Analisis Perdagangan Kedelai di Indonesia (Penerapan Model Armington)

/ G?:,#.

/ 2-J

d*

.\

,'

r

ifit;

( ' [ ..

(

ANALISIS PERDAGANGAN KEDELAI
DI INDONESIA
(PENERAPAN MODEL ARMINGTON)


oleh :

Merry Rachmawati

A07495086

PROGRAM STUD1 AGRIBISNIS
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1999

MERRY RACHMAWATI. Analisis Perdagangan Kedelai di

Indonesia (Penerapan Model Armington). Di bawah birnbingan
ANNY RATNAWATI dan RITA NURMALINA SURYANA.
Kedelai merupakan komoditas yang sedang dikembangkan
di Indonesia karena lredelai merupalian salah satu tanaman
pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung, sehingga

lromoditas ini mendapat perhatian yang lebih dari pemerintah
dalam kebijakan pangan nasional. Kedelai mengadung nilai gizi
yang tinggi, harga relatif murah dan ragam kegunaan yang cukup
luas untuli dikonsumsi langsung maupun sebagai bahan baku
industri pangan dan palian ternak.
Penelitian

ini

bertujuan

untuk

rnengkaji

keragaan

perekonomian kedelai di Indonesia dan dunia, menganalisis
penawaran ekspor kedelai di pasar internasional, permintaan
impor kedelai di Indonesia dan di pasar internasional, dan dampak

liebijakan alternatif pemerintah Indonesia dan negara pengekspor
kedelai ke Indonesia terhadap perdagangan kedelai di Indonesia.
Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan untaian
waktu (time series) selama 29 tahun dari tahun 1968 sampai
dengan 1996. Data tersebut diperoleh dari barbagai sumber,
antara lain: Biro Pusat Statistik Indonesia, FAO, ISTA Mielke
Gmbh, .USDA, American Soybean Association (ASA), PT. Swaco
Prima Windutama. Penelitian ini menggunakan M o d e l A r m i n g t o n
yang mengasumsilian bahwa lionsumen Indonesia memandang
liedelai dari Amerika, Brasilia, Argentina dan daerah lain sebagai
produk yang berbeda satu sama lain. Dalam Model Armington ini
sistem perdagangan kedelai dibagi menjadi 7 daerah berdasarkan
aktivitas perdagangan

negaranya, yaitu: 3 eksportir utama

(Amerika Serikat, Brasilia dan Argentina), 3 importir utama (Uni

Eropa, Asia Timur, Indonesia], dan 1 daerah di luar negara-negara
tersebut.


Sistem

perdagangan

dirumuskan

menjadi

empat

persamaan, yaitu: persamaan permintaan, persamaan penawaran,
persanaan harga, dan persamaan identitas. Parameter permintaan
diduga

dengan

persamaan

permintaan


tunggal,

sedangltan

parameter penawaran diduga dengan Model Nerlovian. Pemecahan
Model Armington digunakan dua prosedur, yaitu pemecahan
jangka pendeli dan pemecahan jangka panjang.
Dalam
terhadap

perkembangannya,

komoditas

kedelai

produksi
cenderung


dan

permintaan

terus

meningkat.

Peningkatan produksi di Indonesia tidak terlepas dari upaya
pemerintah untuk meningkatkan produksi kedelai di Indonesia.
Namun, laju peningkatan ini tidak mampu mengimbangi laju
peningkatan konsumsi kedelai nasional yang terus meningkat,
sehingga impor kedelai pun cenderung meningkat. Kedelai impor
di Indonesia terutama berasal dari Amerika Serikat, dengan harga
yang lebih tinggi dari harga kedelai lokal, sebagai altibat kebijakan
harga yang ditetapkan pemerintah untuk melindungi keberadaan
kedelai lokal.
Perkembangan kedelai di dunia tampak terus meningltat,
baik


dalarn produksi, maupun perdagangan ekspor dan impor

liedelai. Penawaran produsen utama dunia, yaitu Alnerilia Serikat
dan Brasilia cenderung meningkat, sedang penawaran Argentina
dan Cina cenderung menurun. Di sisi lain, permintaan negaranegara pengimpor kedelai di dunia, seperti Jepang dan negaranegara Uni-Eropa terus meningkat, sehingga harga kedelai di
pasar internasional pun cenderung meningkat.
Hasil

pendugaan

internasional yang

permintaan

dianalisis

impor

kedelai


di

(Uni Eropa, Asia Timur

pasar
dan

Indonesia) adalah: (1) elastisitas harga langsung dari permintaan
kedelai di Indonesia bersifat elastisis, (2) elastisitas harga langsung
dari permintaan kedelai di Asia Timur dan Uni Eropa (sebagai

negara pengimpor yang dianalisis) bersifat inelastis, dan (3)
elastisitas harga silang (harga jagung) dan elastisitas pendapatan
di seluruh negara pengimpor yang dianalisis bersifat inelastis.
Hasil pendugaan penawaran kedelai dari negara-negara
elisportir utama (Amerika Serikat, Brasilia dan Argentina) dengan
Model Nerlovian menunjukkan bahwa elastisitas penawaran
elispor kedelai di pasar internasional bersifat inelastis dan selama
lrurun walitu analisis, elrspor kedelai dari Amerika Serikat dan
Brasilia cenderung meningkat, sedangkan ekspor lredelai dari

Argentina cenderung menurun.
Hasil analisis simulasi jangka pemecahan jangka pendeli
dan janglia panjang menyebutkan bahwa Indonesia responsif
terhadap faktor eksogenus penggeser harga permintaan kedelai
(yaitu: perubahan, pajak ekspor dan biaya transportasi), dengan
pengaruh terbesar berasal dari kebijakan yang dilakukan oleh
pemerintah Amerika Serikat. Indonesia juga responsif terhadap
pergeseran penawaran, dengan pengaruh impor terbesar terjadi
pada

perubahan

permintaan

impor

dari

Amerika


Serikat.

Sedanglran permintaan Indonesia terhadap liedelai lokal sebagai
akibat pengaruh dari berbagai kebijalian eksogenus penggeser
harga permintaan dan pergeseran penawaran liurang responsif.
Namun perubahan volume dan harga permintaan kedelai impor di
Indonesia yang terbesar diakibatkan oleh perubahan nilai tukar
rupiah akibat terjadinya krisis moneter dan ekonomi di Indonesia,
sejak pertengahan tahun 1997.
Beberapa implikasi kebijalian yang dapat diliemukakan dari
studi ini adalah: (1) penerapan kebijakan pemerintah untuk
meningkatkan

ekstensifiliasi

dan

intensifikasi

pengusahaan


liomoditas kedelai culiup tepat untuk meningkatlran permintaan
alian kedelai lokal dan menurunkan permintaan terhadap kedelai
impor dari manca negara. Kebijakan ini jika dapat diperluas dan
disempurnakan, akan lebih mampu menurunkan permintaan

-

terhadap liedelai impor, (2) pengaruh yang cukup besar dan
berbeda-beda

dari

perubahan

kebijakan

perdangangan

internasional dari negara-negara pengelrspor kedelai lie Indonesia
dapat dimanfaatkan untuk memperoleh volume impor lredelai yang
dibutuhlran

dengan meminimalkan pengeluaran devisa. Hal ini

dapat dilalcsanaltan dengan penyediaan dan penyebaran informasi
tentang kebijakan pemerintah negara produsen ltedelai oleh
pemeritah Indonesia kepada importir ltedelai di Indonesia, (3)
pengaruh yang cukup besar dan berbeda-beda dari perubahan
biaya transportasi untuk setiap negara pengekspor lredelai ke
Indonesia, dapat dimanfaatkan untuk memperoleh lredelai impor
dengan

harga

lebih

kompetitif,

sehingga

dapat

menelian

pengeluaran devisa Indonesia. Hal ini juga dapat dilaksanakan
dengan penyediaan dan penyebaran informasi tentang perubahan
biaya transportasi oleh pemeritah Indonesia kepada importir
kedelai di Indonesia, (4) pemerintah dapat memanfaatkan lrondisi
krisis moneter

yang masih berlangsung di Indonesia untulr

menurunlian permintaan impor kedelai, misalnya pelaltsanaan
program yang dapat meningkatkan daya substitusi kedelai loltal,
seperti pengembangan benih kedelai yang disukai petani dan
pengusaha tahu-tempe, yang dapat mensubstitusi kedelai impor,
untuk mendukung efektivitas kebijakan lainnya.

/ G?:,#.

/ 2-J

d*

.\

,'

r

ifit;

( ' [ ..

(

ANALISIS PERDAGANGAN KEDELAI
DI INDONESIA
(PENERAPAN MODEL ARMINGTON)

oleh :

Merry Rachmawati

A07495086

PROGRAM STUD1 AGRIBISNIS
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1999

MERRY RACHMAWATI. Analisis Perdagangan Kedelai di

Indonesia (Penerapan Model Armington). Di bawah birnbingan
ANNY RATNAWATI dan RITA NURMALINA SURYANA.
Kedelai merupakan komoditas yang sedang dikembangkan
di Indonesia karena lredelai merupalian salah satu tanaman
pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung, sehingga
lromoditas ini mendapat perhatian yang lebih dari pemerintah
dalam kebijakan pangan nasional. Kedelai mengadung nilai gizi
yang tinggi, harga relatif murah dan ragam kegunaan yang cukup
luas untuli dikonsumsi langsung maupun sebagai bahan baku
industri pangan dan palian ternak.
Penelitian

ini

bertujuan

untuk

rnengkaji

keragaan

perekonomian kedelai di Indonesia dan dunia, menganalisis
penawaran ekspor kedelai di pasar internasional, permintaan
impor kedelai di Indonesia dan di pasar internasional, dan dampak
liebijakan alternatif pemerintah Indonesia dan negara pengekspor
kedelai ke Indonesia terhadap perdagangan kedelai di Indonesia.
Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan untaian
waktu (time series) selama 29 tahun dari tahun 1968 sampai
dengan 1996. Data tersebut diperoleh dari barbagai sumber,
antara lain: Biro Pusat Statistik Indonesia, FAO, ISTA Mielke
Gmbh, .USDA, American Soybean Association (ASA), PT. Swaco
Prima Windutama. Penelitian ini menggunakan M o d e l A r m i n g t o n
yang mengasumsilian bahwa lionsumen Indonesia memandang
liedelai dari Amerika, Brasilia, Argentina dan daerah lain sebagai
produk yang berbeda satu sama lain. Dalam Model Armington ini
sistem perdagangan kedelai dibagi menjadi 7 daerah berdasarkan
aktivitas perdagangan

negaranya, yaitu: 3 eksportir utama

(Amerika Serikat, Brasilia dan Argentina), 3 importir utama (Uni

Eropa, Asia Timur, Indonesia], dan 1 daerah di luar negara-negara
tersebut.

Sistem

perdagangan

dirumuskan

menjadi

empat

persamaan, yaitu: persamaan permintaan, persamaan penawaran,
persanaan harga, dan persamaan identitas. Parameter permintaan
diduga

dengan

persamaan

permintaan

tunggal,

sedangltan

parameter penawaran diduga dengan Model Nerlovian. Pemecahan
Model Armington digunakan dua prosedur, yaitu pemecahan
jangka pendeli dan pemecahan jangka panjang.
Dalam
terhadap

perkembangannya,

komoditas

kedelai

produksi
cenderung

dan

permintaan

terus

meningkat.

Peningkatan produksi di Indonesia tidak terlepas dari upaya
pemerintah untuk meningkatkan produksi kedelai di Indonesia.
Namun, laju peningkatan ini tidak mampu mengimbangi laju
peningkatan konsumsi kedelai nasional yang terus meningkat,
sehingga impor kedelai pun cenderung meningkat. Kedelai impor
di Indonesia terutama berasal dari Amerika Serikat, dengan harga
yang lebih tinggi dari harga kedelai lokal, sebagai altibat kebijakan
harga yang ditetapkan pemerintah untuk melindungi keberadaan
kedelai lokal.
Perkembangan kedelai di dunia tampak terus meningltat,
baik

dalarn produksi, maupun perdagangan ekspor dan impor

liedelai. Penawaran produsen utama dunia, yaitu Alnerilia Serikat
dan Brasilia cenderung meningkat, sedang penawaran Argentina
dan Cina cenderung menurun. Di sisi lain, permintaan negaranegara pengimpor kedelai di dunia, seperti Jepang dan negaranegara Uni-Eropa terus meningkat, sehingga harga kedelai di
pasar internasional pun cenderung meningkat.
Hasil

pendugaan

internasional yang

permintaan

dianalisis

impor

kedelai

di

(Uni Eropa, Asia Timur

pasar
dan

Indonesia) adalah: (1) elastisitas harga langsung dari permintaan
kedelai di Indonesia bersifat elastisis, (2) elastisitas harga langsung
dari permintaan kedelai di Asia Timur dan Uni Eropa (sebagai

negara pengimpor yang dianalisis) bersifat inelastis, dan (3)
elastisitas harga silang (harga jagung) dan elastisitas pendapatan
di seluruh negara pengimpor yang dianalisis bersifat inelastis.
Hasil pendugaan penawaran kedelai dari negara-negara
elisportir utama (Amerika Serikat, Brasilia dan Argentina) dengan
Model Nerlovian menunjukkan bahwa elastisitas penawaran
elispor kedelai di pasar internasional bersifat inelastis dan selama
lrurun walitu analisis, elrspor kedelai dari Amerika Serikat dan
Brasilia cenderung meningkat, sedangkan ekspor lredelai dari
Argentina cenderung menurun.
Hasil analisis simulasi jangka pemecahan jangka pendeli
dan janglia panjang menyebutkan bahwa Indonesia responsif
terhadap faktor eksogenus penggeser harga permintaan kedelai
(yaitu: perubahan, pajak ekspor dan biaya transportasi), dengan
pengaruh terbesar berasal dari kebijakan yang dilakukan oleh
pemerintah Amerika Serikat. Indonesia juga responsif terhadap
pergeseran penawaran, dengan pengaruh impor terbesar terjadi
pada

perubahan

permintaan

impor

dari

Amerika

Serikat.

Sedanglran permintaan Indonesia terhadap liedelai lokal sebagai
akibat pengaruh dari berbagai kebijalian eksogenus penggeser
harga permintaan dan pergeseran penawaran liurang responsif.
Namun perubahan volume dan harga permintaan kedelai impor di
Indonesia yang terbesar diakibatkan oleh perubahan nilai tukar
rupiah akibat terjadinya krisis moneter dan ekonomi di Indonesia,
sejak pertengahan tahun 1997.
Beberapa implikasi kebijalian yang dapat diliemukakan dari
studi ini adalah: (1) penerapan kebijakan pemerintah untuk
meningkatkan

ekstensifiliasi

dan

intensifikasi

pengusahaan

liomoditas kedelai culiup tepat untuk meningkatlran permintaan
alian kedelai lokal dan menurunkan permintaan terhadap kedelai
impor dari manca negara. Kebijakan ini jika dapat diperluas dan
disempurnakan, akan lebih mampu menurunkan permintaan

-

terhadap liedelai impor, (2) pengaruh yang cukup besar dan
berbeda-beda

dari

perubahan

kebijakan

perdangangan

internasional dari negara-negara pengelrspor kedelai lie Indonesia
dapat dimanfaatkan untuk memperoleh volume impor lredelai yang
dibutuhlran

dengan meminimalkan pengeluaran devisa. Hal ini

dapat dilalcsanaltan dengan penyediaan dan penyebaran informasi
tentang kebijakan pemerintah negara produsen ltedelai oleh
pemeritah Indonesia kepada importir ltedelai di Indonesia, (3)
pengaruh yang cukup besar dan berbeda-beda dari perubahan
biaya transportasi untuk setiap negara pengekspor lredelai ke
Indonesia, dapat dimanfaatkan untuk memperoleh lredelai impor
dengan

harga

lebih

kompetitif,

sehingga

dapat

menelian

pengeluaran devisa Indonesia. Hal ini juga dapat dilaksanakan
dengan penyediaan dan penyebaran informasi tentang perubahan
biaya transportasi oleh pemeritah Indonesia kepada importir
kedelai di Indonesia, (4) pemerintah dapat memanfaatkan lrondisi
krisis moneter

yang masih berlangsung di Indonesia untulr

menurunlian permintaan impor kedelai, misalnya pelaltsanaan
program yang dapat meningkatkan daya substitusi kedelai loltal,
seperti pengembangan benih kedelai yang disukai petani dan
pengusaha tahu-tempe, yang dapat mensubstitusi kedelai impor,
untuk mendukung efektivitas kebijakan lainnya.