Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN PENGELOLAAN GUGUS SEKOLAH DASAR SEBAGAI STRATEGI UNTUK MENINGKATKAN MUTU SEKOLAH (STUDI SITUS DI GUGUS I SLAMET RIYADI UPTD DIKPORA KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA).

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Jenjang pendidikan di Sekolah Dasar merupakan jenjang pendidikan yang sangat penting bagi usaha awal pembinaan dan pengembangan SDM. Hal ini dikuatkan dengan amanat UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mengamanatkan pendidikan dasar diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat. Berdasarkan amanat tersebut, dapat diketahui bahwa bahwa Sekolah Dasar merupakan lembaga pendidikan yang menanamkan Basic Fundamental bagi peserta didik, terutama dalam koridor pengembangan budaya belajar, budaya bekerja dan budaya membangun. Untuk mewujudkan visi tersebut diawali dengan peningkatan kualitas kemampuan guru yang dilaksanakan melalui Pembinaan Sistem Gugus Sekolah Dasar. Gugus sekolah dasar merupakan kumpulan dari beberapa sekolah 3-8 sekolah yang berdekatan dimana guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah dapat melakukan kegiatan-kegiatan secara bersama-sama untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan. Dimana kegiatan- kegiatan yang mereka lakukan sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang mereka temui selama melaksanakan tugas sebagai guru. Didalam wadah gugus 2 sekolah terdapat kelompok yang aktif melakukan kegiatan pemberdayaan, yaitu kelompok kerja guru KKG dan kelompok kerja kepala sekolah KKKS. Dalam mekanisme organisasi, gugus sekolah SD merupakan bentuk kerjasama kelompok, seperti yang dirumuskan oleh McDavid dan Harari Pagewa, 2004:128, bahwa kelompok merupakan suatu sistem yang terorganisir terdiri dari dua orang atau lebih yang saling berhubungan sedemikian rupa, sehingga sistem tersebut melakukan fungsi tertentu, mempunyai serangkaian peran hubungan antara para anggotanya, dan mempunyai serangkaian norma yang mengatur fungsi kelompok dan tiap-tiap anggotanya dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sistem pembinaan profesionalisme guru tersebut, menurut Bafadal 2006: 58, dijelaskan sebagai suatu sistem pembinaan yang diberikan kepada guru dengan menekankan bantuan pelayanan profesi berdasarkan kebutuhan guru di lapangan melalui berbagai wadah profesional dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Sebagai suatu sistem, pembinaan profesional di dalamnya terdapat beberapa komponen yang satu sama lainnya punya peran dan jalinan erat, sehingga apabila ada satu atau beberapa komponen yang tidak berperan sesuai fungsinya maka sistem itu sendiri tidak akan berjalan dengan baik. Komponen-komponen yang terkait dalam sistem pembinaan profesional menurut Depdikbud terdiri dari: 1 ketenagaan; 2 Perangkat Gugus sekolah; 3 Program Gugus Sekolah; 4 Manajemen; 5 Dana; dan 6 Pemantauan dan 3 evaluasi. Gugus sekolah sebagai lembagaorganisasi dimana SPP dilaksanakan perlu dikelola dengan baik dan dikembangkan terus pertumbuhannya, sehingga berfungsi secara efektif. Hal tersebut perlu ditempuh karena kondisi tenaga pendidikan di sekolah dasar saat ini masih memerlukan upaya pembinaan dan peningkatan melalui pemberian bantuan profesional seiring dengan lajunya perkembangan dan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi Bafadal, 2006: 60. Peningkatan profesionalisme guru, khususnya pada pendidikan dasar, menurut Goodwin dan Kosnik 2013: 336 memerlukan pembinaan yang dilakukan oleh guru-guru yang lebih berpengalaman. Hal ini dikarenakan bahwa untuk mengajar di jenjang pendidikan dasar merupakan sesuatu yang kompleks dan membutuhkan pengetahuan yang khusus dan metode-metode yang profesional yang hanya dapat diperoleh melalui pendidikan formal dan pembinaan. Hal ini dikemukakan oleh Goodwin dan Kosnik sebagai berikut: learning to teach for P –12 is complex and requires the acquisition of specialized knowledge and professional methods through formal study and apprenticeship. Pembinaan Sistem Gugus Sekolah Dasar merupakan satu bentuk sistem on-service training dengan pola utama dialogis yang dipandu oleh mitra kerja dari satuan pendidikan yang lebih tinggi atau guru SD senior, termasuk para guru yang memiliki latar belakang pendidikan melebihi standar guru SD. Dalam praktek operasional pada Gugus Sekolah yang diamati melalui kegiatan 4 prasurvey ditemui berbagai fenomena yang diduga menghambat pelaksanaan Pembinaan Sistem Gugus SD secara efektif dan efisien. Fenomena tersebut antara lain: 1 perencanaan Gugus SD belum berdasarkan kepentingan SD secara keseluruhan dalam Gugus, 2 belum menerapkan prinsip dialogis, 3 penunjukan Pengurus Kelompok Pengawas, Kepala Sekolah, dan Guru belum didasarkan pada tingkat kemampuan dan relevansi pendidikan. 4 Selalu terjadi overlapping antara tugas-tugas anggota pengurus, 5 banyak kebijakan yang berubah dan tidak konstan, 6 Banyak di antara guru setempat yang enggan mengikuti pertemuan KKG, 7 sistem pengawasan yang dilakukan selama ini belum berjalan optimal, masih adanya status quo yang mencari kesalahan, bukan perbaikan. Gugus sekolah merupakan wadah pengembangan profesional guru dalam bentuk kegiatan Kelompok Kerja Guru KKG, Kelompok Kerja Kepala Sekolah KKKS, dan Forum Komite Sekolah Tingkat Gugus sekolah dari beberapa sekolah yang letaknya berdekatan dan mudah dijangkau. Sebagai wadah yang mempersatukan beberapa kelompok kerja, Gugus sekolah tentunya harus memiliki beberapa program yang bersifat umum dan koordinatif. Oleh karena itu gugus sekolah perlu ditata dengan perencanaan yang tepat, baik perencanaan kegiatan, perencanaan keuangan maupun perencanaan nilai akhir yang diinginkan. Perencanaan gugus akan dapat diketahui pada perencanaan tahunan semester, bulanan maupun mingguan. 5 Perencanaan yang matang harus iimbangi dengan pengorganisasian. Dalam pengorganisasian harus jelas tugas kedudukan tanggungjawab dan fungsinya. Apakah sebagai ketua, pemandu atau sebagai anggota. Untuk memperjelas kedudukan tugas dan fungsi perlu disusun uraian tugas dengan tepat. Selanjutnya dari perencanaan dan uraian tugas tersebut perlu dilakukan pengendalian dan pengontrolan agar kegiatan tidak meympang dari program yang telah direncanakan. Langkah terakhir perlu dilakukan evaluasi terhadap seluruh program, apakah telah berjalan sesuai rencana atau belum. Jika belum perlu dilakukan perbaikan-perbaikan serta pemecahannya. Jika dirasa telah berhasil tinggal dilakukan pemantapan. Adanya pengelolaan gugus sekolah yang baik pada gilirannya akan sejalan dengan gagasan utama pembentukan gugus sekolah, yaitu pemanfaatan sumber daya bersama oleh sekolah-sekolah yang berdekatan sehingga pemerataan kualitas pendidikan dapat tercapai dengan biaya yang lebih efektif. Hal ini sejalan dengan pendapat McNeill 2004 yang mengatakan bahwa pembentukan gugus sekolah merupakan suatu gerakan untuk “universalize access to quality education in a cost effective manner ”. Lebih lanjut, McNeill menjelaskan bahwa: School and cluster-based, in-service teacher professional development programs have been offered as promising alternatives. This approach includes community participation, ties teacher training curricula to local conditions and school-level goals, and purports to be cost-effective. Pilot activities and innovations, some taken to scale, have proliferated around the world in both developed and developing countries ”. 6 Menurut penjelasan McNeill, dikatakan bahwa pengembangan profesionalitas guru melalui kegiatan in-service yang dilakukan berbasis gugus sekolah merupakan suatu alternatif yang menjanjikan. Pendekatan tersebut mencakup partisipasi masyarakat, pelatihan guru yang terlekat dengan kurikulum berbasis sekolah akan menjadi semakin efektif biaya. Pengembangan model ini sudah dilakukan di negara-negara maju maupun di negara-negara berkembang. Salah satu gugus Sekolah Dasar di UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta yang terkelola dengan baik adalah Gugus I Slamet Riyadi. Gugus ini merupakan gabungan dari 5 Sekolah Dasar yang masuk ke dalam satu rumpun. Kelima Sekolah Dasar tersebut terdiri dari SD Negeri Mangkubumen Kidul No. 16 Surakarta sebagai SD Inti, dan empat SD Imbas yang meliputi SD Muhammadiyah Program Khusus Surakarta; SD Negeri Purwotomo No. 97 Surakarta; SD Negeri Mangkubumen Kulon No. 83 Surakarta; dan SD Negeri Tegalayu No. 96 Surakarta. Pengelolaan gugus di Gugus I Slamet Riyadi UPTD Dikpora Kota Surakarta dipandang sudah efektif dan maju sehingga dapat menjadi percontohan bagi gugus sekolah lainnya. Pengelolaan gugus sekolah di di Gugus I Slamet Riyadi sudah dilakukan dengan mengembangkan pola-pola pemanfaatan sumberdaya bersama oleh sekolah-sekolah yang tergabung dalam gugus tersebut. 7 Berangkat dari gejala tersebut peneliti tertarik untuk mengangkat kepermukaan, terutama mencari akar permasalahan serta memberikan solusi praktis berdasarkan kerangka teoritis yang relevan. Permasalahan yang hendak digali adalah berkaitan dengan efektivitas Pengelolaan Gugus Sekolah Dasar yang dilakukan di lingkungan Gugus Sekolah Dasar di Gugus I Slamet Riyadi UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. Dengan penelitian yang dilakukan tersebut, maka diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai efektivitas pengelolaan gugus untuk dijadikan sebagai percontohan bagi gugus gugus sekolah lain.

B. Fokus Penelitian

Dokumen yang terkait

PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN DI SEKOLAH DASAR (Studi Situs Sekolah Dasar Al Firdaus Surakarta) Pengelolaan Perpustakaan Di Sekolah Dasar (Studi Situs Sekolah Dasar Al Firdaus Surakarta).

0 5 17

PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN DI SEKOLAH DASAR (Studi Situs Sekolah Dasar Al Firdaus Surakarta) Pengelolaan Perpustakaan Di Sekolah Dasar (Studi Situs Sekolah Dasar Al Firdaus Surakarta).

0 2 16

PENDAHULUAN Pengelolaan Perpustakaan Di Sekolah Dasar (Studi Situs Sekolah Dasar Al Firdaus Surakarta).

0 2 10

PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK DI SEKOLAH DASAR NEGERI TEGALREJO KECAMATAN LAWEYAN Pengelolaan supervisi akademik di SDN Tegalrejo Kecamatan Laweyan Kota Surakarta.

0 4 19

PENGELOLAAN GUGUS SEKOLAH DASAR SEBAGAI STRATEGI UNTUK MENINGKATKAN MUTU SEKOLAH PENGELOLAAN GUGUS SEKOLAH DASAR SEBAGAI STRATEGI UNTUK MENINGKATKAN MUTU SEKOLAH (STUDI SITUS DI GUGUS I SLAMET RIYADI UPTD DIKPORA KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA).

0 2 16

PENGELOLAAN GUGUS SEKOLAH DASAR SEBAGAI STRATEGI UNTUK MENINGKATKAN MUTU SEKOLAH PENGELOLAAN GUGUS SEKOLAH DASAR SEBAGAI STRATEGI UNTUK MENINGKATKAN MUTU SEKOLAH (STUDI SITUS DI GUGUS I SLAMET RIYADI UPTD DIKPORA KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA).

0 2 18

OPTIMALISASI PERAN KOMITE SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR SE GUGUS IRAWAN OPTIMALISASI PERAN KOMITE SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR SE GUGUS IRAWAN KECAMATAN MASARAN KABUPATEN SRAGEN.

0 0 20

IMPLEMENTASI MANAJEMEN PELAKSANAAN PROGRAM GUGUS SEKOLAH (Studi Kasus di Gugus Sekolah RA Kartini Kecamatan Girimarto).

0 0 11

BAB 1 PENDAHULUAN PENGELOLAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR SE GUGUS IRAWAN KECAMATAN MASARAN KABUPATEN SRAGEN.

0 2 9

PENGELOLAAN GUGUS SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR PROPINSI RIAU : Studi Kasus Pada (3) Gugus SD di Kecamatan Keritang.

0 0 54