Aktivitas Antimikrob dan Karakterisasi Nanosilver Ekstraseluler Veronaea sp. KT19

AKTIVITAS ANTIMIKROB DAN KARAKTERISASI
NANOSILVER EKSTRASELULER Veronaea sp. KT19

CHOLILA WIDYA HAPSARI

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi “Aktivitas Antimikrob dan
Karakterisasi Nanosilver Ekstraseluler Veronaea sp. KT19” adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2014
Cholila Widya Hapsari
NIM C34090011

ABSTRAK

CHOLILA WIDYA HAPSARI. Aktivitas Antimikrob dan Karakterisasi
Nanosilver Ekstraseluler Veronaea sp. KT19. Dibimbing oleh KUSTIARIYAH
TARMAN dan POPI ASRI KURNIATIN.
Sintesis nanosilver secara biologis dapat menggunakan kapang. Tujuan
penelitian ini adalah mengetahui karakteristik nanosilver dan menentukan
aktivitas antibakteri nanosilver ekstraseluler kapang Veronaea sp. KT19. Aktivitas
tertinggi ditunjukkan oleh ekstrak hari ke-6 dengan zona hambat pada bakteri
Escherichia coli sebesar 15,5±0,7 mm dan Bacillus subtilis sebesar 13±2,8 mm.
Pengujian karakteristik menggunakan spektrofotometri UV-Vis menunjukkan
puncak penyerapan A6, A12, B6 (x), B6 (y), B12 (x) dan B12 (y) pada panjang
gelombang 450 nm, 400 nm, 263,5 nm, 262 nm, 262,5 nm dan 256,5 nm. Ratarata ukuran partikel terkecil didapatkan oleh A6 yaitu sebesar 32,25 nm. Aktivitas
antimikrob terhadap 5 mikroorganisme uji menunjukkan aktivitas lemah pada
Bacillus subtilis dan Staphylococcus aureus dan aktivitas sedang pada

Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa dan Candida maltosa.
Kata kunci: antibakteri,biosintesis, nanosilver, Veronaea sp.

ABSTRACT

CHOLILA WIDYA HAPSARI. Antimicrobial activity and characterization of
extracellular nanosilver of Veronaea sp. KT19. Supervised by KUSTIARIYAH
TARMAN and POPI ASRI KURNIATIN
Synthesis of nanosilver biologically may use fungi. The purpose of this
study was to characterize and to determine antimicrobial activity of extracellular
nanosilver of Veronaea sp. KT19. The highest activity was shown by extract of
day 6 with diameter of inhibition zones on the Escherichia coli was 15.5±0.7 mm
and Bacillus subtiliswas 13±2.8 mm. Spectrum of the nanoparticles of A6, A12,
B6 (x), B6 (y), B12 (x), and B12 (y) was measured at a wavelength of 450 nm,
400 nm, 263.5 nm, 262 nm, 262.5 nm and 256.5 nm. The smallest particle size
average obtained by A6 was 32.25 nm. Antimicrobial activity against 5
microorganisms showed weak activity againts Bacillus subtilis and
Staphylococcus aureus, showed moderate activity againts Escherichia coli,
Pseudomonas aeruginosa and Candida maltosa.
Keywords : antibacteria, biosynthesis, nanosilver, Veronaea sp.


© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

AKTIVITAS ANTIMIKROB DAN KARAKTERISASI
NANOSILVER EKSTRASELULER Veronaea sp. KT19

CHOLILA WIDYA HAPSARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada
Departemen Teknologi Hasil Perairan


DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi :Aktivitas Antimikrob dan Karakterisasi Nanosilver Ekstraseluler
Veronaea sp. KT19
Nama
: Cholila Widya Hapsari
NIM
: C34090011
Program studi : Teknologi Hasil Perairan

Disetujui oleh

Dr Kustiariyah Tarman, SPi, MSi
Pembimbing I


Popi Asri Kurniatin, SSiApt, MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Joko Santoso, MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Judul Skripsi :Aktivitas Antimikrob dan Karakterisasi N anosilver Ekstraseluler
Veronaea sp. KT19
Nama
: Cholila Widya Hapsari
NIM
: C34090011
Program studi : Teknologi HasH Perairan

Disetujui oleh


Dr Kustiariyah Tarman, SPi, MSi
Pembimbing I

Tanggal Lulus:

.0 5 FEB 2014

Popi

aウョセL

SSiApt, MSi
Pembimbing II

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 ini adalah
antibakteri nanosilver, dengan judul Aktivitas Antimikrob dan Karakterisasi
Nanosilver Ekstraseluler Veronaea sp. KT19.

Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak, terutama kepada:
1 Ibu Dr Kustiariyah Tarman, SPi, MSi selaku dosen pembimbing 1
skripsi, atas bimbingan dan segala pembelajaran yang telah diberikan.
2 Ibu Popi Asri Kurniatin, SSiApt, MSi selaku pembimbing 2 skripsi, atas
pengarahan dan segala bimbingan.
3 Ibu Dr Ir Iriani Setyaningsih, MS selaku penguji, atas saran, kritik dan
arahan yang telah diberikan.
4 Ayah Sunan Hadi, ibu Cholifah, mbak Dessy Ika Wardani dan mbak
Masyitah Nur Ramdhani yang selalu mendukung, mendoakan dan
melimpahkan segala kasih sayangnya.
5 Mas Amir Mahmud yang senantiasa mendukung, mendoakan dan
mengingatkan.
6 THP 46 yang telah mengukir banyak cerita dan kenangan selama kuliah
di departemen THP.
7 Teman seperjuangan laboratorium mikrobiologi (Dhani, Puspita, Rita,
Wenny, Arga dan Fitri) yang telah membantu selama penelitian
berlangsung.
8 Keluarga besar THP (THP 45, THP 47 dan THP 48) yang telah
membantu dalam segala hal.
9 Tim basket FPIK yang telah memberikan pengalaman dan cerita.

10 Teman “Pondok Jaika” yang selalu membantu dalam segala hal.
11 Keluarga Ikatan Mahasiswa Jember di Bogor (IMJB) yang senantiasa
mendukung dan membantu dalam segala hal, baik suka maupun duka.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2014
Cholila Widya Hapsari

DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang ............................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ........................................................................................... 2
Manfaat Penelitian ......................................................................................... 2
Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................. 2
METODE ................................................................................................................ 2
Bahan ............................................................................................................. 3
Alat ................................................................................................................ 3
Prosedur Analisis Penelitian .......................................................................... 3

Kultivasi Kapang Veronaea sp. KT19 ........................................................... 3
Biosintesis Nanosilver Ekstraseluler Veronaea sp. KT19 ............................. 4
Pengujian Karakteristik Nanosilver Ekstraseluler Veronaea sp. KT 19........ 5
Pengujian Aktivitas Antimikrob .................................................................... 5
Peremajaan Mikroorganisme Uji .................................................................. 5
Kultivasi Mikrob Uji...................................................................................... 6
Pengujian Aktivitas Antimikrob .................................................................... 6
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 7
Kurva Pertumbuhan dan Ekstraksi Komponen Bioaktif Veronaea sp. KT19 7
Aktivitas Antimikrob Veronaea sp. KT19 .................................................... 8
Sintesis Nanosilver Ekstraseluler .................................................................. 9
Karakteristik Nanosilver ............................................................................. 11
Ukuran Partikel ............................................................................................ 14
Aktivitas Antimikrob Nanosilver Ekstraseluler........................................... 16
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 17
Kesimpulan .................................................................................................. 17
Saran ............................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17
LAMPIRAN .......................................................................................................... 20
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .............................................................................. 24


DAFTAR TABEL

1 Aktivitas ekstrak Veronaea sp. KT 19 terhadap mikroorganisme uji .............................. 9
2 Ukuran partikel nanosilver ............................................................................................. 15

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram alir penelitian ..................................................................................................... 4
2 Diagram alir biosintesis nanosilver (metode A) ............................................................... 5
3 Diagram alir biosintesis nanosilver (metode B) ............................................................... 6
4 Kurva Pertumbuhan Veronaea sp. KT19 ......................................................................... 7
5 Ekstrak komponen bioaktif kapang Veronaea sp. KT19 .................................................. 8
6 Kultivasi sintesis ekstraseluler nanosilver........................................................................ 9
7 Kultivasi sintesis nanosilver miselium ekstraseluler hari ke-6....................................... 10
8 Kultivasi sintesis nanosilver miselium ekstraselulerhari ke-12...................................... 10
9 Mekanisme reduksi biosintesis partikel perak................................................................ 11
10 Spektrum UV-Vis filtrat nanosilver ekstraseluler ........................................................ 12
11 Spektrum UV-Vis nanosilver miselium hari ke-6 ........................................................ 13
12 Spektrum UV-Vis nanosilver miselium hari ke-12 ...................................................... 13

13 Sebaran partikel nanosilver ekstraseluler filtrat. .......................................................... 14
14 Sebaran partikel nanosilver ekstraseluler miselium hari ke-6 ...................................... 14
15 Sebaran partikel nanosilver ekstraseluler miselium hari ke-12 .................................... 15
16 Aktivitas antimikrob nanosilver ekstraseluler .............................................................. 16

DAFTAR LAMPIRAN

1 Aktivitas antibakteri Veronaea sp. KT19 ....................................................................... 21
2 Aktivitas antibakteri nanosilver ekstraseluler Veronaea sp. KT19 ................................ 21
3 Pengujian UV-Vis spektrofotometer B6 gelap............................................................... 21
4 Pengujian UV-Vis spektrofotometer B6 terang ............................................................. 22
5 Pengujian UV-Vis spektrofotometer B12 gelap ............................................................. 22
6 Pengujian UV-Vis spektrofotometer B12 terang ........................................................... 23

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Fungi merupakan kelompok mikroorganisme yang sangat besar dan dapat
ditemukan di beberapa relung ekologi. Menurut Hawksworth (1991) ada sekitar
1.500.000 spesies fungi terdapat di dunia. Sekitar 200.000 spesies diperkirakan
ada di Indonesia (Rifai 1995). Kapang merupakan sumber metabolit yang dapat
digunakan sebagai zat antimikrob atau antibiotik. Antibiotik diperlukan sebagai
upaya untuk melawan infeksi pada tubuh yang disebabkan oleh mikrob patogen
(Sunatmo 2009). Penggunaan antibiotik sintetis atau buatan dapat menimbulkan
efek samping yang tidak diharapkan apabila digunakan secara terus menerus.
Nanoteknologi merupakan suatu teknologi untuk memanipulasi ukuran
material pada tingkat atom maupun molekul. Penerapan nanoteknologi sebagian
besar menggunakan struktur ukuran kurang dari seratus nanometer (100 nm),
sedangkan beberapa pakar mengusulkan bahwa ukuran partikel nano yaitu kurang
dari 300 nm. Ukuran nano ini dapat menghasilkan sifat fisik dan kimia berbeda
secara signifikan. Ukuran yang kecil ini akan meningkatkan rasio luas permukaan
nanopartikel dengan volume partikel sehingga daya reaktivitasnya luar biasa
tinggi (Winarno dan Fernandez 2010).
Penggunaan nanoteknologi untuk sintesis nanopartikel logam sudah banyak
dikembangkan. Ada beberapa metode sintesis yang dapat digunakan, yaitu sintesis
secara kimia, sintesis secara fisik dan secara biologi (Moghaddam 2010). Sintesis
logam nanopartikel secara biologis adalah sintesis yang memanfaatkan komponen
biologi, seperti kapang (Rai et al. 2009). Sintesis nanopartikel secara biologi
merupakan metode yang paling baik dibandingkan dengan sintesis nanopartikel
secara kimia maupun fisika. Sintesis secara biologi memiliki beberapa kelebihan
yaitu memiliki nilai pemanfaatan yang lebih tinggi, prosesnya bersifat bersih,
murah dan ramah lingkungan. Biosintesis nanopartikel logam diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu ekstraseluler dan intraseluler. Biosintesis intraseluler adalah
proses sintesis yang berlangsung di dalam sel, sedangkan biosintesis ekstraseluler
memerlukan pereaksi biologis untuk bioreduksi yang berupa enzim yang sudah
tersekresikan keluar sel (Moghaddam 2010). Duran et al. (2005) telah melakukan
biosintesis ekstraseluler menggunakan AgNO3 yang biasa disebut nanosilver pada
beberapa strain Fusarium oxysporum. Ukuran nanopartikel silver yang terbentuk
berkisar antara 20-50 nm. Vahabi et al. (2011) mensintesis secara ekstraseluler
nanopartikel silver yang berasal dari Trichoderma ressei dan diameter ukuran
nanopartikel silver yang dihasilkan berkisar antara 5-50 nm.
Menurut Prabakaran et al. (2012), sintesis nanosilver sudah diaplikasikan
dalam berbagai bidang, seperti sebagai katalis pada reaksi kimia, bio-labelling dan
pencegahan infeksi terhadap kuman pada luka. Nanoteknologi dapat diaplikasikan
dalam zat antimikrob. Pemanfaatan nano-antimikrob ini dapat meningkatkan
reaktivitas zat itu sendiri dan dapat diserap pada bagian yang dituju atau
ditargetkan. Nano-antimikrob akan lebih cepat dan efektif dalam mematikan
bakteri yang dituju. Ray et al. (2011) menyatakan bahwa aktivitas nanosilver
menyerupai beberapa antibiotik umum seperti kanamisin, eritromisin,
kloramfenikol dan ampisilin.

2
Kapang Veronaea sp. KT19 berpotensi sebagai sumber zat antimikrob
alami. Kapang ini juga berpotensi sebagai media untuk sintesis nanopartikel
silver. Tarman (2011) melakukan isolasi kapang ini dari permukaan habitat pasir
pantai di daerah Malang, Jawa Timur.

Perumusan Masalah
Kapang Veronaea sp. KT19 menghasilkan metabolit sekunder yang dapat
digunakan sebagai antibiotik alami. Kapang ini juga dapat digunakan untuk
sintesis nanosilver. Penggunaan kapang Veronaea sp. KT19 dalam sintesis
nanosilver dan aktivitas antimikrobnya belum diketahui.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan aktivitas antimikrob kapang
Veronaea sp. KT19, karakteristik nanosilver ekstraseluler kapang Veronaea sp.
KT19 dan aktivitas antimikrobnya.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi untuk
pemanfaatan bahan alami sebagai antibiotik dan mengembangkan teknologi
nanopartikel berupa nanosilver.

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah kultivasi kapang, biosintesis nanosilver
ekstraseluler, pengujian karakteristik nanosilver dan pengujian aktivitas
antimikrob.

METODE
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Desember 2013.
Pembuatan kultur dan biosintesis nanosilver dilakukan di Laboratorium
Mikrobiologi Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Evaporasi ekstrak
dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik, Departemen Kimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Pengujian
karakteristik menggunakan spektrofotometer UV-Vis dilakukan di Laboratorium
MIPA Bersama, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
Pertanian Bogor. Pengujian karakteristik nanosilver dengan menggunakan particle
size analyzer dilakukan di Laboratorium Analisa Bahan, Departemen Fisika,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

3
Bahan
Bahan yang digunakan adalah kapang Veronaea sp. KT19. Bahan yang
digunakan untuk kultivasi dan sintesis nanosilver adalah Potato Dextrose Agar
(PDA), Potato Dextrose Broth (PDB), akuades, etil asetat, kapas, kertas saring
dan AgNO3. Bahan yang digunakan untuk pengujian antimikrob meliputi media
Nutrient Agar (NA), Nutrient Broth (NB), Mueller Hinton Agar (MHA),
Escherichia coli,Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus, Pseudomonas
aeruginosa dan Candida maltosa.

Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cawan petri, pinset,
gunting, pisau, pipet tetes, mikro pipet, gelas ukur, alumunium foil, sudip, labu
Erlenmeyer 500 mL dan 300 mL,corong, timbangan analitik (Sartorius TE212-L),
kertas saring, kapas, ose, lemari pendingin, rak tabung reaksi, tabung reaksi,
shaker, vacuum rotary evaporator, vortex, inkubator (Thermolyne type 4200
Incubator), autoklaf (Yamato SM 52 Autoclave), spektrofotometer UV-VIS (UV1700 PharmaSpec UV- Visible Spectrophotometer (SHIMADZU) dan UV Vis
(RS 2500) dan particle size analyzer (PSA,VASCO).

Prosedur Analisis Penelitian
Penelitian dibagi menjadi tiga tahap. Tahap pertama adalah kultivasi
Veronaea sp. KT19, tahap kedua adalah biosintesis nanosilver dan tahap ketiga
adalah karakterisasi dan pengujian aktivitas antimikrob. Karakterisasi dilakukan
dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis, PSA dan pengujian aktivitas
antimikrob pada mikroorganisme uji, antara lain Escherichia coli, Bacillus
subtilis, Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa dan Candida maltosa.
Diagram alir prosedur penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Kultivasi Kapang Veronaea sp. KT19
Miselia kapang dikultivasi dalam media padat PDA. Kultur dilanjutkan
dengan cara miselia yang didapat dari substrat padat diinokulasi pada 50 mL PDB
yang diletakkan pada labu Erlenmeyer 100 mL dan kemudian dipindahkan ke
dalam kultur 200 mL PDB pada erlenmeyer 500 mL. Kultivasi dilakukan selama
21 hari dengan pengamatan yang dilakukan setiap 3 hari sekali untuk mengambil
biomassa dan komponen media kultur. Biomassa basah yang didapatkan
kemudian dikeringkan. Biomassa kering digunakan untuk menentukan kurva
pertumbuhan. Media kultur diekstrak menggunakan etil asetat untuk mendapatkan
komponen bioaktif ekstraselulernya (Tarman 2011). Ekstrak yang didapatkan
diamati secara visual. Ekstrak yang memiliki warna lebih pekat dari yang lainnya
menunjukkan bahwa ekstrak tersebut memiliki komponen bioaktif terbanyak.

4

Veronaea sp. KT19
Kultivasi
Penentuan kurva
pertumbuhan
Penyaringan

Miselia

Media kultur

Biosintesis nanosilver

Ekstrak dengan etil
asetat
(3X24jam)

Nanosilve
Kompone
n bioaktif
Karakterisasi

Pengujian antimikrob
Pengujian
Antimikrob

Gambar 1 Diagram alir penelitian
Biosintesis Nanosilver Ekstraseluler Veronaea sp. KT19
Biosintesis nanosilver menggunakan dua metode. Metode pertama,
biomassa kapang yang sudah dipanen dicuci dengan menggunakan air distilasi
yang steril untuk menghilangkan komponen media. Biomassa kapang Veronaea
sp. KT 19 basah sebanyak 25 g dicampur dengan 250 mL aquades steril dan
diagitasi pada shaker dengan kecepatan 100 rpm dengan suhu ruang selama 5
hari. Setelah itu, filtrat diambil dengan cara menyaring menggunakan kertas
Whatman no. 1 dan filtrat yang dihasilkan sebanyak 50 mL dicampur dengan 50
mL larutan AgNO3 1mM. Larutan tersebut diagitasi pada kondisi gelap dengan
suhu ruang selama 72 jam (Ray et al. 2011). Metode ini dinamakan metode A6
(sintesis menggunakan kapang kultivasi hari ke-6) dan A12 (sintesis
menggunakan kapang kultivasi hari ke-12). Metode lainnya adalah biomassa
kapang Veronaea sp. KT 19 basah sebanyak 25 g dicampur dengan 250 mL
larutan silver nitrat (AgNO3) 1mM pada labu Erlenmeyer 500 mL. Campuran
biomassa dan AgNO3 diinkubasi pada shaker dengan kecepatan 100 rpm selama
12 hari pada suhu ruang (Vahabi et al. 2011). Biosintesis dilakukan pada kondisi
gelap dan terang. Metode ini dinamakan B6 terang (sintesis dalam kondisi terang
menggunakan kapang kultivasi hari ke-6), B6 gelap (sintesis dalam kondisi gelap
menggunakan kapang kultivasi hari ke-6), B12 terang (sintesis dalam kondisi
terang menggunakan kapang kultivasi hari ke-12) dan B12 gelap (sintesis dalam

5
kondisi gelap menggunakan kapang kultivasi hari ke-12) (Minaeian 2008).
Diagram alir biosintesis nanosilver dapat dilihat pada Gambar 2-3.
Pengujian Karakteristik Nanosilver Ekstraseluler Veronaea sp. KT 19
Selama proses biosintesis berlangsung dilakukan pengamatan terjadinya
perubahan ion perak menjadi logam perak secara visual. Larutan nanosilver
diukur menggunakan UV-1700 PharmaSpec UV- Visible Spectrophotometer
SHIMADZU setiap harinya (Vahabi et al. 2011)
Larutan nanosilver yang terbentuk diuji menggunakan PSA (VASCO).
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui ukuran partikel yang terbentuk.
25 g miselia

Pencampuran dengan 250 mL
AgNO3 1 mM

Agitasi (12 hari, 100 rpm)

Penyaringan

Miselia

Nanosilver

Evaporasi

Analisis
ukuran
partikel

UV-VIS
spectrophotometer

Pengujian
Antimikrob

Gambar 2 Diagram alir biosintesis nanosilver (metode A)
Pengujian Aktivitas Antimikrob
Pengujian aktivitas antimikrob melalui beberapa tahap, yaitu persiapan
mikrob uji melalui peremajaan kultur bakteri dan kultur khamir. Kultur
mikroorganisme yang telah disiapkan kemudian dilakukan pengujian aktivitas
antimikrob menggunakan metode sumur agar.
Peremajaan Mikroorganisme Uji (Kusmiyati dan Agustini 2007)
Media yang digunakan adalah Nutrient Agar (NA) dengan komposisi, yaitu
ekstrak daging 1%, pepton 1% dan agar 1,5%. Media dilarutkan dalam akuades
dan dipanaskan hingga larut sempurna, lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi
sebanyak 4 mL dan disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 oC, tekanan 1 atm
selama 15 menit. Tabung dimiringkan dan didiamkan hingga memadat. Sejumlah

6
1 ose biakan mikroorganisme masing-masing diinokulasi ke dalam media
regenerasi kemudian diinkubasi pada suhu 37 oC selama 48 jam.

25 g miselia
Pencampuran dengan 250 mL
aquades steril
Agitasi (5 hari, 100 rpm)
Penyaringan

Miselia

Filtrat

Pencampuran dengan 250 mL AgNO3
1mM
Agitasi (72 jam, 100 rpm)
Penyaringan

Miselia

Nanosilver

Evaporasi

Analisis
ukuran
partikel

UV-VIS spectrophotometer

Pengujian
Antimikrob

Gambar 3 Diagram alir biosintesis nanosilver (metode B)
Kultivasi Mikrob Uji (Setyaningsih 2010)
Bakteri dan khamir yang segar diinokulasi sebanyak 1 ose ke dalam media
NB, diinkubasi semalam pada suhu 37 oC dalam inkubator. Kultur masing-masing
mikrob uji diukur kekeruhannya dengan menggunakan spektrometer UV-VIS
pada panjang gelombang 600 nm hingga mencapai OD 0,5 – 0,8.
Pengujian Aktivitas Antimikrob (Kusmiyati dan Agustini 2007)
Mikrob yang telah diinokulasi ke dalam media pertumbuhan (NB), masingmasing dimasukkan ke dalam media MHA. Media agar yang mengandung mikrob
uji dituang dalam cawan petri yang telah memadat. Media didiamkan hingga

7
memadat, kemudian dibuat lubang. Lubang dimasukkan sintesis nanosilver
kapang Veronaea sp. KT 19 beserta kontrol positif dan negatif. Cawan diinkubasi
pada suhu 37 oC selama 24 jam dan dilakukan pengukuran zona hambat yang
terbentuk di sekeliling lubang dengan menggunakan penggaris. Jumlah ekstrak
yang digunakan untuk pengujian aktivitas antimikrob Veronaea sp. KT 19 adalah
0,5 mg, 1 mg dan 2 mg, sedangkan untuk pengujian aktivitas nanosilver
ekstraseluler menggunakan 2 mg. Pengujian aktivitas antibakteri Veronaea sp.
KT19 dilakukan terhadap 2 bakteri uji yaitu Bacillus subtilis dan Escherichia
coli, sedangkan untuk nanosilver ekstraseluler Veronaea sp. KT19 menggunakan
5 mikroorganisme uji yaitu Bacillus subtilis, Escherichia coli, Staphylococcus
aureus, Pseudomonas aeruginosa dan Candida maltosa.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kurva Pertumbuhan dan Ekstraksi Komponen Bioaktif Veronaea sp. KT19

7.0

0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0

6.0
5.0
4.0
3.0
2.0

pH media kultur

Biomassa miselia (g)

Produksi komponen bioaktif pada suatu kapang berhubungan dengan fase
pertumbuhan. Fase pertumbuhan didapatkan dari kultur Veronaea sp. KT19 yang
kemudian diambil biomassa miselia dan komponen bioaktif (Tarman 2011).
Kurva pertumbuhan dan nilai pH selama kultivasi dapat dilihat di Gambar 4.

1.0
0.0
0

3

6

9

12

15

18

21

Periode kultivasi (hari)

Gambar 4 Kurva Pertumbuhan Veronaea sp. KT19

miselium ,

pH

Kurva pertumbuhan yang terlihat pada Gambar 2 didapatkan dari biomassa
miselia kering. Kapang Veronaea sp. KT 19 mengalami fase eksponensial sampai
hari ke-6 kultivasi. Nilai pH kultur kapang Veronaea sp. KT19 cenderung stabil
setelah hari ke-12 hingga ke-21 kultivasi. Kurva pertumbuhan Veronaea sp. KT19
yang didapat dari penelitian Tarman (2011) menunjukkan bahwa Veronaea sp.
KT19 mengalami fase eksponensial sampai hari ke-6 kultivasi dan selama satu
minggu selanjutnya mengalami fase stasioner. Nilai pH kultur Veronaea sp. KT19
relatif stabil setelah hari ke-10 hingga hari ke-21 masa kultivasi. Perbedaan
pertumbuhan pada kapang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu substrat,
kelembapan, suhu, derajat keasaman substrat (pH) dan senyawa-senyawa kimia
yang ada di lingkungan (Gandjar et al. 2006).

8
Komponen bioaktif yang terdapat pada kapang Veronaea sp. KT19 diambil
melalui ekstraksi media kultur dengan menggunakan pelarut etil asetat. Hasil
ekstraksi komponen bioaktif dapat dilihat pada Gambar 5.

(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
Gambar 5 Ekstrak komponen bioaktif kapang Veronaea sp. KT19 (a) hari ke-3,
(b) hari ke-6, (c) hari ke-9, (d) hari ke-12 dan (e) hari ke-15
Gandjar et al. (2006) menyatakan bahwa proses metabolisme akan
menimbulkan adanya perubahan warna yang menandakan adanya komponen
metabolit. Hasil yang didapatkan pada Gambar 5 menunjukkan bahwa hari ke-6
kultivasi menghasilkan ekstrak komponen bioaktif yang memiliki warna lebih
pekat. Hal tersebut dikarenakan jumlah metabolit yang dihasilkan pada hari ke-6
lebih banyak dibandingkan dengan yang lainnya. Hasil ini sesuai dengan
penelitian Tarman (2011) bahwa isolat kapang Veronaea sp. KT19 memproduksi
metabolit tertinggi pada hari ke-6 kultivasi. Pada penelitian ini biomassa miselia
terbanyak pada hari ke-12 kultivasi. Komponen bioaktif tertinggi didapatkan pada
kultivasi hari ke-6. Hasil tersebut digunakan untuk pengujian aktivitas antibakteri
dan sintesis nanosilver.

Aktivitas Antimikrob Veronaea sp. KT19
Media kultur cair kapang Veronaea sp. KT 19 yang diekstrak menggunakan
etil asetat selanjutnya digunakan untuk pengujian aktivitas antibakteri. Bakteri
yang digunakan dalam pengujian termasuk dalam bakteri Gram-positif dan Gramnegatif, yaitu Bacillus subtilis dan Escherichia coli. Pengujian aktivitas
antibakteri ekstrak kapang ini bertujuan untuk menentukan masa inkubasi kapang
yang menghasilkan bioaktif paling banyak, selanjutnya digunakan untuk
biosintesis nanosilver. Roby et al. (2012) menyebutkan bahwa aktivitas
antibakteri minyak rempah menunjukkan sifat bakteriostatik pada bakteri Grampositif dan aktivitas bakteriosidal lebih terlihat pada bakteri Gram-negatif.
Pengujian aktivitas antibakteri menggunakan kontrol positif, kontrol negatif dan
ekstrak. Bahan yang dipakai untuk kontrol positif adalah kloramfenikol,
sedangkan untuk kontrol negatif adalah etil asetat. Jumlah ekstrak kapang yang
digunakan adalah sebesar 0,5 mg, 1 mg dan 2 mg. Aktivitas antibakteri dapat
dilihat pada Tabel 1.

9
Tabel 1 Aktivitas ekstrak Veronaea sp. KT 19 terhadap mikroorganisme uji
Bakteri uji

Diameter zona hambat (mm)
Jumlah ekstrak hari ke-6 (mg)
Jumlah ekstrak hari ke-12 (mg)
0,5

1

2

0,5

1

2

Escherichia
coli

11,5 ± 0,7

14,8 ± 1,1

15,5 ± 0,7

1,0 ± 0,7

1,5 ± 0 ,7

2,5 ± 0,7

Bacillus
subtilis

4,5 ± 2,1

9,5 ± 0,7

13 ± 2,8

1,0 ± 1,4

1,5 ± 2,1

5 ± 1,4

Hasil pengujian antibakteri ekstrak kapang Veronaea sp. KT19 hari ke-6
menunjukkan bahwa Veronaea sp. KT19 mampu menghambat bakteri Grampositif dan Gram-negatif yaitu Bacillus subtilis dan Escherichia coli. Hasil yang
sama ditunjukkan oleh ekstrak hari ke-12 bahwa Veronaea sp. KT19 mampu
menghambat kedua bakteri tersebut. Tabel 1 menunjukkan bahwa diameter zona
hambat yang terbentuk pada Escherichia coli lebih besar dibandingkan Bacillus
subtilis. Hal tersebut disebabkan karena Escherichia coli yang merupakan
kelompok bakteri Gram-negatif memiliki dinding sel lebih tipis dibandingkan
dengan Bacillus subtilis yang tergolong bakteri Gram-positif. Pelczar dan Chan
(2010) menyatakan bahwa perbedaan struktur dinding sel tersebut yang
menyebabkan kedua bakteri tersebut akan memberikan respon terhadap ekstrak
antibakteri yang diberikan. Pengujian aktivitas antibakteri pada hari ke-6
menunjukkan zona hambat yang lebih besar dibandingkan hari ke-12. Hal tersebut
menandakan bahwa komponen bioaktif berupa antibakteri saat hari ke-6 kultivasi
lebih banyak dibandingkan hari ke-12 masa kultivasi. Jawetz et al. (1996)
menyatakan bahwa adanya perbedaan zona hambat yang terbentuk dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu pH lingkungan, komposisi media,
stabilitas senyawa antimikrob, jumlah (kepadatan) inokulum, lama inkubasi dan
aktivitas metabolik mikroorganisme.

Sintesis Nanosilver Ekstraseluler
Kapang Veronaea sp. KT19 selanjutnya diambil miselianya untuk
dipergunakan dalam biosintesis nanosilver. Biosintesis nanosilver ekstraseluler
dapat dilihat pada Gambar 6 - 8.

(a)

(b)

(c)

(d)

Gambar 6 Kultivasi sintesis ekstraseluler nanosilver (a) filtrat hari ke-6 sebelum
sintesis, (b) filtrat hari ke-6 sesudah sintesis, (c) filtrat hari ke-12
sebelum sintesis, (d) filtrat hari ke-12 sesudah sintesis.

10

(a)

(b)

(c)

(d)

Gambar 7 Kultivasi sintesis nanosilver miselium ekstraseluler hari ke-6 (a)
kondisi gelap sebelum sintesis, (b) kondisi gelap sesudah sintesis, (c)
kondisi terang sebelum sintesis, (d) kondisi terang sesudah sintesis

(a)

(b)

(c)

(d)

Gambar 8 Kultivasi sintesis nanosilver miselium ekstraselulerhari ke-12 (a)
kondisi gelap sebelum sintesis, (b) kondisi gelap sesudah sintesis, (c)
kondisi terang sebelum sintesis dan (d) kondisi terang setelah sintesis.
Sintesis nanosilver dengan menggunakan AgNO3menghasilkan ekstraseluler
berubah warna menjadi kecoklatan. Gambar 4 menunjukkan bahwa filtrat hari ke6 berwarna lebih coklat dibandingkan dengan filtrat hari ke-12. Sintesis
menggunakan miselia menunjukkan perubahan warna ekstraseluler nanosilver
dari warna putih bening menjadi kekuningan (Gambar 7 - 8). Peningkatan
intensitas warna larutan pada larutan nanosilver kemungkinan disebabkan karena
agregasi dari sintesis nanosilver yang kemudian terbentuk dan bergabung secara
elektronis (Prakash dan Thiagarajan 2012). Ray et al. (2011) menyebutkan bahwa
perubahan warna ekstraseluler nanosilver menjadi kecoklatan dikarenakan adanya
pengurangan ion silver yang mengindikasikan terbentuknya nanosilver.
Mekanisme biosintesis nanosilver menggunakan mikroorganisme
dinamakan bioreduksi. Pembentukan nanosilver melalui dua proses. Proses yang
pertama, nanopartikel dibentuk di permukaan dinding sel. Tahapan pertama dalam
proses bioreduksi ini adalah terperangkapnya ion logam pada permukaan dinding
sel. Hal ini menyebabkan adanya interaksi elektrostatis antara ion logam dengan
enzim yang ada pada dinding sel. Setelah itu terjadi reduksi ion logam secara
enzimatik, membentuk agregasi dan terbentuk nanopartikel. Sel mikroba
mereduksi ion logam menggunakan enzim reduktase spesifik seperti NADHdependent reduktase atau nitrate dependent reduktase (Ramezania et al. 2010).
Proses yang kedua adalah biomassa kapang yang disimpan dalam air steril akan
mengeluarkan komponen biologisnya ke air. Air ini akan berfungsi sebagai
reduktan untuk mereduksi ion logam dan membentuk nanopartikel silver
(Moghaddam 2010). Duran et al. (2005) melakukan sintesis nanosilver
menggunakan Fusarium oxysporum. Mekanisme biosintesis nanosilver oleh

11
kapang ini terjadi karena adanya peranan senyawa nitrat reduktase bebas dan
anthraquinon secara ekstraseluler. Mekanisme reduksi biosintesis nanosilver oleh
Fusarium oxysporum dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9 Mekanisme reduksi biosintesis partikel perak (Duran et al. 2005)

Karakteristik Nanosilver
Spektrum UV-Vis
Penggunaan spektroskopi UV-Vis dalam pengujian karakteristik
merupakan teknik yang sederhana untuk mengobservasi sintesis nanopartikel.
Teknik ini memiliki kegunaan untuk memantau pembentukan dari nanosilver
(Kora et al. 2010). Nilai absorbansi yang didapatkan dari spektrofotometer UVVis diantaranya memberikan informasi tentang komposisi dari nanopartikel
(Narayanan dan Sakhtivel 2011). Penyerapan nanosilver pada spektroskopi UVVis dapat dilihat pada Gambar 10 - 12.
Perlakuan A6 dan A12 diamati karakteristik nanosilver yang terbentuk
menggunakan spektroskopi UV-Vis selama 72 jam. Pengujian ini dapat
mengindikasikan adanya penurunan ion silver yang terjadi terus menerus secara
ekstraseluler yang kemudian bercampur dan terbentuk larutan nanosilver
(Minaeian et al. 2008). Gambar 10 (a) menunjukkan adanya puncak penyerapan
pada panjang gelombang 450 nm dan 10 (b) pada panjang gelombang 400 nm.
Nilai absorbansi untuk A6 berkisar antara 0,061-0,432, sedangkan A12 berkisar
antara 0,01-0,037. Nilai absorbansi tertinggi pada A6 ditunjukkan pada akhir
sintesis yaitu jam ke-72, sedangkan A12 mempunyai nilai absorbansi tertinggi
pada saat jam ke-24.

12
0.5

0.04
absorbansi

absorbansi

0.4
0.3
0.2
0.1

0.03
0.02
0.01
0

0
350

400

450

500

550

panjang gelombang
24 jam
48 jam

350 400 450 500 550 600
panjang gelombang
jam 24
jam 48
jam 72

600
72 jam

(a)

(b)

Gambar 10 Spektrum UV-Vis filtrat nanosilver ekstraseluler (a) hari ke-6 dan (b)
hari ke-12
Gambar 10 (a) dan 10 (b) menunjukkan bahwa nanosilver sudah terbentuk.
Hal tersebut dikarenakan adanya pengurangan ion secara ekstraseluler dan
dilepaskan ke larutan (Duran et al. 2005). Prabakaran et al. (2012) menyatakan
bahwa puncak penyerapan yang kuat terbentuk pada panjang gelombang 200-400.
Absorbansi pada panjang gelombang tersebut menunjukkan adanya nanosilver
yang terbentuk. Puncak penyerapan yang terbentuk pada beberapa panjang
gelombang menandakan bahwa surface plasmone resonance yang kuat berada di
panjang gelombang tersebut. El-Rafie et al. (2010) mensintesis nanopartikel silver
menggunakan kapang Fusarium solani dan nanosilver yang terbentuk
menunjukkan puncak penyerapan pada panjang gelombang 420 nm. Ramteke et
al. (2013) membuat nanosilver yang terbentuk dari ekstrak daun tulsi (Ocimum
sanctum) dan menunjukkan puncak penyerapan pada panjang gelombang 450 nm.
Penelitian Ray et al. (2011) menunjukkan bahwa puncak penyerapan terbentuk
pada panjang gelombang 440 nm. Perbedaan puncak absorbansi yang terbentuk
dapat dipengaruhi oleh komposisi media yang terdapat pada kedua larutan
tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Moghaddam (2010) bahwa komposisi
media kultur dapat mempengaruhi optimasi pembentukan nanopartikel silver
sehingga mempengaruhi ukuran partikel yang disintesis.
Perlakuan B6 terang dan B6 gelap diamati selama 12 hari (288 jam).
Spektrum spektroskopi UV-Vis nanosilver dari perlakuan B6 terang dan B6 gelap
dapat dilihat pada Gambar 11.

(a)

13

(b)

Gambar 11 Spektrum UV-Vis nanosilver miselium (a) hari ke-6 kondisi gelap dan
(b) hari ke-6 kondisi terang.
. Gambar 11 (a) dan 11 (b) menunjukkan puncak penyerapan pada panjang
gelombang 262 nm dan 263,5 nm. Nilai absorbansi tertinggi B6 gelap adalah pada
jam ke-288 (akhir pengamatan) dan B6 terang pada jam ke-120. Bhainsa dan
D‟souza (2006) menyatakan bahwa adanya puncak penyerapan yang terbentuk
pada panjang gelombang rendah menandakan adanya residu ikatan amida,
triptofan dan tirosin pada protein. Hal tersebut menunjukkan komponen protein
menjadi komponen utama dalam bioreduksi nanopartikel. Protein ini yang
menentukan struktur enzim dan enzim tersebut digunakan untuk bioreduksi
nanopartikel.
Sintesis nanosilver miselium ekstraseluler hari ke-12 dilakukan selama
288 jam dan diamati menggunakan spektroskopi UV-vis setiap 24 jam.
Pengamatan nanosilver ekstraseluler selama 288 jam dapat dilihat pada Gambar
12.

(a)

(b)

Gambar 12 Spektrum UV-Vis nanosilver miselium (a) hari ke-12 kondisi gelap
dan (b) hari ke-12 kondisi terang.

14
Gambar 12 (a) dan 12 (b) menunjukkan puncak penyerapan pada panjang
gelombang 256,5 nm dan 262,5 nm. Perlakuan B12 gelap dan B12 terang
memiliki nilai absorbansi tertinggi pada jam ke-96 dan ke-120 masa inkubasi.
Nilai absorbansi tertinggi B12 gelap adalah 3,718 sedangkan B12 terang adalah
1,612. Duran et al. (2005) menyatakan bahwa adanya penyerapan pada panjang
gelombang sekitar 265 nm menunjukkan adanya protein asam amino aromatik.
Perbedaan puncak penyerapan yang terbentuk pada beberapa perlakuan di atas
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya waktu inkubasi, adanya
sumber cahaya dan komposisi media. Hal tersebut sesuai Moghaddam (2010)
yang menyatakan bahwa perbedaan optimasi pembentukan nanosilver dipengaruhi
oleh beberapa parameter, yaitu pH, waktu inkubasi, adanya sumber cahaya, suhu
dan komposisi media kultur. Optimasi yang berbeda dapat merubah komposisi
kimia, bentuk dan ukuran partikel yang disintesis (Moghaddam 2010).
Adanya panjang gelombang yang terbentuk dikarenakan surface plasmone
resonance (SPR) yang kuat berada di panjang gelombang tersebut. SPR
merupakan fenomena resonansi yang antara gelombang cahaya dan elektronelektron pada permukaan logam yang menghasilkan osilasi dan diukur
kuantitasnya (Badia 2007). Perbedaan panjang gelombang yang terbentuk dapat
dikarenakan kuantitas nanosilver yang berbeda.

Ukuran Partikel
Karakteristik nanosilver dapat diketahui salah satunya dengan mengetahui
ukuran partikel. Pengujian dengan menggunakan PSA adalah untuk mengetahui
ukuran dan sebaran partikel nano yang terkandung dalam larutan. Grafik sebaran
nanosilver dapat dilihat pada Gambar 13 – 15.

(a)

(b)

Gambar 13 Sebaran partikel nanosilver ekstraseluler filtrat (a) hari ke-6 dan (b)
hari ke-12.

(a)
(b)
Gambar 14 Sebaran partikel nanosilver ekstraseluler miselium (a) hari ke-6
kondisi gelap dan (b) hari ke-6 kondisi terang

15

(a)
(b)
Gambar 15 Sebaran partikel nanosilver ekstraseluler miselium (a) hari ke-12
kondisi gelap dan (b) hari ke-12 kondisi terang
Gambar 13-15 menunjukkan sebaran ukuran partikel nanosilver yang
terbentuk pada setiap perlakuan. Jumlah partikel yang terbentuk memiliki ukuran
yang berbeda. Perbedaan jumlah partikel yang terbentuk pada setiap perlakuan
dipengaruhi oleh perbedaan optimasi yang dilakukan. Moghaddam (2010)
menyatakan bahwa perbedaan optimasi yang dilakukan dapat mempengaruhi
komposisi kimia, bentuk dan ukuran nanopartikel silver yang disintesis.
Ukuran partikel nanosilver diketahui melalui uji PSA. Metode
penghitungan sebaran partikel nanosilver yang digunakan pada PSA ini adalah
metode cumulants. Metode cumulants merupakan suatu metode analisa data yang
digunakan pada alat yang menggunakan Dynamic Light Scaterring (Frisken
2001). Ukuran partikel yang sudah dianalisa, akan tertera pada software yang
telah disambungkan pada alat PSA. Sebaran ukuran partikel nanosilver dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Ukuran partikel nanosilver
Sampel
A6
A12
B6 gelap
B6 terang
B12 gelap
B12 terang

Rentang Ukuran
16,22 – 70,81
38,91 – 169,87
26,92 – 107,18
53,72 – 245,54
44,68 – 676,26
30,91 – 128,86

Dmean number
32,25
83,32
58,19
116,97
206,51
84,27

Ukuran nanopartikel silver menurut Prabhu dan Paulose (2012) berkisar
antara 1-100 nm, sedangkan Mohanraj dan Chen (2006) menyebutkan bahwa
ukuran nanopartikel berkisar antara 10-1000 nm. Hasil pengujian dengan
menggunakan PSA menunjukkan bahwa rata-rata ukuran partikel perlakuan A6
lebih kecil dibandingkan dengan perlakuan A12. Perlakuan B6 gelap memiliki
rata-rata ukuran partikel yang lebih kecil dibandingkan dengan B6 terang,
sedangkan perlakuan B12 gelap memiliki rata-rata ukuran partikel yang lebih
besar dibandingkan dengan B12 terang. Ukuran partikel terbaik didapatkan dari
perlakuan A6. Ukuran ini yang mendekati ukuran partikel nanosilver yang
diinginkan. Winarno dan Fernandez (2010) menyatakan bahwa ukuran partikel
nanosilver yang baik adalah kurang dari 50 nm. Perbedaan pembentukan
nanopartikel silver ini dipengaruhi oleh molekul organik yang terdapat di dalam
larutan (Pratama 2012). Selain itu, perbedaan ukuran partikel dipengaruhi oleh
perbedaan optimasi dalam pembentukan nanosilver (Moghaddam 2010).

16

Aktivitas Antimikrob Nanosilver Ekstraseluler

diameter zona hambat (mm)

Filtrat ekstraseluler yang telah disintesis selanjutnya digunakan untuk
pengujian aktivitas antimikrob nanosilver ekstraseluler. Aktivitas antimikrob
nanosilver ekstraseluler dapat dilihat pada Gambar 16.
8
7
6
5
4
3
2
1
0
A6

A12

B6 gelap

B6 terang

B12 gelap

B12 terang

perlakuan

Gambar 16 Aktivitas antimikrob nanosilver ekstraseluler,
Bacillus subtilis,
Staphylococcus aureus,
Escherichia coli,
Pseudomonas
aeruginosa dan Candida maltosa
Pengujian aktivitas antimikrob dilakukan pada bakteri Bacillus subtilis,
Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus dan Candida
maltosa. Gambar 16 menunjukkan bahwa aktivitas antimikrob pada beberapa
mikroorganisme uji memiliki diameter zona hambat yang besarnya relatif sama,
yaitu berkisar antara 4-7 mm. Davis dan Stout (1971) menyatakan bahwa apabila
zona hambat yang terbentuk berukuran kurang dari 5 mm, maka aktivitasnya
dikategorikan lemah, berukuran 5-10 mm dikategorikan sedang, 10-19 mm
dikategorikan kuat dan 20 mm atau lebih dikategorikan sangat kuat. Aktivitas
lemah cenderung ditunjukkan pada Bacillus subtilis dan Staphylococcus aureus,
sedangkan terhadap Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa dan Candida
maltosa menunjukkan aktivitas yang sedang. Hasil ini menunjukkan bahwa
ukuran nanosilver tidak berpengaruh pada aktivitas antimikrob terhadap
mikroorganisme uji. Perbedaan aktivitas yang dihasilkan disebabkan oleh
kemampuan mikroorganisme uji melawan komponen antibakteri. Bacillus subtilis
dan Staphylococcus aureus yang merupakan bakteri Gram-positif memiliki
dinding sel yang tebal dibandingkan dengan Escherichia coli dan Pseudomonas
aeruginosa yang termasuk bakteri Gram-negatif. Aktivitas antimikrob
ekstraseluler nanosilver yang ditunjukkan cenderung lemah dan sedang. Hal
tersebut dapat disebabkan oleh kurangnya optimasi dalam pembentukan
nanosilver ekstraseluler. Nanosilver ekstraseluler yang dihasilkan belum mencapai
hasil yang optimal sehingga aktivitas antibakteri yang dihasilkan kurang optimal
pula.
Logam silver sudah diketahui memiliki daya hambat yang kuat dan efek
bakterisidal yang baik dalam aktivitas antibakteri. Nanosilver memiliki luas area
permukaan yang lebih besar dan fraksi atom permukaan yang lebih tinggi

17
dibandingkan dengan silver dalam ukuran lebih besar (Maneerung et al. 2008).
Winarno dan Fernandez (2010) menyatakan bahwa ukuran partikel yang kecil
dapat meningkatkan reaktivitasnya. Ada beberapa mekanisme nanosilver sebagai
antibakteri yaitu dengan mempengaruhi sintesis dinding sel, mengganggu fungsi
membran sel, menghambat sintesis protein dan menghambat sintesis nukleat.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Ekstrak kapang Veronaea sp. KT 19 pada hari ke-6 dan ke-12 kultivasi
memiliki aktivitas antibakteri terhadap E. coli dan B. subtilis. Aktivitas tertinggi
ditunjukkan oleh ekstrak hari ke-6 dengan zona hambat pada E. coli sebesar
15,5±0,7 mm dan B. subtilis sebesar 13±2,8 mm. Nanosilver yang terbentuk
terdeteksi pada panjang gelombang 450 nm, 400 nm, 262 nm, 263,5 nm, 256,5 nm
dan 262,5 nm. Rata-rata ukuran partikel terkecil didapatkan pada sintesis
nanosilver menggunakan filtrat hari ke-6 yaitu sebesar 32,25 nm. Aktivitas
antimikrob nanosilver ekstraseluler terhadap 5 mikroorganisme uji menunjukkan
aktivitas lemah terhadap B. subtilis dan S.aureus, aktivitas sedang terhadap E.
coli, P. aeruginosa dan C. maltosa.

Saran
Penelitian selanjutnya perlu dilakukan optimasi pembentukan nanosilver,
misalnya optimasi masa inkubasi untuk memaksimalkan pembentukan
nanopartikel dari kapang Veronaea sp. KT19.

DAFTAR PUSTAKA
Bhainsa KC, D‟souza SF. 2006. Extracelluler biosynthesis of silver nanoparticles
using the fungus Aspergillus fumigatus. Colloids and Surfaces B:
Biointerfaces 47:160-164.
Davis WW, Stout TR. 1971. Disc plate method of microbiological antibiotic
assay. Journal of Microbiology 22(4):659-665.
Duran N, Marcato PD, Alves OL, Souza GIHD, Esposito. 2005. Mechanistic
aspect of biosynthesis of silver nanoparticles by several Fusarium
oxysporum strains. Journal of Nanobiotechnology 3:8.
El-Rafie MH, Mohamed AA, Shaheen ThI, Hebeish A. 2010. Antimicrobial effect
of silver nanoparticles produced by fungal process on cotton fabrics.
Carbohydrat Polymers 80:779-782.

18
Frisken BJ. 2001. Revisiting the method of cumulants for the analysis of dynamic
light scattering data. Applied Optics 40(24):4087-4091.
Gandjar I, Sjamsuridzal W, Oetari A. 2006. Mikologi Dasar dan Terapan. Jakarta
(ID): Yayasan Obor Indonesia.
Hawksworth DL. 1991. The fungal dimension biodiversity: magnitude,
significance, and conservation. Mycological Research 95(6):641-655.
Jawetz E, Melnick J, Adelberg E. 1996. Mikrobiologi Kedokteran. Ed ke-20.
Nugroho E, Maulany RF, penerjemah. Jakarta (ID): EGC. Terjemahan dari:
Medical Microbiology.
Kora AJ, Sashidhar RB, Arunachalam. 2010. Gum kondagagu (Cochlospermum
gossypium): A template for the green synthesis and stabilization of silver
nanoparticles with antibacterial application. Carbohydrat Polymers 82:670679.
Kusmiyati, Agustini NWS. 2007. Uji aktifitas senyawa antibakteri dari mikroalga
Porphyridium cruentum. Biodiversitas 8(1):48-53.
Maneerung T, Tokura S, Rujiravanit R. Impregnation of silver nanoparticles into
bacterial cellulose for antimicrobial wound dressing. Carbohydrates
Polymers 72:43-51.
Minaeian S, Shahverdi AR, Nohi AS, Shahverdi HR. 2008. Extracellular
biosynthesis of silver nanoparticles by some bacteria. Journal Science
Islamic Azad University 17(66):1-4.
Moghaddam KM. 2010. An introduction to microbial metal nanoparticle
preparation method. The Journal of Young Investigators 19:19.
Mohanraj VJ, Chen Y. 2006. Nanoparticles – A review. Tropical Journal of
Pharmaceutical Research 5(1):561-573.
Narayanan KB, Sakhtivel. 2011. Heterogeneous catalytic reduction of
anthropogenic pollutant, 4-nitrophenol by silver-bionanocomposite using
Cylindrocladium floridanum. Bioresource Technology 102:10737-10740.
Pelczar MJ, Chan ECS. 2010. Dasar-Dasar Mikrobiologi 1. Hadioetomo RS,
Imas T, Tjitrosomo, Angka SL. penerjemah. Jakarta (ID): Penerbit
Universitas Indonesia. Terjemahan dari: Elements of Microbiology.
Prabakaran M, Subha K, Thennarasu V, Merinal S. 2012. Biosynthesis of silver
nanoparticles using Sphaerulina albispiculata and evaluation of
antibacterial activity. European Journal of Experimental Biology 2(1):297303.
Prabhu S, Poulose EK. 2012. Silver nanoparticles: mechanism of antimicrobial
action, synthesis, medical applications, and toxicity effects. International
Nano Letters 2(32):1-10.
Prakash RT, Thiagarajan. 2012. Syntheses and characterization of silver
nanoparticles using Penicillium sp. isolated from soil. International Journal
of Advanced Scientific and Technical Research 1:137-149.
Pratama R. 2012. Pemanfaatan metabolit ekstraseluler Lactobacillus delbrueckii
subsp. bulgaricus dalam pembentukan nanopartikel perak [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Ramezania F, Ramezanib M, Talebiz S. Mechanistic aspects of biosynthesis of
nanoparticles by several microbes. Nanocon 10:10-14.

19
Ramteke C, Chakrabarti T, Sarangi BK, Pandey RA. 2013. Synthesis of silver
nanoparticles from the aquaeos extract of leaves of Ocimum sanctum for
enhanced antibacterial activity. Journal of Chemistry 2013:1-8.
Rai M, Yadav A, Bridge P, Gade A. 2009. Myconanotechnology: a new and
emerging science. Applied Mycology 14:258-267.
Ray S, Sarkar S, Kundu S. 2011. Extracelluler biosynthesis of silver annoparticles
using the micorrhizal mushroom Tricholoma crassum (Berk.) SACC.: Its
antimicrobial activity against pathogenic bacteria and fungus, including
multidrug resistant plant and human bacteria. Digest Journal of
Nanomaterials and Biostructures 6(3):1289-1299.
Rifai MA. 1995. The biodiversity of Indonesian microbial diversity. Regional
Workshop on Culture Collection of Microorganism in Southeast Asia. June
10-20, 1995. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University.
Roby MHH, Sarhan MA, Selim KAH, Khalel KI. Antioxidant and antimicrobial
activities of essential oil and extracts of fennel (Foeniculum vulgare L.) and
chamomile (Matricaria chamomilla L.). Industrial Crops and Products.