Hubungan Lama Menderita Diabetes Melitus dengan Pengetahuan Pencegahan Ulkus Diabetik di Puskesmas Ciputat Tahun 2013

HUBUNGAN LAMA MENDERITA DIABETES
DENGAN PENGETAHUAN PENCEGAHAN ULKUS
DIABETIK DI PUSKESMAS CIPUTAT
TAHUN 2013
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh:
Wardatul Washilah
108104000054

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :

Nama

: Wardatul Washilah

NIM

: 108104000054

Mahasiswa Program

: Ilmu Keperawatan

Tahun Akademik

: 2008

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan skripsi saya yang
berjudul :

HUBUNGAN

LAMA
MENDERITA
DIABETES
DENGAN
PENGETAHUAN PENCEGAHAN ULKUS DIABETIK DI PUSKESMAS
CIPUTAT TAHUN 2013
Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya akan menerima
sangsi yang telah ditetapkan.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Jakarta, 20 Juni 2012

Wardatul Washilah

iv

RIWAYAT HIDUP

Nama

: Wardatul Washilah


Tempat/Tanggal Lahir

: Probolinggo, 11 Mei 1991

Agama

: Islam

Alamat

: Desa Brani Kulon RT 06/02, Kec. Maron,
Probolinggo Jawa Timur

Telepon/Hp

: 085310831188

Email


: washilah11@yahoo.co.id

Riwayat Pendidikan

:

1. RA Al-Kholafiah

(1995-1996)

2. MIN Brani Kulon

(1996-2002)

3. SLTP Nurul Jadid Paiton

(2002-2005)

4. SMA Unggulan Haf-Sa Genggong


(2005-2008)

5. S-1 Keperawatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

v

(2008-2012)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan Rahmat,
Taufik, Hidayah serta Rizqi-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal Skripsi ini.
Sholawat serta salam senantiasa peneliti limpahkan kehadirat Nabi Muhammad SAW,
pembawa syari’ahnya bagi semua manusia dalam setiap waktu dan tempat sampai akhir
zaman. Atas rahmat dan karunia-Nya yang Maha besar sehingga peneliti dapat
menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul Hubungan Lama Menderita Diabetes
Melitus dengan Pengetahuan Pencegahan Ulkus Diabetik Di Puskesmas Ciputat Tahun
2013.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang peneliti

jumpai, namun Syukur Alhamdulillah berkat rahmat dan Hidayah-Nya dan kesungguhan
yang disertai bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik langsung maupun tidak
langsung, segala kesulitan dapat diatasi dengan sebaik-baiknya yang pada akhirnya proposal
skripsi ini dapat diselesaikan.
Oleh sebab itu sudah sepantasnyalah pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan
terimakasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan hamba kesempatan untuk terus belajar di bangku
kuliah.
2. Prof. Dr (hc). dr. M.K. Tajudin, Sp.And dan Drs. H. Ahmad Gholib, MA, selaku
dekan dan pembantu dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

vi

3. Bapak Waras Budi Utomo, S.Kep., M.Kes. dan Ibu Ns. Eni Nuraini Agustini, S.Kep.,
M.Sc., selaku ketua Program Studi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
dan dosen pembimbing, dengan ketulusan hati saya mengucapkan banyak
terimakasih.
4. Bapak Jamaludin, S.Kep, M.Kep., selaku dosen pembimbing skripsi, yang selama ini

telah meluangkan waktunya selama membimbing peneliti dengan ketulusan hati
mengucapkan terimakasih atas bimbingannya.
5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen atau Staf Pengajar, pada lingkungan Program Studi
Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Segenap Jajaran Staf dan Karyawan Akademik dan Perpustakaan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Kepala Puskesmas dan Seluruh Jajaran Staf Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan,
yang telah memberikan kesempatan bagi peneliti untuk pengambilan data dan
penelitian. Sebagai bahan rujukan Proposal Skripsi.
8. Kementerian Agama RI yang telah membiayai perkuliahan selama saya kuliah sampai
sekarang, saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya.
9. Ucapan terimakasih peneliti haturkan kepada Ibunda tersayang ‘Sitrowati’ dan
Ayahanda yang terhormat ‘Hamid’ yang senantiasa memberikan dukungan penuh
berupa Nasehat yang memotivasi dan Do’a yang selalu mengiringi setiap langkahku
sehingga peneliti dapat menyelesaikan pendidikan pada jenjang perguruan tinggi.

vii

10. Adikku tersayang ‘Qotrun Nada Alawiyah’ yang turut mendoakan dan menjadi

motivator peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Terimakasih penulis ucapkan pada ‘oppa’ yang sangat membantu dan mendukung
penulis sampai penyelesaian skripsi ini. Terimakasih selalu mendampingi setiap
tahap penelitian yang penulis lakukan.
12. Teman- teman seperjuangan Program Studi Ilmu Keperawatan yang tidak dapat
peneliti sebutkan satu persatu. Terimakasih atas dukungan, semangat, kenangan
dan kebersamaan yang indah selama ini.
13. Teman-teman, kakak-kakak dan adik-adik CSS MoRA yang super, yang telah
banyak menginspirasi dan memotivasi peneliti.
Akhir kata peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga
peneliti dapat memperbaiki skripsi ini. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat

khususnya

bagi

peneliti

dan


umumnya

bagi

pembaca

yang

mempergunakannya terutama untuk kemajuan proses pendidikan selanjutnya.

Jakarta, 20 Juni 2012

Wardatul Washilah

Viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN …………………………………………………………. i

LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………………….. ii
LEMBAR PERNYATAAN …………………………………………………………... iv
RIWAYAT HIDUP …………………………………………………………………. .. v

KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………... ix
DAFTAR TABEL …………………………………………………………….….…... xii
DAFTAR BAGAN ………………………………………………………………....... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ xiv
ABSTRAK ..................................................................................................................... xv
ABSTRACT .................................................................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
A. Latar Belakang …………………………………………………………………. 1
B. Rumusan masalah .................................................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian .................................................................................................. 5
1. Tujuan Umum ................................................................................................. 5
2. Tujuan Khusus ................................................................................................ 5
D. Manfaat Hasil Penelitian ....................................................................................... 6
1. Bagi Pendidikan Keperawatan ........................................................................ 6

2. Bagi Masyarakat ............................................................................................. 6
3. Bagi Institusi ................................................................................................... 6
4. Bagi Peneliti Selanjutnya ................................................................................ 6

ix

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 7
A. Pengetahuan .......................................................................................................... 7
1. Definisi ........................................................................................................... 7
2. Tingkat Pengetahuan ..................................................................................... 7
3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ...................................................... 8
4. Pengukuran Pengetahuan .............................................................................. 10
B. Ulkus Diabetik .................................................................................................... 11
1. Definisi ......................................................................................................... 13
2. Klasifikasi Ulkus Diabetik ............................................................................ 15
3. Tanda dan Gejala Ulkus Diabetik ................................................................. 17
4. Prenatalaksanaan .......................................................................................... 17
C. Pencegahan Ulkus Diabetik ................................................................................ 18
D. Penelitian Terkait ................................................................................................ 20
E. Kerangka Teori .................................................................................................... 22

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN ........................ 22
A. Kerangka Konsep ................................................................................................ 23
B. Definisi Operasional ............................................................................................ 24
C. Hipotesis .............................................................................................................. 24
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ..................................................................... 25
A. Desain Penelitian ................................................................................................ 25
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................... 25
C. Populasi dan Sampel ........................................................................................... 26
D. Instrument Penelitian ........................................................................................... 27
E. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen ............................................................... 28
F. Pengolahan Data .................................................................................................. 29
G. Analisis Statistik .................................................................................................. 30
H. Etika Penelitian ................................................................................................... 31
BAB V HASIL PENELITIAN ...................................................................................... 32

x

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................................... 33
B. Analisa Univariat ................................................................................................. 35
C. Analisa Bivariat ................................................................................................... 40
BAB VI PEMBAHASAN ............................................................................................... 41
A. Pembahasan Variabel .......................................................................................... 42
B. Keterbatasan Penelitian ....................................................................................... 43
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 45
A. Simpulan ............................................................................................................. 45
B. Saran ................................................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi

DAFTAR TABEL

No. tabel
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Lama Menderita Diabetes Melitus pada pasien di
Puskesmas Ciputat 2012
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi pengetahuan pasien DM tentang pencegahan Ulkus
Diabetik di Puskesmas Ciputat
Tabel 5.3 Distribusi Prosentase Jawaban Tentang Pengetahuan Pencegahan Ulkus
Diabetik
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Hubungan Antara Lama Menderita Diabetes Melitus
dengan Pengetahuan Pencegahan Ulkus Diabetik pada Pasien Diabetes
Melitus di Puskesmas Ciputat tahun 2012

xii

DAFTAR BAGAN

No Bagan
Bagan 2.1 Kerangka Teori
Bagan 3.1 Kerangka Konsep

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran
1. Informed consent
2. Kuesioner
3. Output hasil uji validitas reliabilitas instrumen
4. Output hasil analisa inivariat dan bivariat
5. Grafik Scatterplot

xiv

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Skripsi, Januari, 2013
Wardatul Washilah, NIM :108104000054
Hubungan Lama Menderita Diabetes Melitus dengan Pengetahuan Pencegahan Ulkus
Diabetik di Puskesmas Ciputat Tahun 2013
xvii + 47 halaman + 5 tabel + 2 bagan + 5 lampiran

ABSTRAK
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit menahun yang akan diderita seumur
hidup. Dalam pengelolaan penyakit tersebut, selain tenaga kesehatan, peran pasien dan
keluarga sangat penting. Penderita DM beresiko 29 kali untuk terjadi ulkus diabetika.
Sehingga pengetahuan pasien DM tentang pencegahan ulkus diabetik menjadi sangat
penting. Ulkus diabetik adalah infeksi, ulserasi yang berhubungan dengan neuropati dan
penyakit vaskuler perifer pada tungkai bawah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat
hubungan lama menderita DM dengan pengetahuan pencegahan ulkus diabetik. Desain
penelitian ini adalah Cross Sectional Study dengan menggunakan kuesioner sebagai
instrumen. Sampel yang dipilih dengan insidental sampling akan mengisi kuesioner dan
evaluasi hasil penelitian dilakukan dengan melihat skor atau jumlah nilai benar
dibandingkan untuk menilai pengetahuan dengan lamanya pasien menderita DM.Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara lama menderita DM dengan
pengetahuan pencegahan ulkus diabetik. Dengan nilai p = 0,061. Analisis bivariat dengan
Regresi Linier Sederhana didapatkan nilai slope 0,847. Hal ini berarti setiap perubahan satu
satuan dari lama menderita Diabetes Melitus akan diikuti perubahan Pengetahuan
Pencegahan Ulkus Diabetik sebesar 0,847. Prosentase pengetahuan pasien DM yang
menjawab benar semua pertanyaan dalam kuesioner hanya 6,7%.
Kata Kunci : Lama Menderita DM, Pengetahuan Pencegahan Ulkus Diabetik,
Daftar bacaan 24 (2002-2013)

xv

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
SCHOOL OF NURSING
ISLAMIC STATE UNIVERSITY (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Undergraduates Thesis, January 2013
Wardatul Washilah, NIM :108104000054
Relationship Between the Long-Suffering Diabetes With Diabetic Ulcer Prevention
Knowledge in Year 2013
xvii + 47 pages + 5 tables + 2 charts + 5 attachments

ABSTRACT
Diabetes mellitus (DM) is a chronic disease that will suffer for life. In the management of the
disease, in addition to health, the role of the patient and family is essential. Diabetics are at
risk of going 29 times for diabetic ulcers. So knowledge about the prevention of diabetic
ulcers are very important. Diabetic ulcers are infection, ulceration associated with neuropathy
and peripheral vascular disease in the lower limbs. This study aims to look at the relationship
long-suffering diabetes with diabetic ulcer prevention knowledge. The design of this study is
Cross Sectional Study using the questionnaire as an instrument. Samples were selected by
incidental sampling will fill out a questionnaire and evaluation of the results of research
carried out by looking at the score or the number of true value compared to assess the
knowledge of the length of patients suffering DM.result showed that there was no link
between long suffered from diabetes mellitus with diabetic ulcer prevention knowledge. With
a value of p = 0.061. Bivariate analysis with Simple Linear Regression slope values obtained
0.847. This means that any change in one unit of the long-suffering Diabetes Mellitus will be
followed by changes in Diabetic Ulcer Prevention Knowledge of 0.847. The percentage of
patients' knowledge of diabetes who answered correctly all the questions in the questionnaire
only 6.7%.
Keywords: Long Suffering DM, Diabetic Ulcer Prevention Knowledge,
Reading list of 24 (2002-2013)

xvi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem kesehatan nasional menyatakan bahwa segala upaya dalam
pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk mencapai derajat
kesehatan yang lebih tinggi yang memungkinkan orang hidup lebih produktif
baik sosial maupun ekonomi. Meningkatnya status sosial ekonomi, pelayanan
kesehatan masyarakat, perubahan gaya hidup, bertambahnya umur harapan
hidup, maka indonesia mengalami pergeseran pola penyakit dari penyakit
menular menjadi penyakit tidak menular, hal ini dikenal dengan transisi
epidemiologi. Kecenderungan meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular
salah satunya adalah Diabetes Mellitus (Hastuti, 2008).
Diabetes Melitus (DM) disebut juga The Great Imitator karena dapat
mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai keluhan (Suyono,
2005). DM merupakan penyakit menahun yang akan diderita seumur hidup.
Dalam pengelolaan penyakit tersebut, selain dokter, perawat, ahli gizi dan
tenaga kesehatan lain, peran pasien dan keluarga menjadi sangat penting.
Edukasi kepada pasien dan keluarganya guna memahami lebih jauh tentang
perjalanan penyakit DM, pencegahan, penyulit DM dan penatalaksanaannya

1

2

akan sangat membantu meningkatkan keikutsertaan mereka dalam usaha
memperbaiki usaha hasil pengelolaan (PERKENI, 2006) .
Menurut survei yang dilakukan oleh organisasi kesehatan dunia (WHO)
jumlah penderita DM di Indonesia pada tahun 2000 terdapat 8.4 juta orang,
jumlah tersebut menempati urutan ke-4 dunia, sedangkan urutan di atasnya
adalah india (31.7juta ), Cina(42.3 juta), Amerika Serikat (30.3 juta) dan
Indonesia (21.3 juta). Jumlah penderita Diabetes melitus tahun 2000 di dunia
termasuk Indonesia tercatat 175.4 juta orang, dan diperkirakan tahun 2020
menjadi 300 juta orang dan 2030 menjadi 366 juta orang (Soegondo, 2008).
Di Indonesia berdasarkan penelitian epidemiologis secara epidemiologi,
diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi Diabetes Melitus (DM) di
Indonesia mencapai 21,3 juta orang (Diabetes Care, 2004). Sedangkan hasil
Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa proporsi
penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah
perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%, dan daerah pedesaan, DM
menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8% (Kemenkes, 2007).
DM dibandingkan dengan non DM mempunyai kecenderungan dua kali
lebih mudah mengalami trombosis serebral.

Komplikasi menahun DM di

Indonesia untuk terjadinya ulkus diabetika sebanyak 15% (Soegondo, 2008).
Penderita DM beresiko 29 kali terjadi ulkus diabetika. Ulkus diabetika
merupakan luka terbuka pada permukaan kulit yang disebabkan adanya
makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insufisiensi dan neuropati. Ulkus

3

diabetika mudah sekali menjadi infeksi karena masuknya kuman atau bakteri
dan adanya gula darah yang tinggi menjadi tempat strategis untuk pertumbuhan
kuman (Riyanto, 2007 dalam Hastuti, 2008)
Ulkus diabetik merupakan luka dengan angka kejadian paling sering
muncul dibandingkan tukak lain dari keseluruhan pasien yang mengalami
tukak. Dari 202 pasien yang mengalami tukak, 184 di antaranya merupakan
pasien tukak diabetik. Sementara, sisanya adalah tukak dekubitus, tukak vena,
dan tukak arteri (Divisi Bedah Vaskular Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 2009).
Ulkus diabetik terutama terjadi pada penderita DM yang telah menderita 10
tahun atau lebih, apabila kadar glukosa darah tidak terkendali, karena akan
muncul komplikasi yang berhubungan dengan vaskuler sehingga mengalami
makroangiopati-mikroangiopati yang akan terjadi vaskulopati dan neuropati
yang mengakibatkan menurunnya sirkulasi darah dan adanya robekan/luka
pada kaki Penderita diabetik yang sering tidak dirasakan (Hastuti, 2008)
Penelitian di USA oleh Boyko (1999) pada 749 penderita DM dengan hasil
bahwa lama menderita DM ≥ 10 tahun merupakan faktor risiko terjadinya
ulkus diabetika dengan RR-nya sebesar 3 (95 % CI : 1,2 – 6,9) (Hastuti, 2008).
Ulkus diabetika jika tidak segera mendapatkan pengobatan dan perawatan
maka akan meningkatkan resiko infeksi yang dalam keadaan lebih lanjut
memerlukan tindakan amputasi (Misnadiarly, 2006 dalam Hastuti, 2008). Di
RSCM tahun 2003, masalah ulkus diabetika merupakan masalah serius,
sebagian besar penderita DM dirawat katena mengalami ulkus diabetika.

4

Angka kematian dan angka amputasi cukup tinggi, masing-masing sebesar
32.5% dan 23.5% penderita DM paska amputasi sebanyak 14.3% akan
meninggal dalam setahun dan 37% akan meninggal dalam 3 tahun (PERKENI,
2006).
Ulkus diabetik merupakan komplikasi DM yang dapat dicegah atau
diminimalkan kejadiannya. Hal ini dapat dilakukan dengan pencegahan ulkus
diabetik, seperti perawatan kaki dan pemakaian alas kaki yang tepat. Sehingga
pengetahuan pencegahan ulkus menjadi sangat penting. Pengetahuan
merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui
panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga ( Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan pasien tentang perawatan DM
diperoleh 53,1% pengetahuan pasien kurang (Saputra, 2011).
Pasien dengan ulkus diabetik dan yang berisiko tinggi harus diajarkan
mengenai faktor risiko dan manajemen yang tepat. Pasien yang beresiko harus
memahami implikasi dari hilangnya sensasi protektif, pentingnya pemeriksaan
kaki setiap hari, perawatan yang tepat pada kaki, termasuk kuku dan perawatan
kulit,dan pemilihan alas kaki yang sesuai. Untuk mengontrol komplikasi ulkus
diabetik, pengetahuan pasien dan praktek dapat berkontribusi untuk mencegah
ulkus diabetik (Pollock, Unwin, & Connolly, 2003). Menurut penelitian Sayeed
(2005), perawatan kaki dapat menurunkan masalah kaki sebesar 40% pada
pasien Diabetes melitus.

5

B. Rumusan masalah
Meningkatnya penderita DM yang berisiko tinggi terjadi ulkus semakin
meningkat setiap tahunnya. Lama menderita Diabetes melitus merupakan
faktor resiko terjadinya ulkus diabetik. Terjadinya ulkus diabetik dapat dicegah
dengan perawatan kaki yang baik dan pemilihan sepatu yang tepat. Pencegahan
ini dapat dilakukan jika pengetahuan pasien memadai. Menurut Notoatmodjo
pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman (lamanya menderita Diabetes),
sehingga dalam penelitian ini peneliti ingin melihat seberapa erat hubungan
lama menderita Diabetes Melitus dengan pengetahuan pencegahan ulkus
diabetik.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui hubungan antara lama menderita diabetes dengan
pengetahuan pasien tentang pencegahan ulkus diabetik.
2. Tujuan khusus
a. Melihat lama menderita Diabetes Melitus
b. Mengetahui tingkat pengetahuan tentang pencegahan ulkus
diabetik
c. Mengetahui hubungan lama menderita diabetes dengan tingkat
pengetahuan pasien tentang pencegahan ulkus diabetik

6

D. Manfaat Penelitian
1. Institusi
Untuk memberikan informasi bahwa penderita ulkus diabetik yang
lama dan yang baru pengetahuannya tentang pencegahan ulkus
diabetik sama atau berbeda. Sehingga institusi dapat membuat program
lebih baik agar peningkatan pengetahuan ini dapat tercapai.
2. Masyarakat
Mengetahui pentingnya pengetahuan pencegahan ulkus diabetik.
Sehingga masyarakat akan mempunyai keinginan untunk mengetahui
lebih banyak tentang pencegahan ulkus diabetik ini.
3. Peneliti
Sebagai bahan masukan untuk peneliti berikutnya.
4. Ilmu Pengetahuan
Sebagai bahan kepustakaan tentang hubungan lama menderita terhadap
pengetahuan pasien DM terhadap pencegahan ulkus diabetik.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengetahuan
1. Pengertian pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan ini terjadi
melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
perilaku seseorang ( Notoatmodjo, 2007).
Menurut Bloom dan skinner (2003), pengetahuan adalah kemampuan seseorang
untuk mengungkapkan kembali apa yang diketahuinya dalam bentuk bukti jawaban
baik lisan ataupun tulisan. Jawaban tersebut merupakan suatu reaksi dari suatu
stimulasi yang berupa pertanyaan baik lisan ataupun tulisan.
2. Tingkat pengetahuan dalam kognitif
a). Tahu berarti mengingat suatu materi yang telah dipelajari atau rangsangan
yang sudah diterima sebelumnya. Tahu merupakan tingkat pengetahuan
yang paling rendah.
b). Memahami berarti mampu menjelaskan secara benar tentang objek yan
diketahuinya dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c). Aplikasi adalah kemampuan menjabarkan materi atau objek kedalam
bagian-bagian yang lebih kecil, tetapi masih dalam struktur organisasi dan
ada kaitannya satu sama lain.

7

8

d). Sintesis merupakan kemampuan menyusun formulasi baru dari formulasi
yang sudah ada.
e). Evaluasi berkaitan dengan kemampuan melakukan penilaian terhadap suatu
materi atau objek. (Notoatmodjo, 2003)
3. Faktor faktor yang mempengaruhi pengetahuan
a. Menurut Notoatmodjo (2003: 18) faktor internal dan faktor eksternal
yang mempengaruhi terbentuknya pengetahuan Faktor internal yaitu Jasmani
diantaranya adalah kesehatan indera seseorang sedang faktor Rohani diantaranya
adalah kesehatan psikis, intelektual, psikomotor, serta kondisi afektif dan kognitif
individu. Faktor internal dan eksternal ini jika diperluas lagi akan terbagi sebagai
berikut:
a. Intelegensi
Intelegensi merupakan kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang
memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. Orang
berpikir menggunakan inteleknya atau pikirannya. Cepat atau tidaknya dan
terpecahkan tidaknya suatu masalah tergantung kemampuan intelegensinya.
Salah satu faktor yang mempengaruhi penerimaan pesan dalam komunikasi
adalah taraf intelegensi seseorang. Secara commonsence dapat dikatakan
bahwa orang yang lebih intelegen akan lebih mudah menerima suatu pesan.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa orang yang mempunyai taraf
intelegensi ntinggi akan mempunyai pengetahuan yang baik dan sebaliknya.
b. Pendidikan
Tugas-tugas dari pendidikan adalah memberikan atau meningkatkan
pengetahuan, menimbulkan sifat positif, serta memberikan ataumeningkatkan
kemampuan masyarakat atau individu tentang aspek-aspek yang bersangkutan,

9

sehingga dicapai suatu masyarakat yang berkembang. Pendidikan formal dan
non formal. Sistem pendidikan yang berjenjang diharapkan mampu
meningkatkan pengetahuanmelalui pola tertentu (Notoatmodjo: 2003; 18). Jadi
tingkat pengetahuan seseorang terhadap suatu objek sangat ditentukan oleh
tingkat pendidikan.
c. Pengalaman
Menurut teori Determinan perilaku yang disampaikan WHO,
menganalisa bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku tertentu
salah satunya disebabkan karena adanya pemikiran dan perasaan dalam diri
seseorang yang terbentuk dalam pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaankepercayaan, dan penilaian-penilaian seseorang terhadap objek tersebut,
dimana seseorang mendapatkan pengetahuan baik dari pengalaman pribadi
maupun pengalaman oranglain (Notoatmodjo: 2003; 143)
d. Informasi
Teori depedensi mengenai efek komunikasi massa, disebutkan bahwa
media massa dianggap sebagai sistem informasi yang memiliki peranan
penting dalam proses pemeliharaan, perubahan, dan konflik dalam tatanan
masyarakat, kelompok atau individu dalam aktivitas sosial dimana media
massa ini nantinya akan mempengaruhi fungsi kognitif, afektif, dan
behavioral. Pada fungsi kognitif diantaranya adalah berfungsi untuk
menciptakan atau menghilangkan ambiguitas, pembentukan sikap, perluasan
sistem, keyakinan masyarakat dan penegasan atau penjelasan nilainilaitertentu (Notoatmodjo: 2003; 102). Media dibagi menjadi tiga yaitu media
cetak yang meliputi booklet, leaflet, rubrik yang terdapat pada surat kabar atau

10

majalah dan poster. Kemudian media elektronik yang meliputi televisi, video,
slide, dan film serta papan (billboard) (Notoatmodjo: 2003; 99)
e. Kepercayaan
Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang, mengenai apa yang
berlaku bagi objek sikap, sekali kepercayaan itu telah terbentuk, maka ia akan
menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan
dari objek tertentu.
f. Umur
Umur dapat mempengaruhi seseorang, semakin cukup umur tingkat
kemampuan; kematangan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan
menerima informasi.
g. Sosial budaya
Sosial budaya termasuk di dalamnya pandangan agama, kelompok etnis
dapat mempengaruhi proses pengetahuan khususnya dalam penerapan nilainilai keagamaan untuk memperkuat super egonya.
h. Status sosial ekonomi
Status sosial ekonomi berpengaruh terhadap tingkah lakunya .Individu
yang berasal dari keluarga yang bestatus sosial ekonomi baik dimungkinkan
lebih memiliki sikap positif memandang diri dan masa depannya dibandingkan
mereka yang berasal dari keluarga dengan status ekonomi rendah.
4. Pengukuran Pengetahuan
Dua cara pokok bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang benar yaitu,
mendasarkan diri pada rasional dan pengalaman. Cara pengukuran pengetahuan dalam
penalitian bisa menggunakan angket dan biasanya dituliskan dalam prosentase. Baik =
76-100%; Cukup = 56-75%; Kurang = ≤55% (Nursalam, 2003: 124).

11

Hidayat (2007) menjelaskan bahwa salah satu skala yang dapat digunakan dalam
mengukur pengetahuan adalah menggunakan skala Guttman. Skala guttman terdiri
dari benar-salah atau ya-tidak. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan skala
guttman dengan pilihan jawaban benar dan salah dalam pengukuran pengetahuan
klien tentang pencegahan ulkus diabetik.
B. Diabetes Melitus
1. Definisi
Diabetes Melitus (DM) disebut juga The Great Imitator karena dapat mengenai
semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai keluhan (Suyono,2005)
Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis serius yang disebabkan oleh faktor
keturunan atau lingkungan. DM adalah gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein yang berhubungan dengan defisiensi relatif atau absolut kerja insulin yang
ditandai dengan hiperglikemia (powers AC, 2005 dalam eva, 2008)
2. Komplikasi Diabetes melitus
DM dapat menyerang hampir seluruh sistem tubuh manusia, mulai dari kulit
sampai jantung. Bentuk- bentuk komplikasi itu bisa berupa masing-masing pada
sistem:
1. Sistem kardiovaskuler: hipertensi, infark miokard, insufisiensi koroner.
2. Mata: retinopati diabetika, katarak.
3. Saraf: neuropati diabetika
4. Paru-paru: TBC
5. Ginjal: pielonefritis, glumerulosklerosis
6. Hati: sirosis hepatik
7. Kulit: gangren, ulkus, furunkel(Bustan, 2007).

12

C. Ulkus Diabetik
1. Definisi
Ulkus diabetik adalah infeksi, ulserasi, atau destruksi jaringan ikat dalam yang
berhubungan dengan neuropati dan penyakit vaskuler perifer pada tungkai bawah.
Hiperglikemia pada DM yang tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan berbagai
komplikasi kronis yaitu neuropati perifer dan angiopati. Dengan adanya angiopati
perifer dan neuropati, trauma ringan dapat menimbulkan ulkus pada penderita DM.
Ulkus DM mudah terinfeksi karena respon kekebalan tubuh pada penderita DM
biasanya menurun. Ketidaktahuan pasien dan keluarga membuat ulkus bertambah
parah menjadi gangren yang terinfeksi (Waspadji, 2006).
Ulkus diabetik adalah salah satu bentuk komplikasi kronik DM berupa luka
terbuka pada permukaan kulit yang dapat disertai kematian jaringan setempat
(Frykberb R. G., 2002, dalam Rini, 2008)
Ulkus diabetik merupakan pennyebab tersering dilakukannya amputasi yang
didasari oleh kejadian non traumatik. Resiko amputasi 15-40 kali lebih sering pada
penderita DM dibandingkan dengan non DM. Sebagian besar amputasi pada ulkus
diabetik bermula dari ulkus pada kulit. Bila dilakukan deteksi dini dan pengobatan
yang adekuat akan mengurangi kejadian tindakan amputasi. Ironisnya evaluasi dini
dan penanganan yang adekuat di rumah sakit tidak optimal (Darcoli, 2007).
2. Etiologi
Faktor-faktor yang berpengaruh atas terjadinya ulkus diabetik dibagi menjadi
faktor endogen dan eksogen;
a. Faktor endogen ; genetik, metabolik, angiopati diabetik dan neuropati diabetik.
b. Faktor eksogen ; trauma, infeksi, obat.
3. Patofisiologi

13

Terjadinya ulkus diabetik diawali adanya hiperglikemia pada penyandang DM
yang menyebabkan kelainan pada pembuluh darah. Neuropati, baik neuropati sensorik
maupun motorik dan autonomik akan mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit
dan otot, yang kemudian menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada
telapak kaki dan selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus. Adanya
kerentanan terhadap infeksi menyebabkan infeksi mudah merebak menjadi infeksi
yang lebih luas. Faktor aliran darah yang kurang juga akan lebih lanjut menambah
rumitnya pengelolaan kaki diabetes. Berikut gambar patofisiologi terjadinya ulkus
diabetik:
Diabetes melitus
Hiperlipidemia
merokok
neuropati

Penyakit vaskular
periperal

Neuropati

Autonomic
neuropathy

Somatik

Pain sensasion
menurun

Masalah
Ortopedi

Limited joint
movement

Plantar pressure

Otot hipotropik

Keringat
menurun

Dry skin fissura

Altered
blood flow

Engorged
vein, warm
foot

Callus

Ulkus pada kaki

Infeksi

Ischemic limb

14

Bulton AJM. Diabetic Med. Dalam Waspadji, 2006

4. Klasifikasi
Klasifikasi Ulkus diabetik pada penderita Diabetes melitus menurut Wagner
dikutip oleh Rini, terdiri dari 6 tingkatan :
a. Tingkatan 0 = Tidak ada luka terbuka, kulit utuh.
b. Tingkatan 1 = Ulkus superfisialis, terbatas pada kulit.
c. Tingkatan 2 = Ulkus lebih dalam sering dikaitkan dengan inflamasi
jaringan.
d. Tingkatan 3 = Ulkus yang melibatkan tulang, sendi dan formasi abses.
e. Tingkatan 4= Ulkus dengan kematian jaringan tubuh terlokalisir seperti
pada ibu jari kaki, bagian depan kaki atau tumit.
f. Tingkatan 5 = Ulkus dengan kematian jaringan tubuh pada seluruh kaki.
Suatu klasifikasi lain yang juga praktis dan erat dengan pengelolaan adalah
klasifikasi yang berdasar pada perjalanan alamiah ulkus diabetik (Edmonds 20042005):
a. Stage 1: Normal Foot
b. Stage 2 : High Risk Foot
c. Stage 3 : Ulcerated Foot
d. Stage 4: Infected Foot
e. Stage 5 : Necrotic Foot
f. Stage 6 : Unsavable Foot
Untuk stage 1 dan 2, pencegahan primer sangat penting, dan semuanyadapat
dikerjakan dalam pelayanan kesehatan primer baik oleh podiatrist, dokter umum atau
dokter keluarga.

15

Untuk stage 3 dan 4 kebanyakan sudan memerlukan perawatan di tingkat
pelayanan kesehatan yang lebih memadai umumnya sudah memerlukan pelayanan
spesialistik.
Untuk stage 5, apalagi stage 6, jelas merupakan kasus rawat inap, dan jelas sekali
memerlukan kerja sama tim yang sangat erat, dimana harus ada dokter bedah,
terutama bedah vaskular/ ahli bedah plastik dan rekonstruksi.
5. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala ulkus diabetik yaitu:
a. Sering kesemutan.
b. Nyeri kaki saat istirahat.
c. Sensasi rasa berkurang.
d. Kerusakan jaringan (nekrosis).
e. Penurunan denyut nadi arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea.
f. Kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal.
g. Kulit kering (Misnadiarly, 2006).
6. Penatalaksanaan
Lebih dari 90% ulkus akan sembuh apabila diterapi secara komprehensif dan
multidisipliner,

melalui

upaya;

mengatasi

penyakit

komorbid,

menghilangkan/mengurangi tekanan beban (offloading), menjaga luka agar selalu
lembab (moist), penanganan infeksi, debridemen, revaskularisasi dan tindakan bedah
elektif, profilaktik, kuratif atau emergensi sesuai dengan indikasi.
Pengelolaan ulkus diabetik dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu
pencegahan terjadinya ulkus diabetik dan pencegahan agar tidak terjadi kecacatan
yang lebih parah.

16

7. Pencegahan ulkus diabetik
A. Pencegahan Primer
Pencegahan primer ini merupakan kiat kiat untuk pencegahan terjadinya ulkus
diabetik. Penyuluhan mengenai terjadinya ulkus diabetik sangat penting untuk
mencegah ulkus diabetik. Penyuluhan ini harus dilakukan pada setiap kesempatan
pertemuan pada penyandang DM, dan harus diingatkan kembali tanpa bosan. Halhal kecil yang harus diketahui diantaranya adalah perawatan kaki, yaitu bagaimana
perawatan kaki yang baik. Kejadian yang tampak sepele dapat mengakibatkan
kejadian yang mungkin fatal. Demikian pula pemeriksaan yang nampak sepele
dapat memberikan manfaat yang sangat besar. Periksalah selalu kaki penderita DM
setiap setelah melepaskan sepatu dan kausnya (Waspadji, 2006).
Misnadiarly (2006) mengatakan pencegahan ulkus dapat dilakukan dengan
melakukan hal berikut:
1) Memperbaiki kelainan vaskuler.
2) Memperbaiki sirkulasi.
3) Pengelolaan pada masalah yang timbul.
4) Edukasi perawatan kaki ; kaki harus dicuci dengan teratur setiap hari.
Sesudah dicuci keringkan dengan seksama dan beri perhatian khusus pada
sela-sela jari kaki.
5) Pemberian obat-obat yang tepat untuk infeksi dan vaskularisasi, obat
penurunan gula darah maupun menghilangkan keluhan dan penyulit DM.
6) Olahraga teratur dan menjaga berat badan ideal.
7) Menghentikan kebiasaan merokok
8) Merawat kaki secara teratur setiap hari dengan cara:
a) Selalu menjaga kaki dalam keadaan bersih

17

b) Membersihkan dan mencuci kaki setiap hari dengan menggunakan air
suam-suam kuku dengan memakai sabun dan mengeringkan secara
sempurna terutama diantara jari-jari kaki.
c) Memakai krem kaki yang baik pada kulit dan tumit kaki yang retakretak, supaya kulit tetap mulus dan jangan menggosok antara sila-sela
jari kaki.
d) Tidak memakai bedak sebab ini akan membuat kulit menjadi kering
dan retak.
e) Kuku sebaiknya jangan digunting tapi dikikir. Rasa nyeri pada kaki
dapat berkurang, sehingga bila kulit disekitar kuku terluka tidaka akan
teerasa. Jangan kikir kuku terlalu pendek, atau terlalu dalam pada tepi
kanan kirinya. Bila penglihatan kurang terang mintalah oranglain untuk
merawat kaki, jangan lupa informasikan bahwa pasien penyandang
DM, dan oleh karena itu rasa sakit dikaki berkurang.
f) Memeriksa kaki dan celah kaki setiap hari apakah terdapat kalus, bula,
luka atau lecet
g) Menghindari penggunaan air panas atau bantal panas.
9). Penggunaan alas kaki tepat, dengan cara:
a) Jangan berjalan tanpa alas kaki, termasuk di pasir.
b) Memakai sepatu yang sesuai atau sepatu yang nyaman untuk kaki dan
dipakai.
c) Sebelum memakai sepatu, memeriksa sepatu terlebih dahulu, kalau ada
batu atau lain-lain, karena dapat menyebabkan iritasi dan lukka
terhadap kulit.

18

d) Sepatu harus terbuat dari kulit, kuat pas (cukup ruang untuk ibu jari
kaki dan tidak buleh dipakai tanpa kaos kaki).
e) Sepatu baru harus dipakai secara berangsur-angsur dan hati-hati.
f)

Pakailah kaos kaki bila dingin dan ganti setiap hari.

g) Kaos kaki terbuat dari bahan wol atau katun, jangan memakai dari
bahan sintetis karena akan menyebabkan kaki berkeringat.
10). Menghindari obat-obat yang bersifat vasokonstriktor misalnya adrenalin,
ikotin.
11). Hindari trauma berulang.
12). Memeriksa diri secara rutin ke dokter dan memeriksa kaki setiap kontrol
walaupun ulkus diabetik sudah sembuh (Misnadiarly, 2006).
B. Pencegahan Sekunder
Dalam pengelolaan ulkus diabetik, kerjasama multi-disipliner sangat diperlukan.
Berbagai hal yang harus ditangani dengan baik agar diperoleh dasil pengelolaan yang
maksimal dapat digolongkan sebagai berikut dan semuanya harus dikelola bersama-sama:
a. Kontrol Metabolik
Keadaan umum paien harus diperhatikan dan diperbaiki. Kadar glukosa darah
diusahakan selalu senormal mungkin, untuk mempengaruhi berbagai faktor terkait
hiperglikemia yang dapat menghambat penyembuhan luka.
b. Kontrol Vaskular
Keadaan vaskular yang buruk tentu akan menghambat penyembuhan luka. Berbagai
langkah diagnostik dan terapi dapat dilakukan sesuai kondisi pasien. Umumnya
kelainan pembuluh darah perifer dapat dikenali melalui berbagai cara sederhana
seperti : warna dan suhu kulit, perabaan arteri Dorsalis Pedis dan arteri Tibialis
Posterior serta ditambah pengukuran tekanan darah

19

c. Wound Control
Perawatan luka sejak pertama kali klien datang merupakan hal yang harus dikerjakan
dengan baik dan teliti. Evaluasi luka harus dikerjakan secermat mungkin. Klasifikasi
ulkus PEDIS dilakukan setelah debridemen yang adekuat.saat ini banyak sekali macam
dressing yang masing-masing tentu dapat dimanfaatkan sesuai dengan keadaan luka,
dan juga letak luka tersebut. Dressing yang digunakan mengandung komponen zat
penyerap seperti carbonate dressing, alginete dressing akan bermanfaat pada keadaan
luka yang masih produktif. Tetapi tindakan debridemen tetap menjadi syarat mutlak
yang harus dikerjakan terlebih dahulu sebelum mengklasifikasikan luka.
Beberapa terapi topikal dapat dimanfaatkan untuk mengurangi mikroba pada luka
seperti cairan salin sebagai pembersih luka dan lain lain. demikian pula berbagai cara
debridemen non suurgikal dapat dimanfaatkan untuk mempercepat pembersihan
jaringan nekrotik luka, seperti preparat enzim.
Jika luka sudah lebih baik dan tidak terinfeksi lagi, dressing seperti hydrocolloid
dressing yang dapat dipertahankan beberapa hari dapat digunakan. Tentu saja untuk
penyembuhan luika kronik seperti ulkus diabetik, suasana sekitar luka yang kondusif
untuk penyembuhan harus dipertahankan. Yakinkan bahwa luka selalu dalam keadaan
optimal dengan demikian penyembuhan luka akan terjadi sesuai dengan tehapan
penyembuhan luka yang harus selalu dilewati dalam rangka proses penyembuhan.
d. Microbiological Control
Data mengenai pola kuman harus diperbaiki secara berkala untuk setiap daerah yang
berbeda. Di RSCM data terakhir menunjukan bahwa pada pasien yang datang dari
luar, umumnya didapatkan infeksi bakteri yang multipel, anaerob, dan aerob.
Antibiotik yang dianjurkan harus selalu disesuaikan dengan hasil biakan kuman dan
hasil resistensinya. Sebagai acuan, dari penelitian tahun 2004 di RSCM, umumnya

20

didapatkan pola kuman polimikrobial, campuran gram positif dan gram negatif serta
kuman anaerob untuk luka yang dalam dan berbau. Karena itu untuk lini pertama
lpemberian antibiotik harus diberikan antibiotik spektrum luas(misalnya golongan
sefalosparin), dikombinasikan dengan obat yang bermanfaat terhadap kuman anaerob
(misalnya metronidazol).
e. Pressure Control
Jika tetap dipakai untuk berjalan berarti kaki dipakai untuk menyanggah bada, luka
yang selalu mendapat tekanan tidak akan sempat menyembuh, apalagi jika luka
terletak dibagian pelantar seperti luka kaki charcot. Peran jajaran rehabilitasi medis
pada usaha preassure control ini juga sangat mencolok.
f. Education Control
Edukasi sangat penting untuk semua tahap pengelolaan ulkus diabetik. Dengan
penyuluhan yang baik pasien dan keluarganya diharapkan akan dapat membantu dan
mendukung berbagai tindakan yang diperlukan untuk kesembuhan luka yang optimal.
D. Penelitian Terkait
Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara lama
menderita DM ≥ 10 tahun dengan kejadian ulkus diabetika (p=0,0001) dan lama DM ≥ 10
tahun merupakan faktor risiko untuk terjadinya ulkus diabetika (OR=6,0; 95% CI=2,216,7), yang artinya bahwa lama DM ≥ 10 tahun mempunyai risiko terjadi ulkus diabetika
sebesar 6,0 kali dibandingkan dengan lama DM < 5 tahun (Hastuti, 2008).
Dari hasil uji statistik yang dilakukan terdapat hubungan bermakna antara merawatan
kaki secara rutin dengan kejadian ulkus diabetik. Hal ini berarti pasien DM yang memiliki
kebiasaan buruk dalam pemeriksaan visual kakinya maka resiko kejadian ulkus
diabetiknya semakin besar. Dalam penelitian ini juga disebutkan pasien yang

Dokumen yang terkait

Hubungan Lama Menderita Diabetes Melitus Dengan Pengetahuan Pencegahan Luka Kaki Diabetes di RSUP Haji Adam Malik Medan

2 9 86

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ULKUS KAKI DIABETIK DENGAN PENCEGAHAN TERJADINYA Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Ulkus Kaki Diabetik Dengan Pencegahan Terjadinya Ulkus Kaki Diabetik Pada Pasien Diabetes Melitus Di Persadia Rumah Sakit Dokter So

0 2 14

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ULKUS KAKI DIABETIK DENGAN PENCEGAHAN TERJADINYA Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Ulkus Kaki Diabetik Dengan Pencegahan Terjadinya Ulkus Kaki Diabetik Pada Pasien Diabetes Melitus Di Persadia Rumah Sakit Dokter So

1 10 13

HUBUNGAN LAMA MENDERITA DAN KOMPLIKASI DIABETES MELITUS DENGAN KUALITAS HIDUP PADA Hubungan Lama Menderita Dan Komplikasi Diabetes Melitus Dengan Kualitas Hidup Pada Pasien Penderita Diabetes Melitus Di Wilayah Puskesmas Gatak Sukoharjo.

0 6 20

HUBUNGAN LAMA MENDERITA DAN KOMPLIKASI DIABETES MELITUS DENGAN KUALITAS HIDUP PADA Hubungan Lama Menderita Dan Komplikasi Diabetes Melitus Dengan Kualitas Hidup Pada Pasien Penderita Diabetes Melitus Di Wilayah Puskesmas Gatak Sukoharjo.

0 4 16

HUBUNGAN ANTARA LAMA MENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN TERJADINYA NEUROPATI SENSORIK DIABETIK Hubungan Antara Lama Menderita Diabetes Melitus Tipe 2 Dengan Terjadinya Neuropati Sensorik Diabetik Di RSUD Salatiga.

0 3 14

HUBUNGAN ANTARA LAMA MENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN TERJADINYA NEUROPATI SENSORIK DIABETIK Hubungan Antara Lama Menderita Diabetes Melitus Tipe 2 Dengan Terjadinya Neuropati Sensorik Diabetik Di RSUD Salatiga.

0 3 11

PENDAHULUAN Hubungan Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Tentang Risiko Terjadinya Ulkus Diabetik Dengan Kejadian Ulkus Diabetik Di RSUD DR. Moewardi.

0 0 5

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 TENTANG RISIKO TERJADINYA ULKUS DIABETIK Hubungan Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Tentang Risiko Terjadinya Ulkus Diabetik Dengan Kejadian Ulkus Diabetik Di RSUD DR. Moewardi.

0 0 20

HUBUNGAN LAMA MENDERITA DAN PERAWATAN KAKI DIABETES DENGAN RESIKO ULKUS KAKI DIABETIK DI KLINIK HUSADA SARIO MANADO

0 0 7