atau pusat biaya, biaya dibagi
menjadi:
a) Biaya Langsung (Direct Cost) adalah biaya yang terjadinya atau
manfaatnya dapat diidentifikasikan pada objek atau pusat biaya
tertentu.
b) Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost) adalah biaya yang terjadi atau
manfaat-nya tidak dapat diidentifikasikan pada objek atau pusat biaya
tertentu, atau biaya yang manfaatnya dinikmati oleh beberapa objek
atau pusat biaya.

Dalam hubungan dengan produk biaya dibagi kedalam biaya langsung kepada
produk (direct cost to product) dan biaya tidak langsung kepada produk (indirect
cost to product). Biaya bahan baku adalah biaya yang merupakan biaya langsung
terhadap produk karena terjadinya atau manfaatnya dapat diidentifikasikan pada
jenis produk atau produk tertentu. Sedangkan biaya overhead pabrik adalah
merupakan biaya tidak langsung terhadap produk, karena terjadinya atau
manfaatnya pada umumnya tidak dapat diidentifikasikan pada jenis pada obyek
atau pusat biaya tertentu, atau biaya tersebut secara bersama-sama dinikmati oleh
beberapa jenis produk.

Dalam hubungan dengan departemen yang ada di dalam pabrik biaya
dikelompokkan kedalam biaya langsung departemen (direct cost to department

22

or direct departemen expenses) dan biaya tidak langsung departemen (direct cost
to departemen or indirect departemen expenses).
Tujuan penggolongan pabrik ke dalam departemen-departemen, disebut
departmensasi adalah:
a) Untuk ketelitian pembebanan harga pokok
b) Untuk pengendalian biaya

Departemen di dalam pabrik dapat dikelompokkan menjadi dua departemen:
a) Departemen produksi ( Producing Departemen ) adalah departemen atau
bagian di dalam pabrik di mana dilakukan pengolahan bahan baku menjadi
produk selesai atau pengolahan dari suatu bagian produk selesai yang
dihasilkan, baik dengan tangan maupun dengan mesin. Dalam suatu pabrik
departemen produksi umumnya di bagi ke dalam pusat biaya yang lebih kecil
berdasarkan tahap-tahap pengolahan produk atau kelompok mesin.
b) Departemen Jasa atau departemen pembantu ( services departemen ) adalah
departemen atau bagian di dalam pabrik di mana pada departemen tersebut
tidak dilakukan pengolahan jasa yang akan dinikmati oleh departemen lain,
baik departemen produksi maupun departemen pembantu yang lain.

Berdasarkan daerah pemasaran biaya digolongkan menjadi biaya langsung
terhadap daerah pemasaran (direct cost to distribution area) dan biaya tidak
langsung terhadap daerah pemasaran (indirect cost to distribution area)
tergantung dapat diidentifikasikan atau tidaknya manfaat atau terjadinya biaya
pada daerah pemasaran tertentu. Tujuan penggolongan biaya berdasarkan daerah
pemasaran untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna kegiatan pemasaran.

23

(5) Penggolongan biaya untuk tujuan pengendalian biaya
Untuk pengendalian biaya informasi biaya yang ditujukan kepada
manajemen
dikelompokkan ke dalam:
a) biaya terkendalikan (controllable cost) adalah biaya yang secara
langsung dapat dipengaruhi oleh seorang pemimpin tertentu dalam
jangka waktu tertentu.
b) biaya tidak terkendalikan (uncontrollable cost) adalah biaya yang
tidak dapat dipengaruhi oleh seorang pemimpin atau pejabat tertentu
berdasarkan wewenang yang dia miliki atau tidak dapat dipengaruhi
oleh seorang pejabat dalam jangka waktu tertentu.
(6) Penggolongan biaya sesuai dengan tujuan pengambilan keputusan
Untuk tujuan pengambilan keputusan oleh manajemen data biaya
dikelompokkan ke dalam:
a) biaya relevan (relevan cost) adalah biaya yang akan mempengaruhi
pengambilan keputusan, oleh karena itu biaya tersebut harus
diperhitungkan di dalam pengambilan keputusan. Pengambilan
keputusan dapat berupa pemilihan dua alternative atau pemilihan
lebih dari dua alternatif.
b) biaya tidak relevan (irrelevant cost) adalah biaya yang tidak
mempengaruhi pengambilan keputusan, oleh karena itu biaya ini
tidak perlu diperhitungkan atau dipertimbangkan dalam proses
pengambilan keputusan.

24

2.2 Pengertian Common Product dan Biaya Produksi Bersama

Menurut Supriyono (1999 :237-238), common product adalah sebagai berikut:
“Beberapa macam produk yang dihasilkan bersama-sama dengan menggunakan fasilitas yang sama kan tetapi asal dari bahan baku dan tenaga kerja
langsung yang diikuti jejaknya pada setiap macam produk.”
Menurut Supriyono (1999 :238), biaya produksi bersama adalah
“ Biaya produksi yang diserap oleh produk common yang terdiri atas biaya
bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung yang dapat diikuti jejaknya yang
pada setiap macam produk dan biaya overhead pabrik yang tidak dapat
diikuti jejaknya pada setiap macam produk, oleh karena itu biaya overhead
pabrik pada biaya produksi bersama disebut dengan biaya overhead bersama
(joint overhead cost).”

Menurut Mulyadi (2000 :358), pengertian biaya produksi bersama adalah:
“Biaya-biaya untuk memproduksi dua atau lebih produk yang terpisah (tidak
diolah bersama) dengan fasilitas sama pada saat yang bersamaan.”
Usry dan hanmmer (2001), memberikan pengertian biaya sebagai berikut:
Suatu nilai tukar prasyarat atau pengorbanan yang dilakukan guna
memperoleh manfaat. Dalam akutansi keuangan, prasyarat atau pengorbanan
tersebut pada tannggal perolehan dinyatakan dengan pengurangan kas atau
aktiva lainya pada saat ini atau dimasa mendatang.

2.3 Tujuan Alokasi Biaya Produksi Bersama

Terdapat beberapa alasan, mengapa alokasi biaya bersama yang menghasilkan
beberapa produk itu diperlukan (Harnanto, 1999 :357), karena:

25

1) Untuk dipakai sebagai dasar penelitian persediaan dan penentuan laba rugi
periodik.
2) Untuk dipakai sebagai dasar penentuan harga jual atau kontrak, apabila dalam
perjanjiannya hanya meliputi jenis-jenis produk tertentu atau tidak seluruh jenis
produk yang dihasilkan melalui proses produksi bersama tersebut.
3) Untuk dipakai sebagai dasar pengaturan harga jual produk oleh pihak yang
berwenang. Ini khususnya diperlukan apabila produk tersebut menyangkut
keperluan atau kebutuhan orang banyak dan pengaturan harga tersebut tidak
meliputi keseluruhan produk yang dihasilkan melalui proses produksi bersama.
Perhitungan terhadap harga pokok produksi tersebut dimulai dari persediaan awal
barang dalam proses ditambah dengan pemakaian bahan baku, tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik yang dibebankan. Dari hasil penambahan
tersebut, maka dapat dihasilkan harga pokok barang yang diproses selama periode
yang dimaksud, bila hasil tersebut dikurangkan dengan persediaan akhir barang
dalam proses, maka akan diketahui harga pokok produksi untuk produk tersebut.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

26

Tabel 1
PT. XYZ
Laporan Harga Pokok Produksi Dan Harga Pokok
Penjualan Untuk tahun Yang Berakhir Per 31 Desember
20xx
Persediaan Awal Bahan Baku
xxx
+/+ Pembelian bersih
xxx +
Bahan Baku Yang Tersedia Untuk Dipakai xxx
-/- Persediaan Akhir Bahan Baku
( xxx)Pemakaian Bahan Baku
Upah Langsung
Biaya Overhead
Biaya Produksi

XXX
XXX

xxx +
XXX

+/+ Persediaan Awal Brg DIm Proses
-/- Persediaan Akhir Brg Dlm Proses
Biaya Pabrikasi

XXX

-/+ Persediaan Awal Brg Jadi
-/- Persediaan Akhir Brg Jadi

XXX

Harga Pokok Penjualan

XXX

(xxx )XXX

( XXX )-

2.4 Metode Penentuan Harga Pokok Produksi

Dalam hal perhitungan unsur - unsur biaya ke dalam harga pokok produksi,
terdapat
dua pendekatan utama, yaitu:
1. Metode Harga Pokok Pesanan - Full Costing
Metode ini merupakan penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan
unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead, baik yang bersifat

27

variabel maupun tetap. Dengan demikian harga pokok produksi menurut metode
full costing terdiri dari unsur - unsur biaya sebagai berikut:
Biaya.BahanBakuRp.
Biaya Tenaga Kerja

xxx
xx

Biaya Overhead Pabrik Variabelxxx
Biaya Overhead Pabrik Tetapxxx +
Biaya Produksi

Rp. xxx

Harga pokok produk yang dihitung berdasarkan metode ini terdiri dari unsur unsur harga pokok produksi, seperti telah dijelaskan di atas, yaitu biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pab