BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Tanggung jawab Direksi Perseroan yang perusahaannya mengalami kepailitan
pada prinsipnya sama dengan tanggung jawab Direksi yang perusahaannya tidak sedang mengalami kepailitan. Pada prinsipnya Direksi tidak
bertanggung jawab secara pribadi terhadap perbuatan yang dilakukan untuk dan atas nama Perseroan berdasarkan wewenang yang dimilikinya. Hal ini
karena perbuatan Direksi dipandang sebagai perbuatan Perseroan yang merupakan subjek hukum mandiri sehingga Perseroanlah yang bertanggung
jawab terhadap perbuatan Perseroan itu sendiri yang dalam hal ini direpresentasikan oleh Direksi. Akan tetapi, dalam beberapa hal Direksi dapat
pula dimintai pertanggungjawabannya secara pribadi dalam hal kepailitan Perseroan ini. Berdasarkan Pasal 104 ayat 2 Undang-Undang Nomor
40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, seorang anggota Direksi dapat dimintai pertanggungjawaban hukum ketika Perseroan pailit
sebagai akibat kesalahan atau kelalaiannya dalam mengurusi Perseroan. Berdasarkan Pasal 104 ayat 2 UUPT tersebut, dapat diketahui
bahwa UUPT membuat beberapa pengecualian terhadap tanggung jawab anggota Direksi dalam hal Perseroan dinyatakan pailit, yaitu:
Bustanul Arifin : Tanggung Jawab Direksi Perseroan Terhadap Perseroan Yang Dinyatakan Pailit, 2009
a. Anggota Direksi hanya akan bertanggung jawab secara pribadi
jika Perseroan dinyatakan pailit sesuai dengan prosedur yang berlaku. Artinya, jika Perseroan dibubarkan tanpa melalui
prosedur kepailitan, dengan sendirinya a nggota Di re ksi terl epas dari tanggung jawab secara pribadi tersebut;
b. Ada unsur kesalahan atau kelalaian yang dilakukan Direksi d a l a m
m e n g u r u s i d a n m e w a k i l i P e r s e r o a n . A r t i n y a , tanggung jawab secara pribadi anggota Direksi akan terkait dengan ada atau
tidaknya kesalahan atau kelalaian yang dilakukan oleh anggota Direksi dalam mengurusi dan mewakili Perseroan;
c. Tanggung jawab anggota Direksi tersebut bersifat residual, artinya
anggota Direksi hanya akan bertanggung jawab bila kekayaan Perseroan tidak cukup untuk menutupi kerugian akibat kepailitan tersebut;
d. Tanggung jawab anggota Direksi tersebut juga bersifat
t a n g g u n g r e n t e n g , a r t i n y a w a l a u p u n k e s a l a h a n a t a u kelalaian itu dilakukan seorang anggota Direksi, tetapi yang lain juga
dipresumsi untuk ikut bertanggung jawab. Sebab menurut UUPT tugas dan kewajiban pengurusan dan perwakilan Perseroan
dilakukan secara kolektif oleh seluruh anggota Direksi. 2.
Kedudukan Perseroan yang telah dinyatakan pailit tidak secara otomatis berhenti dan bubar, melainkan masih eksis kebadanhukumannya dari
Perseroan dan bahkan dalam kondisi tertentu masih menjalankan usahanya
Bustanul Arifin : Tanggung Jawab Direksi Perseroan Terhadap Perseroan Yang Dinyatakan Pailit, 2009
seperti lazimnya Perseroan ketika tidak terjadinya kepailitan. Masih eksisnya kebadanhukumannya dari Perseroan tersebut dalam arti bahwa masih ada
proses dan tahapan-tahapan tertentu dari sejak dinyatakannya pailit sampai dengan selesainya pemberesan harta pailit dari Perseroan itu. Terhadap organ-
organ Perseroan, kepailitan mengakibatkan organ-organ Perseroan tidak lagi secara sah dapat melakukan perbuatan hukum yang mengikat harta pailit
Perseroan, karena kewenangan tersebut secara eklusif ada pada kurator. Namun demikian, hal ini tidak berarti bahwa kurator selanjutnya menggantikan
kedudukan organ-organ Perseroan pailit. Pada dasarnya organ-organ Perseroan tetap berfungsi sesuai dengan UUPT dan anggaran dasarnya.
Semisal dalam anggaran dasar Perseroan pailit terdapat ketentuan yang mempersyaratkan persetujuan RUPS untuk pengalihan saham Dalam
Perseroan, maka RUPS tetap berwenang dalam memberikan persetujuan tersebut.
3. Prinsip business judgment rule dapat diterapkan kepada Direksi Perseroan
yang dinyatakan pailit apabila Direksi tersebut dapat membuktikan bahwa kerugian ataupun kepailitan Perseroan tersebut terjadi bukan kerena kesalahan
ataupun kelalaiannya, Direksi tersebut telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan maupun maksud dan tujuan
Perseroan, selain itu Direksi tersebut juga tidak mempunyai benturan kepentingan baik secara langsung maupun tidak langsung atas tindakan
pengurusan yang mengakibatkan kerugian Perseroan, kemudian Direksi telah
Bustanul Arifin : Tanggung Jawab Direksi Perseroan Terhadap Perseroan Yang Dinyatakan Pailit, 2009
B. Saran