Prognosis Kerangka Konsepsional Rancangan Penelitian Kerangka Kerja Cara Kerja

2.10. Prognosis

Pada umumnya prognosis kurang baik. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi prognosis keganasan nasal dan sinus paranasal, cara tepat dan akurat. Faktor-faktor tersebut seperti perbedaan diagnosis histologi, asal tumor primer, perluasan tumor, pengobatan yang diberikan sebelumnya, status batas sayatan, terapi adjuvan yang diberikan, status imunologis, lamanya follow up dan banyak lagi faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap agresifitas penyakit dan hasil pengobatan yang tentunya berpengaruh juga terhadap prognosis penyakit ini. Walaupun demikian, pengobatan yang agresif secara multimodalitas akan memberikan hasil yang terbaik dalam mengontrol tumor primer dan akan meningkatkan angka ketahanan hidup 5 tahun sebesar 75 untuk seluruh stadium tumor Roezin, 2007; Nazar et al, 2004. Universitas Sumatera Utara

2.11. Kerangka Konsepsional

Suspek Tumor Ganas Sinonasal Paparan karsinogen lingkungan Genetik ? Tipe histologi Stadium klinis Jenis kelamin Umur Suku Keluhan Utama Lama Menderita Lokasi tumor Tumor Ganas Sinonasal CT scan = yang akan diteliti Gambar 2.15. Skema Kerangka Konsepsional Universitas Sumatera Utara BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian merupakan penelitian case series.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di SMF THT-KL RSUP H. Adam Malik Medan.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dari bulan Agustus 2010 sampai Februari 2011 yang meliputi studi kepustakaan, pengumpulan data, penelitian, analisa data dan penulisan laporan penelitian. Jadwal Kegiatan tahun 2010-2011 No Kegiatan Agst Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar 1. Studi kepustakaan x 2. Pengumpulan data 3. Penelitian 4. Analisa data 5. Pembacaan hasil Universitas Sumatera Utara

3.3. Kerangka Kerja

Penderita tumor ganas sinonasal tahun 2005-2009 Jenis kelamin Umur Suku Keluhan Utama Lama Menderita Lokasi Tumor Tipe histologi Stadium klinis Rekam Medik Gambar 3.1. Skema Kerangka Kerja

3.4. Populasi, Sampel dan Besar Sampel

3.4.1. Populasi

Populasi penelitian adalah semua penderita tumor ganas sinonasal yang telah dilakukan pemeriksaan CT scan dan biopsi jaringan di RSUP H. Adam Malik Medan pada periode Januari 2005 sampai Desember 2009.

3.4.2. Sampel

Sampel penelitian adalah seluruh penderita tumor ganas sinonasal di RSUP H. Adam Malik Medan sejak Januari 2005 sampai dengan Desember 2009 yang datanya diambil dari rekam medik.

3.4.3. Besar Sampel

Penentuan besar sampel pada penelitian ini adalah berdasarkan lamanya waktu, yaitu jumlah penderita dengan diagnosis tumor ganas sinonasal di RSUP H. Adam Malik Medan sejak Januari 2005 sampai dengan Desember 2009. Universitas Sumatera Utara 3.5. Definisi Operasional ● Tumor ganas sinonasal adalah keganasan yang dapat berasal dari komponen epitelial dan nonepitelial yang berkembang pada sinonasal. • Jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan. • Umur adalah usia yang dihitung dalam tahun dan menurut ulang tahun terakhir. Perhitungannya berdasarkan kalender Masehi. • Suku adalah suatu kelompok masyarakat dengan budaya, adat istiadat tatanilai, norma dan bahasa tertentu. • Keluhan utama adalah keadaan atau kondisi yang menyebabkan penderita datang berobat. • Lama menderita adalah jangka waktu yang dihitung mulai dari penderita merasakan keluhan hingga datang berobat. • Tipe histologi adalah jenis dari suatu tumor jinak maupun ganas yang sediaannya diambil dari jaringan biopsi atau hasil operasi dan dilihat di bawah mikroskop oleh seorang ahli patologi. • Stadium klinis adalah penentuan stadium penyakit berdasarkan sistem TNM menurut klasifikasi American Joint Committee on Cancer AJCC 2006.

3.6. Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan dua cara yaitu analisis univariat dan analisis bivariat. Universitas Sumatera Utara

3.6.1. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk menyatakan deskripsi data seperti rerata, median, mode, proporsi dan sebagainya dan hanya melibatkan satu variabel Sastroasmoro, 2002.

3.6.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dinyatakan untuk menyatakan hubungan variabel-variabel yang menjadi karakteristik pasien dengan variabel-variabel yang menjadi karakteristik penyakit. Sastroasmoro, 2002.

3.7. Cara Kerja

Pengumpulan data-data diperoleh dari rekam medik pasien-pasien tumor ganas sinonasal yang telah dikonfirmasi dengan pemeriksaan histopatologi di Poliklinik THT-KL FK USU RSUP H. Adam Malik Medan. Data dikumpulkan dari bulan Januari 2005 sampai Desember tahun 2009. Data-data yang tidak lengkap dikeluarkan dari penelitian. Data-data diolah dan disajikan dalam bentuk tabel dan dideskripsikan. Universitas Sumatera Utara BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher RSUP H. Adam Malik Medan mulai bulan Januari 2005 hingga bulan Desember 2009. Data yang terkumpul sebanyak 51 orang yang memenuhi kriteria inklusi dari penderita karsinoma hidung dan sinus paranasal yang datang berobat ke RSUP H. Adam Malik Medan. Tabel 5.1. Frekuensi proporsi penderita menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin N Laki-laki 30 58,8 Perempuan 21 41,2 Total 51 100,0 Berdasarkan tabel di atas, jumlah penderita tumor ganas sinonasal yang ditemukan di RSUP H. Adam Malik Medan sebanyak 51 orang, jumlah penderita laki- laki ditemukan sebanyak 30 orang 58,8 dan jumlah penderita perempuan ditemukan sebanyak 21 orang 41,2. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.2. Frekuensi proporsi penderita menurut Suku Bangsa Suku Bangsa N Batak 25 49,0 Minang 1 2,0 Jawa 14 27,5 Aceh 7 13,7 Melayu 3 5,9 China 1 2,0 Total 51 100,0 Berdasarkan tabel di atas, penderita bersuku Batak paling sering ditemukan berjumlah 25 orang 49,0, diikuti suku Jawa sebanyak 14 orang 27,5. Tabel 5.3. Frekuensi proporsi penderita menurut Kelompok Usia Kelompok Usia N =30 7 13,7 30 - 50 23 45,1 50 - 70 18 35,3 70 3 5,9 Total 51 100,0 Berdasarkan tabel di atas, penderita pada kelompok usia 30-50 tahun paling sering ditemukan berjumlah 23 orang 45,1. Usia terendah adalah 16 tahun sedangkan usia tertinggi adalah 78 tahun. Rata-rata usia adalah 47 tahun. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.4. Frekuensi proporsi penderita menurut Keluhan Utama Keluhan Utama N Hidung tersumbat 29 56,9 Hidung berdarah 6 11,8 Pipi bengkak 9 17,6 Benjolan dalam rongga hidung 7 13,7 Total 51 100,0 Berdasarkan tabel di atas, keluhan utama yang tersering yang membawa penderita datang berobat adalah hidung tersumbat sebanyak 29 kasus 56,9, diikuti pipi bengkak sebanyak 9 kasus 17,6. Tabel 5.5. Frekuensi proporsi penderita menurut Lama Menderita Lama Menderita N 1tahun 32 62,7 1tahun - 5tahun 16 31,4 5tahun 3 5,9 Total 51 100,0 Berdasarkan tabel di atas, lama menderita penyakit tersebut adalah 1 tahun sebanyak 32 kasus 62,7. Berdasarkan anamnesa, lama keluhan yang paling singkat adalah 1 bulan, sedangkan yang paling lama adalah 10 tahun. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.6. Frekuensi proporsi penderita menurut Lokasi Tumor Lokasi Tumor N Kavum nasi 35 68,6 Sinus paranasal 6 11,8 Kavum nasi dan sinus paranasal 10 19,6 Total 51 100,0 Berdasarkan tabel di atas, lokasi tumor tersering adalah pada kavum nasi sebanyak 35 kasus 68,6, diikuti kavum nasi dan sinus paranasal sebanyak 10 kasus 19,6. Tabel 5.7. Frekuensi proporsi menurut Stadium Stadium N I 4 7,8 II 3 5,9 III 15 29,4 IV 29 56,9 Total 51 100,0 Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa sebagian besar pasien datang pada stadium lanjut stadium III dan IV sebanyak 44 kasus 86,3, dimana yang paling banyak ditemukan pasien dengan stadium klinis IV sebanyak 29 kasus 56,9, diikuti stadium klinis III sebanyak 15 kasus 29,4, stadium I sebanyak 4 kasus 7,8 dan stadium II sebanyak 3 kasus 5,9. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.8. Frekuensi proporsi menurut Hasil Pemeriksaan Histopatologi Hasil Pemeriksaan Histopatologi N Keratinizing SC 8 15,7 Non-keratinizing SC 29 56,9 Undifferentiated Ca 3 5,9 Limfoma Maligna 1 2,0 Adenocarcinoma 9 17,6 Melanoma Maligna 1 2,0 Total 51 100,0 Berdasarkan tabel di atas, non keratinizing squamous cell carcinoma merupakan tipe histologi tersering yang ditemukan yaitu sebanyak 29 kasus 56,9, diikuti adenokarsinoma sebanyak 9 kasus 17,6. Sedangkan keratinizing squamous cell carcinoma sebanyak 8 kasus 15,7, undifferentiated carcinoma sebanyak 3 kasus 5,9, limfoma maligna dan melanoma maligna masing-masing sebanyak 1 kasus 4,0. Tabel 5.9. Hasil Uji Bivariat antara variabel Variabel yang diuji Sig. 2-tailed Jenis kelamin dengan keluhan utama 0,295 Lama menderita dengan keluhan utama 0,016 Lama menderita dengan lokasi tumor 0,425 Lama menderita dengan stadium 0,837 Lokasi tumor dengan stadium 0,586 Lokasi tumor dengan hasil pemeriksaan histopatologi 0,964 Stadium dengan hasil pemeriksaan histopatologi 0,072 Dari hasil uji bivariat, ditemukan ada hubungan antara lama menderita dengan keluhan utama dengan p=0,016 p0,05. Tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan keluhan utama p=0.295, lama menderita dengan lokasi tumor p=0,425, lama menderita dengan stadium p=0,837, lokasi tumor dengan stadium p=0,586, lokasi Universitas Sumatera Utara tumor dengan hasil pemeriksaan histopatologi p=0,964 dan stadium dengan hasil pemeriksaan histopatologi p=0,072. Universitas Sumatera Utara BAB 5 PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan pada 51 orang yang memenuhi kriteria dari penderita karsinoma hidung dan sinus paranasal yang datang berobat ke RSUP H. Adam Malik Medan. 5.1. Analisis Univariat Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat penderita karsinoma hidung dan sinus paranasal terbanyak pada penelitian ini berjenis kelamin laki-laki sebanyak 58,8 dan perempuan sebanyak 41,2, dengan perbandingan antara laki-laki dan perempuan adalah 1,7:1. Hal ini sesuai dengan penelitian Mukaratirwa et al di Zimbabwe 2001 yang mendapatkan bahwa laki-laki lebih banyak daripada perempuan dengan perbandingan antara laki-laki dengan perempuan 1,4 : 1. Fasunla dan Lasisi di Nigeria 2007 juga mendapatkan bahwa laki-laki lebih banyak daripada perempuan dengan perbandingan antara laki-laki dan perempuan adalah 2,15 : 1. Gabriele et al di Israel 2007 mendapatkan jenis kelamin terbanyak penderita karsinoma hidung dan sinus paranasal adalah laki-laki sebanyak 74,2 dengan perbandingan antara laki-laki dan perempuan adalah 2,9 : 1. Kepustakaan menyebutkan bahwa penderita karsinoma hidung dan sinus paranasal lebih banyak ditemukan pada laki-laki daripada perempuan dengan perbandingan antara laki-laki dan perempuan sebesar 2 : 1 Wong dan Kraus, 2001; Lund, 2003. Pada tabel 5.2 dapat dilihat bahwa penderita tumor ganas sinonasal terbanyak ditemukan pada penderita suku Batak 49,0 yang juga sering ditemukan pada Universitas Sumatera Utara penderita karsinoma nasofaring. Dari sini muncul satu pemikiran bahwa selain karsinogenik, mutasi genetik kemungkinan berperan langsung dalam memicu pertumbuhan tumor ganas sinonasal. Apakah mutasi DNA pada penderita karsinoma nasofaring bersuku Batak adalah sama dengan penderita tumor ganas sinonasal? Hal ini tentu memerlukan penelitian lebih lanjut dan lebih dalam lagi. Pada tabel 5.3 dapat dilihat bahwa penderita pada kelompok usia 30-50 tahun paling sering ditemukan berjumlah 23 orang 45,1. Hal ini hampir sama dengan penelitian sebelumnya yaitu oleh Mukaratirwa et al di Zimbabwe 2001 mendapatkan rata-rata umur penderita karsinoma hidung dan sinus paranasal adalah 50 tahun. Sedikit lebih muda dari penelitian Eviatar et al 2004 di Israel yang mendapatkan rata-rata umur penderita karsinoma hidung dan sinus paranasal adalah 59 tahun. Sedangkan Panchal et al di Mumbai 2005 mendapatkan rata-rata umur penderita karsinoma hidung dan sinus paranasal adalah 55 tahun. Fasunla dan Lasisi di Nigeria 2007 mendapatkan rata-rata umur penderita karsinoma hidung dan sinus paranasal adalah 43,91 tahun dengan puncak usia adalah pada dekade ke 5. Gabriele et al di Italia 2007 juga mendapatkan umur penderita karsinoma hidung dan sinus paranasal terbanyak adalah pada kelompok umur 40-60 tahun yaitu sebanyak 64. Kepustakaan menyebutkan bahwa karsinoma hidung dan sinus paranasal sering muncul pada usia 50-70 tahun Wong dan Kraus, 2001; Lund, 2003. Pada tabel 5.4 dan 5.6 dapat dilihat bahwa keluhan utama yang membawa penderita datang berobat adalah hidung tersumbat 56,9 dan lokasi tersering adalah pada kavum nasi 68,6. Dari hasil pengamatan kami baik dengan pemeriksaan rinoskopi anterior maupun CT scan, massa tumor biasanya telah Universitas Sumatera Utara memenuhi kavum nasi meskipun tumor primer berasal dari sinus paranasal sehingga pasien biasanya mengeluhkan kesulitan bernafas oleh karena penyumbatan massa tumor. Apabila ditemukan pada sinus paranasal sendiri, tumor primer tersering berasal dari sinus maksilaris yang sesuai dengan literatur yang kami dapatkan Barnes, 2005. Pada tabel 5.5 dapat dilihat bahwa lama menderita penyakit tersebut adalah 1 tahun sebanyak 32 kasus 62,7. Berdasarkan anamnesa, lama keluhan yang paling singkat adalah 1 bulan, sedangkan yang paling lama adalah 10 tahun, rata-rata sebesar 5 tahun. Fasunla dan Lasisi di Nigeria 2007 mendapatkan lama keluhan berkisar anatar 3-15 bulan, dengan rata-rata 8,5 bulan. Pada tabel 5.7 dapat dilihat bahwa sebagian besar penderita karsinoma hidung dan sinus paranasal datang pada stadium lanjut stadium III dan IV sebanyak 86,3, dimana stadium IV paling banyak dijumpai yaitu sebesar 56,9. Penderita pada stadium dini stadium I dan II ditemukan sebanyak 13,7. Hal ini hampir sama dengan penelitian sebelumnya yaitu Strauss et al di Jerman 2005 tidak mendapatkan penderita karsinoma hidung dan sinus paranasal pada stadium I, namun pada stadium II didapatkan penderita karsinoma hidung dan sinus paranasal sebanyak 17,8. Fasunla dan Lasisi di Nigeria 2007 juga mendapatkan bahwa sebagian besar penderita karsinoma hidung dan sinus paranasal datang pada stadium lanjut stadium III dan IV sebanyak 94,67 dimana stadium III paling banyak dijumpai yaitu sebanyak 78,67. Penderita pada stadium dini hanya dijumpai sebanyak 5,33 dan seluruhnya pada stadium II. Universitas Sumatera Utara Pada tabel 5.8 dapat dilihat bahwa jenis histopatologi terbanyak penderita karsinoma hidung dan sinus paranasal pada penelitian ini adalah jenis squamous cell carcinoma 72,6. Hal ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu Mukaratirwa et al di Zimbabwe 2001 mendapatkan adenokarsinoma sebagai jenis histopatologi yang terbanyak pada penderita karsinoma hidung dan sinus paranasal sebanyak 34,0. Panchal et al di Mumbai 2005 mendapatkan squamous cell carcinoma sebagai jenis histopatologi yang terbanyak sebesar 40,9. Fasunla dan Lasisi di Nigeria 2007 mendapatkan squamous cell carcinoma sebagai jenis histopatologi yang terbanyak yaitu sebesar 69,0. Gabriele et al di Israel 2007 juga mendapatkan squamous cell carcinoma sebagai jenis histopatologi yang terbanyak yaitu sebesar 29,0. Kepustakaan menyebutkan bahwa sebagian besar keganasan pada hidung dan sinus paranasal berasal dari epitel dan jenis yang terbanyak adalah squamous cell carcinoma Barnes, 2005. Pada penelitian didapatkan non keratinizing squamous cell carcinoma sebanyak 56,9 dan keratinizing squamous cell carcinoma sebanyak 15,7. Pada umumnya penderita karsinoma hidung dan sinus paranasal datang pada keadaan stadium lanjut dan juga terdiagnosa setelah stadiumnya lanjut. Hal ini dikarenakan gejala pada karsinoma ini yang mirip dengan keadaan inflamasi pada stadium awal Mandpe, 2008. Pada awalnya penderita tidak memiliki keluhan yang berarti hanya terbatas pada hidung tersumbat dan berair, dan apabila diberikan antibiotika dan kortikosteroid maka gejalanya akan berkurang. Hal inilah yang sering diabaikan oleh penderita sampai akhirnya tumor telah menginvasi sampai ke kavum nasi, bahkan sampai ke rongga orbita dan basis cranii. Konsistensi massa Universitas Sumatera Utara biasanya rapuh dan mudah berdarah yang sering menimbulkan perdarahan dari kavum nasi dan rongga mulut sehingga pasien mulai tersadar bahwa dia menderita suatu penyakit yang membawanya datang berobat.

5.2. Analisis Bivariat