Prediksi Pengaruh Perubahan Tu-

Komposisi Avifauna di Beberapa Tipe Lansekap. …D.I.D. Arini; L.B. Prasetyo 147 pada habitat hutan primer dan semak be- lukar Sukaraja Atas, hutan primer dan hu- tan sekunder Kubu Perahu. Jenis cabai bunga api Dicaeum trigonostigma dan cinenen kelabu Orthotomus ruficep di- jumpai pada patch hutan primer, hutan sekunder, dan semak belukar Kubu Pera- hu. Penggunaan patch oleh burung erat kaitannya dengan faktor makanan, tempat tinggal, tempat bermain, dan beraktivitas, namun seperti yang telah dijelaskan di atas beberapa burung merupakan jenis generalist species. Beberapa burung me- miliki kebiasaan mencari makan di semak belukar yang kemungkinan juga menggu- nakan hutan primer sebagai tempat untuk bersarang dan berlindung. Begitu juga dengan burung yang hidup di hutan pri- mer, terkadang juga ditemui ada di habi- tat semak belukar. Keanekaragaman habi- tat tersebut juga membuat jenis burung menjadi beranekaragam, baik berdasar tempat hidup, makanan ataupun tempat beraktivitas. Untuk melakukan aktivitas dan meme- nuhi kebutuhan hidupnya, burung dapat memanfaatkan tajuk pohon sebagai tem- pat melakukan kegiatan. Tajuk yang da- pat dimanfaatkan adalah tajuk bagian atas, tengah, dan bagian bawah. Dalam beberapa kali pengamatan, dapat diambil analisis bahwa jenis-jenis burung yang banyak diamati adalah burung yang menghuni strata tajuk bagian tengah. Bu- rung-burung ini mudah diamati pada saat beristirahat ataupun saat makan. Keba- nyakan burung memanfaatkan tajuk bagi- an tengah untuk melakukan aktivitas, ba- ik makan, istirahat maupun bermain. Hal ini dimungkinkan karena pada strata tajuk bagian tengah tertutup oleh dedaunan cu- kup lebat dan memiliki ketersediaan pa- kan paling besar, baik dalam bentuk bu- ah, bunga maupun serangga. Selain itu, strata tajuk tengah merupakan tempat yang aman untuk burung dapat menyem- bunyikan tubuhnya dari gangguan pe- mangsa. Jenis burung hasil pengamatan di hu- tan dataran tinggi Kubu Perahu menun- jukkan beberapa di antaranya merupakan jenis yang jarang dijumpai seperti burung luntur gunung Harpectes reinwardtii dan tangkar ongklet Platylophus galeri- culatus. Sulitnya menemukan jenis ini dimungkinkan karena penyebaran jenis burung ini sangat terbatas dan jumlahnya di alam yang semakin berkurang. Bebera- pa jenis burung merupakan jenis yang di- lindungi yaitu rangkong papan Buceros bicornis dan rangkong gading B. vigil yang juga dikategorikan dalam CITES appendix I, sedangkan yang termasuk da- lam appendix II adalah rangkong badak B. rhinoceros. Jenis burung endemik Sumatera yang ditemukan dalam peneli- tian ini antara lain cucak kerinci Pycno- notus leucogrammicus dan rangkong pa- pan B. bicornis. Burung yang dilin- dungi berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Satwa dan Tumbuhan di antaranya burung madu sriganti Nectarinia jugula- ris, pijantung kecil Arachnothera longi- rostra, raja udang meninting Alcedo meninting, burung madu polos An- threptes simplex, kipasan belang Rhipi- dura javanica, burung madu ekor merah Aethopyga temminckii, luntur harimau Harpectes oreskios, dan luntur gunung Harpectes reindwardtii. Jenis-jenis bu- rung tersebut perlu dilindungi karena be- berapa alasan, antara lain karena keber- adaannya langka, memiliki nilai pengeta- huan tinggi, dan digunakan sebagai indi- kator kualitas lingkungan. Untuk tetap menjaga kelestariannya maka perlu dila- kukan perlindungan dan pelestarian jenis burung.

D. Prediksi Pengaruh Perubahan Tu-

tupan Lahan Terhadap Komposisi Burung Perubahan tutupan lahan di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan pada pe- riode tahun 2000 hingga 2009 menun- jukkan semakin berkurangnya tutupan lahan hutan sebesar 3.829,35 ha dari Vol. 10 No. 2, Agustus 2013 : 135-151 148 Tabel Table 3. Luas Tutupan Lahan TNBBS tahun 2000 hingga 2009 Land Use of Bukit Barisan Selatan NP 2000 until 2009 Kategori tutupan lahan Land cover categories Luas tutupan lahan, hatahun Land cover wide, hayears 2000 2003 2006 2009 Danau Lake 252.95 252.95 252.95 252.95 Hutan Forest 138970.87 138439.57 138439.57 135141.52 Permukiman Settlement 80.10 80.10 80.10 80.10 Pertanian Lahan Kering Cropland 50086.56 50086.56 50535.97 53834.01 Savana Grassland 13.72 13.72 13.72 13.72 Sawah Rice FieldCropland 23.10 23.10 23.10 23.10 Semak Belukar Bush Grassland 58329.14 58378.23 58416.28 58416.28 Tanah Terbuka unproductive land 5.24 487.46 0.00 0.00 Total Totals 247761.68 247761.68 247761.68 247761.68 138.970,87 ha pada tahun 2000 menjadi 135.141,52 ha pada tahun 2009. Tahun 2000 hingga 2009 luas tutupan lahan per- tanian bertambah dari 50.086,56 ha men- jadi 53.834,01 ha atau sebesar 3.747,45 ha. Demikian juga dengan tutupan lahan semak belukar yang bertambah dari 58.329,14 ha pada tahun 2000 menjadi 58.416,28 ha pada tahun 2009. Luas tu- tupan lahan TNBBS selama periode 2000 hingga 2009 ditampilkan dalam Tabel 3. Perubahan tutupan lahan khususnya pada hutan dan semak belukar pada pe- riode tahun 2000 hingga 2009 berdasar- kan uji bedauji t tidak menunjukkan ada- nya perbedaan yang signifikan. Pada tu- tupan lahan hutan nilai t hitung adalah 156.9 dan semak belukar sebesar 2830.2 lebih besar dibandingkan nilai t tabel ya- itu 2.35 df = 3; selang kepercayaan 95. Hasil interpretasi tutupan lahan khususnya pada lokasi penelitian Kubu Perahu dan Sukaraja juga tidak menun- jukkan adanya perubahan tutupan lahan seperti yang terjadi di daerah Sekincau, Rata Agung dan Keramat Menula yang mengalami perubahan yang cukup besar, sehingga dari hasil tersebut diprediksi bahwa komposisi jenis-jenis burung pada kedua lokasi penelitian tidak mengalami perubahan yang cukup berarti. IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan