Pengaruh Penerapan Olah Tanah Konservasi Terhadap Sifat Fisik Tanah Dan Produksi Jagung Pada Tanah Podsolik Merah Kuning Di Lampung Timur

PENGARUH PENERAPAN OLAH TANAH KONSERVASI
TERHADAP SIFAT FISIK TANAH DAN PRODUKSI JAGUNG PADA
TANAH PODSOLIK MERAH KUNING DI LAMPUNG TIMUR

NISA LATIFA

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Penerapan
Olah Tanah Konservasi Terhadap Sifat Fisik Tanah Pada Tanah Podsolik Merah
Kuning di Lampung Timur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, November 2015

Nisa Latifa
NIM A14110066

ABSTRAK
NISA LATIFA. Pengaruh Penerapan Olah Tanah Konservasi Terhadap Sifat
Fisik Tanah dan Produksi Jagung Pada Tanah Podsolik Merah Kuning di
Lampung Timur. Dibimbing oleh LATIEF M. RACHMAN dan NENENG
LAELA N.
Berdasarkan data dari Kementrian Pertanian Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, tahun 2000,
Podsolik Merah Kuning merupakan salah satu ordo tanah yang tersebar luas di
Indonesia, yaitu sekitar 50.4 juta hektar atau 29.05% dari keseluruhan ordo
tanah yang ada di Indonesia. Tanah Podsolik Merah Kuning memiliki peranan
penting dalam pengembangan pertanian lahan kering di Indonesia. Pengelolaan
tanah Podsolik Merah Kuning di Indonesia umumnya belum tertangani dengan
baik terutama pada lahan kering dan penggunaanya untuk pertanian tanaman

pangan. Pada skala petani kendala ekonomi merupakan salah satu penyebab
tidak terkelolanya tanah Podsolik Merah Kuning (Prasetyo dan Suriadikarta
2006). Perlakuan OT 1 (olah tanah sempurna tanpa mulsa) secara rata-rata
menunjukkan sifat fisik tanah terburuk sedangkan sifat fisik tanah terbaik
ditunjukan oleh perlakuan OT 3 yaitu olah tanah dalam larikan ditambah dengan
aplikasi mulsa. Dengan demikian olah tanah konservasi OT3 sesuai digunakan
untuk olah tanah pada tanah Podsolik Merah Kuning di kebun percobaan taman
Bogo, Lampung Timur. Dari segi produksi perlakuan OT 1 memiliki rata-rata
produksi terendah dan berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan OT 2, OT
3, dan OT 4 sedangkan pada perlakuan OT 2, 3, dan 4 secara rata-rata tidak
menunjukkan perbedaan nilai yang nyata.
Kata kunci: Podsolik Merah Kuning, sifat fisik tanah, olah tanah konservasi

ABSTRACT
NISA LATIFA. Effect of Soil Conservation Tillage System to Soil Physical
Properties and Corn Production on Red-Yellow Podzolic Soil in East Lampung
Supervised by LATIEF M. RACHMAN dan NENENG LAELA N.

Based on data from the Department of Agricultural Research and
Development Agency, Center for Research and Agro-climate, in 2000, Red

Yellow Podzolic is one order of land is widespread in Indonesia, which is about
50.4 million hectares, or 29.05% of the total order of soil in Indonesia. Red
Yellow Podzolic soil has an important role in the development of dryland
farming in Indonesia. Red Yellow Podzolic soil management in Indonesia is
generally not handled particularly well on dry land and its use for food crops.
On a scale of farmers economic constraint is one of the causes of unmanaged
Red Yellow Podzolic soil (Prasetyo and Suriadikarta 2006). Treatment OT 1
(tillage perfectly without mulch) on average showed the worst soil physical
properties while the best soil physical properties shown by the treatment of OT
3 (tillage in the line plus mulch application). OT3 conservation tillage suitable
for tillage the Red Yellow Podzolic soil in the experimental Taman Bogo, East
Lampung. Production in terms of treatment OT 1 had an average of the lowest
production and significantly different treatment while in OT 2, 3, and 4 on
average showed no significant differences in value.
Keywords : Red Yellow Podzolic , soil physical properties , soil conservation
tillage

PENGARUH PENERAPAN OLAH TANAH KONSERVASI
TERHADAP SIFAT FISIK TANAH DAN PRODUKSI JAGUNG PADA
TANAH PODSOLIK MERAH KUNING DI LAMPUNG TIMUR


NISA LATIFA

Skripsi
sebagai salah satu syaratuntuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen IlmuTanah dan Sumberdaya Lahan

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYALAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi : Pengaruh Penerapan Olah Tanah Konservasi Terhadap Sifat
Fisik Tanah dan Produksi Jagung Pada Tanah Podsolik Merah
Kuning di Lampung Timur
Nama
: Nisa Latifa

NIM
: A14110066

Disetujui oleh

Dr Ir Latief M. Rachman, MSc. MBA
Pembimbing I

Dr Ir Neneng Laela Nurida
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Baba Barus, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi
dengan judul Pengaruh Penerapan Olah Tanah Konservasi Terhadap Sifat Fisik
Tanah Pada Tanah Podsolik Merah Kuning di Lampung Timur. Sholawat serta
salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW yang menjadi
teladan bagi penulis dalam menghadapi tantangan selama perjalanan penelitian
dan skripsi ini.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada:
1. Bapak Dr Ir Latief M Rachman, MSc. MBA sebagai Dosen
Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan
kepada penulis dengan penuh kesabaran selama masa perkuliahan,
pelaksanaan, penelitian maupun saat penyusunan skripsi ini.
2. Ibu Dr Ir Neneng Laela N sebagai Dosen Pembimbing II atas saran
dan bimbingan dalam penulisan skripsi.
3. Ibu Dr Ir Enni Dwi Wahjunie, MSi sebagai Dosen Penguji atas
koreksi, saran, dan nasihat yang sangat kontruktif bagi
penyempurnaan skripsi dan karier penulis di masa depan.
4. Ayahanda H. Drs Purwanto, MM dan Ibunda Hj. Tyas Rahmani AN,
SPd serta seluruh keluarga yang telah memberikan segala doa,
dukungan, semangat dan kasih sayang yang melimpah.

5. Bapak Muchtar, SP selaku kepala Kebun Percobaan Balai Penelitian
Tanah Taman Bogo, Lampung Timur yang telah memberikan
bimbingan dan nasehat selama penulis melakukan penelitian di
lapang.
6. Seluruh staf di laboratorium fisika tanah Balai Penelitian Tanah yang
telah memberikan bimbingan selama penulis melakukan analisa di
laboratorium.
7. Sahabat – sahabat saya Amalia Rachim, Woro Darmastuti, Risa
Septiani dan sahabat terbaik saya Catherina Theresia Hasibuan yang
telah memberikan motivasi, doa, dan semangat kepada penulis.
8. Tatu, Regina, Gunawan, Rio, Windy yang telah memberi dukungan,
semangat, doa, dan membantu dalam menyelesaikan penelitian.
9. Seluruh rekan-rekan Ilmu Tanah 48 serta pihak-pihak yang tidak bisa
disebutkan satu persatu. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat.
Bogor, November 2015
Nisa Latifa

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian


2

TINJAUAN PUSTAKA

2

Pengolahan Tanah

2

Karakteristik Tanah Podsolik Merah Kuning

2

Sifat Fisik Tanah

3

METODE PENELITIAN


4

Tempat dan Waktu Penelitian

4

Bahan dan Alat

4

Tahap Penelitian

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

6

Kandungan Bahan Organik


6

Bobot Isi

10

Ruang Pori Total

8

Ruang Pori Air Tersedia

9

Stabilitas Agregat

7

Produksi
SIMPULAN DAN SARAN

12
13

Simpulan

13

Saran

13

DAFTAR PUSTAKA

14

LAMPIRAN

15

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Parameter dan metode analisis sifat-sifat fisik tanah
Kandungan bahan organik tanah sebelum dan sesudah
perlakuan serta hasil uji Duncan pada taraf 5%
Bobot isi sebelum dan sesudah perlakuan serta hasil uji lanjut Duncan
pada taraf 5%
Ruang pori total sebelum dan setelah perlakuan serta hasil uji lanjut
Duncan pada taraf 5%
Ruang pori air tersedia sebelum dan setelah perlakuan serta hasil uji
lanjut Duncan pada taraf 5%
Indeks kemantapan agregat sebelum dan setelah perlakuan serta hasil
uji lanjut Duncan pada taraf 5%
Stabilitas agregat sebelum dan sesudah perlakuan serta nilai uji lanjut
Duncan pada taraf 5%
Produksi tongkol jagung dan uji lanjut Duncan pada taraf 5%
Produksi biomas jagung dan uji lanjut Duncan pada taraf 5%

5
7
8
8
9
10
11
12
12

DAFTAR GAMBAR
1

Bagan diagram alir penelitian

6

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7

Hasil analisis bobot isi
Hasil analisis kadar bahan organik semua ulangan
Hasil analisis stabilitas agregat ayakan ganda semua ulangan
Hasil analisis stabilitas agregat ayakan tunggal semua ulangan
Hasil analisis ruang pori total semua ulangan
Hasil analisis air tersedia semua ulangan
Denah petak percobaan

16
16
17
17
18
18
19

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berdasarkan data Departemen Pertanian Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian dan Agroklimat tahun 2000, Podsolik
Merah Kuning merupakan salah satu ordo tanah yang tersebar luas di Indonesia,
yaitu sekitar 50.4 juta hektar atau 29.05% dari keseluruhan ordo tanah yang ada di
Indonesia. Tanah Podsolik Merah Kuning memiliki peranan penting dalam
pengembangan pertanian lahan kering di Indonesia. Namun demikian, tanah
Podsolik Merah Kuning memiliki kandungan bahan organik yang sangat rendah
sehingga memperlihatkan warna tanahnya berwarna merah kekuningan, reaksi
tanah yang masam, kejenuhan basa yang rendah, kadar Al yang tinggi, dan tingkat
produktivitas yang rendah. Tekstur tanah ini adalah liat hingga liat berpasir, bulk
density yang tinggi antara 1.3-1.5 g/cm3 (Hardjowigeno 1993). Pengelolaan tanah
Podsolik Merah Kuning di Indonesia umumnya belum tertangani dengan baik
terutama pada lahan kering dan penggunaannya untuk pertanian tanaman pangan.
Pada skala petani kendala ekonomi merupakan salah satu penyebab tidak
terkelolanya tanah Podsolik Merah Kuning (Prasetyo dan Suriadikarta 2006).
Pengelolaan kesuburan tanah terletak pada pengaturan keseimbangan tiga
faktor, yaitu oksigen, air, dan unsur hara (Indranada 1994). Salah satu bentuk
upaya pengaturan ketiga faktor tersebut dengan melakukan pengolahan tanah.
Pengolahan tanah adalah salah satu kegiatan persiapan lahan (land preparation)
yang bertujuan untuk menciptakan kondisi lingkungan yang sesuai untuk
pertumbuhan tanaman. Pengolahan tanah ditujukan untuk memperbaiki daerah
perakaran tanaman, kelembaban dan aerasi tanah, memperbesar kapasitas infiltrasi
serta mengendalikan tumbuhan pengganggu. Sistem pengolahan tanah modern
dapat dibagi menjadi dua, yaitu pengolahan tanah konvensional dan pengolahan
tanah konservasi (Arsyad 2006).
Pengolahan tanah konvensional dikenal juga dengan istilah olah tanah
intensif (OTI) yang menjadi pilar intensifikasi pertanian sejak program Bimas
dicanangkan, dan secara turun menurun masih digunakan oleh petani. Pada
pengolahan tanah intensif, tanah diolah beberapa kali baik menggunakan alat
tradisional seperti cangkul maupun dengan bajak singkal.Pada sistem OTI,
permukaan tanah dibersihkan dari rerumputan dan mulsa, serta lapisan olah tanah
dibuat menjadi gembur agar perakaran tanaman dapat berkembang dengan baik
(LIPTAN 1994). Namun, pengolahan tanah yang dilakukan terus menerus dapat
menyebabkan degradasi tanah dan penurunan sifat fisik tanah.
Oleh karena itu diperlukan sistem pengolahan tanah konservasi yang dapat
membuat produktivitas lahan berlangsung lama. Salah satu pengolahan tanah
konservasi adalah pengolahan tanah minimum, yaitu pengolahan tanah yang
dilakukan secara terbatas atau seperlunya tanpa melakukan pengolahan tanah pada
seluruh areal lahan (LIPTAN 1994). Pengolahan tanah minimum juga memberi
keuntungan dari segi pembiayaan karena menggunakan pekerja, bahan bakar dan
peralatan yang lebih sedikit.
Untuk dapat mengelola tanah Podsolik Merah Kuning pada skala petani,
utamanya petani jagung, dengan biaya yang lebih rendah, perlu dilakukan

2

penelitian dan kajian mengenai olah tanah konservasi yang paling tepat untuk
tanah Podsolik Merah Kuning sehingga tanah Podsolik Merah Kuning yang
memiliki potensi besar dapat menghasilkan jumlah produksi jagung yang tinggi.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengkaji pengaruh olah tanah konservasi terhadap sifat fisik tanah yaitu bobot
isi, stabilitas agregat, ruang pori total, air tersedia, dan kadar bahan organik.
2. Mengkaji pengaruh metode olah tanah konservasi terhadap produksi jagung.

TINJAUAN PUSTAKA
Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah adalah setiap usaha manipulasi tanah secara mekanis yang
bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah agar sesuai untuk perkecambahan dan
perkembangan akar tanaman, menciptakan porositas mikrodan makro yang
seimbang, mengendalikan tanaman pengganggu, mengelola sisa-sisa tanaman,
menekan erosi dan menciptakan konfigurasi permukaan tanah tertentu, serta
melakukan pembalikan tanah, menyisihkan batu atau membersihan akar yang
mengganggu (Utomo 1989).
Menurut Arsyad (2006), untuk mencapai tujuan pengolahan tanah yang baik
diperlukan tindakan sebagai berikut: (1) tanah diolah seperlunya saja, (2)
pengolahan tanah bukan sawah dilakukan pada kandungan air yang tepat yaitu pF
3-4, (3) mempergunakan bahan kimia yang tepat untuk memberantas tumbuhan
pengganggu, (4) mengubah-ubah kedalaman pengolahan tanah, dan (5)
melakukan pengolahan tanah menurut kontur.
Pengolahan lahan yang menerapkan kaidah konservasi tanah dan air dengan
cara memanipulasi gulma dan residu tanaman sedemikian rupa sebagai mulsa
untuk menjamin pertumbuhan tanaman dan produktivitas secara optimal dikenal
dengan istilah pengolahan tanah konservasi (PTK). Menurut Utomo (1990), yang
termasuk kategori PTK adalah: (a) pengolahan tanah konvensional bermulsa
(PTKB), (b) pengolahan tanah minimum (PTM), dan (c) tanpa olah tanah (TOT).
Pada PTKB dilakukan pengolahan tanah biasa dan diberi mulsa berupa sisa
tanaman dan gulma yang menutupi areal minimal 30%. Pengolahan tanah
minimum adalah tanah yang diolah seperlunya saja, dan gulma yang dimatikan
oleh herbisida dimanfaatkan sebagai mulsa. Pada teknik TOT, tanah tidak diolah
sama sekali, gulma dimatikan dengan herbisida dan selanjutnya benih ditanam
langsung menggunakan tugal.
Karakteristik Tanah Podsolik Merah Kuning
Tanah podsolik merah kuning umumnya berkembang dari bahan induk tua.
Di Indonesia banyak ditemukan di daerah dengan bahan induk batuan liat. Tanah
ini merupakan bagian terluas dari lahan kering di Indonesia yang belum
dipergunakan untuk pertanian. Masalah yang terdapat di tanah ini adalah reaksi
masam, kadar Al tinggi sehingga menjadi racun tanaman dan menyebabkan

3

fiksasi P, unsur hara rendah, diperlukan tindakan pengapuran dan pemupukan,
keadaan tanah yang sangat masam sangat menyebabkan tanah kehilangan
kapasitas tukar kation dan kemampuan menyimpan hara kation dalam bentuk
dapat tukar, karena perkembangan muatan positif (Hardjowigeno 1993).
Untuk meningkatkan produktivitas tanah podsolik merah kuning, dapat
dilakukan melalui pemberian kapur, pemupukan, penambahan bahan organik,
penanaman tanah adaptif, penerapan teknik budidaya tanaman lorong (atau
tumpang sari), terasering, drainase dan pengolahan tanah yang seminim mungkin.
Pengapuran yang dimaksudkan untuk memengaruhi sifat fisik tanah, kimia dan
kegiatan jasad renik tanah.Pengapuran pada Ultisol di daerah beriklim humid
basah seperti di Indonesia tidak perlu mencapai pH tanah 6.5 (netral), tetapi
sampai pada pH 5.5 sudah dianggap baik sebab yang terpenting adalah bagaimana
meniadakan pengaruh meracun dari aluminium dan penyediaan hara kalsium bagi
pertumbuhan tanaman (Hakim et al. 1986).
Sifat Fisik Tanah
Penentuan sifat fisik tanah sangat penting artinya dalam bidang pertanian.
Sifat-sifat fisik tanah sangat memengaruhi pertumbuhan dan produktivitas
tanaman. Kondisi fisik tanah menentukan penetrasi akar di dalam tanah, retensi air,
drainase, aerasi, dan nutrisi tanaman.
Bobot isi tanah menunjukkan perbandingan antara berat tanah kering dengan
volume tanah termasuk volume pori-pori tanah, biasanya dinyatakan dalam g/cm3
(Hakim et al. 1986).Semakin padat suatu tanah semakin tinggi bobot isi tanah
yang berarti semakin sulit tanah untuk meneruskan air atau ditembus akar
tanaman. Pada umumnya bobot isi tanah mineral berkisar antara 1.1–1.6 g/cm3
(Hardjowigeno 2007). Bobot isi tanah dipengaruhi oleh struktur tanah dan
merupakan sifat fisik tanah yang dapat menunjukkan tingkat kesuburan tanah atau
tingkat kepadatan tanah. Pada keadaan struktur tanah yang baik atau bobot isi
tanah yang rendah, peluang untuk terjadinya stress air menjadi kecil, karena
kisaran kadar air tanah yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman menjadi lebar
(Wesley 1973).
C-Organik tanah adalah fraksi organik tanah yang berasal dari tanaman,
hewan dan mikroorganisme yang telah melapuk. Proses pelapukan bahan organik
tanah dilakukan oleh mikroorganisme yang menghasilkan unsur hara tanaman (N,
P, dan S) dan humus serta senyawa-senyawa lainnya yang memengaruhi
pertumbuhan tanaman. Penetapan bahan organik tanah (C-organik) biasanya
dilakukan dengan metode Walkley and Black. Pada metode ini C-organik
dihancurkan dengan garam kromat oleh panas yang timbul akibat penambahan
asam sulfat (Musa et al. 2006).
Poerwowidodo (1992), mengemukakan bahwa salah satu peranan penting
dari bahan organik tanah adalah dalam perbaikan struktur tanah. Penambahan
bahan organik kedalam tanah dapat mengakibatkan penurunan bobot isi tanah,
peningkatan ruang pori total, ruang pori drainase cepat serta ruang pori drainase
lambat.

4

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan mulai Februari sampai Juli 2015. Penelitian
bertempat di Kebun Percobaan (KP) Taman Bogo milik Balai Besar Sumberdaya
Lahan, terletak pada ketinggian 30 m dpl, pada 50oLS dan 105o BT, termasuk
wilayah administrasi Kecamatan Purbolinggo, Kabupaten Lampung Timur.
Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Fisika Tanah Balai Penelitian Tanah Jl.
Tentara Pelajar No. 12 Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah contoh tanah utuh,
contoh tanah terganggu, mulsa jagung, benih jagung P-27 dan NaOH. Alat yang
digunakan adalah cangkul, ring sampel, kaleng, satu set ayakan basah, satu set
ayakan kering, neraca analitik, alat pengayak Five star cablegation and scientific
supply, oven, tabung erlenmeyer, dan saringan 2mm.
Rancangan Percobaan
Penelitian ini mengunakan rancangan acak kelompok. OT 1 merupakan
perlakuan olah tanah sempurna tanpa aplikasi mulsa, OT 2 merupakan olah tanah
sempurna dengan aplikasi mulsa, OT 3 merupakan perlakuan olah tanah dalam
larikan ditambah dengan aplikasi mulsa, OT 4 merupakan perlakuan tanpa olah
tanah. Dalam penlitian ini pada setiap perlakuan dilakukan empat kali ulangan.
Tahap Penelitian
Tahap Tanam
Tahap tanam meliputi pemetakan lahan, pengambilan sampel tanah sebelum
tanam untuk menganalisis kondisi tanah sebelum perlakuan, pengolahan tanah
secara konservasi yang merupakan perlakuan pada penelitian ini yaitu olah tanah
sempurna tanpa mulsa (OT1), olah tanah sempurna dengan mulsa (OT2), olah
tanah dalam larikan dengan aplikasi mulsa (OT3), tanpa olah tanah dengan
aplikasi mulsa (OT4), dan dilanjutkan dengan penanaman tanaman indikator yaitu
tanaman jagung varietas P 27.
Tahap Panen
Tahap panen meliputi pengambilan sampel tanah setelah tanam untuk
menganalisa perubahan sifat fisik tanah yang terjadi setelah perlakuan. Pada tahap
ini juga dilakukan penimbangan produksi jagung pada setiap perlakuan.
Tahap Analisa Sifat Fisik Tanah
Pada penelitian ini dilakukan dua kali analisa sifat fisik tanah yaitu analisa
sifat fisik tanah sebelum tanam (sebelum perlakuan) dan analisa sifat fisik tanah
setelah tanam (setelah perlakuan). Parameter sifat fisik dan metode yang
digunakan disajikan pada Tabel 1.

5

Tabel 1 Parameter dan metode analisis sifat-sifat fisik tanah
Parameter
Bahan Organik*
Stabilitas Agregat
Bobot Isi
Ruang Pori Total
Air Tersedia

Metode Analisis
Walkley and Black
Pengayakan ganda dan tunggal
Ring
Richard and Fireman
Richard and Fireman

*Menggunakan konversi dari persentase C-organik menjadi bahan organik dengan mengalikan persentase
C-organik dengan angka 1,724 (Foth 1988)

Tahap Pengolahan dan Interpretasi Data
Tahap pengolahan data dilakukan menggunakan Ms.Excel 2011. Pada tahap
ini juga dilakukan analisa dan interpretasi perbandingan hasil analisa antara sifat
fisik tanah sebelum dan setelah perlakuan. Analisis keragaman total data
menggunakan SAS 9.1.3 untuk mengetahui apakah suatu faktor berpengaruh
nyata atau tidak terhadap parameter yang diamati, uji lanjut DMRT (Duncan
Multiple Range Test) dengan taraf 5%.

6

Tahap tanam : Pemetakan
lahan, pengambilan sampel
tanah sebelum perlakuan,
pengolahan tanah, tanam.

Tahap analisis sifat fisik
tanah
pertama:
Analisis
kandungan bahan organik,
bobot isi, ruang pori total,
kemantapan agregat, dan air
tersedia sebelum tanam.

Tahap panen: Pengambilan
sampel tanah setelah tanam
(perlakuan), perhitungan produksi
jagung
Tahap analisis sifat fisik tanah
kedua: Analisis kandungan bahan
organik, bobot isi, kemantapan
agregat, ruang pori total, dan air
tersedia. Setelah tanam.
Data hasil
produksi
jagung
Data sifat fisik
tanah setelah
perlakuan

Data sifat fisik
tanah sebelum
perlakuan

Pengolahan data dan
interpretasi data

Rekomendasi :
Olah tanah konservasi
terbaik untuk diaplikasikan
pada tanah podsolik merah
kuning guna meningkatkan
produksi jagung.

Gambar 1 Bagan diagram alir penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kandungan Bahan Organik
Bahan organik memiliki peranan yang sangat penting di tanah. Bahan
organik berasal dari tanaman yang tertinggal, berisi semua unsur-unsur hara yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Bahan organik mempengaruhi struktur
tanah dan cenderung menjaga kondisi fisik yang diinginkan. Hewan-hewan tanah
tergantung pada bahan organik untuk makanan dan mendukung kondisi fisik yang
diinginkan dengan mencampur tanah membentuk alur-alur. Umumnya banyak
hal-hal menarik dalam mengelola bahan organik agar tanah lebih produktif (Foth
1988). Kandungan bahan organik sebelum dan setelah diberikan perlakuan
disajikan dalam Tabel 2.

7

Tabel 2 Kandungan bahan organik tanah sebelum dan sesudah tanam dan hasil uji
Duncan pada taraf 5%
Perlakuan
OT 1
OT 2
OT 3
OT 4

Bahan Organik (%)
Sebelum
Sesudah
1.61
1.48 a
1.65
2.08 c
1.65
2.22 c
1.71
2.06 b

Selisih
-0.13 a
0.43 c
0.58 c
0.34 b

Ket : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan adanya nilai
yang tidak berbeda nyata pada uji Duncan dengan taraf 5%

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa pada perlakuan OT 1 (olah tanah
sempurna tanpa mulsa) mengalami penurunan kandungan bahan organik
sedangkan pada perlakuan OT 2, 3, dan 4 mengalami peningkatan kandungan
bahan organik tanah karena pada perlakuan tersebut dilakukan penambahan mulsa
saat pengolahan tanah. Setelah dilakukan uji lanjutan DMRT (Duncan Multiple
Range Test) dengan taraf 5% didapatkan hasil bahwa perlakuan OT 1 memiliki
kadar bahan organik yang berbeda nyata yaitu lebih rendah dibandingkan dengan
OT 2, 3, dan 4, sedangkan OT 2 dan OT 3 tidak berbeda nyata tetapi berbeda
nyata lebih tinggi dari OT1 dan OT4. Perlakuan OT4 memiliki kadar bahan
organik yang berbeda nyata lebih rendah dari OT 2 dan OT 3 tetapi berbeda nyata
lebih tinggi dari OT 1. Pada perlakuan OT 1 kandungan bahan organik mengalami
penurunan karena tidak ada aplikasi mulsa pada perlakuan ini, sedangkan
pertambahan pada OT 4 tidak sebesar pada OT 2 dan OT 3 dikarenakan pada
perlakuan ini tidak dilakukan pengolahan tanah sehingga mulsa tidak tercampur
didalam tanah yang menyebabkan dekomposisi mulsa lebih lambat dibandingkan
pada OT 2 dan OT 3. Dekomposisi bahan organik adalah proses aerob, oksigen
akan mempercepat proses tersebut. Dengan pengolahan tanah, sisa tanaman
dibenamkan kedalam tanah bersama dengan oksigen dan membuat kontak dengan
organisme tanah, sehingga proses dekomposisi pada perlakuan OT 2 dan OT 3
berlangsung lebih cepat dibanding dengan OT 4 yang merupakan perlakuan tanpa
olah tanah. Perlakuan OT 3 mengalami peningkatan kadar bahan organik tertinggi.
Hal ini disebabkan karena pada perlakuan OT 3 dilakukan pengolahan tanah
secara minimum pada barisan tanam, sehingga terjadi percampuran mulsa dengan
tanah dan terjadi dekomposisi mulsa menjadi bahan organik tanah tetapi tidak
terlalu intensif karena pengolahan tanah tidak dilakukan sedalam dan seintensif
perlakuan OT 2 yang merupakan olah tanah sempurna.
Bobot Isi
Harjowigeno (1993) menyatakan bahwa kerapatan lindak (kerapatan isi,
atau bobot isi atau bobot volume atau bulk density), menunjukkan perbandingan
antara berat tanah kering dengan volume tanah, termasuk volume pori-pori tanah.
Kerapatan isi tanah merupakan petunjuk kepadatan tanah, makin tinggi kerapatan
isi tanah makin sulit meneruskan air atau ditembus akar tanaman.

8

Tabel 3 Bobot isi sebelum dan sesudah perlakuan serta hasil uji lanjut Duncan
pada taraf 5%
Perlakuan

Bobot isi (g/cm3)

Selisih

Sebelum

Sesudah

OT 1

1.00

1.22 a

0.22 a

OT 2

0.99

0.91 a

-0.18 b

OT 3
1.18
0.97 a
-0.21 b
OT 4
1.03
0.97 a
-0.06 b
Ket : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan adanya nilai
yang tidak berbeda nyata pada uji Duncan dengan taraf 5%

Berdasarkan Tabel 3 didapatkan hasil bahwa perlakuan olah tanah sempurna
tanpa mulsa (OT 1) mengalami peningkatan bobot isi hal ini menunjukkan adanya
pemadatan tanah dari kondisi sebelum perlakuan. Sedangkan pada perlakuan OT
2, 3, dan 4 mengalami penurunan nilai bobot isi. Hal ini menunjukkan pada
perlakuan olah tanah ditambah dengan aplikasi mulsa dapat menggemburkan
tanah dan membuat tanah lebih mudah untuk ditembus akar tanaman. Walaupun
terdapat peningkatan bobot isi pada perlakuan OT 1 tetapi dari hasil uji lanjutan
DMRT (Duncan Multiple Range Test) dengan taraf 5% pada kondisi sesudah
tanam didapatkan bahwa tidak ada nilai yang berbeda nyata pada semua
perlakuan. Dari uji lanjutan DMRT (Duncan Multiple Range Test) dengan taraf
5% pada selisih antara kondisi sebelum perlakuan dan setelah perlakuan
didapatkan hasil terjadi perbedaan nyata antara perlakuan OT 1 dengan perlakuan
yang lain yaitu perlakuan OT 2, 3, dan 4. Berdasarkan teori yang dikemukakan
oleh Rachman, dkk (2013) menyatakan bahwa bobot isi tanah (soil bulk density)
dan ruang pori total tanah (soil porosity), kedua nya menyangkut tentang
kesarangan tanah, saling berpengaruh secara terbalik. Jika bobot isi tanah
meningkat, tanah menjadi semakin padat, maka ruang pori total tanahnya
menurun.
Ruang Pori Total
Ruang pori total adalah volume seluruh pori-pori didalam suatu volume
tanah yang dinyatakan dalam presentase (Richard dan Fireman 1943). Data
analisis ruang pori total tanah sebelum dan setelah perlakuan serta nilai uji lanjut
Duncan setelah tanam pada taraf 5% diasjikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Ruang pori total sebelum dan setelah perlakuan serta hasil uji lanjut
Duncan pada taraf 5%
Perlakuan

Ruang Pori Total (%)

Selisih

Sebelum

Sesudah

OT 1

52.83

50.16 a

-2.67 a

OT 2

62.45

65.93 b

3.48 b

OT 3

53.77

62.37 b

8.61 c

OT 4
61.71
65.68 b
3.97 b
Ket : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan adanya nilai yang
tidak berbeda nyata pada uji Duncan dengan taraf 5%

9

Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa pada perlakuan OT 1 yaitu olah tanah
sempurna tanpa mulsa mengalami penurunan volume ruang pori total tanah. Hal
ini disebabkan karena pada perlakuan ini tidak diberikan mulsa yang merupakan
sumber energi bagi fauna tanah yang berperan penting dalan pembentukan pori
tanah. Sedangkan pada perlakuan OT 2, 3, dan 4 mengalami peningkatan volume
ruang pori total. Hardjowigeno (1993) menyatakan bahwa ruang pori total tanah
dipengaruhi oleh kandungan bahan organik dan berbanding lurus. Dari selisih
yang terlihat pada data, kenaikan tertinggi terjadi pada perlakuan OT 3 yaitu olah
tanah dalam larikan ditambah dengan mulsa. Hal ini menunjukkan bahwa dengan
pengolahan tanah yang minimum ruang pori tanah yang tersedia menjadi lebih
tinggi sehingga tidak diperlukan olah tanah sempurna yang membutuhkan tenaga
dan biaya yang lebih tinggi terutama untuk tanaman jagung pada tanah Podsolisk
Merah Kuning di Lampung Timur.
Dari hasil Uji lanjutan DMRT (Duncan Multiple Range Test) dengan taraf
5% pada parameter ruang pori total terlihat jelas pada perlakuan OT 1 yaitu olah
tanah sempurna ditambah dengan mulsa memiliki nilai yang berbeda nyata
dibandingkan dengan perlakuan OT 2, 3, dan 4. Pada Tabel 4 terlihat perbedaan
pertambahan volume ruang pori total pada setiap perlakuan, setelah dilakukan uji
lanjutan perlakuan OT 2, 3, dan 4 memiliki nilai yang tidak berbeda nyata
walaupun terjadi perbedaan pertambahan volume ruang pori total. Dilakukan uji
lanjutan DMRT (Duncan Multiple Range Test) dengan taraf 5% pada selisih
antara sebelum perlakuan dan seelah perlakuan. Uji lanjutan ini didaptakan hasil
OT 3 (olah tanah dalam larikan ditambah dengan mulsa) menunjukan
pernambahan ruang pori total yang berbeda nyata lebih tinggi dibandingkan
dengan perlakuan OT 1, OT 2, dan OT 4.
Ruang Pori Air Tersedia
Air tersedia adalah selisih kadar air antara pF 2.54 yaitu kadar air pada
kapasitas lapang dan pF 4.2 yaitu kadar air pada titik layu permanen dan
dinyatakan dalam persen (Richard dan Fireman 1943). Air tersedia merupakan
parameter yang penting terutama untuk pengembangan pertanian pada lahan
kering.
Tabel 5 Ruang Pori air tersedia sebelum dan sesudah perlakuan serta hasil uji
lanjut Duncan pada taraf 5%
Perlakuan

Air Tersedia (%)

Selisih

Sebelum

Sesudah

OT 1

7.92

5.40 a

-2.52 a

OT 2

8.33

11.00 c

2.68 c

OT 3

8.66

12.79 c

4.13 c

OT 4
7.86
9.88 b
2.01 b
Ket : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan adanya nilai yang
tidak berbeda nyata pada uji Duncan dengan taraf 5%

Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa pada OT 1 yaitu perlakuan olah tanah
sempurna tanpa mulsa terjadi penurunan presentase air tersedia hal ini berbanding
lurus dengan penurunan ruang pori total pada perlakuan OT 1. Sedangkan pada
perlakuan OT 2, 3, dan 4 pada semua ulangan secara keseluruhan menunjukkan

10

adanya peningkatan presentase air tersedia. Hal ini terjadi diduga karena pada
perlakuan OT 2, 3, dan 4 terjadi peningkatan pori meso. Hal ini didasarkan dari
teori yang menyatakan bahwa air tersedia diperoleh dari selisih antara kadar air
pada kapasitas lapang dan titik layu permanen. Kondisi ini berkaitan erat dengan
kemampuan tanah dalam menyerap dan menahan air (retensi air tanah) dalam
tanah dan pada pori tanah, khususnya yang berukuran meso (Rachman dkk.,
2013).
Pada parameter air tersedia setelah dilakukan uji lanjutan DMRT (Duncan
Multiple Range Test) dengan taraf 5% didapatkan hasil bahwa perlakuan OT 1
memiliki nilai yang berbeda nyata dengan perlakuan lain yaitu OT 2, 3, dan 4.
Sedangkan perlakuan OT 2, 3, dan 4 tidak berbeda nyata satu sama lain. Hasil uji
lanjutan pada parameter ini menunjukkan adanya kesamaan hasil pada pengujian
lanjutan ruang pori total.

Stabilitas Agregat
Kemantapan agregat tanah didefinisikan sebagai ketahanan agregat tanah
melawan kekuatan penghancur oleh pukulan butir air hujan atau penggenangan
air. Kemantapan agregat tanah bergantung pada ketahanan jonjot tanah melawan
daya dispersi dan kekuatan sementasi atau pengikatan (Notohadiprawiro 1998).
Lal dan Shukla (2004) menyebutkan terdapat berbagai metode yang digunakan
untuk menentukan kemantapan struktur dan agregat tanah. Metode tersebut
diantaranya adalah metode stabilitas terhadap air atau angin dengan teknik
pengayakan kering dan basah yang dikemukakan oleh Yoder (1936). Berbagai
cara dapat digunakan untuk mengekspreksikan hasil analisis agregat tanah
menggunakan teknik ini. Indeks yang paling sering digunakan diantaranya adalah
indeks rata-rata bobot diameter (Mean Weight Diameter). Rata-rata bobot
diameter pada metode pengayakan kering dan basah dapat digunakan untuk
menentukan kemantapan agregat yang dinyatakan ke dalam indeks stabilitas
agregat. Indeks stabilitas agregat merupakan selisih antara rata-rata bobot
diameter agregat tanah pada pengayakan kering dengan rata-rata bobot diameter
pada pengayakan basah (Sitorus et al. 1983). Semakin besar indeks stabilitas
agregat maka tanah semakin stabil, demikian sebaiknya. Data indeks kemantapan
agregat sebelum dan setelah perlakuan disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Indeks kemantapan agregat sebelum dan setalah perlakuan serta hasil uji
lanjut Duncan pada taraf 5%
Indeks Kemantapan Agregat(%)
Selisih
Sebelum
Sesudah
OT 1
40.61
35.54 a
-5.07 a
OT 2
42.33
39.77 a
-2.56 a
OT 3
41.38
67.38 b
26.00 b
OT 4
40.62
68.34 b
27.72 b
Ket : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan adanya nilai
yang tidak berbeda nyata pada uji Duncan dengan taraf 5%
Perlakuan

Berdasarkan klasifikasi indeks kemantapan agregat, perlakuan olah tanah
sempurna tanpa mulsa (OT 1) masuk kedalam klasifikasi tidak mantap karena
memiliki indeks kemantapan agregat kurang dari 40, sedangkan pada perlakuan

11

OT 2 (olah tanah sempurna ditambah dengan aplikasi mulsa) juga masuk kedalam
klasifikasi tidak mantap. Perlakuan olah tanah dalam larikan ditambah dengan
aplikasi mulsa (OT 3) masuk kedalam klasifikasi mantap karena memiliki indeks
kemantapan agregat diantara 66-80. Pada perlakuan tanpa olah tanah ditambah
aplikasi mulsa (OT 4) memiliki nilai indeks kemantapan agregat yang masuk
kedalam klasifikasi mantap.
Setelah dilakukan uji lanjutan DMRT (Duncan Multiple Range Test) dengan
taraf 5% didapatkan hasil bahwa perlakuan OT 1 dan OT 2 memiliki indeks
kemantapan agregat yang tidak berbeda nyata tetapi berbeda nyata lebih rendah
dari OT 3 dan OT 4. Perlakuan OT 3 dan OT 4 tidak berbeda nyata satu sama lain
tetapi berbeda nyata lebih tinggi daripada OT 1 dan OT 2. Perlakuan OT 1 dan OT
2 keduanya adalah perlakuan olah tanah sempurna memiliki nilai indeks stabilitas
agregat yang rendah hal ini membuktikan bahwa olah tanah sempurna
menyebabkan kerusakan agregat tanah, olah tanah sempurna tanpa mulsa (OT 1)
mengalami penurunan nilai indeks stabilitas agregat tertinggi. Parameter stabilitas
agregat dianalisis menggunakan dua metode sebagai pembanding.
Tabel 7 menunjukkan hasil analisis stabilitas agregat menggunakan metode
ayakan tunggal dengan alat Five star cablegation and scientific supply. Hasil yang
didapatkan dengan metode analisis ini setelah dilakukan uji lanjutan Duncan pada
taraf 5% terlihat bahwa hasilnya tidak berbeda dengan menggunakan metode
ayakan ganda, pada setiap perlakuan menunjukkan notasi yang sama dengan hasil
pada ayakan ganda. Hanya saja pada ayakan tunggal ini tidak terdapat klasifikasi
indeks kemantapan agregat yang dapat digunakan sebagai acuan pengkelasan
kemantapan agregat.
Tabel 7 Stabilitas agregat sebelum dan setelah perlakuan serta hasil uji lanjut
Duncan pada taraf 5%
Perlakuan

Stabilitas Agregat (%)

Selisih

Sebelum

Sesudah

OT 1

66.73

54.95 a

-11.78 a

OT 2

67.71

57.14 a

-10.58 a

OT 3

67.88

78.71 b

10.83 b

OT 4
67.58
79.97 b
12.39 b
Ket : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan adanya nilai yang
tidak berbeda nyata pada uji Duncan dengan taraf 5%

Berdasarkan dua metode analisis stabilitas agregat yang dilakukan, terjadi
pola yang sama. Terjadi penurunan kemantapan agregat pada OT 1 dan OT 2
dimana hal ini terjadi karena pengaruh pengolahan tanah secara intensif dan
penurunan kadar bahan organik tanah yang akhirnya menyebabkan terjadinya
degradasi struktur tanah (Supriyadi, 2008). Peningkatan stabilitas agregat tertinggi
terjadi pada OT 3 hal ini dikarenakan pada perlakuan OT 3 terjadi peningkatan
kadar bahan organik. Hal ini sesuai dengan teori Stevenson (1982) yang
manyatakan bahwa bahan organik tanah merupakan salah satu bahan pembentuk
agregat tanah, yang mempunyai peran sebagai bahan perekat antar partikel tanah
untuk bersatu menjadi agregat tanah, sehingga bahan organik penting dalam
pembentukan struktur tanah.

12

Produksi
Tongkol
Pada Tabel 8 disajikan hasil produksi tongkol jagung kering dan basah pada
setiap perlakuan. Ini menunjukkan bahwa perlakuan OT 1 memiliki rataan
produksi tongkol terendah dibandingkan dengan perlakuan OT 2, 3, dan 4.
Tabel 3 Produksi tongkol jagung dan hasil uji lanjut Duncan pada taraf 5%
Perlakuan
OT 1
OT 2
OT 3
OT 4

Bobot ( ton/ha)
Tongkol Basah
Tongkol Kering
5.72 a
4.20 a
8.85 b
6.44 b
8.79 b
6.29 b
8.83 b
6.41 b

Ket : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan adanya nilai
yang tidak berbeda nyata pada uji Duncan dengan taraf 5%

Biomas
Pada Tabel 9 disajikan hasil produksi biomas jagung kering dan basah pada
setiap perlakuan. Ini menunjukkan bahwa perlakuan OT 1 memiliki rataan
produksi biomas terendah dibandingkan dengan perlakuan OT 2, 3, dan 4.
Tabel 9 Produksi biomas jagung dan hasil uji lanjut Duncan pada taraf 5%
Perlakuan
OT 1

Bobot ( ton/ha)
Biomas Basah
Biomas Kering
5.13 a
2.743 a

OT 2

6.90 a

4.419 b

OT 3

6.85 a

4.543 b

OT 4

6.59 a

4.026 b

Ket : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan adanya nilai
yang tidak berbeda nyata pada uji Duncan dengan taraf 5%

Berdasarkan uji lanjut DMRT (Duncan Multiple Range Test) dengan taraf
5% didapatkan hasil bahwa secara rata-rata produksi jagung pada perlakuan OT 1
berbeda nyata lebih rendah dari perlakuan OT 2, 3, dan 4. Pada perlakuan OT 2, 3,
dan 4 secara rata-rata tidak menunjukkan perbedaan nilai yang nyata. Pengaruh
perlakuan terhadap biomas basah tidak terlihat adanya perbedaan yang nyata antar
perlakuan. Hal ini disebabkan pada biomas basah pengaruh perbedaan perlakuan
tertutupi oleh tingginya kadar air sehingga perbedaan bobot biomas basah tidak
terlihat adanya perbedaan yang signifikan. Terbuki pada penimbangan selanjutnya
yaitu penimbangan biomas kering, setelah dilakukan uji lanjut DMRT (Duncan
Multiple Range Test) dengan taraf 5% terjadi perbedaan yang nyata antara
perlakuan OT 1 dengan perlakuan yang lain yaitu perlakuan OT 2, 3, dan 4.

13

Perlakuan OT 1 menunjukkan bobot biomas kering yang lebih rendah
dibandingkan dengan perlakuan OT 2, 3, dan 4, sedangkan pada perlakuan OT 2,
3, dan 4 tidak menunjukan adanya perbedaan yang nyata. Pengaruh perlakuan
terhadap bobot tongkol baik tongkol basah ataupun tongkol kering tidak
dipengaruhi oleh kadar air, dapat dilihat perbedaan bobot antara tongkol basah
dan tongkol kering tidak begitu signifikan hal ini menunjukan bahwa kadar air
pada tongkol basah tidak sebanyak pada biomas basah. Perlakuan OT 1 memiliki
bobot tongkol basah maupun kering yang berbeda nyata lebih rendah daripada
perlakuan OT 2, 3, dan 4, akan tetapi pada perlakuan OT 2, 3, dan 4 tidak terjadi
perbedaan yang nyata. Hal ini menunjukkan pentingnya mengembalikan mulsa
setelah tanam kedalam tanah dalam pengolahan tanah karena terbukti dapat
meningkatkan produksi dibandingkan dengan perlakuan yang tidak menggunakan
mulsa.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1.
2.

3.

4.

Olah tanah konservasi berpengaruh nyata terhadap perubahan sifat fisik tanah
(stabilitas agregat, ruang pori total, dan air tersedia).
Perlakuan olah tanah sempurna tanpa mulsa (OT 1) menunjukkan sifat fisik
tanah terburuk, mengalami peningkatan bobot isi dan penurunan kadar bahan
organik secara nyata. Sedangkan perbaikan sifat fisik tanah terbaik
ditunjukkan oleh perlakuan olah tanah dalam larikan ditambah dengan
aplikasi mulsa (OT 3), yang ditunjukkan dengan peningkatan kadar bahan
organic serta perbaikan sifat fisik tanah.
Perlakuan OT 1 memiliki rata-rata produksi terendah dan berbeda nyata
sedangkan perlakuan OT 2, 3, dan 4 secara rata-rata tidak menunjukkan
perbedaan nilai yang nyata terhadap produksi.
Olah tanah konservasi tidak berpengaruh nyata terhadap produksi, akan tetapi
penambahan mulsa nyata mempengaruhi produksi.
Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan terintegrasi tentang perubahan sifat fisik,
kimia, dan biologi tanah dalam periode tanam yang lebih panjang, agar dapat
dilihat efek jangka panjang perubahan karakteristik tanah.

14

DAFTAR PUSTAKA
Arsyad S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Bogor (ID): IPB Press.
Buckman HO, BradyNC. 1969.The Nature and Properties of Soils. The
Macmillan Company, New York.
Budiarto DW. 2011. Kajian Hidrologi untuk Pengelolaan Konservasi Perairan Situ
IPB, Kampus Dramaga Bogor [skripsi]. Departemen Manajemen
Sumberdaya Perairan, IPB. Bogor.
Foth, DH. 1988. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.Yogyakarta (ID): Gadjamada
University.
Hakim, N.M, Yusuf Nyakpa, A.M.Lubis, S,G.Nugroho, M.R,Saul, M.Amina Diha,
Go.Ban,Hong, H.H,Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah, UNILA,
Lampung.
Hardjowigeno S. 1993. Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Akademika Pressindo.
Hardjowigeno, S. 2007.Ilmu Tanah.Penerbit Akademika Pressindo, Jakarta
Indranada KH. 1994. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Jakarta (ID): BumiAksara.
Lal R, Shukla MJ. 2004. Principle of Soil Physics. New York (US): Marcel
Dekker, Inc
LIPTAN. 1994. Lembar Informasi Pertanian (LIPTAN) BIP Irian Jaya No. 145/94.
Balai Informasi Pertanian Irian Jaya, Jayapura. http://www.pustakadeptan.go.id/agritek/ppua0138.pdf.
Musa, L., Mukhlis dan A. Rauf. 2006. Dasar Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian
Sumatera Utara. Medan
Notohadiprawiro T. 1998. Tanah dan Lingkungan. Jakarta (ID): Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Poerwowidodo. 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Penerbit Angkasa. Bandung.
Prasetyo, B.H dan Suriadikarta, D.A. 2006. Karakteristik, Potensi dan Teknologi
Pengelolaan Tanah Podsolik Merah Kuning untuk Pengembangan
Pertanian Lahan Kering di Indonesia. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Balai Penelitian Tanah.
http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi.pdf [10 Agustus 2015].
Rachman, L. M. dkk. 2013. Fisika Tanah Dasar. Departemen Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Richards LA, FiremanLA. 1943. Pressure plate apparatus for measuring moisture
sorption and transmission by soil. Soil Sci 56:395-404.
Sitorus SRP, Haridjaja O, Brata KR. 1983. Penuntun Praktikum Fisika Tanah.
Departemen Ilmu-ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Stevenson, F.T. 1982. Humus Chemistry. John Wiley and Sons, Newyork.
Supriyadi, S. 2008. Kandungan bahan organic sebagai dasar pengelolaan tanah di
lahan kering Madura. J. Embryo. Vol 5 No. 2.
Utomo, W. H. 1989. Konservasi Tanah di Indonesia Satu Rekaman dan Analisis.
Penerbit Rajawali Press. Jakarta
Wesley, L.D. 1973. Mekanika Tanah. Badan Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta.
Yoder, R. E. 1936. Direct method aggregate analysis of soil and a study of the
physical nature of erosion losses. Jour. Amer. Soc. Agron 28: 337-351.

15

LAMPIRAN

16
Lampiran 1 Hasil analisis bobot isi semua ulangan
Perlakuan
IOT1
IOT2
IOT3
IOT4
IIOT1
IIOT2
IIOT3
IIOT4
IIIOT1
IIIOT2
IIIOT3
IIIOT4
IVOT1
IVOT2
IVOT3
IVOT4

Bobot Isi (g/cm3)
Sebelum Sesudah
1.14
1.35
0.94
0.89
1.12
0.87
1.02
0.95
0.83
1.20
0.89
0.84
1.13
0.90
1.14
0.86
1.04
1.12
1.08
0.90
1.24
1.10
1.09
0.83
1.00
1.20
1.05
1.00
1.21
0.97
0.85
0.82

Selisih
0.21
-0.05
-0.25
-0.07
0.37
-0.05
-0.23
-0.28
0.08
-0.14
-0.11
-0.26
0.21
-0.09
-0.24
-0.03

Lampiran 2 Hasil analisis kadar bahan organik semua ulangan
Perlakuan
IOT1
IOT2
IOT3
IOT4
IIOT1
IIOT2
IIOT3
IIOT4
IIIOT1
IIIOT2
IIIOT3
IIIOT4
IVOT1
IVOT2
IVOT3
IVOT4

Bahan Organik (%)
Sebelum Sesudah
1.4
1.27
1.6
1.94
1.5
2.00
1.6
1.91
1.9
1.73
1.9
2.09
1.8
2.42
1.8
2.24
1.4
1.07
1.3
1.90
1.2
1.96
1.4
1.77
2.0
1.85
1.9
2.40
1.9
2.52
2.1
2.32

Selisih
-0.15
0.34
0.45
0.31
-0.18
0.21
0.57
0.41
-0.31
0.64
0.71
0.42
-0.20
0.55
0.57
0.25

17
Lampiran 3 Hasil analisis stabilitas agregat ayakan ganda semua ulangan
Perlakuan
IOT1
IOT2
IOT3
IOT4
IIOT1
IIOT2
IIOT3
IIOT4
IIIOT1
IIIOT2
IIIOT3
IIIOT4
IVOT1
IVOT2
IVOT3
IVOT4

Indeks Stabilitas Agregat (%)
Sebelum
Sesudah
34.1
29.80
39.3
37.04
44.1
66.07
39.4
67.89
39.6
33.75
27.9
25.57
51.3
66.41
45.4
69.70
38.2
32.50
29.6
27.19
39.9
79.33
41.2
68.25
34.6
30.10
32.5
29.30
46.2
73.71
36.5
67.49

Selisih
-4.26
-2.26
21.95
28.51
-5.85
-2.38
15.15
24.27
-5.66
-2.39
39.40
27.09
-4.53
-3.20
27.47
30.99

Lampiran 4 Hasil analisis stabilitas agregat ayakan tunggal semua ulangan
Perlakuan
IOT1
IOT2
IOT3
IOT4
IIOT1
IIOT2
IIOT3
IIOT4
IIIOT1
IIIOT2
IIIOT3
IIIOT4
IVOT1
IVOT2
IVOT3
IVOT4

Water Stable Agregat (%)
Sebelum
Sesudah
67.9
50.30
66.7
58.05
68.8
78.76
64.0
78.04
65.5
49.60
69.4
56.44
67.3
78.23
71.7
75.58
65.2
49.90
64.6
57.99
66.5
78.37
66.6
87.92
68.3
49.99
70.1
56.07
68.9
79.50
67.9
78.34

Selisih
-17.64
-8.65
9.94
14.02
-15.86
-12.99
10.92
3.87
-15.27
-6.60
11.89
21.28
-18.34
-14.06
10.58
10.41

18
Lampiran 5 Hasil analisis ruang pori total semua ulangan
Perlakuan
IOT1
IOT2
IOT3
IOT4
IIOT1
IIOT2
IIOT3
IIOT4
IIIOT1
IIIOT2
IIIOT3
IIIOT4
IVOT1
IVOT2
IVOT3
IVOT4

Ruang Pori Total (%)
Sebelum
Sesudah
53.0
49.43
64.9
65.27
57.1
66.31
61.0
65.18
68.5
66.54
66.1
69.87
49.0
58.94
57.5
63.98
60.6
56.43
58.5
62.19
54.6
60.63
60.1
64.34
61.3
60.25
60.3
66.39
54.3
63.62
68.3
69.21

Selisih
-3.54
0.37
9.17
4.21
-1.92
3.75
9.91
6.46
-4.20
3.67
6.04
4.29
-1.01
6.12
9.31
0.92

Lampiran 6 Hasil analisis air tersedia semua ulangan
Perlakuan
IOT1
IOT2
IOT3
IOT4
IIOT1
IIOT2
IIOT3
IIOT4
IIIOT1
IIIOT2
IIIOT3
IIIOT4
IVOT1
IVOT2
IVOT3
IVOT4

Air Tersedia (%)
Sebelum Sesudah
12.8
6.01
7.90
11.17
6.50
13.98
9.30
11.08
7.10
5.54
8.20
11.53
8.90
13.52
9.20
11.76
5.10
5.21
7.20
10.88
9.50
12.44
6.20
10.01
6.70
4.84
10.00
10.42
9.80
11.23
6.90
6.66

Selisih
-6.77
3.24
7.53
1.81
-1.56
3.35
4.62
2.61
0.07
3.67
2.96
3.83
-1.83
0.44
1.41
-0.20

19

Lampiran 7 Denah petak percobaan

Keterangan

:

OT 1 : Olah tanah sempurna tanpa mulsa
OT 2 : Olah tanah sempurna ditambah aplikasi mulsa
OT 3 : Olah tanah dalam larikan ditambah aplikasi mulsa
OT 4 : Tanpa olah tanah
I

: Ulangan 1

II

: Ulangan 2

III

: Ulangan 3

IV

: Ulangan 4

20

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Boyolali pada tanggal 4 November 1992 sebagai anak
kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak H Drs Purwanto, MM dan Ibu Hj
Tyas Rahmani A Ningsih, SPd. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada
tahun 2005 di SDN Boyolali 9, tahun 2008 penulis lulus dari SMPN 1 Boyolali
dan tahun 2011 penulis menyelesaikan jenjang SMA di SMA 1 Boyolali dan pada
tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di Departemen Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur
SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) Undangan.
Selama menjadi mahasiswa di IPB, penulis aktif dalam beberapa kegitan
kemahasiswaan. Kegiatan tersebut diantaranya Badan Eksekutif Mahasiswa
Tingkat Persiapan Bersama periode 2011-2012, Badan Eksekutif Mahasiswa
Fakultas Pertanian periode 2012-2013 sebagai anggota divisi bidang olahraga dan
seni, Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah (HMIT) periode 2014-2015 sebagai
anggota divisi Hubungan Luar dan Alumni organisasi HMIT. Pada kegiatan
akademik penulis pernah menjadi presentator poster dalam acara World Congress
of Soil Science ke-20 di Pulau Jeju, Korea Selatan dan juga menjadi Asisten
Praktikum Survei dan Evaluasi Lahan (2015). Penulis juga aktif dalam berbagai
kegiatan kepanitian terkait acara keilmuan seperti East and South East Asia
Federation of Soil Science(2012), Seminar Nasional Ilmu Tanah (2014), Kegiatan
akademik terakhir yang diikuti oleh penulis adalah menjadi peserta Summer
Course Program bersama Shiga Prefecture University (20150. Selain kegiatan
akademik penulis juga berprestasi dalam kegiatan non akademik seperti pemain
basket putri terbaik Tingkat Persiapan Bersama pada tahun 2011 dan juga pemain
basket putrid terbaik Fakultas Pertanian pada tahun 2013.
Penulis menyelesaikan studi dengan melakukan penelitian dan skripsi yang
berjudul “Pengaruh Penerapan Olah Tanah Konservasi Terhadap Sifat Fisik Tanah
Pada Tanah Podsolik Merah Kuning di Lampung Timur” di bawah bimbingan Dr
Ir Latief M Rachman, MSc. MBA dan Dr Ir Neneng Laela N.