IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE KABUPATEN PATI
IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK
DI SMPN SE-KABUPATEN PATI
SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Bimbingan dan Konseling
Oleh
Novi Nurfitasari
1301409021
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO:
“Cintailah
dirimu seperti engkau mencintai pekerjaanmu
dan bersungguh-sungguhlah karena ALLAH SWT
akan senantiasa menunjukkan jalan-Nya”
PERSEMBAHAN:
Seiirng rasa syukur dan atas Ridho-Mu,
skripsi ini kupersembahkan kepada:
Bapak dan Ibu yang senantiasa
memberikan motivasi dan semangat serta
perhatian yang untuk selalu berusaha dan
tawakal.
Adikku Khoirul Fu’ad
Yudha, yang selalu memberikan semangat
dan selalu berada disampingku
Almamater
iv
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT penulis panjatkan karena atas berkat
rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “
Implementasi Layanan Konseling Kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati”
dengan baik.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan
dan motivasi yang sangat bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang
2. Drs. Hardjono, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Semarang, yang telah memberikan pembinaan dan motivasi dalam skripsi ini.
3. Drs. Eko Nusantoro, M.Pd., Ketua Jurusan Bimbingan dan Konseling
Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan motivasi, petunjuk dan
saran – saran kepada penulis.
4. Prof. Dr. Mungin Eddy Wibowo, M.Pd., Kons., Pembimbing I yang telah
banyak memberikan bantuan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
5. Prof. Dr. DYP. Sugiharto, M.Pd., Kons., Pembimbing II yang telah
memberikan bantuan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Kepala Sekolah dan Konselor SMPN se-Kabupaten Pati yang telah membentu
memperlancar pelaksanaan penelitian.
v
7. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan dorongan baik mental maupun
moral kepada penulis.
8. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuannya sehingga
skripsi ini dapat selesai.
Semoga Allah SWT memberikan balasan rahmat sesuai dengan amal dan
kebaikan yang telah diberikan.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
mahasiswa bimbingan dan konseling pada khususnya.
Semarang, Desember 2013
Penulis
vi
ABSTRAK
Nurfitasari, Novi. 2013. Implementasi Layanan Konseling Kelompok di SMPN
se-Kabupaten Pati. Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Semarang. Dosen Pembimbing I Prof. Dr. Mungin Eddy Wibowo, M.Pd., Kons.
dan Pembimbing II Prof. Dr. DYP. Sugiharto, M.Pd., Kons..
Kata kunci: Implementasi, layanan konseling kelompok
Implementasi layanan konseling kelompok adalah suatu aktivitas
penerapan pemberian bantuan dengan suasana kelompok dengan topik atau
masalah yang bersifat pribadi dan rahasia dalam kelompok yang bertujuan untuk
pengembangan pribadi, pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang
dialami oleh masing-masing anggota kelompok. Fenomena yang terjadi di
lapangan menunjukkan bahwa pelayanan konseling kelompok kurang optimal.
Perencanaan layanan layanan konseling kelompok kurang sesuai dengan standar
pelaksanaan layanan konseling kelompok, pembentukan kelompok yang tidak
sesuai dengan prosedur pembentukan kelompok, besarnya kelompok yang
melebihi batas maksimal pelaksanaan layanan konseling kelompok, peran
pemimpin kelompok yang kurang sesuai dengan tugas dan kewajiban
profesionalnya, tahapan pelaksanaan terkadang melupakan tahap pembentukan
dan tahap peralihan, evaluasi dan tindak lanjut layanan konseling kelompok
terkadang terlupakan oleh konselor. Tujuan penelitian untuk mendapatkan
informasi implementasi layanan konseling kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan
deskriptif. Populasi dalam penelitian adalah seluruh konselor di SMPN seKabupaten Pati. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
metode purposive sampling. Penelitian mengambil sampel 40 dari keseluruhan
populasi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Analisis
data menggunakan analisis deskriptif presentase.
Hasil analisis deskriptif presentase diperoleh data implementasi layanan
konseling kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati termasuk dalam kategori baik
(73.3%). Pencapaian presentase pada sub variabel secara keseluruhan tergolong
baik yaitu Perencanaan (74.1%); Pelaksanaan (72.2%); Evaluasi (71.4%); Analisis
hasil evaluasi (75%); Tindak Lanjut (77.5%); Faktor Pendukung dan Faktor
Penghambat (76.3%).
Simpulan penelitian ini yakni konselor di SMPN se-Kabupaten Pati sudah
mengimplementasikan layanan konseling kelompok dengan kriteria baik. Adapun
saran yang diajukan kepada konselor untuk senantiasa meningkatkan kemampuan
professional khususnya dalam pelaksanaan dan evaluasi layanan konseling
kelompok dan kepada pihak sekolah untuk memfasilitasi dan mendorong guru BK
dalam mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah sehingga dapat meningkatkan kualitas
professional konselor dalam mengimplementasikan layanan konseling kelompok.
vii
DAFTAR ISI
JUDUL ..............................................................................................................
i
PENGESAHAN ...............................................................................................
ii
PERNYATAAN ............................................................................................... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................
v
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
DAFTAR ISI.................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1. Teoretis ..................................................................................................
1.4.2. Praktis ....................................................................................................
1.5 Garis Besar Sistematika Skripsi ...................................................................
7
7
8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu ...................................................................................
2.2 Implementasi ................................................................................................
2.2.1 Perencanaan ...........................................................................................
2.2.2 Pengorganisasian ....................................................................................
2.2.3 Pemimpin ...............................................................................................
2.2.4 Pengawasan ............................................................................................
2.3 Layanan Konseling Kelompok ...................................................................
2.3.1 Pengertian Layanan Konseling Kelompok ............................................
2.3.2 Tujuan Layanan Konseling Kelompok ..................................................
2.3.3 Etika dalam Layanan Konseling Kelompok .........................................
2.3.4 Kelebihan Layanan Konseling Kelompok .............................................
2.3.5 Pemimpin Kelompok .............................................................................
2.3.5.1 Karakteristik Pemimpin Kelompok yang Efektif ....................................
2.3.5.2 Tugas Pemimpin Kelompok ...................................................................
2.3.5.3 Fungsi Pemimpin Kelompok .................................................................
2.3.5.4 Ciri - Ciri Kepemimpinan Kelompok .....................................................
2.3.6 Tahapan dalam Layanan Konseling Kelompok .....................................
2.4 Implementasi Layanan Konseling Kelompok ..............................................
10
12
12
13
13
14
14
14
15
17
23
25
25
27
28
29
29
42
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian.............................................................................................
49
viii
1
6
6
3.2 Variabel Penelitian… ...................................................................................
3.2.1 Identifikasi Variabel Penelitian..............................................................
3.2.2 Definisi Operasional ..............................................................................
3.3 Populasi dan Sampel ....................................................................................
3.3.1 Populasi ..................................................................................................
3.3.2 Sampel....................................................................................................
3.4 Prosedur Penyusunan Instrumen ..................................................................
3.5 Validitas dan Reliabilitas .............................................................................
3.5.1 Validitas .................................................................................................
3.5.2 Reliabilitas .............................................................................................
3.6 Teknik Pengumpulan Data ...........................................................................
3.7 Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ...........................................................
3.7.1 Hasil Uji Coba Validitas ........................................................................
3.7.2 Hasil Uji Coba Reliabilitas ....................................................................
3.8 Teknik Analisis Data ....................................................................................
50
50
51
52
52
54
55
56
56
57
58
62
61
61
62
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ............................................................................................ 65
41.1 Hasil Analisis Deskriptif Presentase Data Penelitian Secara
Keseluruhan ........................................................................................... 65
41.2 Hasil Analisis Deskriptif Presentase Data Penelitian pada
Sub Variabel ........................................................................................... 73
4.1.2.1 Hasil Analisis Deskriptif Presentase Sub Variabel
Perencanaan Layanan Konseling Kelompok ......................................... 73
4.1.2.2 Hasil Analisis Deskriptif Presentase Sub Variabel
Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok .......................................... 79
4.1.2.3 Hasil Analisis Deskriptif Presentase Sub Variabel
Evaluasi Layanan Konseling Kelompok ................................................ 83
4.1.2.4 Hasil Analisis Deskriptif Presentase Sub Variabel
Analisis Hasil Evaluasi Layanan Konseling Kelompok ........................ 86
4.1.2.5 Hasil Analisis Deskriptif Presentase Sub Variabel
Tindak Lanjut Layanan Konseling Kelompok ....................................... 89
4.1.2.6 Hasil Analisis Deskriptif Presentase Sub Variabel Faktor Pendukung
dan Faktor Penghambat Layanan Konseling Kelompok ....................... 91
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................................... 93
4.3 Keterbatasan Peneliti ................................................................................. 100
BAB 5 PENUTUP
5.1 Simpulan ..................................................................................................... 102
5.2 Saran ........................................................................................................... 103
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 104
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... 106
ix
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
Tabel 3.1 SMPN se-Kabupaten Pati ..................................................................
Tabel 3.2 Sampel Penelitian di SMPN se-Kabupaten Pati ................................
Tabel 3.3 Kategori Jawaban dan Cara Pemberian Skor Angket
Implementasi Layanan Konseling Kelompok ....................................
Tabel 3.4 Kriteria Implementasi Layanan Konseling Kelompok ......................
Tabel 4.1 Presentase Implementasi Layanan Konseling Kelompok
di SMPN se-Kabupaten Pati .............................................................
Tabel 4.2 Presentase Implementasi Layanan Konseling Kelompok
dengan Kriteria Cukup Baik dan Kurang Baik .................................
Tabel 4.3 Presentase Sub Variabel Perencanaan Layanan Konseling
Kelompok ..........................................................................................
Tabel 4.4 Presentase Sub Variabel Pelaksanaan Layanan Konseling
Kelompok ..........................................................................................
Tabel 4.5 Presentase Sub Variabel Evaluasi Layanan Konseling Kelompok ...
Tabel 4.6 Presentase Sub Variabel Analisis hasil Evaluasi Layanan
Konseling Kelompok ........................................................................
Tabel 4.7 Presentase Sub Variabel Tindak Lanjut Layanan Konseling
Kelompok ..........................................................................................
Tabel 4.8 Presentase Sub Variabel Faktor Pendukung dan Faktor
Penghambat Layanan Konseling Kelompok .....................................
x
53
54
61
64
66
68
73
79
84
87
89
91
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
Gambar 3.1 Bagan Prosedur Penyusunan Instrumen ........................................
Gambar 4.1 Diagram Frekuensi Imlpementasi Layanan Konseling
Kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati .......................................
Gambar 4.2 Grafik Implementasi Layanan Konseling Kelompok
di SMPN se-Kabupaten Pati .........................................................
Gambar 4.3 Grafik Sub Variabel Perencanaan Layanan Konseling
Kelompok .....................................................................................
Gambar 4.4 Grafik Sub Variabel Pelaksanaan Layanan Konseling
Kelompok .....................................................................................
Gambar 4.5 Grafik Sub Variabel Evaluasi Layanan Konseling Kelompok ....
Gambar 4.6 Grafik Sub Variabel Analisis hasil Evaluasi Layanan
Konseling Kelompok ...................................................................
Gambar 4.7 Grafik e Sub Variabel Tindak Lanjut Layanan Konseling
Kelompok .....................................................................................
Gambar 4.8 Grafik Sub Variabel Faktor Pendukung dan Faktor
Penghambat Layanan Konseling Kelompok ................................
xi
55
66
67
74
79
84
87
90
91
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
Lampiran 1 Daftar konselor yang mengikuti try out ......................................
Lampiran 2 Kisi – kisi dan angket implementasi layanan konseling
kelompok sebelum try out ............................................................
Lampiran 3 Kisi – kisi dan angket implementasi layanan konseling
kelompok setelah try out ..............................................................
Lampiran 4 Hasil try out angket implementasi layanan konseling
kelompok......................................................................................
Lampiran 5 Perhitungan validitas angket implementasi layanan konseling
kelompok......................................................................................
Lampiran 6 Perhitungan reliabilitas angket implementasi layanan konseling
kelompok......................................................................................
Lampiran 7 Daftar konselor yang menjadi sampel penelitian ........................
Lampiran 8 Analisis presentase implementasi layanan konseling
kelompok se-kabupaten Pati .......................................................
Lampiran 9 Surat ijin penelitian dari Kantor Penelitian dan Pengembangan ..
Lampiran 10 Surat keterangan telah melakukan penelitian dari sekolahsekolah .........................................................................................
xii
106
107
115
122
126
127
128
129
134
135
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bimbingan dan konseling merupakan proses pemberian bantuan untuk
peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mampu mandiri dan
berkembang secara optimal dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi,
sosial, belajar dan karir melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung
berdasarkan norma yang berlaku.
Dalam pelayanan bimbingan dan konseling terdapat beberapa jenis
layanan, salah satunya adalah layanan konseling kelompok. Layanan konseling
kelompok merupakan upaya memberikan bantuan kepada individu dalam suasana
kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan dan diarahkan kepada
pemberian kemudahan dalam rangka perkembangan dan pertumbuhannya
(Natawidjaya dalam Wibowo 2005: 32).
Layanan konseling kelompok merupakan suatu proses pemberian bantuan
dengan suasana kelompok dengan topik atau masalah yang bersifat pribadi dan
rahasia dalam kelompok yang bertujuan untuk pengembangan pribadi,
pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang dialami oleh masing – masing
anggota kelompok. Sejumlah siswa yang tergabung dalam kelompok akan saling
memberikan bantuan secara psikologis.
Melalui layanan konseling kelompok, siswa akan mampu meningkatkan
1
2
kemauan mengembangkan pribadi, mengatasi masalah – masalah pribadi, terampil
dalam mengambil alternatif dalam memecahkan masalah serta memberikan
kemudahan dalam pertumbuhan dan perkembangan individu untuk melakukan
tindakan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki secara maksimal. Tujuan yang
ingin dicapai dalam konseling kelompok, yaitu pengembangan pribadi,
pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing
anggota kelompok, agar terhindar dari masalah dan masalah terselesaikan dengan
cepat melalui bantuan anggota kelompok yang lain (Wibowo 2005: 20).
Konseling kelompok hanya dapat dilaksanakan oleh konselor sebagai
seorang profesional. Sebab untuk menjadi pemimpin kelompok haruslah seorang
yang terlatih dan berwenang menyelenggarakan konseling profesional (Prayitno
2004: 4). Dalam konseling kelompok terdapat sosok seorang pemimpin kelompok
(konselor) yang sangat berperan atas keberhasilan layanan tersebut. Secara khusus
pemimpin kelompok diwajibkan untuk mampu menghidupkan dinamika
kelompok diantara anggota kelompok yang mampu mengarahkan tujuan umum
dan tujuan khusus yang hendak dicapai dalam layanan konseling kelompok.
Idealnya konselor mampu memberikan layanan konseling kelompok
secara optimal sesuai dengan standar pelaksanaan layanan konseling kelompok
yang meliputi perencanaan, pembentukan kelompok, pemimpin kelompok,
pelaksanaan kegiatan, evaluasi dan tindak lanjut layanan konseling kelompok.
Berdasarkan wawancara dan observasi di SMPN 1 Winong dan SMPN 2
Jakenan diperoleh informasi sebagai berikut : perencanaan layanan layanan
konseling kelompok kurang sesuai dengan standar pelaksanaan layanan konseling
3
kelompok, pembentukan kelompok yang tidak sesuai dengan prosedur
pembentukan kelompok, besarnya kelompok yang melebihi batas maksimal
pelaksanaan layanan konseling kelompok, peran pemimpin kelompok yang
kurang sesuai dengan tugas dan kewajiban profesionalnya, tahapan pelaksanaan
layanan kelompok terkadang melupakan tahap pembentukan dan tahap peralihan,
evaluasi dan tindak lanjut layanan konseling kelompok terkadang terlupakan oleh
konselor sehingga layanan konseling kelompok kurang optimal.
Perencanaan layanan konseling kelompok yang kurang sesuai dengan
standar pelaksanaan layanan konseling kelompok dapat dilihat dari sarana dan
prasarana serta janji kerahasiaan. Sarana dan prasarana untuk melaksanakan
layanan konseling kelompok kurang diperhatikan oleh konselor terutama dari
tempat pelaksanaan layanan konseling kelompok yang sebagian besar masih
menggunakan ruang kelas.
Mengikrarkan janji kerahasiaan merupakan hal yang sangat penting untuk
menjaga kerahasiaan dari masing – masing anggota kelompok yang sudah
menyampaikan masalah dan anggota kelompok yang masalahnya dibahas.
Konselor (pemimpin kelompok) terkadang mengabaikan janji kerahasiaan
tersebut karena sudah terbawa emosi dengan semangat anggota kelompok yang
bersedia menyampaikan masalah pribadinya untuk dibahas secara kelompok.
Proses pembentukan kelompok terkadang konselor (pemimpin kelompok)
kurang memenuhi syarat besarnya kelompok. Dalam perekrutan anggota
kelompok sebaiknya pemimpin kelompok hendaknya memberikan pengumuman
yang sederhana secara professional yang memberikan gambaran secara akurat
4
tentang kelompok apa yang akan mereka masuki (Prayitno 1995: 32). Besarnya
kelompok sangat berpengaruh terhadap dinamika kelompok. Dinamika kelompok
merupakan suasana yang hidup, yang bergerak dan berkembang yang ditandai
dengan adanya interaksi antar sesama anggota kelompok.
Pelaksanaan layanan konseling kelompok yang melebihi batas maksimal
10 anggota kelompok ditemukan di sebagian besar SMPN. Di SMPN 1 Winong
dan SMPN 2 Jakenan, pelaksanaan layanan konseling kelompok lebih sering
dilaksanakan secara klasikal atas pertimbangan tidak ada kegiatan lain bagi siswa
yang tidak menjadi anggota kelompok dan keterbatasan pelaksanaan layanan
konseling kelompok pada jam pelajaran di kelas.
Dalam pelaksanaan layanan konseling kelompok dengan jumlah anggota
kelompok yang besarnya melebihi standar maksimal anggota kelompok sangat
mempengaruhi kerja dari kelompok tersebut. Anggota kelompok belum bisa
menjalankan perannya secara baik karena masih ada sebagian anggota kelompok
yang mendominasi sehingga tidak muncul dinamika kelompok.
Pelaksanaan layanan konseling kelompok sangat dipengaruhi oleh peranan
pemimpin kelompok atau konselor, dalam menjalankan peranannya sebagai
pemimpin kelompok kurang sesuai dengan tugas dan kewajiban profesionalnya
untuk melaksanakan layanan konseling kelompok. Pemimpin kelompok
hendaknya mampu menghidupkan dinamika kelompok yang kondusif dan mampu
mengarahkan kelompok untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai bersama.
Pada umumnya tiap layanan bimbingan dan konseling memiliki tahaptahap yang harus dijalankan, dalam layanan konseling kelompok terdapat
5
beberapa tahapan antara lain tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap
pelaksanaan kegiatan dan tahap pengakhiran. Setiap tahapan dalam layanan
konseling kelompok sangat berpengaruh terhadap tahapan selanjutnya. Pemimpin
kelompok terkadang melupakan tahapan- tahapan dalam layanan konseling
kelompok terutama dalam tahap pembentukan dan tahap peralihan.
Selain itu ditemukan bahwa konselor terkadang melupakan evaluasi.
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui ketercapaian tujuan yang hendak dicapai
dalam kelompok dan memberikan umpan balik, apakah perlu mendapatkan
layanan konseling lanjutan atau tidak. Tidak adanya evaluasi dalam layanan
konseling kelompok sangat berpengaruh terhadap pemberian layanan selanjutnya,
karena dengan tidak adanya evaluasi maka tidak adapula tingkat ketercapaian
dalam mencapai tujuan kelompok dan tidak ada refleksi diri untuk konselor itu
sendiri serta tidak ada umpan balik untuk permasalahan anggota kelompok yang
dibahas dalam layanan konseling kelompok. Hal ini dapat menghambat
pertumbuhan dan perkembangan anggota kelompok yang masalahnya dibahas.
Permasalahan implementasi layanan konseling kelompok yang tidak
sesuai dengan standar pelaksanaan layanan konseling kelompok dapat
mempengaruhi perkembangan layanan bimbingan dan konseling di sekolah yang
berdampak kurang baik karena tidak mendapatkan perhatian dan kepercayaan dari
siswa untuk terus memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling di sekolah.
Berdasarkan fenomena yang terjadi di lapangan tersebut, peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian yang berjudul “Implementasi Layanan Konseling
Kelompok di SMPN se – Kabupaten Pati”.
6
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang muncul dalam penelitian ini
dapat dirumuskan masalah yaitu :
1. Bagaimana implementasi perencanaan layanan konseling kelompok di
SMPN se-Kabupaten Pati?
2. Bagaimana implementasi tahap - tahap layanan konseling kelompok di
SMPN se-Kabupaten Pati?
3. Bagaimana implementasi evaluasi layanan konseling kelompok di
SMPN se-Kabupaten Pati?
4. Bagaimana implementasi analisis hasil evaluasi layanan konseling
kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati?
5. Bagaimana implementasi tindak lanjut layanan konseling kelompok di
SMPN se-Kabupaten Pati?
6. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat layanan konseling
kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati?
1.3 Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini tujuan yang hendak dicapai adalah untuk memperoleh
data empiris tentang :
1. Perencanaan layanan konseling kelompok di SMPN se-Kabupaten
Pati.
2. Tahap-tahap layanan konseling kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati.
3. Evaluasi layanan konseling kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati.
7
4. Analisis hasil evaluasi layanan konseling kelompok di SMPN seKabupaten Pati.
5. Tindak lanjut layanan konseling kelompok di SMPN se-Kabupaten
Pati.
6. Faktor pendukung dan faktor penghambat dalam memberikan layanan
konseling kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Teoretis
Diharapkan
penelitian ini
mampu memberikan sumbangan ilmu
pengetahuan dalam bidang pendidikan khususnya Bimbingan dan Konseling yaitu
implementasi layanan konseling kelompok.
1.4.2 Praktis
1. Konselor
Bagi konselor sekolah bermanfaat sebagai evaluasi diri terhadap kinerja
dalam memberikan layanan konseling kelompok dan mampu meningkatkan
kinerja konselor sekolah terutama kompetensi professional konselor sehingga
mampu memberikan layanan konseling kelompok di sekolah secara optimal.
2. Kepala Sekolah
Bagi kepala sekolah bermanfaat untuk meningkatkan kualitas kompetensi
sebagai kepala sekolah dalam memfasilitasi konselor dan pelayanan konseling
kelompok.
8
3. Penulis
Penelitian ini sangat bermanfaat bagi peneliti untuk menambah khazanah
ilmu pengetahuan terutama dalam layanan konseling kelompok.
1.5 Garis Besar Sistematika Skripsi
Pada bagian skripsi terdapat lima bab yang terdiri dari pendahuluan,
tinjauan pustaka, metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasannya serta
penutup.
Bab I Pendahuluan, berisi tentang tentang latar belakang masalah terkait
dengan fenomena yang terjadi pada objek penelitian, permasalahan yang ada,
tujuan diadakannya penelitian, manfaat yang diharapkan dari penelitian ini dan
garis besar sistematika skripsi.
BAB II Tinjauan Pustaka, dalam bab ini diuraikan tentang layanan
konseling kelompok yang meliputi(1) Implementasi, (2) Pengertian layanan
konseling kelompok, (3) Tujuan layanan konseling kelompok, (4) Etika dalam
layanan konseling kelompok, (5) Kelebihan layanan konseling kelompok, (6)
Pemimpin kelompok, (7) Tahapan dalam layanan konseling kelompok, (8)
Implementasi layanan konseling kelompok di sekolah.
Bab III Metode penelitian, Pada bab ini dijelaskan metode penelitian
antara lain meliputi: jenis penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel
serta teknik pengambilan sampel, prosedur penyusunan instrumen, validitas dan
reliabilitas, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
9
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, bab ini berisi tentang hasil
penelitian, pembahasan, dan keterbatasan peneliti.
Bab V Penutup, dalam bab ini memuat penyajian simpulan dan penyajian
saran atas dasar temuan dan hasil penelitian.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan tentang penelitian terdahulu sebelum membahas
lebih jauh tinjauan pustaka yang melandasi penelitian implementasi layanan
konseling kelompok di SMPN yang meliputi antara lain (1) Implementasi, (2)
Pengertian layanan konseling kelompok, (3) Tujuan layanan konseling kelompok,
(4) Etika dalam layanan konseling kelompok, (5) Kelebihan layanan konseling
kelompok, (6) Pemimpin kelompok, (7) Tahapan dalam layanan konseling
kelompok, (8) Implementasi layanan konseling kelompok di sekolah.
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian
terdahulu
merupakan
penelitian
yang telah
dilakukan
sebelumnya oleh peneliti dengan mendapatkan hasil yang empiris. Tujuannya
adalah sebagai bahan masukan bagi pemula dan untuk membandingkan antara
penelitian yang satu dengan penelitian yang lain. Dalam penelitian terdahulu akan
diuraikan pokok bahasan sebagai berikut :
Fatmawati, Dwi Arti (2010) tentang studi pelaksanaan layanan konseling
kelompok berdasarkan pendekatan sistem di SMP Negeri se-Kecamatan
Kalimanah Kabupaten Purbalingga dengan hasil penelitian yang menunjukkan
bahwa pelaksanaan layanan konseling kelompok pada sistem input tidak berjalan
secara berkesinambungan, untuk komponen proses tidak memenuhi aspek yang
10
11
seharusnya ada dalam proses konseling kelompok, untuk output tidak memberikan
hasil pada siswa, sedangkan untuk komponen balikan tidak memberikan evaluasi
dan monitoring yang mendalam untuk seperangkat sistem dalam layanan
konseling kelompok. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa
pelaksanaan layanan konseling kelompok di SMP Negeri se-kecamatan
Kalimanah kabupaten Purbalingga tidak berjalan sesuai dengan layanan konseling
kelompok
sebagai
suatu
sistem
yang
menjadi
satu
kesatuan
yang
berkesinambungan untuk memperoleh keberhasilan dalam pelaksanaan konseling
kelompok secara optimal
Santoso, Eko (2012) tentang studi deskriptif pelaksanaan layanan
bimbingan dan konseling di SMA Negeri se-Kabupaten Batang dengan hasil
penelitian yang menunjukkan bahwa pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling di SMA Negeri se-Kabupaten Batang sudah terlaksana dengan baik
sesuai dengan operasionalisasi tahap pelaksanaan layanan dengan menunjukkan
hasil pelaksanaan layanan konseling kelompok memperoleh presentase 62%
dengan kategori baik.
Sutrisno (2012) tenatang evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan
konseling di SMA Negeri se-Kabupaten Pemalang dengan hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa pelaksanaan program bimbingan dan konseling yang
dilaksanakan di SMA Negeri di Kabupaten Pemalang secara umum sudah berjalan
dengan baik, lancar dan kondusif. Hal ini ditunjukkan dengan presentase rata –
rata pelaksanaan program bimbingan dan konseling yang dilaksanakan di SMA
Negeri di Kabupaten Pemalang dalam kategori tinggi.
12
Dari berbagai penjelasan diatas merupakan suatu langkah awal untuk
diadakannya suatu penelitian tentang Implementasi Layanan Konseling Kelompok
di SMPN se-Kabupaten Pati.
2.2 Implementasi
Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan,
atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga berdampak, baik berupa
perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai dan sikap (Mulyasa 2006:
93). Dalam proses penerapan terdapat suatu manajemen, manajemen sendiri
merupakan suatu proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan
mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspek agar tujuan organisasi dapat
tercapai secara efektif dan efisien (Fattah 2013: 1).
2.2.1 Perencanaan
Perencanaan merupakan suatu proses penentuan tujuan atau sasaran yang
hendak dicapai dan menetapakan jalan dan sumber yang diperlukan untuk
mencapai tujuan seefisien dan seefektif mungkin (Roger A. Kauffman dalam
Fattah 2013: 49). Perencanaan yang matang maka akan tujuan yang hendak
dicapai akan tercapai secara optimal. Dalam merencanakan program bimbingan
dan konseling, seorang konselor hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai
berikut (Sugiyo 2011: 36) :
a)
b)
c)
d)
e)
f)
Analisis kebutuhan/permasalahan siswa
Penentuan tujuan yang ingin dicapai
Analisis situasi dan kondisi sekolah
Penentuan jenis kegiatan yang akan dilakukan
Penentuan teknik dan strategi kegiatan
Penentuan personel-personel yang akan melaksanakan
13
g) Perkiraan biaya dan fasilitas yang digunakan
h) Mengantisipasi kemungkinan hambatan dalam pelaksanaan
kegiatan bimbingan konseling
i) Waktu dan tempat artinya kapan kegiatan dilakukan dan
dimana kegiatan itu dilakukan
2.2.2 Pengorganisasian
Pengorganisasian merupakan suatu proses membagi kerja ke dalam tugastugas yang lebih kecil, membebankan tugas-tugas kepada orang yang sesuai
dengan kemampuan, mengalokasikan sumber daya serta mengkoordinasikan
dalam rangka efektifitas pencapaian tujuan (Fattah 2013: 71). Dalam organisasi
dibentuk kelompok-kelompok dengan tujuan untuk mempermudah pencapaian
tujuan. Efektifitas suatu kelompok sangat bergantung pada individu dalam
kelompok tersebut.
2.2.3 Pemimpin
Pada
hakikatnya
pemimpin
adalah
seseorang
yang
mempunyai
kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain dalam kerjanya dengan
menggunakan kekuasaan. Menurut H. Jodeph Reitz (dalam Fattah 2013: 98)
terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas pemimpin, antara lain:
a. Kepribadian, pengalaman, masa lalu, dan harapan
b. Harapan dan perilaku atasan
c. Karakteristik, harapan, dan perilaku bawaan
d. Kebutuhan tugas
e. Iklim dan kebijakan organisasi
f. Harapan dan perilaku rekan
14
2.2.4 Pengawasan
Menurut Mudick (dalam Fattah 2013: 101) pengawasan adalah suatu
proses dasar yang secara esensial tetap diperlukan bagaimanapun rumit dan
luasnya suatu organisasi. Proses pengawasan terdiri dari tiga tahap antara lain
(Fattah 2013: 101): (1) menetapkan standar pelaksanaan, (2) pengukuran
pelaksanaan pekerjaan dibandingkan dengan standar dan (3) menentukan
kesenjangan antara pelaksanaan dengan standar dan rencana.
2.3 Layanan Konseling Kelompok
2.3.1 Pengertian Layanan Konseling Kelompok
Konseling kelompok dikenal sebagai kelompok pemecahan masalah
antarpribadi untuk memecahkan masalah kehidupan yang umum melalui
dukungan antarpribadi dan pemecahan masalah (Gladding, Samuel T. 2012: 304).
Konseling kelompok merupakan proses interpersonal yang dinamis yang berpusat
pada kesadaran berpikir dan tingkah laku, melibatkan fungsi terapeutis,
berorientasi pada kenyataan, ada rasa saling percaya, mempercayai, ada
pengertian, penerimaan dan bantuan (Wibowo 2005: 18). Menurut Winkel, W.S.
dan M.M. Sri Hastuti (2007: 589), konseling kelompok merupakan wawancara
konseling antara konselor professional dengan beberapa orang sekaligus yang
tergabung dalam suatu kelompok kecil.
Gibson, Robert L dan Marianne H. Mitchell (2011: 275) mengemukakan
bahwa konseling kelompok mengacu pada penyesuaian rutin atau pengalaman
perkembangan dalam lingkup kelompok yang difokuskan untuk membantu
15
konseli mengatasi problem mereka lewat penyesuaian diri dan perkembangan
kepribadian sehari – hari. Menurut Natawidjaya, konseling kelompok merupakan
upaya memberikan bantuan kepada individu dalam suasana kelompok yang
bersifat pencegahan dan penyembuhan dan diarahkan kepada pemberian
kemudahan dalam rangka perkembangan dan pertumbuhannya (dalam Wibowo
2005: 32).
Prayitno dan Erman Amti (2004: 311) mengemukakan bahwa
konseling kelompok pada dasarnya adalah layanan konseling perorangan yang
dilaksanakan dalam suasana kelompok.
Dari beberapa pendapat, dapat disimpulkan bahwa konseling kelompok
merupakan suatu proses pemberian bantuan dengan suasana kelompok dengan
topik atau masalah yang bersifat pribadi dan rahasia yang bertujuan untuk
pengembangan pribadi, pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang
dialami oleh masing – masing anggota kelompok.
2.3.2 Tujuan Layanan Konseling Kelompok
Layanan konseling kelompok bertujuan untuk membantu peserta
mengembangkan kemampuan yang sudah dimiliki dalam pemecahan masalah
antarpribadi sehingga peserta lebih mampu mengatasi masalah pribadinya di
kemudian hari (Gladding, Samuel T. 2012: 304). Prayitno mengemukakan bahwa
tujuan layanan konseling kelompok hampir sama dengan tujuan layanan
bimbingan kelompok yaitu ada tujuan umum dan ada tujuan khusus (2004: 2).
a. Tujuan umum
Tujuan umum dalam layanan konseling kelompok adalah berkembangnya
kemampuan sosialisasi siswa.
16
b. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam layanan konseling kelompok adalah fokus
pada permasalahan pribadi anggota. Layanan konseling kelompok yang intensif
dalam upaya pemecahan masalah, anggota kelompok memperoleh dua tujuan
sekaligus yaitu :
1. Berkembangnya perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap
terarah kepada tingkah laku khususnya dalam bersosialisasi.
2. Terpecahkan masalah anggota kelompok yang masalahnya dibahas dan
bagi anggota kelompok yang memperoleh dampak positif dari
pemecahan masalah tersebut.
Menurut Gazda (dalam Wibowo 2005: 33) mengemukaan bahwa layanan
konseling kelompok dapat membantu individu dalam menyelesaikan tugas – tugas
perkembangan dalam tujug bidang antara lain psikososial, vokasional, kognitif,
fisik, seksual, moral dan afektif. Sedangkan Mahler ( dalam Wibowo 2005: 35)
mengemukakan tujuan konseling kelompok erat kaitannya dengan sejumlah
kemampuan yang dikembangkan yaitu :
1. Pemahaman tentang diri yang mendukung penerimaan diri dan
perasaan diri yang berharga.
2. Hubungan social khususnya hubungan antarpribadi serta menjadi
efektif untuk situasi – situasi sosial.
3. Pengambilan keputusan dan pengarahan diri.
4. Sensitivitas terhadap kebutuhan orang lain dan empati.
5. Perumusan komitmen dan upaya mewujudkannya.
17
Adapun tujuan yang hendak dicapai melalui layanan konseling kelompok
dalam penelitian ini adalah memperoleh data empiris tentang implementasi
layanan konseling kelompok di SMPN.
2.3.3 Etika dalam Layanan Konseling Kelompok
“Etika kerja kelompok adalah etika – etika yang disetujui yang konsisten
dengan komitmen etika dalam arti yang lebih luas (politik, moral dan agama)
yang dianggap masuk akal dan yang bisa diterapkan oleh klien maupun pihak
pemberi bimbingan” (Wibowo 2005: 341). Etika dalam kelompok bersifat
fleksibel yang artinya bisa berubah sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Menurut Wibowo (2005: 342) etika dalam konseling
kelompok meliputi :
1) Kepemimpinan kelompok
a. Pemimpin Kelompok
Dalam memimpin suatu kelompok terdapat beberapa petunjuk yang dapat
membantu efektivitas kerja pemimpin kelompok dalam layanan konseling
kelompok, antara lain :
a) Pemimpin kelompok memiliki kode etik standar pelaksanaan layanan
konseling kelompok.
b) Pemimpin kelompok pernah mengikuti pelatihan kepemimpinan.
c) Pemimpin kelompok memiliki data keefektivan pelaksanaan layanan
konseling kelompok yang dilihat dari data sebelum diberikan layanan
konseling kelompok dengan data sesudah diberikan layanan konseling
kelompok.
18
d) Pemimpin kelompok memiliki model secara konseptual untuk
melakukan perubahan tingkah laku.
e) Pemimpin kelompok memiliki sertifikat, surat ijin dan bukti yang
dapat diterima secara umum terkait dengan layanan konseling
kelompok.
f) Pemimpin kelompok yang tidak memiliki surat mandat kerja
melaksanakan tugas dibawah pengawasan (supervisi) seseorang yang
berkualitas dalam layanan konseling kelompok.
g) Pemimpin kelompok mengikuti pelatihan – pelatihan , lokakarya dan
sebagainya untuk meningkatkan keterampilan dan keahlian serta
mendapatkan evaluasi tentang keterampilan dan kerja.
h) Pemimpin kelompok memiliki serangkaian aturan dasar yang jelas
dalam melaksanakan layanan konseling kelompok.
i) Pemimpin kelompok sudah paham tentang undang – undang dan
hukum – hukum yang mengatur kerahasiaan.
j) Pemimpin kelompok bersikap adil dengan tidak memihak salah satu
anggota kelompok.
k) Pemimpin kelompok paham dengan jelas hak – hak dan kewajiban
anggota kelompok
l) Pemimpin kelompok menggali informasi terkait harapan dari masing –
masing anggota kelompok dan keiikutsertaan serta kerahasiaan dalam
kelompok.
19
m) Pemimpin kelompok mengidentifikasi dan memberikan intervensi
dengan jelas sesuai dengan permasalahan.
b. Rekrutmen peserta kelompok
Berikut petunjuk rekrutmen peserta kelompok dengan latar belakang
institusi yang bersifat tidak begitu eksplisit :
a) Pengumuman meliputi pernyataan eksplisit tujuan kelompok, jangka
dan panjang waktu serta jumlah peserta.
b) Pengumuman meliputi pernyataan eksplisit tentang kualifikasi
pemimpin kelompok.
c) Pengumuman meliputi pernyataan eksplisit tentang honor pemimpin
dengan rician jasa kerja
d) Anggota kelompok dipaksa untuk masuk dalam suatu kelompok.
e) Pernyataan ketidakpuasan seharusnya tidak dibuat karena tidak dapat
dibuktikan secara ilmiah.
c. Penyaringan peserta kelompok
Prosedur penyaringan peserta kelompok dilakukan untuk menyeleksi calon
anggota kelompok, berikut petunjuk penyaringan peserta kelompok :
a) Calon anggota kelompok dihargai atas kemampuannya dan anggota
kelompok yang tidak potensial dalam kelompok lebih baik tidak
dimasukkan ke dalam kelompok tetapi dibentuk kelompok tersendiri.
b) Calon anggota kelompok diinformasikan bahwa keiikutsertaanya
bersifat sukarela.
20
c) Calon anggota kelompok diberitahukan tentang harapan, resiko dan
teknik yang digunakan pemimpin kelompok.
d) Calon anggota kelompok diberitahukan bahwa ada kebebasan untuk
keluar dari kelompok.
e) Calon anggota kelompok diberitahukan bahwa ada kebebasan untuk
menolak saran dari pemimpin dan anggota kelompok.
f) Calon anggota kelompok diberitahukan bahwa kerahasian merupakan
bagian dari syarat keanggotaan atau tidak.
g) Calon anggota kelompok diberitahukan secara jelas tentang hal – hal
apa yang pemimpin kelompok nyatakan sebagai hal yang tidak rahasia.
h) Calon anggota kelompok diberitahukan tentang penelitian ang
dilakukan terhadap kelompok tersebut.
i) Calon anggota kelompok diberitahukan tentang adanya perekaman.
j) Calon anggota kelompok seharusnya disangsikan untuk menentukan
apakah dalam perlakuan yang sama atau tidak.
k) Calon anggota kelompok diberitahukan bahwa pemimpin kelompok
dapat memindahkan anggota kelompok yang dianggap mengganggu ke
dalam kelompok yang lain.
l) Calon anggota kelompok diberitahukan bahwa pengelompokan
menyesuaikan dengan keadaan Calon anggota kelompok.
m) Calon anggota kelompok diberitahukan tentang kapan anggota
kelompok harus berkonsentrasi penuh untuk mencapai tujuan yang
diharapkan, mengenali resiko dan batasan – batasan.
21
n) Kelompok dengan anggota yang belum dewasa memerlukan perhatian
yang khusus dan perlunya peranan orang tua.
2) Kerahasiaan
Kerahasiaan sebagai syarat pengembangan kepercayaan, kohesi dan kerja
produktif dalam konseling kelompok, berikut beberapa petunjuk umum tentang
kerahasiaan :
a. Pemimpin kelompok mampu menahan diri dan membuka data anggota
kelompok hanya dal kelompok tersebut.
b. Data yang diperoleh dari anggota kelompok untuk tujuan penelitian
harus mendapatkan ijin tertulis dari anggota kelompok.
c. Pemimpin
kelompok
menyamarkan
semua
data
yang
mengidentifikasikan anggota kelompok .
d. Pemimpin kelompok secara berkala mengingatkan anggota kelompok
tentang pentingnya kerahasiaan .
e. Pemimpin
kelompok
menjelaskan
batasan
–
batasan
hukum
kerahasiaan pemimpin dan anggota kelompok.
f. Pemimpin kelompok bertanggungjawab penuh terhadap rekaman data.
g. Pemimpin kelompok memastikan anggota kelompok telah membuat
catatan secara tertulis dan prosedur apa yang digunakan konseli untuk
membuat catatan.
h. Catatan tidak disebarluaskan tanpa pemberitahuan dan ijin konseli.
i. Penyimpanan
data
dengan
menggunakan
teknologi
penggunaan komputer harus dijaga benar kerahasiaannya.
misalnya
22
j. Tidak memberikan informasi lengkap.
k. Pastikan untuk merusak atau menghapus auditape atau videotape.
l. Pemimpin kelompok memahami tingkat kerahasiaan yang dijanjikan
pada anak yang belum menginjak dewasa.
3) Penghentian dan tindak lanjut
Pentunjuk – petunjuk untuk penghentian dan tindak lanjut adalah sebgai
berikut :
a. Pemimpin kelompok merencanakan upaya tindak lanjut bagi kelompok
jangka pendek yang terbatas waktu.
b. Pemimpin kelompok mengetahui dan memiliki komitmen dari seorang
professional untuk mengarahkan anggota kelompok.
c. Anggota
kelompok
diberitahukan
tentang
narasumber
yang
berkompeten sehingga mereka bisa datang kembali apabila mereka
membutuhkan bantuan.
4) Kelompok tanpa pemimpin
Liberman, Yalom, dan Miles (dalam Wibowo 2005:348) menyebutkan
bahwa kelompok tanpa pemimpin bisa efektif.
5) Prosedur umum untuk menangani tindakan yang tercela, yang tidak
sesuai dengan kode etik
Kode etik merupakan standar etika yang mengatur para professional untuk
mengetahui tanggungjawab etikanya dan menjalankan dengan baik. Secara umum,
seorang profesioanl menganggap konseli sebagai orang yang tidak bermasalah
dalam jangka waktu tertentu dan memberitahukan secara perlahan atas tindakan
23
yang dianggap tidak etis dan diminta untuk memperbaikinya.
2.3.4 Kelebihan Layanan Konseling Kelompok
Layanan konseling kelompok merupakan suatu proses pemberian bantuan
yang sedang berkembang dan memiliki kelebihan – kelebihan yang tidak dimiliki
oleh layanan lain. Berikut beberapa kelebihan layanan konseling kelompok
menurut Wibowo (2005: 41) :
1) Konseling kelompok memiliki waktu yang realtif singkat untuk
memenuhi kebutuhan siswa dalam suasana kelompok yang berkaitan
dengan pencegahan, pengembangan pribadi dan pengentasan masalah.
2) Konseling kelompok merupakan mikrokosmik social yang artinya jika
seseorang mampu menunjukkan perubahan dalam kelompok maka
diharapkan dapat berubah pula di masyarakat, dalam suasana
kelompok dimanfaatkan untuk latihan pembentukan perilaku baru.
3) Konseling
kelompok
memungkinkan
anggota
kelompok
berkomunikasi aktif dengan anggota kelompok lainnya, dimana
anggota kelompok dapat mengekspresikan perasaan, memberikan
perhatian, berbagi pengalaman dan belajar untuk meningkatkan
kepercayaan diri.
4) Konseling kelompok memberikan kesempatan bagi anggota kelompok
untuk mempelajari keterampilan sosial, dimana anggota kelompok
akan meniru anggota kelompok yang lain yang sudah terampil, dapat
belajar memberikan umpan balik dan belajar memimpin kelompok.
24
5) Konseling kelompok memberikan kesempatan untuk saling memberi
bantuan dan berempati dalam kelompok. Hal ini akan menumbuhkan
harga diri, keyakinan diri dan suasana positif dalam kelompok.
6) Dengan konseling kelompok mampu menumbuhkan motivasi dan
interaksi antar anggota kelompok.
7) Setiap usaha untuk mengubah perilaku manusia di luar lingkungan
dimana individu bekerja dan hidup sangat tergantung pada efektifitas
tingkat transfer pelatihan yaitu perilaku – perilaku baru, pemahaman
dan sikap yang baru ditransfer secara sukses dari setting konseling
kelompok.
8) Konseling kelompok sebagai miniature situasi social yang tidak hanya
mempelajari perilaku – perilaku baru tetapi bisa mencoba.
9) Dengan konseling kelompok individu – individu mencapai tujuannya
dan hubungan antar individu yang produktif dan inovatif (McClure
1990 dalam Wibowo 2005: 43).
10) Konseling kelompok lebih sesuai untuk siswa yang membutuhkan
belajar lebih memahami orang lain dan lebih menghargai kepribadian
orang lain, bertukar pikiran dan berbagi perasaan dengan orang lain.
11) Dalam konseling kelompok interaksi antar anggota kelompok
merupakan ciri khas dalam konseling kelompok.
12) Konseling kelompok merupakan daerah awal untuk anggota kelompok
memasuki konseling individual.
Kekuatan dalam konseling kelompok salah satunya adalah konseling
25
kelompok memungkinkan anggota kelompok berkomunikasi aktif dengan anggota
kelompok lainnya mengenai segala kebutuhan yang terfokus pada pengembangan
diri, pencegahan, pengentasan masalah yang dialami oleh setiap anggota
kelompok
sehingga
mampu
melatih
anggota
kelompok
untuk
dapat
mengekspresikan perasaan dan saling terbuka, memberikan perhatian, berbagi
pengalaman,
belajar
untuk
meningkatkan
kepercayaan
diri
dengan
mengungkapkan saran, ide maupun kritikan gunan membantu memecahkan
masalah yang sedang dihadapi oleh anggota kelompok
2.3.5 Pemimpin Kelompok
2.3.5.1 Karakteristik Pemimpin Kelompok yang Efektif
Pemimpin kelompok (PK) merupakan konselor yang terdidik, terlatih dan
berwenang untuk menyelenggarakan praktik konseling secara professional
(Prayitno 2004: 4). Dalam konseling kelompok, konselor bertindak sebagai
pemimpin kelompok yang tidak terlalu aktif hanya memberikan pengarahan
dalam pemecahan masalah yang sedang dialami oleh salah satu anggota
kelompok. Kemudian muncul komunikasi antar pribadi diantara anggota
kelompok serta menggali lebih dalam pribadi dari masing – masing anggota
kelompok. Pemimpin kelompok dilihat sebagai pribadi dan sebagai professional
dalam kelompok (Corey dalam Wibowo 2005: 110).
1. Kepribadian dan karakter
Corey (dalam Wibowo 2005: 118) mengemukakan bahwa ciri – ciri
pribadi sangat berhubungan dengan kepemimpinan kelompok yang efektif :
kehadiran, kekuatan pribadi, keberanian, kemauan untuk mengkonfrontasi diri
26
sendiri, kesadaran diri, kesungguhan atau ketulusan, keaslian, mengerti identitas,
keyakinan atau kepercayaan dalam proses kelompok, kegairahan (antusiasme),
daya cipta dan kreativitas, daya tahan (stamina).
2. Pemimpin sebagai seorang professional
Syarat pemimpin kelompok akan dilihat dari keterampilan dalam
memimpin kelompok, dengan keterampilan akan terlihat keefektifannya sebagai
pemimpin, gaya kepemimpinan dan peranannya sebagai pemimpin kelompok.
Keterampilan dasar dalam konseling antara lain : aktif mendengar, refleksi,
menguraikan dan menjelaskan pertanyaan, meringkas, penjelasan singkat dan
pember
DI SMPN SE-KABUPATEN PATI
SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Bimbingan dan Konseling
Oleh
Novi Nurfitasari
1301409021
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO:
“Cintailah
dirimu seperti engkau mencintai pekerjaanmu
dan bersungguh-sungguhlah karena ALLAH SWT
akan senantiasa menunjukkan jalan-Nya”
PERSEMBAHAN:
Seiirng rasa syukur dan atas Ridho-Mu,
skripsi ini kupersembahkan kepada:
Bapak dan Ibu yang senantiasa
memberikan motivasi dan semangat serta
perhatian yang untuk selalu berusaha dan
tawakal.
Adikku Khoirul Fu’ad
Yudha, yang selalu memberikan semangat
dan selalu berada disampingku
Almamater
iv
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT penulis panjatkan karena atas berkat
rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “
Implementasi Layanan Konseling Kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati”
dengan baik.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan
dan motivasi yang sangat bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang
2. Drs. Hardjono, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Semarang, yang telah memberikan pembinaan dan motivasi dalam skripsi ini.
3. Drs. Eko Nusantoro, M.Pd., Ketua Jurusan Bimbingan dan Konseling
Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan motivasi, petunjuk dan
saran – saran kepada penulis.
4. Prof. Dr. Mungin Eddy Wibowo, M.Pd., Kons., Pembimbing I yang telah
banyak memberikan bantuan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
5. Prof. Dr. DYP. Sugiharto, M.Pd., Kons., Pembimbing II yang telah
memberikan bantuan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Kepala Sekolah dan Konselor SMPN se-Kabupaten Pati yang telah membentu
memperlancar pelaksanaan penelitian.
v
7. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan dorongan baik mental maupun
moral kepada penulis.
8. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuannya sehingga
skripsi ini dapat selesai.
Semoga Allah SWT memberikan balasan rahmat sesuai dengan amal dan
kebaikan yang telah diberikan.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
mahasiswa bimbingan dan konseling pada khususnya.
Semarang, Desember 2013
Penulis
vi
ABSTRAK
Nurfitasari, Novi. 2013. Implementasi Layanan Konseling Kelompok di SMPN
se-Kabupaten Pati. Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Semarang. Dosen Pembimbing I Prof. Dr. Mungin Eddy Wibowo, M.Pd., Kons.
dan Pembimbing II Prof. Dr. DYP. Sugiharto, M.Pd., Kons..
Kata kunci: Implementasi, layanan konseling kelompok
Implementasi layanan konseling kelompok adalah suatu aktivitas
penerapan pemberian bantuan dengan suasana kelompok dengan topik atau
masalah yang bersifat pribadi dan rahasia dalam kelompok yang bertujuan untuk
pengembangan pribadi, pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang
dialami oleh masing-masing anggota kelompok. Fenomena yang terjadi di
lapangan menunjukkan bahwa pelayanan konseling kelompok kurang optimal.
Perencanaan layanan layanan konseling kelompok kurang sesuai dengan standar
pelaksanaan layanan konseling kelompok, pembentukan kelompok yang tidak
sesuai dengan prosedur pembentukan kelompok, besarnya kelompok yang
melebihi batas maksimal pelaksanaan layanan konseling kelompok, peran
pemimpin kelompok yang kurang sesuai dengan tugas dan kewajiban
profesionalnya, tahapan pelaksanaan terkadang melupakan tahap pembentukan
dan tahap peralihan, evaluasi dan tindak lanjut layanan konseling kelompok
terkadang terlupakan oleh konselor. Tujuan penelitian untuk mendapatkan
informasi implementasi layanan konseling kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan
deskriptif. Populasi dalam penelitian adalah seluruh konselor di SMPN seKabupaten Pati. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
metode purposive sampling. Penelitian mengambil sampel 40 dari keseluruhan
populasi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Analisis
data menggunakan analisis deskriptif presentase.
Hasil analisis deskriptif presentase diperoleh data implementasi layanan
konseling kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati termasuk dalam kategori baik
(73.3%). Pencapaian presentase pada sub variabel secara keseluruhan tergolong
baik yaitu Perencanaan (74.1%); Pelaksanaan (72.2%); Evaluasi (71.4%); Analisis
hasil evaluasi (75%); Tindak Lanjut (77.5%); Faktor Pendukung dan Faktor
Penghambat (76.3%).
Simpulan penelitian ini yakni konselor di SMPN se-Kabupaten Pati sudah
mengimplementasikan layanan konseling kelompok dengan kriteria baik. Adapun
saran yang diajukan kepada konselor untuk senantiasa meningkatkan kemampuan
professional khususnya dalam pelaksanaan dan evaluasi layanan konseling
kelompok dan kepada pihak sekolah untuk memfasilitasi dan mendorong guru BK
dalam mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah sehingga dapat meningkatkan kualitas
professional konselor dalam mengimplementasikan layanan konseling kelompok.
vii
DAFTAR ISI
JUDUL ..............................................................................................................
i
PENGESAHAN ...............................................................................................
ii
PERNYATAAN ............................................................................................... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................
v
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
DAFTAR ISI.................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1. Teoretis ..................................................................................................
1.4.2. Praktis ....................................................................................................
1.5 Garis Besar Sistematika Skripsi ...................................................................
7
7
8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu ...................................................................................
2.2 Implementasi ................................................................................................
2.2.1 Perencanaan ...........................................................................................
2.2.2 Pengorganisasian ....................................................................................
2.2.3 Pemimpin ...............................................................................................
2.2.4 Pengawasan ............................................................................................
2.3 Layanan Konseling Kelompok ...................................................................
2.3.1 Pengertian Layanan Konseling Kelompok ............................................
2.3.2 Tujuan Layanan Konseling Kelompok ..................................................
2.3.3 Etika dalam Layanan Konseling Kelompok .........................................
2.3.4 Kelebihan Layanan Konseling Kelompok .............................................
2.3.5 Pemimpin Kelompok .............................................................................
2.3.5.1 Karakteristik Pemimpin Kelompok yang Efektif ....................................
2.3.5.2 Tugas Pemimpin Kelompok ...................................................................
2.3.5.3 Fungsi Pemimpin Kelompok .................................................................
2.3.5.4 Ciri - Ciri Kepemimpinan Kelompok .....................................................
2.3.6 Tahapan dalam Layanan Konseling Kelompok .....................................
2.4 Implementasi Layanan Konseling Kelompok ..............................................
10
12
12
13
13
14
14
14
15
17
23
25
25
27
28
29
29
42
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian.............................................................................................
49
viii
1
6
6
3.2 Variabel Penelitian… ...................................................................................
3.2.1 Identifikasi Variabel Penelitian..............................................................
3.2.2 Definisi Operasional ..............................................................................
3.3 Populasi dan Sampel ....................................................................................
3.3.1 Populasi ..................................................................................................
3.3.2 Sampel....................................................................................................
3.4 Prosedur Penyusunan Instrumen ..................................................................
3.5 Validitas dan Reliabilitas .............................................................................
3.5.1 Validitas .................................................................................................
3.5.2 Reliabilitas .............................................................................................
3.6 Teknik Pengumpulan Data ...........................................................................
3.7 Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ...........................................................
3.7.1 Hasil Uji Coba Validitas ........................................................................
3.7.2 Hasil Uji Coba Reliabilitas ....................................................................
3.8 Teknik Analisis Data ....................................................................................
50
50
51
52
52
54
55
56
56
57
58
62
61
61
62
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ............................................................................................ 65
41.1 Hasil Analisis Deskriptif Presentase Data Penelitian Secara
Keseluruhan ........................................................................................... 65
41.2 Hasil Analisis Deskriptif Presentase Data Penelitian pada
Sub Variabel ........................................................................................... 73
4.1.2.1 Hasil Analisis Deskriptif Presentase Sub Variabel
Perencanaan Layanan Konseling Kelompok ......................................... 73
4.1.2.2 Hasil Analisis Deskriptif Presentase Sub Variabel
Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok .......................................... 79
4.1.2.3 Hasil Analisis Deskriptif Presentase Sub Variabel
Evaluasi Layanan Konseling Kelompok ................................................ 83
4.1.2.4 Hasil Analisis Deskriptif Presentase Sub Variabel
Analisis Hasil Evaluasi Layanan Konseling Kelompok ........................ 86
4.1.2.5 Hasil Analisis Deskriptif Presentase Sub Variabel
Tindak Lanjut Layanan Konseling Kelompok ....................................... 89
4.1.2.6 Hasil Analisis Deskriptif Presentase Sub Variabel Faktor Pendukung
dan Faktor Penghambat Layanan Konseling Kelompok ....................... 91
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................................... 93
4.3 Keterbatasan Peneliti ................................................................................. 100
BAB 5 PENUTUP
5.1 Simpulan ..................................................................................................... 102
5.2 Saran ........................................................................................................... 103
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 104
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... 106
ix
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
Tabel 3.1 SMPN se-Kabupaten Pati ..................................................................
Tabel 3.2 Sampel Penelitian di SMPN se-Kabupaten Pati ................................
Tabel 3.3 Kategori Jawaban dan Cara Pemberian Skor Angket
Implementasi Layanan Konseling Kelompok ....................................
Tabel 3.4 Kriteria Implementasi Layanan Konseling Kelompok ......................
Tabel 4.1 Presentase Implementasi Layanan Konseling Kelompok
di SMPN se-Kabupaten Pati .............................................................
Tabel 4.2 Presentase Implementasi Layanan Konseling Kelompok
dengan Kriteria Cukup Baik dan Kurang Baik .................................
Tabel 4.3 Presentase Sub Variabel Perencanaan Layanan Konseling
Kelompok ..........................................................................................
Tabel 4.4 Presentase Sub Variabel Pelaksanaan Layanan Konseling
Kelompok ..........................................................................................
Tabel 4.5 Presentase Sub Variabel Evaluasi Layanan Konseling Kelompok ...
Tabel 4.6 Presentase Sub Variabel Analisis hasil Evaluasi Layanan
Konseling Kelompok ........................................................................
Tabel 4.7 Presentase Sub Variabel Tindak Lanjut Layanan Konseling
Kelompok ..........................................................................................
Tabel 4.8 Presentase Sub Variabel Faktor Pendukung dan Faktor
Penghambat Layanan Konseling Kelompok .....................................
x
53
54
61
64
66
68
73
79
84
87
89
91
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
Gambar 3.1 Bagan Prosedur Penyusunan Instrumen ........................................
Gambar 4.1 Diagram Frekuensi Imlpementasi Layanan Konseling
Kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati .......................................
Gambar 4.2 Grafik Implementasi Layanan Konseling Kelompok
di SMPN se-Kabupaten Pati .........................................................
Gambar 4.3 Grafik Sub Variabel Perencanaan Layanan Konseling
Kelompok .....................................................................................
Gambar 4.4 Grafik Sub Variabel Pelaksanaan Layanan Konseling
Kelompok .....................................................................................
Gambar 4.5 Grafik Sub Variabel Evaluasi Layanan Konseling Kelompok ....
Gambar 4.6 Grafik Sub Variabel Analisis hasil Evaluasi Layanan
Konseling Kelompok ...................................................................
Gambar 4.7 Grafik e Sub Variabel Tindak Lanjut Layanan Konseling
Kelompok .....................................................................................
Gambar 4.8 Grafik Sub Variabel Faktor Pendukung dan Faktor
Penghambat Layanan Konseling Kelompok ................................
xi
55
66
67
74
79
84
87
90
91
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
Lampiran 1 Daftar konselor yang mengikuti try out ......................................
Lampiran 2 Kisi – kisi dan angket implementasi layanan konseling
kelompok sebelum try out ............................................................
Lampiran 3 Kisi – kisi dan angket implementasi layanan konseling
kelompok setelah try out ..............................................................
Lampiran 4 Hasil try out angket implementasi layanan konseling
kelompok......................................................................................
Lampiran 5 Perhitungan validitas angket implementasi layanan konseling
kelompok......................................................................................
Lampiran 6 Perhitungan reliabilitas angket implementasi layanan konseling
kelompok......................................................................................
Lampiran 7 Daftar konselor yang menjadi sampel penelitian ........................
Lampiran 8 Analisis presentase implementasi layanan konseling
kelompok se-kabupaten Pati .......................................................
Lampiran 9 Surat ijin penelitian dari Kantor Penelitian dan Pengembangan ..
Lampiran 10 Surat keterangan telah melakukan penelitian dari sekolahsekolah .........................................................................................
xii
106
107
115
122
126
127
128
129
134
135
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bimbingan dan konseling merupakan proses pemberian bantuan untuk
peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mampu mandiri dan
berkembang secara optimal dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi,
sosial, belajar dan karir melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung
berdasarkan norma yang berlaku.
Dalam pelayanan bimbingan dan konseling terdapat beberapa jenis
layanan, salah satunya adalah layanan konseling kelompok. Layanan konseling
kelompok merupakan upaya memberikan bantuan kepada individu dalam suasana
kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan dan diarahkan kepada
pemberian kemudahan dalam rangka perkembangan dan pertumbuhannya
(Natawidjaya dalam Wibowo 2005: 32).
Layanan konseling kelompok merupakan suatu proses pemberian bantuan
dengan suasana kelompok dengan topik atau masalah yang bersifat pribadi dan
rahasia dalam kelompok yang bertujuan untuk pengembangan pribadi,
pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang dialami oleh masing – masing
anggota kelompok. Sejumlah siswa yang tergabung dalam kelompok akan saling
memberikan bantuan secara psikologis.
Melalui layanan konseling kelompok, siswa akan mampu meningkatkan
1
2
kemauan mengembangkan pribadi, mengatasi masalah – masalah pribadi, terampil
dalam mengambil alternatif dalam memecahkan masalah serta memberikan
kemudahan dalam pertumbuhan dan perkembangan individu untuk melakukan
tindakan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki secara maksimal. Tujuan yang
ingin dicapai dalam konseling kelompok, yaitu pengembangan pribadi,
pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing
anggota kelompok, agar terhindar dari masalah dan masalah terselesaikan dengan
cepat melalui bantuan anggota kelompok yang lain (Wibowo 2005: 20).
Konseling kelompok hanya dapat dilaksanakan oleh konselor sebagai
seorang profesional. Sebab untuk menjadi pemimpin kelompok haruslah seorang
yang terlatih dan berwenang menyelenggarakan konseling profesional (Prayitno
2004: 4). Dalam konseling kelompok terdapat sosok seorang pemimpin kelompok
(konselor) yang sangat berperan atas keberhasilan layanan tersebut. Secara khusus
pemimpin kelompok diwajibkan untuk mampu menghidupkan dinamika
kelompok diantara anggota kelompok yang mampu mengarahkan tujuan umum
dan tujuan khusus yang hendak dicapai dalam layanan konseling kelompok.
Idealnya konselor mampu memberikan layanan konseling kelompok
secara optimal sesuai dengan standar pelaksanaan layanan konseling kelompok
yang meliputi perencanaan, pembentukan kelompok, pemimpin kelompok,
pelaksanaan kegiatan, evaluasi dan tindak lanjut layanan konseling kelompok.
Berdasarkan wawancara dan observasi di SMPN 1 Winong dan SMPN 2
Jakenan diperoleh informasi sebagai berikut : perencanaan layanan layanan
konseling kelompok kurang sesuai dengan standar pelaksanaan layanan konseling
3
kelompok, pembentukan kelompok yang tidak sesuai dengan prosedur
pembentukan kelompok, besarnya kelompok yang melebihi batas maksimal
pelaksanaan layanan konseling kelompok, peran pemimpin kelompok yang
kurang sesuai dengan tugas dan kewajiban profesionalnya, tahapan pelaksanaan
layanan kelompok terkadang melupakan tahap pembentukan dan tahap peralihan,
evaluasi dan tindak lanjut layanan konseling kelompok terkadang terlupakan oleh
konselor sehingga layanan konseling kelompok kurang optimal.
Perencanaan layanan konseling kelompok yang kurang sesuai dengan
standar pelaksanaan layanan konseling kelompok dapat dilihat dari sarana dan
prasarana serta janji kerahasiaan. Sarana dan prasarana untuk melaksanakan
layanan konseling kelompok kurang diperhatikan oleh konselor terutama dari
tempat pelaksanaan layanan konseling kelompok yang sebagian besar masih
menggunakan ruang kelas.
Mengikrarkan janji kerahasiaan merupakan hal yang sangat penting untuk
menjaga kerahasiaan dari masing – masing anggota kelompok yang sudah
menyampaikan masalah dan anggota kelompok yang masalahnya dibahas.
Konselor (pemimpin kelompok) terkadang mengabaikan janji kerahasiaan
tersebut karena sudah terbawa emosi dengan semangat anggota kelompok yang
bersedia menyampaikan masalah pribadinya untuk dibahas secara kelompok.
Proses pembentukan kelompok terkadang konselor (pemimpin kelompok)
kurang memenuhi syarat besarnya kelompok. Dalam perekrutan anggota
kelompok sebaiknya pemimpin kelompok hendaknya memberikan pengumuman
yang sederhana secara professional yang memberikan gambaran secara akurat
4
tentang kelompok apa yang akan mereka masuki (Prayitno 1995: 32). Besarnya
kelompok sangat berpengaruh terhadap dinamika kelompok. Dinamika kelompok
merupakan suasana yang hidup, yang bergerak dan berkembang yang ditandai
dengan adanya interaksi antar sesama anggota kelompok.
Pelaksanaan layanan konseling kelompok yang melebihi batas maksimal
10 anggota kelompok ditemukan di sebagian besar SMPN. Di SMPN 1 Winong
dan SMPN 2 Jakenan, pelaksanaan layanan konseling kelompok lebih sering
dilaksanakan secara klasikal atas pertimbangan tidak ada kegiatan lain bagi siswa
yang tidak menjadi anggota kelompok dan keterbatasan pelaksanaan layanan
konseling kelompok pada jam pelajaran di kelas.
Dalam pelaksanaan layanan konseling kelompok dengan jumlah anggota
kelompok yang besarnya melebihi standar maksimal anggota kelompok sangat
mempengaruhi kerja dari kelompok tersebut. Anggota kelompok belum bisa
menjalankan perannya secara baik karena masih ada sebagian anggota kelompok
yang mendominasi sehingga tidak muncul dinamika kelompok.
Pelaksanaan layanan konseling kelompok sangat dipengaruhi oleh peranan
pemimpin kelompok atau konselor, dalam menjalankan peranannya sebagai
pemimpin kelompok kurang sesuai dengan tugas dan kewajiban profesionalnya
untuk melaksanakan layanan konseling kelompok. Pemimpin kelompok
hendaknya mampu menghidupkan dinamika kelompok yang kondusif dan mampu
mengarahkan kelompok untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai bersama.
Pada umumnya tiap layanan bimbingan dan konseling memiliki tahaptahap yang harus dijalankan, dalam layanan konseling kelompok terdapat
5
beberapa tahapan antara lain tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap
pelaksanaan kegiatan dan tahap pengakhiran. Setiap tahapan dalam layanan
konseling kelompok sangat berpengaruh terhadap tahapan selanjutnya. Pemimpin
kelompok terkadang melupakan tahapan- tahapan dalam layanan konseling
kelompok terutama dalam tahap pembentukan dan tahap peralihan.
Selain itu ditemukan bahwa konselor terkadang melupakan evaluasi.
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui ketercapaian tujuan yang hendak dicapai
dalam kelompok dan memberikan umpan balik, apakah perlu mendapatkan
layanan konseling lanjutan atau tidak. Tidak adanya evaluasi dalam layanan
konseling kelompok sangat berpengaruh terhadap pemberian layanan selanjutnya,
karena dengan tidak adanya evaluasi maka tidak adapula tingkat ketercapaian
dalam mencapai tujuan kelompok dan tidak ada refleksi diri untuk konselor itu
sendiri serta tidak ada umpan balik untuk permasalahan anggota kelompok yang
dibahas dalam layanan konseling kelompok. Hal ini dapat menghambat
pertumbuhan dan perkembangan anggota kelompok yang masalahnya dibahas.
Permasalahan implementasi layanan konseling kelompok yang tidak
sesuai dengan standar pelaksanaan layanan konseling kelompok dapat
mempengaruhi perkembangan layanan bimbingan dan konseling di sekolah yang
berdampak kurang baik karena tidak mendapatkan perhatian dan kepercayaan dari
siswa untuk terus memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling di sekolah.
Berdasarkan fenomena yang terjadi di lapangan tersebut, peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian yang berjudul “Implementasi Layanan Konseling
Kelompok di SMPN se – Kabupaten Pati”.
6
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang muncul dalam penelitian ini
dapat dirumuskan masalah yaitu :
1. Bagaimana implementasi perencanaan layanan konseling kelompok di
SMPN se-Kabupaten Pati?
2. Bagaimana implementasi tahap - tahap layanan konseling kelompok di
SMPN se-Kabupaten Pati?
3. Bagaimana implementasi evaluasi layanan konseling kelompok di
SMPN se-Kabupaten Pati?
4. Bagaimana implementasi analisis hasil evaluasi layanan konseling
kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati?
5. Bagaimana implementasi tindak lanjut layanan konseling kelompok di
SMPN se-Kabupaten Pati?
6. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat layanan konseling
kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati?
1.3 Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini tujuan yang hendak dicapai adalah untuk memperoleh
data empiris tentang :
1. Perencanaan layanan konseling kelompok di SMPN se-Kabupaten
Pati.
2. Tahap-tahap layanan konseling kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati.
3. Evaluasi layanan konseling kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati.
7
4. Analisis hasil evaluasi layanan konseling kelompok di SMPN seKabupaten Pati.
5. Tindak lanjut layanan konseling kelompok di SMPN se-Kabupaten
Pati.
6. Faktor pendukung dan faktor penghambat dalam memberikan layanan
konseling kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Teoretis
Diharapkan
penelitian ini
mampu memberikan sumbangan ilmu
pengetahuan dalam bidang pendidikan khususnya Bimbingan dan Konseling yaitu
implementasi layanan konseling kelompok.
1.4.2 Praktis
1. Konselor
Bagi konselor sekolah bermanfaat sebagai evaluasi diri terhadap kinerja
dalam memberikan layanan konseling kelompok dan mampu meningkatkan
kinerja konselor sekolah terutama kompetensi professional konselor sehingga
mampu memberikan layanan konseling kelompok di sekolah secara optimal.
2. Kepala Sekolah
Bagi kepala sekolah bermanfaat untuk meningkatkan kualitas kompetensi
sebagai kepala sekolah dalam memfasilitasi konselor dan pelayanan konseling
kelompok.
8
3. Penulis
Penelitian ini sangat bermanfaat bagi peneliti untuk menambah khazanah
ilmu pengetahuan terutama dalam layanan konseling kelompok.
1.5 Garis Besar Sistematika Skripsi
Pada bagian skripsi terdapat lima bab yang terdiri dari pendahuluan,
tinjauan pustaka, metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasannya serta
penutup.
Bab I Pendahuluan, berisi tentang tentang latar belakang masalah terkait
dengan fenomena yang terjadi pada objek penelitian, permasalahan yang ada,
tujuan diadakannya penelitian, manfaat yang diharapkan dari penelitian ini dan
garis besar sistematika skripsi.
BAB II Tinjauan Pustaka, dalam bab ini diuraikan tentang layanan
konseling kelompok yang meliputi(1) Implementasi, (2) Pengertian layanan
konseling kelompok, (3) Tujuan layanan konseling kelompok, (4) Etika dalam
layanan konseling kelompok, (5) Kelebihan layanan konseling kelompok, (6)
Pemimpin kelompok, (7) Tahapan dalam layanan konseling kelompok, (8)
Implementasi layanan konseling kelompok di sekolah.
Bab III Metode penelitian, Pada bab ini dijelaskan metode penelitian
antara lain meliputi: jenis penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel
serta teknik pengambilan sampel, prosedur penyusunan instrumen, validitas dan
reliabilitas, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
9
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, bab ini berisi tentang hasil
penelitian, pembahasan, dan keterbatasan peneliti.
Bab V Penutup, dalam bab ini memuat penyajian simpulan dan penyajian
saran atas dasar temuan dan hasil penelitian.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan tentang penelitian terdahulu sebelum membahas
lebih jauh tinjauan pustaka yang melandasi penelitian implementasi layanan
konseling kelompok di SMPN yang meliputi antara lain (1) Implementasi, (2)
Pengertian layanan konseling kelompok, (3) Tujuan layanan konseling kelompok,
(4) Etika dalam layanan konseling kelompok, (5) Kelebihan layanan konseling
kelompok, (6) Pemimpin kelompok, (7) Tahapan dalam layanan konseling
kelompok, (8) Implementasi layanan konseling kelompok di sekolah.
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian
terdahulu
merupakan
penelitian
yang telah
dilakukan
sebelumnya oleh peneliti dengan mendapatkan hasil yang empiris. Tujuannya
adalah sebagai bahan masukan bagi pemula dan untuk membandingkan antara
penelitian yang satu dengan penelitian yang lain. Dalam penelitian terdahulu akan
diuraikan pokok bahasan sebagai berikut :
Fatmawati, Dwi Arti (2010) tentang studi pelaksanaan layanan konseling
kelompok berdasarkan pendekatan sistem di SMP Negeri se-Kecamatan
Kalimanah Kabupaten Purbalingga dengan hasil penelitian yang menunjukkan
bahwa pelaksanaan layanan konseling kelompok pada sistem input tidak berjalan
secara berkesinambungan, untuk komponen proses tidak memenuhi aspek yang
10
11
seharusnya ada dalam proses konseling kelompok, untuk output tidak memberikan
hasil pada siswa, sedangkan untuk komponen balikan tidak memberikan evaluasi
dan monitoring yang mendalam untuk seperangkat sistem dalam layanan
konseling kelompok. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa
pelaksanaan layanan konseling kelompok di SMP Negeri se-kecamatan
Kalimanah kabupaten Purbalingga tidak berjalan sesuai dengan layanan konseling
kelompok
sebagai
suatu
sistem
yang
menjadi
satu
kesatuan
yang
berkesinambungan untuk memperoleh keberhasilan dalam pelaksanaan konseling
kelompok secara optimal
Santoso, Eko (2012) tentang studi deskriptif pelaksanaan layanan
bimbingan dan konseling di SMA Negeri se-Kabupaten Batang dengan hasil
penelitian yang menunjukkan bahwa pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling di SMA Negeri se-Kabupaten Batang sudah terlaksana dengan baik
sesuai dengan operasionalisasi tahap pelaksanaan layanan dengan menunjukkan
hasil pelaksanaan layanan konseling kelompok memperoleh presentase 62%
dengan kategori baik.
Sutrisno (2012) tenatang evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan
konseling di SMA Negeri se-Kabupaten Pemalang dengan hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa pelaksanaan program bimbingan dan konseling yang
dilaksanakan di SMA Negeri di Kabupaten Pemalang secara umum sudah berjalan
dengan baik, lancar dan kondusif. Hal ini ditunjukkan dengan presentase rata –
rata pelaksanaan program bimbingan dan konseling yang dilaksanakan di SMA
Negeri di Kabupaten Pemalang dalam kategori tinggi.
12
Dari berbagai penjelasan diatas merupakan suatu langkah awal untuk
diadakannya suatu penelitian tentang Implementasi Layanan Konseling Kelompok
di SMPN se-Kabupaten Pati.
2.2 Implementasi
Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan,
atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga berdampak, baik berupa
perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai dan sikap (Mulyasa 2006:
93). Dalam proses penerapan terdapat suatu manajemen, manajemen sendiri
merupakan suatu proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan
mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspek agar tujuan organisasi dapat
tercapai secara efektif dan efisien (Fattah 2013: 1).
2.2.1 Perencanaan
Perencanaan merupakan suatu proses penentuan tujuan atau sasaran yang
hendak dicapai dan menetapakan jalan dan sumber yang diperlukan untuk
mencapai tujuan seefisien dan seefektif mungkin (Roger A. Kauffman dalam
Fattah 2013: 49). Perencanaan yang matang maka akan tujuan yang hendak
dicapai akan tercapai secara optimal. Dalam merencanakan program bimbingan
dan konseling, seorang konselor hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai
berikut (Sugiyo 2011: 36) :
a)
b)
c)
d)
e)
f)
Analisis kebutuhan/permasalahan siswa
Penentuan tujuan yang ingin dicapai
Analisis situasi dan kondisi sekolah
Penentuan jenis kegiatan yang akan dilakukan
Penentuan teknik dan strategi kegiatan
Penentuan personel-personel yang akan melaksanakan
13
g) Perkiraan biaya dan fasilitas yang digunakan
h) Mengantisipasi kemungkinan hambatan dalam pelaksanaan
kegiatan bimbingan konseling
i) Waktu dan tempat artinya kapan kegiatan dilakukan dan
dimana kegiatan itu dilakukan
2.2.2 Pengorganisasian
Pengorganisasian merupakan suatu proses membagi kerja ke dalam tugastugas yang lebih kecil, membebankan tugas-tugas kepada orang yang sesuai
dengan kemampuan, mengalokasikan sumber daya serta mengkoordinasikan
dalam rangka efektifitas pencapaian tujuan (Fattah 2013: 71). Dalam organisasi
dibentuk kelompok-kelompok dengan tujuan untuk mempermudah pencapaian
tujuan. Efektifitas suatu kelompok sangat bergantung pada individu dalam
kelompok tersebut.
2.2.3 Pemimpin
Pada
hakikatnya
pemimpin
adalah
seseorang
yang
mempunyai
kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain dalam kerjanya dengan
menggunakan kekuasaan. Menurut H. Jodeph Reitz (dalam Fattah 2013: 98)
terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas pemimpin, antara lain:
a. Kepribadian, pengalaman, masa lalu, dan harapan
b. Harapan dan perilaku atasan
c. Karakteristik, harapan, dan perilaku bawaan
d. Kebutuhan tugas
e. Iklim dan kebijakan organisasi
f. Harapan dan perilaku rekan
14
2.2.4 Pengawasan
Menurut Mudick (dalam Fattah 2013: 101) pengawasan adalah suatu
proses dasar yang secara esensial tetap diperlukan bagaimanapun rumit dan
luasnya suatu organisasi. Proses pengawasan terdiri dari tiga tahap antara lain
(Fattah 2013: 101): (1) menetapkan standar pelaksanaan, (2) pengukuran
pelaksanaan pekerjaan dibandingkan dengan standar dan (3) menentukan
kesenjangan antara pelaksanaan dengan standar dan rencana.
2.3 Layanan Konseling Kelompok
2.3.1 Pengertian Layanan Konseling Kelompok
Konseling kelompok dikenal sebagai kelompok pemecahan masalah
antarpribadi untuk memecahkan masalah kehidupan yang umum melalui
dukungan antarpribadi dan pemecahan masalah (Gladding, Samuel T. 2012: 304).
Konseling kelompok merupakan proses interpersonal yang dinamis yang berpusat
pada kesadaran berpikir dan tingkah laku, melibatkan fungsi terapeutis,
berorientasi pada kenyataan, ada rasa saling percaya, mempercayai, ada
pengertian, penerimaan dan bantuan (Wibowo 2005: 18). Menurut Winkel, W.S.
dan M.M. Sri Hastuti (2007: 589), konseling kelompok merupakan wawancara
konseling antara konselor professional dengan beberapa orang sekaligus yang
tergabung dalam suatu kelompok kecil.
Gibson, Robert L dan Marianne H. Mitchell (2011: 275) mengemukakan
bahwa konseling kelompok mengacu pada penyesuaian rutin atau pengalaman
perkembangan dalam lingkup kelompok yang difokuskan untuk membantu
15
konseli mengatasi problem mereka lewat penyesuaian diri dan perkembangan
kepribadian sehari – hari. Menurut Natawidjaya, konseling kelompok merupakan
upaya memberikan bantuan kepada individu dalam suasana kelompok yang
bersifat pencegahan dan penyembuhan dan diarahkan kepada pemberian
kemudahan dalam rangka perkembangan dan pertumbuhannya (dalam Wibowo
2005: 32).
Prayitno dan Erman Amti (2004: 311) mengemukakan bahwa
konseling kelompok pada dasarnya adalah layanan konseling perorangan yang
dilaksanakan dalam suasana kelompok.
Dari beberapa pendapat, dapat disimpulkan bahwa konseling kelompok
merupakan suatu proses pemberian bantuan dengan suasana kelompok dengan
topik atau masalah yang bersifat pribadi dan rahasia yang bertujuan untuk
pengembangan pribadi, pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang
dialami oleh masing – masing anggota kelompok.
2.3.2 Tujuan Layanan Konseling Kelompok
Layanan konseling kelompok bertujuan untuk membantu peserta
mengembangkan kemampuan yang sudah dimiliki dalam pemecahan masalah
antarpribadi sehingga peserta lebih mampu mengatasi masalah pribadinya di
kemudian hari (Gladding, Samuel T. 2012: 304). Prayitno mengemukakan bahwa
tujuan layanan konseling kelompok hampir sama dengan tujuan layanan
bimbingan kelompok yaitu ada tujuan umum dan ada tujuan khusus (2004: 2).
a. Tujuan umum
Tujuan umum dalam layanan konseling kelompok adalah berkembangnya
kemampuan sosialisasi siswa.
16
b. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam layanan konseling kelompok adalah fokus
pada permasalahan pribadi anggota. Layanan konseling kelompok yang intensif
dalam upaya pemecahan masalah, anggota kelompok memperoleh dua tujuan
sekaligus yaitu :
1. Berkembangnya perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap
terarah kepada tingkah laku khususnya dalam bersosialisasi.
2. Terpecahkan masalah anggota kelompok yang masalahnya dibahas dan
bagi anggota kelompok yang memperoleh dampak positif dari
pemecahan masalah tersebut.
Menurut Gazda (dalam Wibowo 2005: 33) mengemukaan bahwa layanan
konseling kelompok dapat membantu individu dalam menyelesaikan tugas – tugas
perkembangan dalam tujug bidang antara lain psikososial, vokasional, kognitif,
fisik, seksual, moral dan afektif. Sedangkan Mahler ( dalam Wibowo 2005: 35)
mengemukakan tujuan konseling kelompok erat kaitannya dengan sejumlah
kemampuan yang dikembangkan yaitu :
1. Pemahaman tentang diri yang mendukung penerimaan diri dan
perasaan diri yang berharga.
2. Hubungan social khususnya hubungan antarpribadi serta menjadi
efektif untuk situasi – situasi sosial.
3. Pengambilan keputusan dan pengarahan diri.
4. Sensitivitas terhadap kebutuhan orang lain dan empati.
5. Perumusan komitmen dan upaya mewujudkannya.
17
Adapun tujuan yang hendak dicapai melalui layanan konseling kelompok
dalam penelitian ini adalah memperoleh data empiris tentang implementasi
layanan konseling kelompok di SMPN.
2.3.3 Etika dalam Layanan Konseling Kelompok
“Etika kerja kelompok adalah etika – etika yang disetujui yang konsisten
dengan komitmen etika dalam arti yang lebih luas (politik, moral dan agama)
yang dianggap masuk akal dan yang bisa diterapkan oleh klien maupun pihak
pemberi bimbingan” (Wibowo 2005: 341). Etika dalam kelompok bersifat
fleksibel yang artinya bisa berubah sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Menurut Wibowo (2005: 342) etika dalam konseling
kelompok meliputi :
1) Kepemimpinan kelompok
a. Pemimpin Kelompok
Dalam memimpin suatu kelompok terdapat beberapa petunjuk yang dapat
membantu efektivitas kerja pemimpin kelompok dalam layanan konseling
kelompok, antara lain :
a) Pemimpin kelompok memiliki kode etik standar pelaksanaan layanan
konseling kelompok.
b) Pemimpin kelompok pernah mengikuti pelatihan kepemimpinan.
c) Pemimpin kelompok memiliki data keefektivan pelaksanaan layanan
konseling kelompok yang dilihat dari data sebelum diberikan layanan
konseling kelompok dengan data sesudah diberikan layanan konseling
kelompok.
18
d) Pemimpin kelompok memiliki model secara konseptual untuk
melakukan perubahan tingkah laku.
e) Pemimpin kelompok memiliki sertifikat, surat ijin dan bukti yang
dapat diterima secara umum terkait dengan layanan konseling
kelompok.
f) Pemimpin kelompok yang tidak memiliki surat mandat kerja
melaksanakan tugas dibawah pengawasan (supervisi) seseorang yang
berkualitas dalam layanan konseling kelompok.
g) Pemimpin kelompok mengikuti pelatihan – pelatihan , lokakarya dan
sebagainya untuk meningkatkan keterampilan dan keahlian serta
mendapatkan evaluasi tentang keterampilan dan kerja.
h) Pemimpin kelompok memiliki serangkaian aturan dasar yang jelas
dalam melaksanakan layanan konseling kelompok.
i) Pemimpin kelompok sudah paham tentang undang – undang dan
hukum – hukum yang mengatur kerahasiaan.
j) Pemimpin kelompok bersikap adil dengan tidak memihak salah satu
anggota kelompok.
k) Pemimpin kelompok paham dengan jelas hak – hak dan kewajiban
anggota kelompok
l) Pemimpin kelompok menggali informasi terkait harapan dari masing –
masing anggota kelompok dan keiikutsertaan serta kerahasiaan dalam
kelompok.
19
m) Pemimpin kelompok mengidentifikasi dan memberikan intervensi
dengan jelas sesuai dengan permasalahan.
b. Rekrutmen peserta kelompok
Berikut petunjuk rekrutmen peserta kelompok dengan latar belakang
institusi yang bersifat tidak begitu eksplisit :
a) Pengumuman meliputi pernyataan eksplisit tujuan kelompok, jangka
dan panjang waktu serta jumlah peserta.
b) Pengumuman meliputi pernyataan eksplisit tentang kualifikasi
pemimpin kelompok.
c) Pengumuman meliputi pernyataan eksplisit tentang honor pemimpin
dengan rician jasa kerja
d) Anggota kelompok dipaksa untuk masuk dalam suatu kelompok.
e) Pernyataan ketidakpuasan seharusnya tidak dibuat karena tidak dapat
dibuktikan secara ilmiah.
c. Penyaringan peserta kelompok
Prosedur penyaringan peserta kelompok dilakukan untuk menyeleksi calon
anggota kelompok, berikut petunjuk penyaringan peserta kelompok :
a) Calon anggota kelompok dihargai atas kemampuannya dan anggota
kelompok yang tidak potensial dalam kelompok lebih baik tidak
dimasukkan ke dalam kelompok tetapi dibentuk kelompok tersendiri.
b) Calon anggota kelompok diinformasikan bahwa keiikutsertaanya
bersifat sukarela.
20
c) Calon anggota kelompok diberitahukan tentang harapan, resiko dan
teknik yang digunakan pemimpin kelompok.
d) Calon anggota kelompok diberitahukan bahwa ada kebebasan untuk
keluar dari kelompok.
e) Calon anggota kelompok diberitahukan bahwa ada kebebasan untuk
menolak saran dari pemimpin dan anggota kelompok.
f) Calon anggota kelompok diberitahukan bahwa kerahasian merupakan
bagian dari syarat keanggotaan atau tidak.
g) Calon anggota kelompok diberitahukan secara jelas tentang hal – hal
apa yang pemimpin kelompok nyatakan sebagai hal yang tidak rahasia.
h) Calon anggota kelompok diberitahukan tentang penelitian ang
dilakukan terhadap kelompok tersebut.
i) Calon anggota kelompok diberitahukan tentang adanya perekaman.
j) Calon anggota kelompok seharusnya disangsikan untuk menentukan
apakah dalam perlakuan yang sama atau tidak.
k) Calon anggota kelompok diberitahukan bahwa pemimpin kelompok
dapat memindahkan anggota kelompok yang dianggap mengganggu ke
dalam kelompok yang lain.
l) Calon anggota kelompok diberitahukan bahwa pengelompokan
menyesuaikan dengan keadaan Calon anggota kelompok.
m) Calon anggota kelompok diberitahukan tentang kapan anggota
kelompok harus berkonsentrasi penuh untuk mencapai tujuan yang
diharapkan, mengenali resiko dan batasan – batasan.
21
n) Kelompok dengan anggota yang belum dewasa memerlukan perhatian
yang khusus dan perlunya peranan orang tua.
2) Kerahasiaan
Kerahasiaan sebagai syarat pengembangan kepercayaan, kohesi dan kerja
produktif dalam konseling kelompok, berikut beberapa petunjuk umum tentang
kerahasiaan :
a. Pemimpin kelompok mampu menahan diri dan membuka data anggota
kelompok hanya dal kelompok tersebut.
b. Data yang diperoleh dari anggota kelompok untuk tujuan penelitian
harus mendapatkan ijin tertulis dari anggota kelompok.
c. Pemimpin
kelompok
menyamarkan
semua
data
yang
mengidentifikasikan anggota kelompok .
d. Pemimpin kelompok secara berkala mengingatkan anggota kelompok
tentang pentingnya kerahasiaan .
e. Pemimpin
kelompok
menjelaskan
batasan
–
batasan
hukum
kerahasiaan pemimpin dan anggota kelompok.
f. Pemimpin kelompok bertanggungjawab penuh terhadap rekaman data.
g. Pemimpin kelompok memastikan anggota kelompok telah membuat
catatan secara tertulis dan prosedur apa yang digunakan konseli untuk
membuat catatan.
h. Catatan tidak disebarluaskan tanpa pemberitahuan dan ijin konseli.
i. Penyimpanan
data
dengan
menggunakan
teknologi
penggunaan komputer harus dijaga benar kerahasiaannya.
misalnya
22
j. Tidak memberikan informasi lengkap.
k. Pastikan untuk merusak atau menghapus auditape atau videotape.
l. Pemimpin kelompok memahami tingkat kerahasiaan yang dijanjikan
pada anak yang belum menginjak dewasa.
3) Penghentian dan tindak lanjut
Pentunjuk – petunjuk untuk penghentian dan tindak lanjut adalah sebgai
berikut :
a. Pemimpin kelompok merencanakan upaya tindak lanjut bagi kelompok
jangka pendek yang terbatas waktu.
b. Pemimpin kelompok mengetahui dan memiliki komitmen dari seorang
professional untuk mengarahkan anggota kelompok.
c. Anggota
kelompok
diberitahukan
tentang
narasumber
yang
berkompeten sehingga mereka bisa datang kembali apabila mereka
membutuhkan bantuan.
4) Kelompok tanpa pemimpin
Liberman, Yalom, dan Miles (dalam Wibowo 2005:348) menyebutkan
bahwa kelompok tanpa pemimpin bisa efektif.
5) Prosedur umum untuk menangani tindakan yang tercela, yang tidak
sesuai dengan kode etik
Kode etik merupakan standar etika yang mengatur para professional untuk
mengetahui tanggungjawab etikanya dan menjalankan dengan baik. Secara umum,
seorang profesioanl menganggap konseli sebagai orang yang tidak bermasalah
dalam jangka waktu tertentu dan memberitahukan secara perlahan atas tindakan
23
yang dianggap tidak etis dan diminta untuk memperbaikinya.
2.3.4 Kelebihan Layanan Konseling Kelompok
Layanan konseling kelompok merupakan suatu proses pemberian bantuan
yang sedang berkembang dan memiliki kelebihan – kelebihan yang tidak dimiliki
oleh layanan lain. Berikut beberapa kelebihan layanan konseling kelompok
menurut Wibowo (2005: 41) :
1) Konseling kelompok memiliki waktu yang realtif singkat untuk
memenuhi kebutuhan siswa dalam suasana kelompok yang berkaitan
dengan pencegahan, pengembangan pribadi dan pengentasan masalah.
2) Konseling kelompok merupakan mikrokosmik social yang artinya jika
seseorang mampu menunjukkan perubahan dalam kelompok maka
diharapkan dapat berubah pula di masyarakat, dalam suasana
kelompok dimanfaatkan untuk latihan pembentukan perilaku baru.
3) Konseling
kelompok
memungkinkan
anggota
kelompok
berkomunikasi aktif dengan anggota kelompok lainnya, dimana
anggota kelompok dapat mengekspresikan perasaan, memberikan
perhatian, berbagi pengalaman dan belajar untuk meningkatkan
kepercayaan diri.
4) Konseling kelompok memberikan kesempatan bagi anggota kelompok
untuk mempelajari keterampilan sosial, dimana anggota kelompok
akan meniru anggota kelompok yang lain yang sudah terampil, dapat
belajar memberikan umpan balik dan belajar memimpin kelompok.
24
5) Konseling kelompok memberikan kesempatan untuk saling memberi
bantuan dan berempati dalam kelompok. Hal ini akan menumbuhkan
harga diri, keyakinan diri dan suasana positif dalam kelompok.
6) Dengan konseling kelompok mampu menumbuhkan motivasi dan
interaksi antar anggota kelompok.
7) Setiap usaha untuk mengubah perilaku manusia di luar lingkungan
dimana individu bekerja dan hidup sangat tergantung pada efektifitas
tingkat transfer pelatihan yaitu perilaku – perilaku baru, pemahaman
dan sikap yang baru ditransfer secara sukses dari setting konseling
kelompok.
8) Konseling kelompok sebagai miniature situasi social yang tidak hanya
mempelajari perilaku – perilaku baru tetapi bisa mencoba.
9) Dengan konseling kelompok individu – individu mencapai tujuannya
dan hubungan antar individu yang produktif dan inovatif (McClure
1990 dalam Wibowo 2005: 43).
10) Konseling kelompok lebih sesuai untuk siswa yang membutuhkan
belajar lebih memahami orang lain dan lebih menghargai kepribadian
orang lain, bertukar pikiran dan berbagi perasaan dengan orang lain.
11) Dalam konseling kelompok interaksi antar anggota kelompok
merupakan ciri khas dalam konseling kelompok.
12) Konseling kelompok merupakan daerah awal untuk anggota kelompok
memasuki konseling individual.
Kekuatan dalam konseling kelompok salah satunya adalah konseling
25
kelompok memungkinkan anggota kelompok berkomunikasi aktif dengan anggota
kelompok lainnya mengenai segala kebutuhan yang terfokus pada pengembangan
diri, pencegahan, pengentasan masalah yang dialami oleh setiap anggota
kelompok
sehingga
mampu
melatih
anggota
kelompok
untuk
dapat
mengekspresikan perasaan dan saling terbuka, memberikan perhatian, berbagi
pengalaman,
belajar
untuk
meningkatkan
kepercayaan
diri
dengan
mengungkapkan saran, ide maupun kritikan gunan membantu memecahkan
masalah yang sedang dihadapi oleh anggota kelompok
2.3.5 Pemimpin Kelompok
2.3.5.1 Karakteristik Pemimpin Kelompok yang Efektif
Pemimpin kelompok (PK) merupakan konselor yang terdidik, terlatih dan
berwenang untuk menyelenggarakan praktik konseling secara professional
(Prayitno 2004: 4). Dalam konseling kelompok, konselor bertindak sebagai
pemimpin kelompok yang tidak terlalu aktif hanya memberikan pengarahan
dalam pemecahan masalah yang sedang dialami oleh salah satu anggota
kelompok. Kemudian muncul komunikasi antar pribadi diantara anggota
kelompok serta menggali lebih dalam pribadi dari masing – masing anggota
kelompok. Pemimpin kelompok dilihat sebagai pribadi dan sebagai professional
dalam kelompok (Corey dalam Wibowo 2005: 110).
1. Kepribadian dan karakter
Corey (dalam Wibowo 2005: 118) mengemukakan bahwa ciri – ciri
pribadi sangat berhubungan dengan kepemimpinan kelompok yang efektif :
kehadiran, kekuatan pribadi, keberanian, kemauan untuk mengkonfrontasi diri
26
sendiri, kesadaran diri, kesungguhan atau ketulusan, keaslian, mengerti identitas,
keyakinan atau kepercayaan dalam proses kelompok, kegairahan (antusiasme),
daya cipta dan kreativitas, daya tahan (stamina).
2. Pemimpin sebagai seorang professional
Syarat pemimpin kelompok akan dilihat dari keterampilan dalam
memimpin kelompok, dengan keterampilan akan terlihat keefektifannya sebagai
pemimpin, gaya kepemimpinan dan peranannya sebagai pemimpin kelompok.
Keterampilan dasar dalam konseling antara lain : aktif mendengar, refleksi,
menguraikan dan menjelaskan pertanyaan, meringkas, penjelasan singkat dan
pember