Lampiran 3. Analisis ekonomi Pengukuran Biaya produksi dilakukan dengan cara menjumlahkan biaya
yang dikeluarkan yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap biaya pokok. Biaya pokok
C BTT
x BT
+ =
dimana : BT = total biaya tetap Rptahun
BTT = total biaya tidak tetap Rpjam x = total jam kerja per tahun jamtahun
C = kapasitas alat jamsatuan produksi
I. Unsur Produksi
1. Biaya Pembuatan Alat P
= Rp. 1.000.000 2. Umur ekonomi n
= 7 tahun 3. Nilai akhir alat S
= Rp. 100.000 4
Jam kerja = 4 jamhari
5. Produksihari = 45 ml
6. Biaya operator = Rp. 20.000hari
7. Biaya perbaikan = Rp. 9,03 jam
8. Bunga modal dan asuransi = Rp. 97.142,857 tahun
9. Biaya sewa gedung = Rp. 10.000 tahun
10. Pajak = Rp. 20.000 tahun
11. Jam kerja alat per tahun = 1196 jam tahun asumsi 299 hari
efektif berdasarkan 2009
Universitas Sumatera Utara
II. Perhitungan Biaya Produksi Biaya Tetap BT
Biaya penyusutan
dimana : D
= Biaya penyusutan Rptahun P
= Nilai awal harga belipembuatan alsin Rp S
= Nilai akhir alsin 10 dari P Rp n
= Umur ekonomi tahun
D = Rp. 128.571,428 tahun
Bunga modal dan asuransi
Bunga modal pada bulan Desember 15, Asuransi 2 Bunga modal dan asuransi
= Rp. 97.142,857 tahun
Biaya sewa gedung
= 1 . P = 1 x Rp 1.000.000
= Rp. 10.000 tahun n
S P
D −
=
n n
P i
I 2
1 +
=
Universitas Sumatera Utara
Pajak
= 2 . P = 2 x Rp 1.000.000
= Rp. 20.000 tahun Total Biaya Tetap BT
= Rp.255.714,285tahun
Biaya Tidak Tetap BTT Biaya perbaikan alat reparasi
= =
= Rp. 9,03jam
Biaya operator
= Rp. 5.000Jam Total Biaya Tidak Tetap BTT
= Rp.5.009,03jam
Biaya minyak nilam Biaya Pokok
=
= Rp 459,609ml
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Break event point Analisis titik impas umumnya berhubungan dengan proses penentuan
tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang dilakukan dapat membiayai sendiri self financing. Dan selanjutnya dapat berkembang sendiri
self growing. Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap sama dengan nol.
Biaya tetap F = Rp 255.714,285tahun
Biaya tidak tetap V = Rp. 5.009,03 jam 1 jam = 11,25ml
= Rp. 445,247 ml Penerimaan dari tiap mL produksi = 15 x BT+BTT + BT+BTTKA
= Rp. 528,896ml Alat akan mencapai break event point jika alat telah menghasilkan minyak nilam
sebanyak
= 3056,99mltahun V
R F
N −
=
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Net present value NPV adalah selisih antara present value dari investasi dengan nilai sekarang
dari penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang. Identifikasi masalah kelayakan finansial dianalisis dengan menggunakan metode analisis
finansial dengan kriteria investasi. Net present value adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur suatu alat layak atau tidak untuk diusahakan.
Perhitungan net present value merupakan net benefit yang telah didiskon dengan discount factor Pudjosumarto, 1998.
Secara singkat rumusnya : CIF – COF
≥ 0 dimana : CIF
= cash inflow
COF =
cash outflow Sementara itu keuntungan yang diharapkan dari investasi yang dilakukan
dalam bertindak sebagai tingkat bunga modal dalam perhitungan-perhitungan Penerimaan CIF = pendapatan x PA, i, n + Nilai ahir x PF, i, n
Pengeluaran COF = Investasi + pembiayaan PA, i, n Kriteria NPV yaitu
− NPV 0, berarti usaha yang telah dilaksanakan menguntungkan; :
− NPV 0, berarti sampai dengan t tahun investasi proyek tidak menguntungkan;
− NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang dikeluarkan.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan persamaan nilai NPV alat ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
CIF – COF ≥ 0
Investasi : Rp. 1.000.000
Pendapatan : Rp. 7.116.304,53
Nilai akhir : Rp. 100.000
Pembiayaan : Rp. 5.990.799,88tahun
Suku bunga bank : Rp 15
Suku bunga coba-coba : Rp 20
Umur alat : 7 tahun
Cash in Flow 15 1. Pendapatan : pendapatan x PA, 15,7
: Rp. 7.116.304,53 x 4,160 : Rp. 29.603.826,85
2. Nilai akhir : nilai akhir x PF, 15,7
: Rp 100.000 x 0,3759 : Rp. 37.590
Jumlah CIF : Rp. 29.641.416,85
Universitas Sumatera Utara
Cash out Flow 15
1. Investasi : Rp. 1.000.000
2. pembiayaan : pembiayaan x PA, 15, 7
: Rp. 5.990.799,88 x 4,160 = Rp. 24.921.727,50
Jumlah COF : Rp. 25.921.727,50
NPV 15 = CIF – COF
= Rp. 29.641.416,85 – 25.921.727,50 = Rp. 3.719.689,35
Cash in Flow 20 1. Pendapatan : pendapatan x PA, 20,7
: Rp. 7.116.304,53 x 3,605 : Rp. 25.654.277,83
2. Nilai akhir : nilai akhir x PF, 20,7
: Rp.100.000 x 0,2791 : Rp. 27.910
Jumlah CIF : Rp. 25.682.187,83
Universitas Sumatera Utara
Cash out Flow 20
1. Investasi : Rp. 1.000.000
2. pembiayaan : pembiayaan x PA, 20, 7
: Rp. 5.990.799,88 x 3,605 = Rp. 21.596.833,57
Jumlah COF : Rp. 22.596.833,57
NPV 20 = CIF – COF
= Rp. 25.682.187,83 – 22.596.833,57 = Rp. 3.085.354,26
Jadi besarnya NPV 15 adalah Rp. 3.719.689,35 dan NPV 20 adalah Rp. 3.085.354,26. Jadi nilai NPV dari alat ini
≥ 0 maka usaha ini layak untuk dijalankan.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Internal rate of return Internal Rate of Return IRR ini digunakan untuk memperkirakan
kelayakan lama umur pemilikan suatau alat atau mesin pada tingkat keuntungan tertentu. Internal rate of return IRR adalah suatu tingkatan discount rate,
dimana diperoleh BC ratio = 1 atau NPV = 0. Berdasarkan harga dari NPV = X positif atau NPV= Y positif dan NPV = X positif atau NPV = Y negatif,
dihitunglah harga IRR dengan menggunakan rumus berikut:
Dan
dimana : p
= suku bunga bank paling atraktif q = suku bunga coba-coba dari p
X = NPV awal pada p Y = NPV awal pada q
Purba, 1997.
Suku bunga bank paling atraktif p = 15 Suku bunga coba-coba dari p q =20
= 49,319
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Spesifikasi alat penyuling minyak atsiri tipe uap 1.
Wadah air penghasil uap Dimensi
Diameter : 37 cm
Tinggi : 40 cm
2. Wadah bahan
Dimensi Diameter
: 35 cm Tinggi
: 80 cm 3.
Wadah pendingin Dimensi
Diameter : 45 cm
Lebar : 35 cm
Diameter pipa : 1 cm
Tebal plat : 1 mm
Kapasitas efektif : 11,25mljam
Rendemen : 1,55
Efisiensi alat : 77,15
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Prinsip kerja alat Seperti diketahui sebelumnya, penyulingan minyak atsiri ini diawali
dengan menguapkan air yang ada pada wadah bahan, untuk selanjutnya uap ini dialirkan menuju wadah bahan untuk menangkap minyak yang dikandung oleh
bahan. Bahan-bahan ini, di dalam wadah bahan di letakkan di atas sebuah piringan yang berlubang-lubang. Melalui lubang inilah uap akan mengalir menuju bahan
dan selanjutnya dialirkan menuju wadah pendingin. Wadah ini berisi es batu yang ditaburi garam dan berfungsi mengubah air yang bercampur minyak, yang semula
masih dalam fasa gas berubah menjadi cair. Hasil sulingan ini ditampung langsung pada gelas ukur. Jadi, prinsip kerja alat penyuling minyak atsiri tipe uap
ini adalah dengan menguapkan air sebagai media pembawa minyak yang dikandung bahan untuk dicairkan kembali oleh kondensor kemudian ditampung
dan dipisahkan antara minyak dan air.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Gambar daun nilam
Gambar 2. Daun nilam basah
Gambar 3. Daun nilam kering
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. Komponen alat penyuling minyak atsiri tipe uap
Gambar 4. Wadah air penghasil uap
Gambar 5. Wadah bahan
Universitas Sumatera Utara
Gambar 6. Wadah pendingin
Gambar 7. Botol penampung hasil
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. Proses penyulingan minyak atsiri
Gambar 8a. Proses penyulingan minyak atsiri
Gambar 8b. Proses penyulingan minyak atsiri
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12. Minyak nilam
Gambar 9. Minyak hasil penyulingan I
Gambar 10. Minyak hasil penyulingan II
Universitas Sumatera Utara
Gambar 11. Minyak hasil penyulingan III
Gambar 12. Minyak hasil penyulingan I, II, dan III
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. Keselamatan kerja dan perawatan alat
Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan selama proses kerja. Pada
alat penyulingan minyak atsiri tipe uap ini hendaknya perlu diperhatikan penggunaan kompor sebagai sumber panas. Kompor harus benar-benar dalam
keadaan bagus, hindari sumbu yang sudah pendek, hindari pemakaian api yang terlalu besar, dan bahan bakarnya tidak boleh kurang. Pengisian bahan bakar
sebaiknya dilakukan pada saat kompor dalam keadaan mati belum dinyalakan. Bersihkan kembali tumpahan bahan bakar di sekitar kompor agar api tidak
merembet ke sekitarnya. Selain itu, pastikan tersedianya botol penampung hasil cadangan agar
dapat menampung semua hasil sulingan. Pastikan pula konstruksi dudukan komponen proses penyulingan tersebut berdiri tegak dan tidak goyah, karena bila
goyah akan mudah jatuh dan kecelakaan kerja yang lebih besar bisa saja terjadi. Keselamatan operator juga tidak boleh luput. Dianjurkan kepada operator
untuk menggunakan sarung tangan untuk menghindari kontak fisik langsung antara kulit dengan komponen alat penyulingan.
Perawatan Alat
Setelah digunakan, alat harus dibersihkan kembali. Wadah air yang menghitam sebaiknya dicuci sehingga tampak bersih kembali. Wadah bahan juga
begitu, bersihkan dari sisa-sisa daun nilam yang telah disuling. Cek kembali keadaan kompor untuk menghindari api yang masih menyala. Setelah semua
Universitas Sumatera Utara
komponen dicuci, sebaiknya keringkan terlebih dahulu atau dilap untuk
menghindari munculnya jamur.
Universitas Sumatera Utara