Pengaruh Aplikasi “Oto Infus” Terhadap Konsumsi Bahan Bakar dan Emisi Gas Buang Motor Bensin
PENGARUH APLIKASI “OTO INFUS” TERHADAP
KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUANG
MOTOR BENSIN
ARMY TRIHANDI PUTRA
F14080117
TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Aplikasi “Oto Infus”
terhadap Konsumsi Bahan Bakar dan Emisi Gas Buang Motor Bensin adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Army Trihandi Putra
NIM F14080117
ABSTRAK
ARMY TRIHANDI PUTRA. Pengaruh Aplikasi “Oto Infus” terhadap Konsumsi
Bahan Bakar dan Emisi Gas Buang Motor Bensin. Dibimbing oleh AGUS
SUTEJO.
“Oto infus” adalah alat yang dapat meningkatkan efisiensi pembakaran. Alat
ini merupakan karya dari Haryo dan Sutejo. Alat ini telah banyak digunakan pada
berbagai jenis mesin antara lain mobil, motor, maupun generator listrik. Tujuan
dari penelitian ini adalah menguji seberapa besar pengaruh dari penggunaan “oto
infus” terhadap laju konsumsi bahan bakar serta emisi gas buang pada motor
bakar bensin. Motor bakar yang digunakan adalah motor Honda GX-160 yang
banyak digunakan sebagai sumber tenaga di bidang pertanian. Pengukuran
konsumsi bahan bakar dilakukan dengan mengamati penurunan permukaan bahan
bakar selama digunakan pada selang transparan. Pengukuran emisi gas buang
dilakukan dengan menggunakan Ultra 4/5 gas analyzer Hanatech IM 2400.
Penelitian menunjukkan “oto infus” dapat menghemat laju konsumsi bahan bakar
hingga 20.46%. Emisi yang dihasilkan juga dapat diturunkan dengan penggunaan
“oto infus”.
Kata kunci: “oto infus”, motor bensin, konsumsi bahan bakar, emisi gas buang.
ABSTRACT
ARMY TRIHANDI PUTRA. Effect of “Oto Infus” Application for Fuel
Consumption and Exhaust Gas Emission on Gasoline Engine. Supervised by
AGUS SUTEJO.
“Oto infus” was an equipment made to increase the combustion efficiency.
This equipment was made by Haryo and Sutejo. This equipment has been utilized
in various type of machine such as car, motorbike, and electricity generator. The
research objective was to test how much the effects of oto infus utilization on fuel
consumption and exhaust gas emission of a gasoline engine. The type of gasoline
engine used was Honda GX-160 which is commonly used as power resource in
the agricultural sector. The fuel consumption measurement conducted by
observing decreasing surface of fuel in a transparent pipe. The measurement of
exhaust emission is utilized with Ultra 4/5 gas analyzer Hanatech IM 2400. This
research showed “oto infus” could save the fuel consumption rate up to 20.46 %.
The emission produced could also be decreased with using the “oto infus”.
Keywords: “oto infus”, gasoline engine, fuel consumption, exhaust emission
PENGARUH APLIKASI “OTO INFUS” TERHADAP
KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUANG
MOTOR BENSIN
ARMY TRIHANDI PUTRA
F14080117
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik Pertanian
pada
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem
TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Pengaruh Aplikasi “Oto Infus” Terhadap Konsumsi Bahan Bakar
dan Emisi Gas Buang Motor Bensin
Nama
: Army Trihandi Putra
NIM
: F14080117
Disetujui oleh
Ir. Agus Sutejo, M.Si
Pembimbing Akademik
Diketahui oleh
Dr Ir Desrial, M. Eng
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat
diselesaikan. Karya ilmiah berjudul Pengaruh Aplikasi “Oto Infus” terhadap
Konsumsi Bahan Bakar dan Emisi Gas Buang Motor Bensin ini disusun
berdasarkan penelitian terhadap motor bensin stasioner Honda GX-160 yang
dilaksanakan mulai bulan Februari hingga awal Juni 2014.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir Agus Sutejo, M.Si selaku
pembimbing akademik yang telah banyak memberikan bimbingan dalam
menyelesaikan penelitian ini. Di samping itu, penghargaan juga penulis
sampaikan kepada Pak Ujang dan semua teknisi bengkel CV Daud Teknik Maju,
Cibeureum dan staf bengkel Raka Autocare atas bantuan dan kerjasamanya dalam
pelaksanaan penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan pada
ibu, bapak, serta seluruh keluarga atas doa dan kasih sayangnya, Gilang, Diaz,
Jodie, Cisya, dan Manda yang sudah selalu mengingatkan dan memberi dukungan,
teman-teman Wisma Galih (Genadi, Febry, Dian, Ilham), teman-teman satu
bimbingan (Happy, Ansyahrul, Yudhi, Tyo), Furqon, Agung, Denis, Yayan,
teman-teman Teknik Pertanian, serta semua pihak yang tidak disebutkan yang
telah memberi dukungan dan semangat.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Terima Kasih.
Bogor, Agustus 2014
Army Trihandi Putra
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
vi
vi
vi
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
1
2
2
2
3
TINJAUAN PUSTAKA
“Oto Infus”
Emisi Gas Buang
Prony Brake
3
4
6
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Bahan dan Alat Penelitian
Prosedur Penelitian
Pembuatan Dudukan Motor
Persiapan Alat Ukur Konsumsi Bahan Bakar
Pemasangan “Oto Infus”
Uji Konsumsi Bahan Bakar pada Berbagai Kecepatan Putar
Uji Konsumsi Bahan Bakar dengan Pembebanan
Uji Emisi Gas Buang
Pengukuran Konsumsi Air
Pengolahan Data
Analisis Statistik
6
7
7
9
9
10
13
14
15
15
16
18
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Konsumsi Bahan Bakar
Pengaruh “Oto Infus” pada Konsumsi Bahan Bakar
Analisis Statistik terhadap Perubahan Laju Konsumsi Bahan Bakar
Uji Emisi Gas Buang
Uji Emisi Gas Buang
Pengukuran Konsumsi Air
Pembahasan
19
21
22
23
23
24
24
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
25
26
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
27
28
45
DAFTAR TABEL
1 Baku Mutu Emisi Gas Buang
2 Rata-rata hasil pengukuran laju konsumsi bahan bakar motor bakar
Honda GX-160 (liter/jam)
3 Hasil perhitungan analisis statistik konsumsi bahan bakar
4 Hasil uji emisi gas buang motor bakar Honda GX-160
5 Pengaruh "oto infus" terhadap daya motor bakar
6 Hasil pengukuran konsumsi air
4
22
23
23
24
24
DAFTAR GAMBAR
Komponen utama “oto infus”
Skema sebuah prony brake
Diagram alir penelitian
Dudukan mesin
Skema alat ukur konsumsi bahan bakar
Skema pemasangan oto infus
Pemasangan pipa penghubung kedua
Pemasangan kit pemecah air pada pipa knalpot
Kran tipe kuningan dan kran tipe screw
Pemasangan rem prony brake pada motor Honda GX-160
Hanatech IM 2400 Ultra 4/5 gas analyzer
Grafik hasil pengukuran konsumsi bahan bakar pada berbagai
kecepatan putar mesin
13 Grafik hasil pengukuran konsumsi bahan bakar pada 3600 RPM
14 Grafik perbandingan rata-rata konsumsi bahan bakar
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
3
6
8
9
9
11
11
12
13
14
15
20
21
21
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Dokumentasi kegiatan penelitian
Spesifikasi Honda GX-160
Gambar potongan Honda GX-160
Hasil pengukuran konsumsi bahan bakar pada 1500 RPM
Hasil pengukuran konsumsi bahan bakar pada 2000 RPM
Hasil pengukuran konsumsi bahan bakar pada 2500 RPM
Hasil pengukuran konsumsi bahan bakar pada 3000 RPM
Hasil pengukuran konsumsi bahan bakar pada 3500 RPM
Hasil pengukuran konsumsi bahan bakar pada 3600 RPM dengan
pembebanan prony brake
Tabel uji statistik penurunan permukaan bahan bakar pada 1500 RPM
Tabel uji statistik penurunan permukaan bahan bakar pada 2000 RPM
Tabel uji statistik penurunan permukaan bahan bakar pada 2500 RPM
Tabel uji statistik penurunan permukaan bahan bakar pada 3000 RPM
Tabel uji statistik penurunan permukaan bahan bakar pada 3500 RPM
Tabel uji statistik waktu penurunan permukaan bahan bakar pada 3600
RPM dengan pembebanan prony brake
Contoh perhitungan Analysis of Variance penurunan permukaan bahan
bakar pada 3000 RPM
Tabel data pengukuran konsumsi air
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bahan bakar minyak telah menjadi salah satu kebutuhan utama dalam
kehidupan manusia. Pesatnya kemajuan teknologi dan industri membuat kebutuhan
akan bahan bakar minyak menjadi semakin meningkat. Hampir setiap pemenuhan
kebutuhan hidup saat ini memerlukan bahan bakar. Kebutuhan bahan bakar minyak
antara lain adalah pada sektor transportasi, pembangkit listrik, industri, serta rumah
tangga, komersial, dan sektor lainnya.
Salah satu jenis bahan bakar minyak yang paling banyak digunakan adalah
bensin. Tingkat penggunaan bensin terus mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun. Penggunaannya sangat banyak terutama pada sektor transportasi, dan juga
banyak digunakan pada motor-motor sumber tenaga penggerak di industri. Di dunia
pertanian pun motor bakar dengan bahan bakar bensin banyak digunakan. Contoh
penggunaan motor bakar bensin di dunia pertanian adalah pada traktor roda dua
atau traktor tangan dan penggunaannya sebagai sumber tenaga penggerak pada
mesin-mesin pengolah bahan pertanian.
Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan kemajuan industri dan teknologi
kebutuhan bahan bakar minyak kian meningkat. Namun ketersediaan sumber bahan
bakar minyak yang ada terbatas. Bagaimanapun keberadaan bahan bakar sangat
diperlukan demi menunjang sebagian besar kebutuhan hidup manusia.
Dalam penggunaannya, proses pembakaran pada motor bakar, energi termal
yang ada tidak sepenuhnya dapat diubah menjadi energi mekanik. Hal ini dikenal
sebagai efisiensi termal yang dapat dinyatakan dalam persen (%). Hanya 25-40%
saja dari energi termal tersebut dapat diubah menjadi energi mekanik; 20-25%
pindah ke fluida pendingin, sedangkan 40-50% terbawa keluar bersama-sama gas
buang (Arismunandar 1977).
Permasalahan lain yang muncul akibat tingginya penggunaan motor bakar
adalah permasalahan lingkungan. Proses pembakaran selain menghasilkan energi
juga menghasilkan zat sisa pembakaran. Sisa pembakaran dari proses pembakaran
pada suatu motor bakar dikenal sebagai emisi gas buang. Pada pembakaran
sempurna proses pembakaran hanya menghasilkan karbon dioksida dan uap air
yang tidak berbahaya. Namun reaksi pembakaran tidak selalu berlangsung
sempurna. Tidak sempurnanya proses pembakaran menghasilkan gas karbon
monoksida yang bersifat racun. Hal inilah yang kemudian menyebabkan
permasalahan lingkungan. Pada taraf tertentu emisi gas buang yang buruk juga
dapat mengakibatkan gangguan kesehatan.
Maka berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, penggunaan bahan
bakar harus lebih diperhatikan. Maksudnya adalah untuk menghemat penggunaan
bahan bakar pada motor bakar dan juga mengurangi emisi gas buang yang tidak
2
baik bagi lingkungan. Salah satu upaya yang dipaparkan dalam penelitian ini adalah
dengan meningkatkan efisiensi pembakaran. Dengan demikian penggunaan bahan
bakar akan menjadi lebih hemat dan menjadikan motor bakar lebih ramah
lingkungan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, dirancang “oto infus”, alat yang dapat
meningkatkan efisiensi proses pembakaran pada motor bakar. Perangkat ini
merupakan hasil karya Haryo dan Sutejo pada tahun 2013. Dalam penelitian ini
akan dikaji seberapa besar pengaruh dari “oto infus” terhadap konsumsi bahan
bakar serta emisi gas buang pada motor bakar bensin.
Perumusan Masalah
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini terutama adalah tingginya
konsumsi bahan bakar. Selain itu emisi gas buang juga menandakan efisiensi dari
pembakaran pada motor tersebut. Untuk dapat menekan tingginya penggunaan
bahan bakar maka digunakan alat “oto infus” yang dapat menghemat konsumsi
bahan bakar. Namun belum ada data kongkrit seberapa besar pengaruh dari “oto
infus” terhadap konsumsi bahan bakar dan emisi gas buang pada motor bensin.
Tujuan Penelitian
1.
2.
3.
4.
5.
Tujuan dari penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut:
Mengukur konsumsi BBM pada motor bensin stasioner dengan "oto infus" dan
tanpa "oto infus" tanpa beban pada berbagai kecepatan putar mesin (RPM)
sehingga diketahui kondisi yang lebih cocok dalam penggunaan "oto infus".
Mengukur konsumsi BBM pada motor bensin stasioner dengan "oto infus" dan
tanpa "oto infus" dengan prony brake sebagai beban pada kondisi optimum
mesin.
Menguji beda nyata konsumsi bahan bakar pada konsumsi BBM motor tanpa
"oto infus" dan tanpa "oto infus".
Mengukur kadar emisi gas buang motor bensin stasioner dengan “oto infus”
dan tanpa “oto infus”.
Mengukur konsumsi air "oto infus".
Manfaat Penelitian
Penelitian ini adalah diharapkan dapat memberikan data kongkrit pengaruh
dari penggunaan “oto infus” terhadap konsumsi bahan bakar serta emisi gas buang
dari motor bakar. Hal ini juga memungkinkan untuk pengembangan lebih lanjut
untuk penyempurnaan “oto infus” dalam menghemat bahan bakar dan menurunkan
emisi gas buang motor bakar.
3
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam lingkup permasalahan yang dibatasi.
Permasalahan yang menjadi obyek penelitian adalah pengaruh “oto infus” terhadap
perubahan konsumsi bahan bakar dan emisi gas buang pada motor bakar statis
berbahan bakar bensin.
TINJAUAN PUSTAKA
“Oto Infus”
“Oto infus” adalah alat khusus yang dirancang untuk meningkatkan efisiensi
pembakaran BBM yang dapat digunakan pada mesin bensin maupun diesel.
Perangkat ini dirancang oleh Haryo dan Sutejo pada tahun 2013. “Oto infus”,
sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 1 di bawah ini, terdiri dari lima komponen
yaitu tabung air (1), pengatur debit air (2), pipa penghubung (3), kit pemecah air
(4), dan pipa penghubung kedua (5).
Gambar 1 Komponen utama “oto infus”
Menurut Haryo dan Sutejo (2013), kerja “oto infus” dimulai ketika langkah
hisap. Air yang dihisap mengalir melalui pipa penghubung menuju kit pemecah air.
Air diproses dalam kit pemecah air sehingga dapat membantu kerja motor bakar
dengan bantuan energi panas dari knalpot. Air yang telah diproses kemudian
dialirkan menuju ruang pembakaran melalui pipa penghubung kedua.
“Oto infus” kini telah banyak digunakan di berbagai jenis motor kendaraan
baik sepeda motor maupun mobil dan mobil-mobil besar. Berdasarkan pendapat
para pengguna “oto infus” dengan pengaplikasian alat ini dapat meningkatkan
tarikan kendaraan dan juga mampu membuat konsumsi bahan bakar menjadi lebih
irit. “Oto infus” juga telah digunakan untuk generator listrik dan daya yang
dihasilkan melebihi kapasitas awal. Berdasarkan penelitian sebelumnya, “oto infus”
dapat meningkatkan daya dan menghemat konsumsi bahan bakar pada motor diesel
yaitu sebesar 2.70 % (Suryatmojo, 2014).
4
Emisi Gas Buang
Proses pembakaran bahan bakar dari motor bakar menghasilkan gas buang
yang secara teoritis mengandung unsur CO, NO2, HC, C, H2, CO2, H2O dan N2,
dimana banyak yang bersifat mencemari lingkungan sekitar dalam bentuk polusi
udara. Unsur gas karbon monoksida (CO) yang berpengaruh bagi kesehatan
makhluk hidup perlu mendapat kajian khusus, karena unsur karbon monoksida
bersifat racun bagi darah manusia saat pernapasan, sebagai kurangnya oksigen pada
jaringan darah. Jumlah CO yang terdapat di dalam darah, lamanya dihirup dan
kecepatan pernapasan menentukan jumlah karboksi-hemoglobin (kombinasi
heoglobin/karbon-monoksida) di dalam darah, dan jika jumlah CO sudah mencapai
jumlah tertentu/jenuh di dalam tubuh maka akan menyebabkan kematian (Kusuma
2002).
Adapun baku mutu emisi gas buang telah ditetapkan dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia no 41 tahun 1999 tentang pengendalian
pencemaran udara. Tabel 1 berikut ini menunjukkan baku mutu dari beberapa unsur
emisi gas buang yang umumnya diukur dalam uji emisi gas buang.
Tabel 1 Baku Mutu Emisi Gas Buang
Waktu
N
Parameter
Pengukura
o
n
1 SO2
1 jam
(Sulfur
24 jam
Dioksida)
1 tahun
Baku Mutu
900 µg/Nm3
365 µh/Nm3
Metode
Analisis
Peralatan
Pararosanilin
Spektrofotometer
60 µg/Nm3
2
CO
(Karbon
Monoksida)
1 jam
24 jam
1 tahun
30 mg/Nm3
10 mg/Nm3
-
NDIR
NDIR
Analyzer
3
NO2
(Nitrogen
Dioksida)
1 jam
24 jam
1 tahun
400 µg/Nm3
150 µg/Nm3
100 µg/Nm3
Saltzman
Spektrofotometer
4
O3
1 jam
235 µg/Nm3
1 tahun
50 µg/Nm3
Chemiluminescen
t
Spektrofotometer
3 jam
160 µg/Nm3
Flame
Ionization
Gas
Chromatografi
(Oksidan)
5
HC
(Hidrokarbon)
Sumber : www.terangi.or.id
5
Karbon Monoksida
Menurut evaluasi WHO, kelompok penduduk yang peka (penderita penyakit
jantung atau paru-paru) tidak boleh terpajan oleh CO dengan kadar yang dapat
membentuk COHb di atas 2.5%. Kondisi ini ekivalen dengan pajanan oleh CO
dengan kadar sebesar 35 mg/m3 selama 1 jam, dan 20 mg/m3 selama 8 jam. Oleh
karena itu, untuk menghindari tercapainya kadar COHb 2.5-3.0 % WHO
menyarankan pajanan CO tidak boleh melampaui 25 ppm (29 mg/m3) untuk waktu
1 jam dan 10 ppm (11.5 mg/m3) untuk waktu 8 jam (Tugaswati 2008).
Karbondioksida (CO2)
Konsentrasi CO2 menunjukkan secara langsung status proses pembakaran di
ruang bakar. Semakin tinggi maka semakin baik. Saat AFR berada di angka ideal,
emisi CO2 berkisar antara 12% sampai 15%. Apabila AFR terlalu kurus atau terlalu
kaya, maka emisi CO2 akan turun secara drastis. Apabila CO2 berada dibawah 12%,
maka kita harus melihat emisi lainnya yang menunjukkan apakah AFR terlalu kaya
atau terlalu kurus. Perlu diingat bahwa sumber dari CO2 ini hanya ruang bakar dan
CC. Apabila CO2 terlalu rendah tapi CO dan HC normal, menunjukkan adanya
kebocoran exhaust pipe (Anonim 2005).
Oksigen (O2)
Konsentrasi dari oksigen di gas buang kendaraan berbanding terbalik dengan
konsentrasi CO2. Untuk mendapatkan proses pembakaran yang sempurna, maka
kadar oksigen yang masuk ke ruang bakar harus mencukupi untuk setiap molekul
hidrokarbon. Dalam ruang bakar, campuran udara dan bensin dapat terbakar dengan
sempurna apabila bentuk dari ruang bakar tersebut melengkung secara sempurna.
Kondisi ini memungkinkan molekul bensin dan molekul udara dapat dengan mudah
bertemu untuk bereaksi dengan sempurna pada proses pembakaran (Anonim 2005).
Hidrokarbon (HC)
Bensin adalah senyawa hidrokarbon, jadi setiap HC yang didapat di gas buang
kendaraan menunjukkan adanya bensin yang tidak terbakar dan terbuang bersama
sisa pembakaran. Apabila suatu senyawa hidrokarbon terbakar sempurna (bereaksi
dengan oksigen) maka hasil reaksi pembakaran tersebut adalah karbondioksida
(CO2) dan air (H2O). Walaupun rasio perbandingan antara udara dan bensin (AFR
= Air-to-Fuel-Ratio) sudah tepat dan didukung oleh desain ruang bakar mesin saat
ini yang sudah mendekati ideal, tetapi tetap saja sebagian dari bensin seolah-olah
tetap dapat “bersembunyi” dari api saat terjadi proses pembakaran dan
menyebabkan emisi HC pada ujung knalpot cukup tinggi (Bachri 2009).
6
Oksida Nitrogen (NOx)
Ada beberapa penyebab timbulnya emisi NOx. Emisi senyawa NOx dapat
disebabkan karena tingginya konsentrasi oksigen ditambah dengan tingginya suhu
ruang bakar. Selain itu tumpukan kerak karbon yang berada di ruang bakar juga
akan meningkatkan kompresi mesin dan dapat menyebabkan timbulnya titik panas
yang dapat meningkatkan kadar NOx. Mesin yang sering detonasi juga akan
menyebabkan tingginya konsentrasi NOx (Anonim 2005).
Lambda (λ)
Lambda ( ) menunjukkan nilai perbandingan campuran udara dengan bensin.
Biasa juga disebut dengan AFR (Air-to-Fuel-Ratio). Angka ideal untuk parameter
ini adalah 1.00 atau senilai 1 butir bensin berbanding 14.7 butir udara. Apabila
angka lambda menunjukkan angka lebih kecil dari 1.00 artinya AFR terlalu kaya
atau bensin berlebih. Setelan AFR untuk irit bensin adalah lambda = 1.05, yaitu
pada AFR = 15.4 : 1 (Fiqriansyah 2013).
Prony Brake
Prony brake adalah alat yang digunakan untuk menentukan daya yang
dihasilkan sebuah mesin. Alat ini bekerja dengan mengukur torsi yang dihasilkan
dari suatu poros. Pengukuran dilakukan dengan memberikan beban pada ujung
lengan rem kemudian mengukur beban yang terangkat saat dilakukan pengereman
pada poros. Gambaran dari sebuah prony brake dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Skema sebuah prony brake
Pada penelitian ini, prony brake digunakan hanya sebagai penyalur beban.
Daya yang dihasilkan tidak dapat diukur karena getaran yang dihasilkan terlalu
besar sehingga timbangan tidak stabil.
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dimulai pada bulan Februari hingga awal bulan Mei. Lokasi
penelitian ini adalah bengkel CV Daud Teknik Maju, Cibeureum, yang dikelola
7
oleh Agus Sutejo. Pengujian emisi gas buang motor dilakukan di bengkel mobil
Raka Autocare yang berlokasi di Jl. Kapten P Tendean 20C, Jakarta Selatan.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan sebagai objek dalam penelitian ini adalah motor
bensin stasioner Honda GX-160 (Spesifikasi terdapat di Lampiran 2), bensin dan
air. Sedangkan alat-alat yang digunakan antara lain :
1. “Oto infus” (terdiri dari selang, kran kuningan, pipa kuningan, kit
pemroses air dan klem untuk mengikat pemroses air).
2. Pengukur konsumsi bahan bakar (yang dibuat dengan botol plastik, selang
bening, kertas, corong, kabel tis, dan lem “Dextone”).
3. Alat ukur dimensi panjang (mistar dan jangka sorong).
4. Alat ukur waktu (stopwatch).
5. Tachometer.
6. Gelas ukur skala 50 ml.
7. Prony brake (digunakan sebagai penyalur beban pada motor).
8. Bor tangan.
9. Las listrik.
10. Las argon.
11. Perlengkapan perawatan mesin (kunci, tang, obeng, dan lain-lain).
12. Dudukan mesin.
13. Alat tulis dan komputer.
14. Hanatech IM2400 Ultra 4/5 Gas Analyzer.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini dimulai dengan persiapan alat ukur konsumsi bahan bakar dan
diuji secara fungsional terutama mengecek adanya kebocoran pada saluran bensin
atau tidak. Apabila tidak ditemukan lagi kebocoran pada saluran kemudian
dilakukan pemasangan “oto infus”. Uji fungsional yang dilakukan antara lain
mengecek kekuatan hisap pada saluran penghubung. Apabila kekuatan hisap sudah
cukup kuat, kemudian debit air dibuat kecil. Ketika aliran air yang dihisap dianggap
sudah cukup tepat dilanjutkan ke proses selanjutnya yaitu pengujian-pengujian.
Pengujian yang dilakukan antara lain pengujian konsumsi bahan bakar, emisi gas
buang dan konsumsi air. Kemudian dilakukan analisis dan pengolahan data dari
data yang telah didapatkan. Diagram alir prosedur penelitian dapat dilihat pada
Gambar 3.
8
Gambar 3 Diagram alir penelitian
9
Pembuatan Dudukan Motor
Selama pengujian, motor memerlukan sebuah dudukan supaya posisi motor
stabil. Dudukan motor dibuat dengan menggunakan besi sehingga cukup berat
untuk menahan getaran motor selama dinyalakan. Gambar 4 berikut menunjukkan
dudukan mesin yang digunakan selama pengujian konsumsi bahan bakar.
Gambar 4 Dudukan mesin
Persiapan Alat Ukur Konsumsi Bahan Bakar
Konsumsi bahan bakar dilakukan dengan menggantikan saluran bahan bakar
dari tangki bensin yang ada pada motor bakar ke dalam sebuah wadah yang
transparan. Dengan demikian penurunan jumlah bahan bakar dapat diamati. Wadah
ini kemudian akan disebut sebagai alat ukur konsumsi bahan bakar. Pada Gambar
5 ditunjukkan skema alat ukur konsumsi bahan bakar yang digunakan dalam
penelitian ini.
Gambar 5 Skema alat ukur konsumsi bahan bakar
Alat ukur konsumsi bahan bakar yang digunakan terdiri dari botol, selang,
dan corong. Botol plastik digunakan sebagai penampung sementara sehingga bahan
10
bakar tidak cepat habis selama mesin dinyalakan. Botol yang digunakan memiliki
volume 250 ml. Botol dilubangi di bagian bawah dan disambungkan dengan selang
bensin menuju ruang bakar menggantikan saluran bahan bakar dari tangki motor,
sehingga bensin di dalam botol mengalir ke ruang pembakaran. Selain itu botol juga
dilubangi pada bagian tutup botol untuk memasang selang yang kemudian akan
digunakan untuk mengamati penurunan volume bahan bakar. Penyambungan
selang harus diperhatikan supaya saluran tidak bocor. Botol dan selang disambung
dan ditutup dengan campuran lem “Dextone” yang cukup banyak untuk
menghindari adanya kebocoran pada sambungan.
Selang digunakan untuk mengamati kecepatan penurunan volume bahan
bakar selama pengujian konsumsi bahan bakar. Selang ini dipasang tegak lurus
sehingga penurunan volume bahan bakar dapat diamati. Ukuran selang yang
digunakan adalah diameter luar 5.2 mm, dengan ketebalan dinding selang 0.5 mm
berdasarkan pengukuran dengan jangka sorong. Dengan demikian diameter dalam
selang adalah 4.2 mm.
Corong digunakan untuk mempermudah pemasukan bensin ke dalam alat
ukur konsumsi bahan bakar. Corong yang digunakan adalah corong kaca berukuran
kecil sehingga dapat dimasukkan ke dalam selang yang digunakan.
Alat ukur konsumsi bahan bakar diberdirikan pada dudukan motor dengan
memasang sebatang besi pada posisi tegak lurus. Besi tersebut dipasangkan pada
sisi dudukan motor dengan menggunakan las listrik. Pada besi tersebut kemudian
alat ukur konsumsi bahan bakar diikat dengan kabel tis. Pada besi tersebut juga
ditempelkan alat ukur dimensi panjang untuk mengamati penurunan volume bahan
bakar selama pengujian.
Alat ukur panjang yang digunakan adalah berupa kertas putih yang diberi
garis-garis dengan jarak 1 cm sepanjang 20 cm. Garis-garis tersebut dibuat dengan
menggunakan tinta pulpen hitam. Penggunaan kertas sebagai pengukur ketinggian
bahan bakar dilakukan dengan pertimbangan kejelasan saat pengamatan. Dengan
menggunakan kertas putih dengan garis-garis hitam pengamatan ketinggian bahan
bakar akan lebih jelas dibandingkan dengan penggaris transparan karena dipasang
pada sebatang besi. Kertas tersebut dipasang di belakang selang. Dengan demikian
laju penurunan ketinggian bahan bakar dapat diamati. Langkah pengukuran
konsumsi bahan bakar akan dibahas di bagian selanjutnya, yaitu setelah
pemasangan “oto infus”, karena pengukuran dengan “oto infus” dan tanpa “oto
infus” dilakukan secara bergantian.
Pemasangan “Oto Infus”
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya “oto infus” terdiri dari lima
komponen yaitu tabung air, pengatur debit air, pipa penghubung, kit pemecah air,
dan pipa penghubung kedua. Untuk membuat “oto infus” berfungsi, alat ini harus
disambungkan setelah karburator sehingga air akan dapat dihisap dengan tekanan
11
yang cukup kuat. Skema pemasangan “oto infus” pada motor Honda GX-160 dapat
dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Skema pemasangan oto infus pada Honda GX-160
Motor stasioner berukuran kecil dengan susunan komponen yang padat. Pada
motor semacam ini tidak ditemukan saluran untuk memasukkan saluran “oto infus”
sehingga saluran harus dibuat sendiri dengan membuat lubang pada bagian motor.
Lubang dibuat di dekat manifold seperti pada Gambar 7 dengan menggunakan bor
tangan. Kemudian pada lubang tersebut dibuat ulir dengan menggunakan senai. Ulir
dibuat untuk memasang baut sehingga lubang dapat tertutup rapat dan tidak terdapat
kebocoran. Baut yang dipasang juga dilubangi dan disambungkan dengan pipa yang
kemudian akan disebut sebagai pipa penghubung kedua. Penyambungan baut
dengan pipa dilakukan dengan menggunakan las argon untuk menghindari
kebocoran saluran.
Gambar 7 Pemasangan pipa penghubung kedua
12
Kit pemecah air dipasang menempel pada knalpot. Untuk dapat memasang
kit pemecah air knalpot atau muffler pada motor stasioner inipun perlu dimodifikasi.
Hal ini dilakukan karena pipa knalpot pada motor ini sangat pendek sehingga tidak
cukup ruang untuk memasang kit pemecah air. Modifikasi yang dilakukan adalah
memperpanjang pipa knalpot yaitu dengan memotong pipa knalpot asli dan
menyambungkannya dengan pipa besi sepanjang 20 cm berdiameter sama. Dengan
demikian kit pemecah air dapat ditempelkan pada sambungan tersebut. Semakin
dekat posisi pemecah air ke pangkal knalpot akan semakin baik karena dengan
begitu kit pemecah air akan mendapat panas lebih banyak.
Karena diameter pipa knalpot yang kecil, sehingga permukaan kit pemecah
air dibuat cekung seperti yang ditunjukkan pada Gambar 8. Hal ini bertujuan untuk
memperbanyak bidang sentuh permukaan kit pemecah air pada knalpot. Dengan
demikian energi panas yang didapat akan lebih banyak dan kerja “oto infus” lebih
efektif. Selanjutnya kit pemecah air diikatkan pada knalpot dengan menggunakan
klem.
Gambar 8 Pemasangan kit pemecah air pada pipa knalpot
Pada kit pemecah air terdapat dua buah pipa. Salah satu pipa dihubungkan ke
pipa penghubung kedua dengan selang hitam yang tahan panas. Kemudian pipa
lainnya dihubungkan ke pengatur debit air menggunakan selang hitam dan
disambung dengan selang transparan sehingga aliran air yang dihisap dapat dilihat
dan dikontrol melalui pengatur debit air. Pengaturan debit air dilakukan dengan
menggunakan kran kuningan penghubung.
Komponen berikutnya yaitu kran. Kran berfungsi untuk mengatur debit air
yang masuk ke dalam kit pemecah air. Pada percobaan ini digunakan dua jenis kran
yang berbeda.
Kran yang digunakan pada pengukuran konsumsi bahan bakar pada berbagai
kecepatan adalah kran kuningan. Kran jenis ini sangat kasar dalam pengaturan debit
airnya. Pada pengukuran konsumsi bahan bakar pada berbagai kecepatan, kran
berada pada posisi terbuka penuh. Pada posisi ini air akan mudah mengalir ke dalam
13
pemroses air namun beresiko aliran air menjadi terlalu besar. Untuk memperkecil
aliran air yang masuk, pada selang di dalam tabung air disambungkan dengan jarum
suntik. Hal ini dikarenakan apabila aliran air terlalu besar dapat menurunkan kinerja
mesin.
Pada percobaan selanjutnya, yaitu pada kondisi motor dibebani dengan prony
brake, digunakan kran tipe screw yang lebih halus dalam pengaturan debit airnya.
Pada kondisi motor dibebani juga tidak lagi menggunakan jarum suntik karena
aliran air yang masuk telah dapat diperkecil dengan kran tipe screw, sehingga aliran
air yang masuk sudah lebih tepat. Kedua jenis kran yang digunakan dapat dilihat
pada Gambar 9.
Gambar 9 (a) Kran kuningan dan (b) kran tipe screw
Komponen terakhir yaitu penampung air. Penampung air berfungsi untuk
menampung air yang akan dihisap oleh motor melewati kit pemecah air ke ruang
pembakaran. Penampung air dihubungkan dengan pengatur debit air dengan selang
kecil. Posisi tabung air diletakkan di bawah untuk menghindari kebanjiran di ruang
bakar.
Uji Konsumsi Bahan Bakar pada Berbagai Kecepatan Putar
Uji konsumsi bahan bakar dilakukan pada kondisi tanpa beban dan dengan
pembebanan prony brake. Pengujian pada kedua kondisi tersebut dilakukan
terhadap mesin tanpa "oto infus" dan dengan "oto infus".
Pengukuran pada beberapa kecepatan putar mesin yang berbeda dilakukan
pada mesin tanpa beban. Pengukuran ini dilakukan dengan maksud untuk
mengetahui kondisi yang lebih cocok untuk penggunaan "oto infus". Pengukuran
konsumsi bahan bakar dilakukan pada kecepatan putar 1500, 2000, 2500, 3000 dan
3500 RPM. Pada perlakuan ini, kran pengatur aliran air dibuka penuh namun aliran
air diperkecil dengan menggunakan jarum suntik.
Pengukuran konsumsi bahan bakar dilakukan dengan alat ukur konsumsi
bahan bakar. Mula-mula mengisi alat ukur bahan bakar dengan bensin sehingga
ketinggian permukaan bensin berada di atas garis ukur yang paling atas. Kemudian
diamati dan dicatat waktu penurunan permukaan bensin setiap penurunan satu garis
ukur, yaitu 1 cm, hingga garis ukur paling bawah, yaitu 20 cm. Pengukuran tersebut
14
dilakukan 2 kali masing-masing perlakuan, sehingga jumlah data yang didapat
sebanyak 40 data waktu penurunan 1 cm permukaan bensin. Pengukuran waktu
penurunan permukaan dilakukan dengan menggunakan digital stopwatch yang
terdapat pada handphone penulis.
Uji Konsumsi Bahan Bakar dengan Pembebanan
Pada pengukuran konsumsi bahan bakar dengan pembebanan prony brake
didasarkan pada spesifikasi mesin (Lampiran 2) yaitu kondisi optimum mesin
dicapai pada kecepatan putar 3600 RPM. Pada pengukuran dengan beban,
dilakukan pengukuran pada kecepatan awal yaitu 3700 RPM lalu direm hingga
mencapai 3600 RPM.
Pengukuran dilakukan dengan memberikan beban seberat 20 kg pada ujung
lengan prony brake. Data yang diambil adalah massa beban sebelum dan setelah
dilakukan pengereman. Pengambilan data dilakukan pada kondisi tanpa “oto infus”
dan dengan “oto infus” kemudian dibandingkan. Meskipun demikian daya yang
dihasilkan kurang akurat karena besarnya getaran sehingga membuat timbangan
tidak stabil. Maka nilai massa beban yang diambil adalah nilai tengah dari
simpangan jarum timbangan.
Prony brake yang digunakan dirancang oleh Prayogo (2014). Pemasangan
prony brake pada motor Honda GX-160 dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10 Pemasangan rem prony brake pada motor Honda GX-160
Pada pengukuran dengan beban, digunakan kran pengatur aliran air yang
lebih halus sehingga aliran air yang dihisap dapat lebih mudah dikendalikan.
Konsumsi bahan bakar dengan “oto infus” baru dicatat setelah terlihat adanya
perbedaan waktu yang cukup signifikan terhadap waktu penurunan permukaan
bahan bakar tanpa “oto infus”. Apabila perbedaan waktu penurunan permukaan
bahan bakar yang terjadi hanya sedikit dengan kondisi mesin beroperasi normal
artinya aliran air terlalu kecil. Apabila perbedaan waktu hanya sedikit namun
kondisi mesin beroperasi tidak normal, seperti ada suara letupan yang tak wajar,
artinya aliran air terlalu besar.
15
Uji Emisi Gas Buang
Uji emisi gas buang motor bakar dilakukan di bengkel mobil Raka Autocare,
Tendean, Jakarta Selatan. Pengujian dilakukan dengan menggunakan alat Ultra 4/5
Gas Analyzer yang ditunjukkan pada Gambar 11. Seperti yang ditunjukkan pada
gambar tersebut alat ini mengukur lima parameter gas buang yaitu CO, CO2, HC,
O2 dan NOx. Selain itu alat ini juga mengukur yang menunjukkan perbandingan
bensin dengan udara. Alat ini menggunakan selang yang kemudian dihubungkan ke
dalam muffler motor kemudian diproses. Dalam penggunaannya perlu ditunggu
hingga angka yang ditunjukkan pada indikator gas analyzer ini menunjukkan angka
yang cukup stabil. Pengoperasian alat dilakukan oleh teknisi di bengkel lokasi
penelitian pada kondisi full throttle.
Gambar 11 Hanatech IM 2400 Ultra 4/5 gas analyzer
Pengukuran Konsumsi Air
Pengukuran terhadap konsumsi air pada oto infus dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui debit air terjadi selama penggunaan “oto infus”. Pengukuran
konsumsi air dilakukan sesuai dengan perlakuan mesin pada pengukuran konsumsi
bahan bakar yaitu pada kecepatan putar 1500, 2000, 2500, 3000, 3500 RPM serta
pada kondisi dibebani prony brake yaitu pada 3600 RPM. Pengukuran ini dilakukan
dengan meletakkan selang penghisapan air “oto infus” ke dalam air pada gelas ukur
sebagai penampung air. Kemudian dilakukan pengukuran waktu penurunan
permukaan tiap skala 5 ml pada gelas ukur. Gelas ukur yang digunakan berukuran
100 ml dengan skala 1 ml. Sedangkan ukuran diameter luar selang air adalah 3.1
mm dan tebal selang 0.5 mm. Pengukuran waktu penurunan permukaan air
dilakukan dalam tiga kali pengulangan.
16
Pengolahan Data
Data Konsumsi Bahan Bakar
Data penurunan permukaan bahan bakar kemudian diolah sehingga
mendapatkan nilai laju konsumsi bahan bakar dalam satuan liter/jam dengan rumus
berikut :
a. Perhitungan volume dalam mililiter setiap ketinggian 1 cm :
V = (¼ π × d2) × h
dimana : V = volume selang (ml)
π = 3.14
d = diameter dalam selang, 4.2 mm (diameter luar = 5.2 mm, tebal
selang = 0.5 mm)
h = tinggi, 1 cm
b. Laju aliran bahan bakar setiap 1 cm :
Q = V/t
dimana : Q = laju aliran bahan bakar (ml/s)
V = volume selang dalam ketinggian 1 cm (ml)
t = waktu untuk penurunan permukaan 1 cm (s)
c. Untuk mendapatkan data konsumsi bahan bakar maka laju aliran bahan bakar
dikonversi dengan persamaan :
Ql/jam = Qml/s × (3600 s/1000 ml)
Dengan demikian didapat data konsumsi bahan bakar dalam satuan liter per
jam.
Data Beban Prony Brake
Pada pengukuran beban prony brake, data yang didapat adalah massa beban
awal dan massa beban setelah dilakukan pengereman. Dari data yang ada kemudian
akan dihitung sehingga mendapatkan nilai torsi, brake horse power, dan specific
fuel consumption. Berdasarkan Suryatmojo (2014) maka beberapa perhitungan
yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Perhitungan massa terangkat :
m
= m0 – m1
m
= m0 – ((matas + mbawah)/2)
dimana: m = massa terangkat (kg)
m0 = massa awal (dalam penelitian ini 20 kg)
m1 = massa setelah dilakukan pengereman (kg)
matas = massa simpangan tertinggi pada timbangan (kg)
mbawah = massa simpangan terendah pada timbangan (kg)
17
b. Perhitungan torsi :
T
=W×l
T
= (m × g) × l
dimana: T = torsi (Nm)
W = berat beban (N)
m = massa terangkat (kg)
l = panjang lengan (dalam penelitian ini 0.38 m)
c. Perhitungan daya rem (brake horse power) :
B HP = 2 × π × T × (N / 60) / 1000
dimana: B HP = Daya rem (kW)
T = torsi (Nm)
N = kecepatan putar mesin (RPM)
d. Perhitungan specific fuel consumption :
SFC = (KBB × ρ) / B HP
dimana: SFC = specific fuel consumption (kg/kWh)
KBB = Konsumsi bahan bakar (l/h)
ρ = massa jenis (massa jenis bensin jenis premium = 0.7 kg/l)
B HP = daya rem (kW)
Data Konsumsi Air
Data waktu penurunan permukaan air akan diolah menjadi konsumsi air
dalam satuan ml/s. Mula-mula dihitung volume per ketinggian yang diukur.
Pengolahan data penurunan permukaan air dilakukan dengan rumus berikut :
a. Volume selang yang tercelup air
Vselang = ¼ π × (dluar2 – ddalam2) × h
Vselang = ¼ π × (dluar2 – (dluar – lselang)2) × h
dimana : Vselang = volume selang yang tercelup air (ml)
dluar = diameter luar selang (cm)
lselang = lebar atau tebal selang (cm)
h = ketinggian pada 1 ml (cm)
b. Volume air
Vair = Vskala – Vselang
dimana :Vair = volume air yang berkurang (ml)
Vskala = volume air terukur pada skala gelas ukur (ml)
Vselang = volume selang yang tercelup air (ml)
c. Laju konsumsi air “oto infus”
Q = Vair / t
dimana : Q = laju konsumsi air (ml/s)
Vair = volume air yang berkurang (ml)
t = waktu terukur penurunan permukaan air (s)
18
Anali sis Statistik
Analisis statistik dilakukan terhadap hasil pengamatan konsumsi bahan bakar.
Hal ini perlu dilakukan untuk membandingkan data antara konsumsi bahan bakar
sebelum dengan ketika menggunakan “oto infus”. Dengan analisis statistik dapat
diambil kesimpulan apakah penggunaan “oto infus” berpengaruh secara nyata atau
tidak terhadap konsumsi bahan bakar pada motor bensin.
Metode statistik yang dilakukan adalah metode Analysis of Variance
(ANOVA). Metode ini memungkinkan untuk mengetahui dua atau lebih mean
populasi akan bernilai sama dengan menggunakan data dari sampel-sampel
masing-masing populasi. Berdasarkan Harinaldi (2005) prosedur uji ANOVA
mengikuti uji hipotesis yang terdiri dari 7 langkah.
1. Pernyataan Hipotesis Nol dan Hipotesis Alternatif.
Hipotesis nolnya adalah sampel-sampel dari populasi-populasi salingindependen memiliki rata-rata sama. Hipotesis nol selanjutnya akan disebut
sebagai H0, sementara hipotesis alternatif adalah H1.
H0 μ 1 = 2 = 3 = ... = k
H1 : tidak seluruh rata-rata sama.
Dimana k = jumlah populasi yang dikaji. Dalam penelitian ini, k = 2, yaitu
tanpa “oto infus” dan dengan “oto infus”.
2. Pemilihan Tingkat kepentingan (α).
Biasanya digunakan α = 0.01 atau 0.05.
3. Penentuan Distribusi Pengujian yang Digunakan.
a. Tingkat kepentingan yang digunakan adalah 0.01
b. Derajat kebebasan pembilang (dfnum) = k – 1
c. Derajat kebebasan penyebut (dfden) = T – k
dimana T = jumlah total anggota sampel di seluruh populasi, yaitu 80,
40 tanpa “oto infus” dan 40 dengan “oto infus”.
4. Pendefinisian Daerah-daerah Penolakan atau Kritis.
Daerah penerimaan dan penolakan dibatasi oleh nilai Fkritis.
5. Pernyataan Aturan Keputusan.
Oto infus berpengaruh nyata apabila H1 diterima, yaitu jika RUF > Fkritis.
Jika tidak artinya “oto infus” tidak berpengaruh nyata.
6. Perhitungan Rasio Uji (RU).
RUF = Ftest = σ̂2antara / σ̂2dalam
a. Pembilang
σ̂2antara = (n1(x̄1-X̿)2+ n2(x̄2-X̿)2+... nk(x̄k-X̿)2) / (k-1)
dimana X̿ = (n1 x̄1+n2 x̄2+...+nk x̄k) / (n1+n2+...+nk)
n = banyaknya anggota sampel x̄ = mean dari sampel
b. Penyebut
σ̂2dalam = (Σd12+Σd22+...+ Σdk2) / (T-k)
Σdi2 = Jumlah dari simpangan kuadrat (Σ (xi-x̄i)2)
19
7. Pengambilan Keputusan secara Statistik.
Jika rasio uji berada di daerah penerimaan maka hipotesis nol diterima,
artinya penggunaan “oto infus” tidak berpengaruh nyata. Sedangkan jika
berada di daerah penolakan maka hipotesis nol ditolak artinya “oto infus”
berpengaruh nyata.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Konsumsi Bahan Bakar
Data hasil pengukuran konsumsi bahan bakar pada berbagai kecepatan putar
dapat dilihat pada grafik Gambar 12. Hasil pengukuran terhadap konsumsi bahan
bakar pada kecepatan putar mesin 1500 RPM memperlihatkan bahwa terjadi
perbedaan laju konsumsi bahan bakar setelah menggunakan “oto infus”. Seperti
diperlihatkan pada grafik Gambar 12, penggunaan “oto infus” membuat laju
konsumsi bahan bakar secara umum menjadi lebih rendah pada kecepatan mesin
1500 RPM. Berdasarkan perhitungan terjadi perubahan rata-rata laju konsumsi
bahan bakar sebesar 5.65 %.
Pada kecepatan mesin 2000 RPM terjadi perubahan laju konsumsi bahan
bakar setelah menggunakan “oto infus”. Seperti yang diperlihatkan pada grafik di
atas, pada kondisi dengan penambahan “oto infus”, laju konsumsi bahan bakar
mengalami penurunan. Berdasarkan perhitungan, penurunan rata-rata laju
konsumsi yang terjadi adalah 4.58 %.
Pada kecepatan 2500 RPM perubahan yang terjadi semakin kecil. Meskipun
begitu, penggunaan “oto infus” pada kondisi ini juga membuat laju konsumsi bahan
bakar menjadi lebih rendah. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan penurunan
rata-rata laju konsumsi bahan bakar yang terjadi adalah sebesar 3.47 %. Ini adalah
yang paling kecil di antara semua perlakuan yang dilakukan.
Penurunan rata-rata laju konsumsi bahan bakar paling besar ditunjukkan pada
kecepatan mesin 3000 RPM. Seperti yang ditunjukkan pada grafik, kedua garis
sama sekali tidak bersentuhan. Ini menunjukkan bahwa penurunan laju konsumsi
bahan bakar terjadi dengan sangat jelas pada kondisi ini. Setelah menggunakan “oto
infus” penurunan rata-rata laju konsumsi bahan bakar yang terjadi adalah sebesar
7.69 %.
Pada kecepatan mesin 3500 RPM, penggunaan oto infus menunjukkan
perubahan laju konsumsi bahan bakar. Meskipun tidak setinggi pada kondisi 3000
RPM namun penurunan laju konsumsi bahan bakar tetap terjadi pada kondisi ini.
Berdasarkan perhitungan penurunan rata-rata laju konsumsi bahan bakar yang
terjadi adalah 4.07 %.
20
Gambar 12 Grafik hasil pengukuran konsumsi bahan bakar pada berbagai
kecepatan putar mesin
21
Pengukuran konsumsi bahan bakar pada kecepatan optimum mesin, 3600
RPM, menunjukkan hasil yang sangat baik. Penurunan laju konsumsi bahan bakar
menurun secara signifikan pada perlakuan ini. Pada perlakuan ini, dilakukan
pembebanan pada mesin dan juga penyetelan aliran air dengan lebih tepat. Ratarata penurunan laju konsumsi bahan bakar yang terjadi mencapai 20.46 %.
Perbedaan konsumsi bahan bakar pada kecepatan mesin 3600 RPM dengan
pembebanan ditunjukkan pada Gambar 13.
0.65
Konsumsi BBM (l/jam)
0.60
0.55
0.50
0.45
0.40
0.35
Tanpa "oto infus"
Dengan "oto infus"
0.30
1
3
5
7
9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39
Pengulangan ke-
Gambar 13 Grafik hasil pengukuran konsumsi bahan bakar pada 3600 RPM
Pengaruh Penggunaan “Oto Infus” pada Konsumsi Bahan Bakar
Penggunaan “oto infus” memberikan perubahan terhadap laju konsumsi
bahan bakar pada motor bensin stasioner. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 15 dan
Tabel 2 berikut. Gambar 14 menunjukkan rata-rata konsumsi bahan bakar dari tiaptiap perlakuan. Pada grafik terlihat rata-rata laju konsumsi bahan bakar tanpa “oto
infus” berada di atas grafik rata-rata laju konsumsi bahan bakar setelah
menggunakan “oto infus” pada semua perlakuan RPM.
Konsumsi BBM (l/jam)
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
Tanpa "oto infus"
Dengan "oto infus"
0.0
1500
2000
2500
3000
3500
3600*
Kecepatan Putar Mesin (RPM)
Gambar 14 Grafik rata-rata konsumsi bahan bakar
* Dilakukan dengan pembebanan prony brake dan debit air yang berbeda.
22
A ngka perubahan rata-rata konsumsi bahan bakar dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel tersebut menampilkan rata-rata konsumsi bahan bakar dalam satuan liter/jam
dan presentase perubahannya. Penurunan laju konsumsi terbesar ditunjukkan pada
kecepatan mesin 3000 RPM yaitu 7.69 %. Sedangkan penurunan laju konsumsi
terkecil terjadi pada kecepatan mesin 2500 RPM yaitu 3.47 %.
Tabel 2 Rata-rata hasil pengukuran konsumsi BBM Honda GX-160 (liter/jam)
Rata-rata Konsumsi Bahan Bakar
Kecepatan
Persentase
(liter/jam)
Putar
Perubahan
(RPM)
Tanpa “Oto Infus” Dengan “Oto Infus”
1500
0.1004
0.0947
-5.65%
2000
0.1392
0.1328
-4.58%
2500
0.1785
0.1723
-3.47%
3000
0.2344
0.2164
-7.69%
3500
0.2715
0.2605
-4.07%
3600*
0.5364
0.4267
-20.46%
* Pengukuran dilakukan dengan pembebanan prony brake dan debit air yang
berbeda.
Sedangkan pada kecepatan putar 3600 RPM menunjukkan konsumsi bahan
bakar yang cenderung jauh lebih besar. Hal ini disebabkan karena pada kecepatan
putar 3600 RPM dilakukan pembebanan terhadap mesin. Selain itu pada Tabel 2
ditunjukkan bahwa pada 3600 RPM, “oto infus” memberikan pengaruh yang lebih
besar pada konsumsi bahan bakar karena adanya penyetelan aliran air kembali
dengan kran yang lebih halus.
Analisis Statistik terhadap Perubahan Laju Konsumsi bahan Bakar
Berdasarkan perhitungan analisis statistik yang dilakukan pada data waktu
penurunan permukaan bahan bakar dapat diambil kesimpulan penggunaan “oto
infus” nyata atau tidak. Seperti yang telah dijelaskan pada bab metode, “oto infus”
dinyatakan berpengaruh nyata apabila RUF lebih besar daripada F kritis. Nilai F
kritis didapat dari tabel distribusi F untuk α = 0.01, dengan dfnum = 1, dan dfden = 78
adalah 6.97. Hasil perhitungan analisis statistik konsumsi bahan bakar dapat dilihat
pada Tabel 3. Dengan F kritis sebagai nilai pembanding, dapat dilihat pengaruh
“oto infus” terhadap waktu penurunan permukaan bahan bakar berpengaruh nyata
pada kondisi tanpa beban pada kecepatan putar 3000 dan 3500 RPM dan kondisi
dengan pembebanan pada kecepatan 3600 RPM. Contoh perhitungan dan data
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
23
Tabel 3 Hasil perhitungan analisis s tatistik konsumsi bahan bakar
Kecepatan Putar
Pengaruh “Oto
RUF
Fkritis (α = 0.01)
(RPM)
Infus”
1500
2.1042
Tidak nyata
2000
2.5596
Tidak nyata
2500
3.8093
Tidak nyata
6.97
3000
11.0578
Nyata
3500
7.4656
Nyata
3600*
173.1756
Nyata
* Pengukuran dilakukan dengan pembebanan prony brake dan debit air yang
berbeda.
Uji Emisi Gas Buang
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan pada motor stasioner Honda
GX-160, terjadi perubahan emisi gas buang dengan adanya penambahan “oto infus”.
Uji emisi gas buang dilakukan dengan setelan “oto infus” yang sama dengan setelan
pada pengukuran konsumsi bahan bakar pada 3600 RPM. Hal ini disebabkan karena
setelan tersebut dianggap paling baik pengaruhnya.
Hasil uji emisi dapat dilihat pada Tabel 4. Penggunaan “oto infus”
menunjukkan pengaruh yang sangat baik terhadap emisi gas buang. Nilai semua
unsur emisi gas buang dapat diturunkan. Nilai standar kadar emisi gas buang pada
Tabel 4 adalah berdasarkan nilai standar yang terdapat pada alat uji emisi.
Tabel 4 Hasil uji emisi gas buang motor bakar Honda GX-160
Tanpa “Oto Infus” Dengan “Oto Infus”
CO (%)
2.03
1.22
CO2 (%)
10.28
6.44
HC (ppm)
279
165
O2 (%)
3.86
1.39
NOx (ppm)
0
0
Λ
1.12
1.04
Nilai Standar
4
15
400
2
0
Pengaruh “Oto Infus” terhadap Daya Motor Bakar
Hasil penelitian menunjukkan penggunaan “oto infus” memberikan
perubahan daya yang dihasilkan dari sebuah motor bakar. Perhitungan daya yang
dilakukan berdasarkan perubahan massa terukur menunjukkan daya yang
dihasilkan meningkat cukup besar. Perubahan daya yang dihasilkan mencapai
28.88 % dibandingkan daya semula.
24
Tabel 5 Pengaruh “oto infus” terhadap daya motor bakar
Rata-rata
Massa
Konsumsi
Torsi
terangkat
BBM
(Nm)
(kg)
(l/jam)
Tanpa "Oto
8.5
0.5364
31.6540
Infus"
Dengan "Oto
11
0.4267
40.9640
Infus"
Persentase
29.41 %
perubahan
B HP
(kW)
SFC
(kg/kWh)
12.0062
0.0313
15.4731
0.0193
28.88 %
-38.27 %
Pengukuran Konsumsi Air
Pengukuran konsumsi air dilakukan sesuai dengan perlakuan sama dengan
pengukuran laju konsumsi bahan bakar. Tabel 6 berikut menunjukkan hasil
pengukuran konsumsi air yang telah dilakukan. Berdasarkan pengukuran yang
dilakukan terlihat terjadinya penurunan konsumsi air dalam penggunaan oto infus.
Semakin tinggi putaran mesin menimbulkan semakin tingginya bensin yang dihisap
dan menurunkan jumlah air yang dihisap. Pada perlakuan tanpa beban, setelan kran
ada pada posisi yang sama. Berbeda dengan pada kondisi dengan beban, yaitu
kecepatan putar 3600 RPM. Pada kondisi ini, aliran air memang dibuat lebih kecil.
Tabel 6 Hasil pengukuran konsumsi air
Kecepatan Putar (RPM)
Konsumsi Air (ml/s)
1500
0.2093
2000
0.2281
2500
0.2437
3000
0.2713
3500
0.2927
3600*
0.0591
* Pengukuran dilakukan dengan pengaturan debit air yang berbeda.
Pembahasan
Penggunaan “oto infus” telah dapat menurunkan konsumsi bahan bakar dan
emisi gas buang pada motor bensin stasioner Honda GX-160. Konsumsi bahan
bakar untuk kondisi tanpa beban dalam setelan aliran air yang sama dapat
diturunkan hingga 7.69 % yaitu terjadi pada kecepatan 3000 RPM. Pada kecepatan
3500 RPM, pengaruh “oto infus” juga dapat dinyatakan cukup baik. Hal ini
ditunjukkan dari analisis statistik yang telah dilakukan. Pada kecepatan 3000 dan
3500 RPM, perbedaan laju konsumsi bahan bakar berdasarkan populasi data waktu
penurunan permukaan bahan bakar dinilai berpengaruh secara nyata. Hal ini
25
menunjukkan bahwa oto infus dapat berfungsi lebih optimal pada putaran mesin
yang tinggi.
Pengukuran konsumsi bahan bakar pada kecepatan 3600 RPM menunjukkan
angka yang jauh lebih baik. Pada kondisi ini konsumsi bahan bakar dapat
diturunkan hingga 20.46 %. Namun data ini tidak dapat dibandingkan dengan
perlakuan lainnya karena tidak dilaku
KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUANG
MOTOR BENSIN
ARMY TRIHANDI PUTRA
F14080117
TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Aplikasi “Oto Infus”
terhadap Konsumsi Bahan Bakar dan Emisi Gas Buang Motor Bensin adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Army Trihandi Putra
NIM F14080117
ABSTRAK
ARMY TRIHANDI PUTRA. Pengaruh Aplikasi “Oto Infus” terhadap Konsumsi
Bahan Bakar dan Emisi Gas Buang Motor Bensin. Dibimbing oleh AGUS
SUTEJO.
“Oto infus” adalah alat yang dapat meningkatkan efisiensi pembakaran. Alat
ini merupakan karya dari Haryo dan Sutejo. Alat ini telah banyak digunakan pada
berbagai jenis mesin antara lain mobil, motor, maupun generator listrik. Tujuan
dari penelitian ini adalah menguji seberapa besar pengaruh dari penggunaan “oto
infus” terhadap laju konsumsi bahan bakar serta emisi gas buang pada motor
bakar bensin. Motor bakar yang digunakan adalah motor Honda GX-160 yang
banyak digunakan sebagai sumber tenaga di bidang pertanian. Pengukuran
konsumsi bahan bakar dilakukan dengan mengamati penurunan permukaan bahan
bakar selama digunakan pada selang transparan. Pengukuran emisi gas buang
dilakukan dengan menggunakan Ultra 4/5 gas analyzer Hanatech IM 2400.
Penelitian menunjukkan “oto infus” dapat menghemat laju konsumsi bahan bakar
hingga 20.46%. Emisi yang dihasilkan juga dapat diturunkan dengan penggunaan
“oto infus”.
Kata kunci: “oto infus”, motor bensin, konsumsi bahan bakar, emisi gas buang.
ABSTRACT
ARMY TRIHANDI PUTRA. Effect of “Oto Infus” Application for Fuel
Consumption and Exhaust Gas Emission on Gasoline Engine. Supervised by
AGUS SUTEJO.
“Oto infus” was an equipment made to increase the combustion efficiency.
This equipment was made by Haryo and Sutejo. This equipment has been utilized
in various type of machine such as car, motorbike, and electricity generator. The
research objective was to test how much the effects of oto infus utilization on fuel
consumption and exhaust gas emission of a gasoline engine. The type of gasoline
engine used was Honda GX-160 which is commonly used as power resource in
the agricultural sector. The fuel consumption measurement conducted by
observing decreasing surface of fuel in a transparent pipe. The measurement of
exhaust emission is utilized with Ultra 4/5 gas analyzer Hanatech IM 2400. This
research showed “oto infus” could save the fuel consumption rate up to 20.46 %.
The emission produced could also be decreased with using the “oto infus”.
Keywords: “oto infus”, gasoline engine, fuel consumption, exhaust emission
PENGARUH APLIKASI “OTO INFUS” TERHADAP
KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUANG
MOTOR BENSIN
ARMY TRIHANDI PUTRA
F14080117
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik Pertanian
pada
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem
TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Pengaruh Aplikasi “Oto Infus” Terhadap Konsumsi Bahan Bakar
dan Emisi Gas Buang Motor Bensin
Nama
: Army Trihandi Putra
NIM
: F14080117
Disetujui oleh
Ir. Agus Sutejo, M.Si
Pembimbing Akademik
Diketahui oleh
Dr Ir Desrial, M. Eng
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat
diselesaikan. Karya ilmiah berjudul Pengaruh Aplikasi “Oto Infus” terhadap
Konsumsi Bahan Bakar dan Emisi Gas Buang Motor Bensin ini disusun
berdasarkan penelitian terhadap motor bensin stasioner Honda GX-160 yang
dilaksanakan mulai bulan Februari hingga awal Juni 2014.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir Agus Sutejo, M.Si selaku
pembimbing akademik yang telah banyak memberikan bimbingan dalam
menyelesaikan penelitian ini. Di samping itu, penghargaan juga penulis
sampaikan kepada Pak Ujang dan semua teknisi bengkel CV Daud Teknik Maju,
Cibeureum dan staf bengkel Raka Autocare atas bantuan dan kerjasamanya dalam
pelaksanaan penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan pada
ibu, bapak, serta seluruh keluarga atas doa dan kasih sayangnya, Gilang, Diaz,
Jodie, Cisya, dan Manda yang sudah selalu mengingatkan dan memberi dukungan,
teman-teman Wisma Galih (Genadi, Febry, Dian, Ilham), teman-teman satu
bimbingan (Happy, Ansyahrul, Yudhi, Tyo), Furqon, Agung, Denis, Yayan,
teman-teman Teknik Pertanian, serta semua pihak yang tidak disebutkan yang
telah memberi dukungan dan semangat.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Terima Kasih.
Bogor, Agustus 2014
Army Trihandi Putra
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
vi
vi
vi
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
1
2
2
2
3
TINJAUAN PUSTAKA
“Oto Infus”
Emisi Gas Buang
Prony Brake
3
4
6
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Bahan dan Alat Penelitian
Prosedur Penelitian
Pembuatan Dudukan Motor
Persiapan Alat Ukur Konsumsi Bahan Bakar
Pemasangan “Oto Infus”
Uji Konsumsi Bahan Bakar pada Berbagai Kecepatan Putar
Uji Konsumsi Bahan Bakar dengan Pembebanan
Uji Emisi Gas Buang
Pengukuran Konsumsi Air
Pengolahan Data
Analisis Statistik
6
7
7
9
9
10
13
14
15
15
16
18
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Konsumsi Bahan Bakar
Pengaruh “Oto Infus” pada Konsumsi Bahan Bakar
Analisis Statistik terhadap Perubahan Laju Konsumsi Bahan Bakar
Uji Emisi Gas Buang
Uji Emisi Gas Buang
Pengukuran Konsumsi Air
Pembahasan
19
21
22
23
23
24
24
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
25
26
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
27
28
45
DAFTAR TABEL
1 Baku Mutu Emisi Gas Buang
2 Rata-rata hasil pengukuran laju konsumsi bahan bakar motor bakar
Honda GX-160 (liter/jam)
3 Hasil perhitungan analisis statistik konsumsi bahan bakar
4 Hasil uji emisi gas buang motor bakar Honda GX-160
5 Pengaruh "oto infus" terhadap daya motor bakar
6 Hasil pengukuran konsumsi air
4
22
23
23
24
24
DAFTAR GAMBAR
Komponen utama “oto infus”
Skema sebuah prony brake
Diagram alir penelitian
Dudukan mesin
Skema alat ukur konsumsi bahan bakar
Skema pemasangan oto infus
Pemasangan pipa penghubung kedua
Pemasangan kit pemecah air pada pipa knalpot
Kran tipe kuningan dan kran tipe screw
Pemasangan rem prony brake pada motor Honda GX-160
Hanatech IM 2400 Ultra 4/5 gas analyzer
Grafik hasil pengukuran konsumsi bahan bakar pada berbagai
kecepatan putar mesin
13 Grafik hasil pengukuran konsumsi bahan bakar pada 3600 RPM
14 Grafik perbandingan rata-rata konsumsi bahan bakar
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
3
6
8
9
9
11
11
12
13
14
15
20
21
21
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Dokumentasi kegiatan penelitian
Spesifikasi Honda GX-160
Gambar potongan Honda GX-160
Hasil pengukuran konsumsi bahan bakar pada 1500 RPM
Hasil pengukuran konsumsi bahan bakar pada 2000 RPM
Hasil pengukuran konsumsi bahan bakar pada 2500 RPM
Hasil pengukuran konsumsi bahan bakar pada 3000 RPM
Hasil pengukuran konsumsi bahan bakar pada 3500 RPM
Hasil pengukuran konsumsi bahan bakar pada 3600 RPM dengan
pembebanan prony brake
Tabel uji statistik penurunan permukaan bahan bakar pada 1500 RPM
Tabel uji statistik penurunan permukaan bahan bakar pada 2000 RPM
Tabel uji statistik penurunan permukaan bahan bakar pada 2500 RPM
Tabel uji statistik penurunan permukaan bahan bakar pada 3000 RPM
Tabel uji statistik penurunan permukaan bahan bakar pada 3500 RPM
Tabel uji statistik waktu penurunan permukaan bahan bakar pada 3600
RPM dengan pembebanan prony brake
Contoh perhitungan Analysis of Variance penurunan permukaan bahan
bakar pada 3000 RPM
Tabel data pengukuran konsumsi air
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bahan bakar minyak telah menjadi salah satu kebutuhan utama dalam
kehidupan manusia. Pesatnya kemajuan teknologi dan industri membuat kebutuhan
akan bahan bakar minyak menjadi semakin meningkat. Hampir setiap pemenuhan
kebutuhan hidup saat ini memerlukan bahan bakar. Kebutuhan bahan bakar minyak
antara lain adalah pada sektor transportasi, pembangkit listrik, industri, serta rumah
tangga, komersial, dan sektor lainnya.
Salah satu jenis bahan bakar minyak yang paling banyak digunakan adalah
bensin. Tingkat penggunaan bensin terus mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun. Penggunaannya sangat banyak terutama pada sektor transportasi, dan juga
banyak digunakan pada motor-motor sumber tenaga penggerak di industri. Di dunia
pertanian pun motor bakar dengan bahan bakar bensin banyak digunakan. Contoh
penggunaan motor bakar bensin di dunia pertanian adalah pada traktor roda dua
atau traktor tangan dan penggunaannya sebagai sumber tenaga penggerak pada
mesin-mesin pengolah bahan pertanian.
Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan kemajuan industri dan teknologi
kebutuhan bahan bakar minyak kian meningkat. Namun ketersediaan sumber bahan
bakar minyak yang ada terbatas. Bagaimanapun keberadaan bahan bakar sangat
diperlukan demi menunjang sebagian besar kebutuhan hidup manusia.
Dalam penggunaannya, proses pembakaran pada motor bakar, energi termal
yang ada tidak sepenuhnya dapat diubah menjadi energi mekanik. Hal ini dikenal
sebagai efisiensi termal yang dapat dinyatakan dalam persen (%). Hanya 25-40%
saja dari energi termal tersebut dapat diubah menjadi energi mekanik; 20-25%
pindah ke fluida pendingin, sedangkan 40-50% terbawa keluar bersama-sama gas
buang (Arismunandar 1977).
Permasalahan lain yang muncul akibat tingginya penggunaan motor bakar
adalah permasalahan lingkungan. Proses pembakaran selain menghasilkan energi
juga menghasilkan zat sisa pembakaran. Sisa pembakaran dari proses pembakaran
pada suatu motor bakar dikenal sebagai emisi gas buang. Pada pembakaran
sempurna proses pembakaran hanya menghasilkan karbon dioksida dan uap air
yang tidak berbahaya. Namun reaksi pembakaran tidak selalu berlangsung
sempurna. Tidak sempurnanya proses pembakaran menghasilkan gas karbon
monoksida yang bersifat racun. Hal inilah yang kemudian menyebabkan
permasalahan lingkungan. Pada taraf tertentu emisi gas buang yang buruk juga
dapat mengakibatkan gangguan kesehatan.
Maka berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, penggunaan bahan
bakar harus lebih diperhatikan. Maksudnya adalah untuk menghemat penggunaan
bahan bakar pada motor bakar dan juga mengurangi emisi gas buang yang tidak
2
baik bagi lingkungan. Salah satu upaya yang dipaparkan dalam penelitian ini adalah
dengan meningkatkan efisiensi pembakaran. Dengan demikian penggunaan bahan
bakar akan menjadi lebih hemat dan menjadikan motor bakar lebih ramah
lingkungan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, dirancang “oto infus”, alat yang dapat
meningkatkan efisiensi proses pembakaran pada motor bakar. Perangkat ini
merupakan hasil karya Haryo dan Sutejo pada tahun 2013. Dalam penelitian ini
akan dikaji seberapa besar pengaruh dari “oto infus” terhadap konsumsi bahan
bakar serta emisi gas buang pada motor bakar bensin.
Perumusan Masalah
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini terutama adalah tingginya
konsumsi bahan bakar. Selain itu emisi gas buang juga menandakan efisiensi dari
pembakaran pada motor tersebut. Untuk dapat menekan tingginya penggunaan
bahan bakar maka digunakan alat “oto infus” yang dapat menghemat konsumsi
bahan bakar. Namun belum ada data kongkrit seberapa besar pengaruh dari “oto
infus” terhadap konsumsi bahan bakar dan emisi gas buang pada motor bensin.
Tujuan Penelitian
1.
2.
3.
4.
5.
Tujuan dari penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut:
Mengukur konsumsi BBM pada motor bensin stasioner dengan "oto infus" dan
tanpa "oto infus" tanpa beban pada berbagai kecepatan putar mesin (RPM)
sehingga diketahui kondisi yang lebih cocok dalam penggunaan "oto infus".
Mengukur konsumsi BBM pada motor bensin stasioner dengan "oto infus" dan
tanpa "oto infus" dengan prony brake sebagai beban pada kondisi optimum
mesin.
Menguji beda nyata konsumsi bahan bakar pada konsumsi BBM motor tanpa
"oto infus" dan tanpa "oto infus".
Mengukur kadar emisi gas buang motor bensin stasioner dengan “oto infus”
dan tanpa “oto infus”.
Mengukur konsumsi air "oto infus".
Manfaat Penelitian
Penelitian ini adalah diharapkan dapat memberikan data kongkrit pengaruh
dari penggunaan “oto infus” terhadap konsumsi bahan bakar serta emisi gas buang
dari motor bakar. Hal ini juga memungkinkan untuk pengembangan lebih lanjut
untuk penyempurnaan “oto infus” dalam menghemat bahan bakar dan menurunkan
emisi gas buang motor bakar.
3
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam lingkup permasalahan yang dibatasi.
Permasalahan yang menjadi obyek penelitian adalah pengaruh “oto infus” terhadap
perubahan konsumsi bahan bakar dan emisi gas buang pada motor bakar statis
berbahan bakar bensin.
TINJAUAN PUSTAKA
“Oto Infus”
“Oto infus” adalah alat khusus yang dirancang untuk meningkatkan efisiensi
pembakaran BBM yang dapat digunakan pada mesin bensin maupun diesel.
Perangkat ini dirancang oleh Haryo dan Sutejo pada tahun 2013. “Oto infus”,
sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 1 di bawah ini, terdiri dari lima komponen
yaitu tabung air (1), pengatur debit air (2), pipa penghubung (3), kit pemecah air
(4), dan pipa penghubung kedua (5).
Gambar 1 Komponen utama “oto infus”
Menurut Haryo dan Sutejo (2013), kerja “oto infus” dimulai ketika langkah
hisap. Air yang dihisap mengalir melalui pipa penghubung menuju kit pemecah air.
Air diproses dalam kit pemecah air sehingga dapat membantu kerja motor bakar
dengan bantuan energi panas dari knalpot. Air yang telah diproses kemudian
dialirkan menuju ruang pembakaran melalui pipa penghubung kedua.
“Oto infus” kini telah banyak digunakan di berbagai jenis motor kendaraan
baik sepeda motor maupun mobil dan mobil-mobil besar. Berdasarkan pendapat
para pengguna “oto infus” dengan pengaplikasian alat ini dapat meningkatkan
tarikan kendaraan dan juga mampu membuat konsumsi bahan bakar menjadi lebih
irit. “Oto infus” juga telah digunakan untuk generator listrik dan daya yang
dihasilkan melebihi kapasitas awal. Berdasarkan penelitian sebelumnya, “oto infus”
dapat meningkatkan daya dan menghemat konsumsi bahan bakar pada motor diesel
yaitu sebesar 2.70 % (Suryatmojo, 2014).
4
Emisi Gas Buang
Proses pembakaran bahan bakar dari motor bakar menghasilkan gas buang
yang secara teoritis mengandung unsur CO, NO2, HC, C, H2, CO2, H2O dan N2,
dimana banyak yang bersifat mencemari lingkungan sekitar dalam bentuk polusi
udara. Unsur gas karbon monoksida (CO) yang berpengaruh bagi kesehatan
makhluk hidup perlu mendapat kajian khusus, karena unsur karbon monoksida
bersifat racun bagi darah manusia saat pernapasan, sebagai kurangnya oksigen pada
jaringan darah. Jumlah CO yang terdapat di dalam darah, lamanya dihirup dan
kecepatan pernapasan menentukan jumlah karboksi-hemoglobin (kombinasi
heoglobin/karbon-monoksida) di dalam darah, dan jika jumlah CO sudah mencapai
jumlah tertentu/jenuh di dalam tubuh maka akan menyebabkan kematian (Kusuma
2002).
Adapun baku mutu emisi gas buang telah ditetapkan dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia no 41 tahun 1999 tentang pengendalian
pencemaran udara. Tabel 1 berikut ini menunjukkan baku mutu dari beberapa unsur
emisi gas buang yang umumnya diukur dalam uji emisi gas buang.
Tabel 1 Baku Mutu Emisi Gas Buang
Waktu
N
Parameter
Pengukura
o
n
1 SO2
1 jam
(Sulfur
24 jam
Dioksida)
1 tahun
Baku Mutu
900 µg/Nm3
365 µh/Nm3
Metode
Analisis
Peralatan
Pararosanilin
Spektrofotometer
60 µg/Nm3
2
CO
(Karbon
Monoksida)
1 jam
24 jam
1 tahun
30 mg/Nm3
10 mg/Nm3
-
NDIR
NDIR
Analyzer
3
NO2
(Nitrogen
Dioksida)
1 jam
24 jam
1 tahun
400 µg/Nm3
150 µg/Nm3
100 µg/Nm3
Saltzman
Spektrofotometer
4
O3
1 jam
235 µg/Nm3
1 tahun
50 µg/Nm3
Chemiluminescen
t
Spektrofotometer
3 jam
160 µg/Nm3
Flame
Ionization
Gas
Chromatografi
(Oksidan)
5
HC
(Hidrokarbon)
Sumber : www.terangi.or.id
5
Karbon Monoksida
Menurut evaluasi WHO, kelompok penduduk yang peka (penderita penyakit
jantung atau paru-paru) tidak boleh terpajan oleh CO dengan kadar yang dapat
membentuk COHb di atas 2.5%. Kondisi ini ekivalen dengan pajanan oleh CO
dengan kadar sebesar 35 mg/m3 selama 1 jam, dan 20 mg/m3 selama 8 jam. Oleh
karena itu, untuk menghindari tercapainya kadar COHb 2.5-3.0 % WHO
menyarankan pajanan CO tidak boleh melampaui 25 ppm (29 mg/m3) untuk waktu
1 jam dan 10 ppm (11.5 mg/m3) untuk waktu 8 jam (Tugaswati 2008).
Karbondioksida (CO2)
Konsentrasi CO2 menunjukkan secara langsung status proses pembakaran di
ruang bakar. Semakin tinggi maka semakin baik. Saat AFR berada di angka ideal,
emisi CO2 berkisar antara 12% sampai 15%. Apabila AFR terlalu kurus atau terlalu
kaya, maka emisi CO2 akan turun secara drastis. Apabila CO2 berada dibawah 12%,
maka kita harus melihat emisi lainnya yang menunjukkan apakah AFR terlalu kaya
atau terlalu kurus. Perlu diingat bahwa sumber dari CO2 ini hanya ruang bakar dan
CC. Apabila CO2 terlalu rendah tapi CO dan HC normal, menunjukkan adanya
kebocoran exhaust pipe (Anonim 2005).
Oksigen (O2)
Konsentrasi dari oksigen di gas buang kendaraan berbanding terbalik dengan
konsentrasi CO2. Untuk mendapatkan proses pembakaran yang sempurna, maka
kadar oksigen yang masuk ke ruang bakar harus mencukupi untuk setiap molekul
hidrokarbon. Dalam ruang bakar, campuran udara dan bensin dapat terbakar dengan
sempurna apabila bentuk dari ruang bakar tersebut melengkung secara sempurna.
Kondisi ini memungkinkan molekul bensin dan molekul udara dapat dengan mudah
bertemu untuk bereaksi dengan sempurna pada proses pembakaran (Anonim 2005).
Hidrokarbon (HC)
Bensin adalah senyawa hidrokarbon, jadi setiap HC yang didapat di gas buang
kendaraan menunjukkan adanya bensin yang tidak terbakar dan terbuang bersama
sisa pembakaran. Apabila suatu senyawa hidrokarbon terbakar sempurna (bereaksi
dengan oksigen) maka hasil reaksi pembakaran tersebut adalah karbondioksida
(CO2) dan air (H2O). Walaupun rasio perbandingan antara udara dan bensin (AFR
= Air-to-Fuel-Ratio) sudah tepat dan didukung oleh desain ruang bakar mesin saat
ini yang sudah mendekati ideal, tetapi tetap saja sebagian dari bensin seolah-olah
tetap dapat “bersembunyi” dari api saat terjadi proses pembakaran dan
menyebabkan emisi HC pada ujung knalpot cukup tinggi (Bachri 2009).
6
Oksida Nitrogen (NOx)
Ada beberapa penyebab timbulnya emisi NOx. Emisi senyawa NOx dapat
disebabkan karena tingginya konsentrasi oksigen ditambah dengan tingginya suhu
ruang bakar. Selain itu tumpukan kerak karbon yang berada di ruang bakar juga
akan meningkatkan kompresi mesin dan dapat menyebabkan timbulnya titik panas
yang dapat meningkatkan kadar NOx. Mesin yang sering detonasi juga akan
menyebabkan tingginya konsentrasi NOx (Anonim 2005).
Lambda (λ)
Lambda ( ) menunjukkan nilai perbandingan campuran udara dengan bensin.
Biasa juga disebut dengan AFR (Air-to-Fuel-Ratio). Angka ideal untuk parameter
ini adalah 1.00 atau senilai 1 butir bensin berbanding 14.7 butir udara. Apabila
angka lambda menunjukkan angka lebih kecil dari 1.00 artinya AFR terlalu kaya
atau bensin berlebih. Setelan AFR untuk irit bensin adalah lambda = 1.05, yaitu
pada AFR = 15.4 : 1 (Fiqriansyah 2013).
Prony Brake
Prony brake adalah alat yang digunakan untuk menentukan daya yang
dihasilkan sebuah mesin. Alat ini bekerja dengan mengukur torsi yang dihasilkan
dari suatu poros. Pengukuran dilakukan dengan memberikan beban pada ujung
lengan rem kemudian mengukur beban yang terangkat saat dilakukan pengereman
pada poros. Gambaran dari sebuah prony brake dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Skema sebuah prony brake
Pada penelitian ini, prony brake digunakan hanya sebagai penyalur beban.
Daya yang dihasilkan tidak dapat diukur karena getaran yang dihasilkan terlalu
besar sehingga timbangan tidak stabil.
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dimulai pada bulan Februari hingga awal bulan Mei. Lokasi
penelitian ini adalah bengkel CV Daud Teknik Maju, Cibeureum, yang dikelola
7
oleh Agus Sutejo. Pengujian emisi gas buang motor dilakukan di bengkel mobil
Raka Autocare yang berlokasi di Jl. Kapten P Tendean 20C, Jakarta Selatan.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan sebagai objek dalam penelitian ini adalah motor
bensin stasioner Honda GX-160 (Spesifikasi terdapat di Lampiran 2), bensin dan
air. Sedangkan alat-alat yang digunakan antara lain :
1. “Oto infus” (terdiri dari selang, kran kuningan, pipa kuningan, kit
pemroses air dan klem untuk mengikat pemroses air).
2. Pengukur konsumsi bahan bakar (yang dibuat dengan botol plastik, selang
bening, kertas, corong, kabel tis, dan lem “Dextone”).
3. Alat ukur dimensi panjang (mistar dan jangka sorong).
4. Alat ukur waktu (stopwatch).
5. Tachometer.
6. Gelas ukur skala 50 ml.
7. Prony brake (digunakan sebagai penyalur beban pada motor).
8. Bor tangan.
9. Las listrik.
10. Las argon.
11. Perlengkapan perawatan mesin (kunci, tang, obeng, dan lain-lain).
12. Dudukan mesin.
13. Alat tulis dan komputer.
14. Hanatech IM2400 Ultra 4/5 Gas Analyzer.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini dimulai dengan persiapan alat ukur konsumsi bahan bakar dan
diuji secara fungsional terutama mengecek adanya kebocoran pada saluran bensin
atau tidak. Apabila tidak ditemukan lagi kebocoran pada saluran kemudian
dilakukan pemasangan “oto infus”. Uji fungsional yang dilakukan antara lain
mengecek kekuatan hisap pada saluran penghubung. Apabila kekuatan hisap sudah
cukup kuat, kemudian debit air dibuat kecil. Ketika aliran air yang dihisap dianggap
sudah cukup tepat dilanjutkan ke proses selanjutnya yaitu pengujian-pengujian.
Pengujian yang dilakukan antara lain pengujian konsumsi bahan bakar, emisi gas
buang dan konsumsi air. Kemudian dilakukan analisis dan pengolahan data dari
data yang telah didapatkan. Diagram alir prosedur penelitian dapat dilihat pada
Gambar 3.
8
Gambar 3 Diagram alir penelitian
9
Pembuatan Dudukan Motor
Selama pengujian, motor memerlukan sebuah dudukan supaya posisi motor
stabil. Dudukan motor dibuat dengan menggunakan besi sehingga cukup berat
untuk menahan getaran motor selama dinyalakan. Gambar 4 berikut menunjukkan
dudukan mesin yang digunakan selama pengujian konsumsi bahan bakar.
Gambar 4 Dudukan mesin
Persiapan Alat Ukur Konsumsi Bahan Bakar
Konsumsi bahan bakar dilakukan dengan menggantikan saluran bahan bakar
dari tangki bensin yang ada pada motor bakar ke dalam sebuah wadah yang
transparan. Dengan demikian penurunan jumlah bahan bakar dapat diamati. Wadah
ini kemudian akan disebut sebagai alat ukur konsumsi bahan bakar. Pada Gambar
5 ditunjukkan skema alat ukur konsumsi bahan bakar yang digunakan dalam
penelitian ini.
Gambar 5 Skema alat ukur konsumsi bahan bakar
Alat ukur konsumsi bahan bakar yang digunakan terdiri dari botol, selang,
dan corong. Botol plastik digunakan sebagai penampung sementara sehingga bahan
10
bakar tidak cepat habis selama mesin dinyalakan. Botol yang digunakan memiliki
volume 250 ml. Botol dilubangi di bagian bawah dan disambungkan dengan selang
bensin menuju ruang bakar menggantikan saluran bahan bakar dari tangki motor,
sehingga bensin di dalam botol mengalir ke ruang pembakaran. Selain itu botol juga
dilubangi pada bagian tutup botol untuk memasang selang yang kemudian akan
digunakan untuk mengamati penurunan volume bahan bakar. Penyambungan
selang harus diperhatikan supaya saluran tidak bocor. Botol dan selang disambung
dan ditutup dengan campuran lem “Dextone” yang cukup banyak untuk
menghindari adanya kebocoran pada sambungan.
Selang digunakan untuk mengamati kecepatan penurunan volume bahan
bakar selama pengujian konsumsi bahan bakar. Selang ini dipasang tegak lurus
sehingga penurunan volume bahan bakar dapat diamati. Ukuran selang yang
digunakan adalah diameter luar 5.2 mm, dengan ketebalan dinding selang 0.5 mm
berdasarkan pengukuran dengan jangka sorong. Dengan demikian diameter dalam
selang adalah 4.2 mm.
Corong digunakan untuk mempermudah pemasukan bensin ke dalam alat
ukur konsumsi bahan bakar. Corong yang digunakan adalah corong kaca berukuran
kecil sehingga dapat dimasukkan ke dalam selang yang digunakan.
Alat ukur konsumsi bahan bakar diberdirikan pada dudukan motor dengan
memasang sebatang besi pada posisi tegak lurus. Besi tersebut dipasangkan pada
sisi dudukan motor dengan menggunakan las listrik. Pada besi tersebut kemudian
alat ukur konsumsi bahan bakar diikat dengan kabel tis. Pada besi tersebut juga
ditempelkan alat ukur dimensi panjang untuk mengamati penurunan volume bahan
bakar selama pengujian.
Alat ukur panjang yang digunakan adalah berupa kertas putih yang diberi
garis-garis dengan jarak 1 cm sepanjang 20 cm. Garis-garis tersebut dibuat dengan
menggunakan tinta pulpen hitam. Penggunaan kertas sebagai pengukur ketinggian
bahan bakar dilakukan dengan pertimbangan kejelasan saat pengamatan. Dengan
menggunakan kertas putih dengan garis-garis hitam pengamatan ketinggian bahan
bakar akan lebih jelas dibandingkan dengan penggaris transparan karena dipasang
pada sebatang besi. Kertas tersebut dipasang di belakang selang. Dengan demikian
laju penurunan ketinggian bahan bakar dapat diamati. Langkah pengukuran
konsumsi bahan bakar akan dibahas di bagian selanjutnya, yaitu setelah
pemasangan “oto infus”, karena pengukuran dengan “oto infus” dan tanpa “oto
infus” dilakukan secara bergantian.
Pemasangan “Oto Infus”
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya “oto infus” terdiri dari lima
komponen yaitu tabung air, pengatur debit air, pipa penghubung, kit pemecah air,
dan pipa penghubung kedua. Untuk membuat “oto infus” berfungsi, alat ini harus
disambungkan setelah karburator sehingga air akan dapat dihisap dengan tekanan
11
yang cukup kuat. Skema pemasangan “oto infus” pada motor Honda GX-160 dapat
dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Skema pemasangan oto infus pada Honda GX-160
Motor stasioner berukuran kecil dengan susunan komponen yang padat. Pada
motor semacam ini tidak ditemukan saluran untuk memasukkan saluran “oto infus”
sehingga saluran harus dibuat sendiri dengan membuat lubang pada bagian motor.
Lubang dibuat di dekat manifold seperti pada Gambar 7 dengan menggunakan bor
tangan. Kemudian pada lubang tersebut dibuat ulir dengan menggunakan senai. Ulir
dibuat untuk memasang baut sehingga lubang dapat tertutup rapat dan tidak terdapat
kebocoran. Baut yang dipasang juga dilubangi dan disambungkan dengan pipa yang
kemudian akan disebut sebagai pipa penghubung kedua. Penyambungan baut
dengan pipa dilakukan dengan menggunakan las argon untuk menghindari
kebocoran saluran.
Gambar 7 Pemasangan pipa penghubung kedua
12
Kit pemecah air dipasang menempel pada knalpot. Untuk dapat memasang
kit pemecah air knalpot atau muffler pada motor stasioner inipun perlu dimodifikasi.
Hal ini dilakukan karena pipa knalpot pada motor ini sangat pendek sehingga tidak
cukup ruang untuk memasang kit pemecah air. Modifikasi yang dilakukan adalah
memperpanjang pipa knalpot yaitu dengan memotong pipa knalpot asli dan
menyambungkannya dengan pipa besi sepanjang 20 cm berdiameter sama. Dengan
demikian kit pemecah air dapat ditempelkan pada sambungan tersebut. Semakin
dekat posisi pemecah air ke pangkal knalpot akan semakin baik karena dengan
begitu kit pemecah air akan mendapat panas lebih banyak.
Karena diameter pipa knalpot yang kecil, sehingga permukaan kit pemecah
air dibuat cekung seperti yang ditunjukkan pada Gambar 8. Hal ini bertujuan untuk
memperbanyak bidang sentuh permukaan kit pemecah air pada knalpot. Dengan
demikian energi panas yang didapat akan lebih banyak dan kerja “oto infus” lebih
efektif. Selanjutnya kit pemecah air diikatkan pada knalpot dengan menggunakan
klem.
Gambar 8 Pemasangan kit pemecah air pada pipa knalpot
Pada kit pemecah air terdapat dua buah pipa. Salah satu pipa dihubungkan ke
pipa penghubung kedua dengan selang hitam yang tahan panas. Kemudian pipa
lainnya dihubungkan ke pengatur debit air menggunakan selang hitam dan
disambung dengan selang transparan sehingga aliran air yang dihisap dapat dilihat
dan dikontrol melalui pengatur debit air. Pengaturan debit air dilakukan dengan
menggunakan kran kuningan penghubung.
Komponen berikutnya yaitu kran. Kran berfungsi untuk mengatur debit air
yang masuk ke dalam kit pemecah air. Pada percobaan ini digunakan dua jenis kran
yang berbeda.
Kran yang digunakan pada pengukuran konsumsi bahan bakar pada berbagai
kecepatan adalah kran kuningan. Kran jenis ini sangat kasar dalam pengaturan debit
airnya. Pada pengukuran konsumsi bahan bakar pada berbagai kecepatan, kran
berada pada posisi terbuka penuh. Pada posisi ini air akan mudah mengalir ke dalam
13
pemroses air namun beresiko aliran air menjadi terlalu besar. Untuk memperkecil
aliran air yang masuk, pada selang di dalam tabung air disambungkan dengan jarum
suntik. Hal ini dikarenakan apabila aliran air terlalu besar dapat menurunkan kinerja
mesin.
Pada percobaan selanjutnya, yaitu pada kondisi motor dibebani dengan prony
brake, digunakan kran tipe screw yang lebih halus dalam pengaturan debit airnya.
Pada kondisi motor dibebani juga tidak lagi menggunakan jarum suntik karena
aliran air yang masuk telah dapat diperkecil dengan kran tipe screw, sehingga aliran
air yang masuk sudah lebih tepat. Kedua jenis kran yang digunakan dapat dilihat
pada Gambar 9.
Gambar 9 (a) Kran kuningan dan (b) kran tipe screw
Komponen terakhir yaitu penampung air. Penampung air berfungsi untuk
menampung air yang akan dihisap oleh motor melewati kit pemecah air ke ruang
pembakaran. Penampung air dihubungkan dengan pengatur debit air dengan selang
kecil. Posisi tabung air diletakkan di bawah untuk menghindari kebanjiran di ruang
bakar.
Uji Konsumsi Bahan Bakar pada Berbagai Kecepatan Putar
Uji konsumsi bahan bakar dilakukan pada kondisi tanpa beban dan dengan
pembebanan prony brake. Pengujian pada kedua kondisi tersebut dilakukan
terhadap mesin tanpa "oto infus" dan dengan "oto infus".
Pengukuran pada beberapa kecepatan putar mesin yang berbeda dilakukan
pada mesin tanpa beban. Pengukuran ini dilakukan dengan maksud untuk
mengetahui kondisi yang lebih cocok untuk penggunaan "oto infus". Pengukuran
konsumsi bahan bakar dilakukan pada kecepatan putar 1500, 2000, 2500, 3000 dan
3500 RPM. Pada perlakuan ini, kran pengatur aliran air dibuka penuh namun aliran
air diperkecil dengan menggunakan jarum suntik.
Pengukuran konsumsi bahan bakar dilakukan dengan alat ukur konsumsi
bahan bakar. Mula-mula mengisi alat ukur bahan bakar dengan bensin sehingga
ketinggian permukaan bensin berada di atas garis ukur yang paling atas. Kemudian
diamati dan dicatat waktu penurunan permukaan bensin setiap penurunan satu garis
ukur, yaitu 1 cm, hingga garis ukur paling bawah, yaitu 20 cm. Pengukuran tersebut
14
dilakukan 2 kali masing-masing perlakuan, sehingga jumlah data yang didapat
sebanyak 40 data waktu penurunan 1 cm permukaan bensin. Pengukuran waktu
penurunan permukaan dilakukan dengan menggunakan digital stopwatch yang
terdapat pada handphone penulis.
Uji Konsumsi Bahan Bakar dengan Pembebanan
Pada pengukuran konsumsi bahan bakar dengan pembebanan prony brake
didasarkan pada spesifikasi mesin (Lampiran 2) yaitu kondisi optimum mesin
dicapai pada kecepatan putar 3600 RPM. Pada pengukuran dengan beban,
dilakukan pengukuran pada kecepatan awal yaitu 3700 RPM lalu direm hingga
mencapai 3600 RPM.
Pengukuran dilakukan dengan memberikan beban seberat 20 kg pada ujung
lengan prony brake. Data yang diambil adalah massa beban sebelum dan setelah
dilakukan pengereman. Pengambilan data dilakukan pada kondisi tanpa “oto infus”
dan dengan “oto infus” kemudian dibandingkan. Meskipun demikian daya yang
dihasilkan kurang akurat karena besarnya getaran sehingga membuat timbangan
tidak stabil. Maka nilai massa beban yang diambil adalah nilai tengah dari
simpangan jarum timbangan.
Prony brake yang digunakan dirancang oleh Prayogo (2014). Pemasangan
prony brake pada motor Honda GX-160 dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10 Pemasangan rem prony brake pada motor Honda GX-160
Pada pengukuran dengan beban, digunakan kran pengatur aliran air yang
lebih halus sehingga aliran air yang dihisap dapat lebih mudah dikendalikan.
Konsumsi bahan bakar dengan “oto infus” baru dicatat setelah terlihat adanya
perbedaan waktu yang cukup signifikan terhadap waktu penurunan permukaan
bahan bakar tanpa “oto infus”. Apabila perbedaan waktu penurunan permukaan
bahan bakar yang terjadi hanya sedikit dengan kondisi mesin beroperasi normal
artinya aliran air terlalu kecil. Apabila perbedaan waktu hanya sedikit namun
kondisi mesin beroperasi tidak normal, seperti ada suara letupan yang tak wajar,
artinya aliran air terlalu besar.
15
Uji Emisi Gas Buang
Uji emisi gas buang motor bakar dilakukan di bengkel mobil Raka Autocare,
Tendean, Jakarta Selatan. Pengujian dilakukan dengan menggunakan alat Ultra 4/5
Gas Analyzer yang ditunjukkan pada Gambar 11. Seperti yang ditunjukkan pada
gambar tersebut alat ini mengukur lima parameter gas buang yaitu CO, CO2, HC,
O2 dan NOx. Selain itu alat ini juga mengukur yang menunjukkan perbandingan
bensin dengan udara. Alat ini menggunakan selang yang kemudian dihubungkan ke
dalam muffler motor kemudian diproses. Dalam penggunaannya perlu ditunggu
hingga angka yang ditunjukkan pada indikator gas analyzer ini menunjukkan angka
yang cukup stabil. Pengoperasian alat dilakukan oleh teknisi di bengkel lokasi
penelitian pada kondisi full throttle.
Gambar 11 Hanatech IM 2400 Ultra 4/5 gas analyzer
Pengukuran Konsumsi Air
Pengukuran terhadap konsumsi air pada oto infus dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui debit air terjadi selama penggunaan “oto infus”. Pengukuran
konsumsi air dilakukan sesuai dengan perlakuan mesin pada pengukuran konsumsi
bahan bakar yaitu pada kecepatan putar 1500, 2000, 2500, 3000, 3500 RPM serta
pada kondisi dibebani prony brake yaitu pada 3600 RPM. Pengukuran ini dilakukan
dengan meletakkan selang penghisapan air “oto infus” ke dalam air pada gelas ukur
sebagai penampung air. Kemudian dilakukan pengukuran waktu penurunan
permukaan tiap skala 5 ml pada gelas ukur. Gelas ukur yang digunakan berukuran
100 ml dengan skala 1 ml. Sedangkan ukuran diameter luar selang air adalah 3.1
mm dan tebal selang 0.5 mm. Pengukuran waktu penurunan permukaan air
dilakukan dalam tiga kali pengulangan.
16
Pengolahan Data
Data Konsumsi Bahan Bakar
Data penurunan permukaan bahan bakar kemudian diolah sehingga
mendapatkan nilai laju konsumsi bahan bakar dalam satuan liter/jam dengan rumus
berikut :
a. Perhitungan volume dalam mililiter setiap ketinggian 1 cm :
V = (¼ π × d2) × h
dimana : V = volume selang (ml)
π = 3.14
d = diameter dalam selang, 4.2 mm (diameter luar = 5.2 mm, tebal
selang = 0.5 mm)
h = tinggi, 1 cm
b. Laju aliran bahan bakar setiap 1 cm :
Q = V/t
dimana : Q = laju aliran bahan bakar (ml/s)
V = volume selang dalam ketinggian 1 cm (ml)
t = waktu untuk penurunan permukaan 1 cm (s)
c. Untuk mendapatkan data konsumsi bahan bakar maka laju aliran bahan bakar
dikonversi dengan persamaan :
Ql/jam = Qml/s × (3600 s/1000 ml)
Dengan demikian didapat data konsumsi bahan bakar dalam satuan liter per
jam.
Data Beban Prony Brake
Pada pengukuran beban prony brake, data yang didapat adalah massa beban
awal dan massa beban setelah dilakukan pengereman. Dari data yang ada kemudian
akan dihitung sehingga mendapatkan nilai torsi, brake horse power, dan specific
fuel consumption. Berdasarkan Suryatmojo (2014) maka beberapa perhitungan
yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Perhitungan massa terangkat :
m
= m0 – m1
m
= m0 – ((matas + mbawah)/2)
dimana: m = massa terangkat (kg)
m0 = massa awal (dalam penelitian ini 20 kg)
m1 = massa setelah dilakukan pengereman (kg)
matas = massa simpangan tertinggi pada timbangan (kg)
mbawah = massa simpangan terendah pada timbangan (kg)
17
b. Perhitungan torsi :
T
=W×l
T
= (m × g) × l
dimana: T = torsi (Nm)
W = berat beban (N)
m = massa terangkat (kg)
l = panjang lengan (dalam penelitian ini 0.38 m)
c. Perhitungan daya rem (brake horse power) :
B HP = 2 × π × T × (N / 60) / 1000
dimana: B HP = Daya rem (kW)
T = torsi (Nm)
N = kecepatan putar mesin (RPM)
d. Perhitungan specific fuel consumption :
SFC = (KBB × ρ) / B HP
dimana: SFC = specific fuel consumption (kg/kWh)
KBB = Konsumsi bahan bakar (l/h)
ρ = massa jenis (massa jenis bensin jenis premium = 0.7 kg/l)
B HP = daya rem (kW)
Data Konsumsi Air
Data waktu penurunan permukaan air akan diolah menjadi konsumsi air
dalam satuan ml/s. Mula-mula dihitung volume per ketinggian yang diukur.
Pengolahan data penurunan permukaan air dilakukan dengan rumus berikut :
a. Volume selang yang tercelup air
Vselang = ¼ π × (dluar2 – ddalam2) × h
Vselang = ¼ π × (dluar2 – (dluar – lselang)2) × h
dimana : Vselang = volume selang yang tercelup air (ml)
dluar = diameter luar selang (cm)
lselang = lebar atau tebal selang (cm)
h = ketinggian pada 1 ml (cm)
b. Volume air
Vair = Vskala – Vselang
dimana :Vair = volume air yang berkurang (ml)
Vskala = volume air terukur pada skala gelas ukur (ml)
Vselang = volume selang yang tercelup air (ml)
c. Laju konsumsi air “oto infus”
Q = Vair / t
dimana : Q = laju konsumsi air (ml/s)
Vair = volume air yang berkurang (ml)
t = waktu terukur penurunan permukaan air (s)
18
Anali sis Statistik
Analisis statistik dilakukan terhadap hasil pengamatan konsumsi bahan bakar.
Hal ini perlu dilakukan untuk membandingkan data antara konsumsi bahan bakar
sebelum dengan ketika menggunakan “oto infus”. Dengan analisis statistik dapat
diambil kesimpulan apakah penggunaan “oto infus” berpengaruh secara nyata atau
tidak terhadap konsumsi bahan bakar pada motor bensin.
Metode statistik yang dilakukan adalah metode Analysis of Variance
(ANOVA). Metode ini memungkinkan untuk mengetahui dua atau lebih mean
populasi akan bernilai sama dengan menggunakan data dari sampel-sampel
masing-masing populasi. Berdasarkan Harinaldi (2005) prosedur uji ANOVA
mengikuti uji hipotesis yang terdiri dari 7 langkah.
1. Pernyataan Hipotesis Nol dan Hipotesis Alternatif.
Hipotesis nolnya adalah sampel-sampel dari populasi-populasi salingindependen memiliki rata-rata sama. Hipotesis nol selanjutnya akan disebut
sebagai H0, sementara hipotesis alternatif adalah H1.
H0 μ 1 = 2 = 3 = ... = k
H1 : tidak seluruh rata-rata sama.
Dimana k = jumlah populasi yang dikaji. Dalam penelitian ini, k = 2, yaitu
tanpa “oto infus” dan dengan “oto infus”.
2. Pemilihan Tingkat kepentingan (α).
Biasanya digunakan α = 0.01 atau 0.05.
3. Penentuan Distribusi Pengujian yang Digunakan.
a. Tingkat kepentingan yang digunakan adalah 0.01
b. Derajat kebebasan pembilang (dfnum) = k – 1
c. Derajat kebebasan penyebut (dfden) = T – k
dimana T = jumlah total anggota sampel di seluruh populasi, yaitu 80,
40 tanpa “oto infus” dan 40 dengan “oto infus”.
4. Pendefinisian Daerah-daerah Penolakan atau Kritis.
Daerah penerimaan dan penolakan dibatasi oleh nilai Fkritis.
5. Pernyataan Aturan Keputusan.
Oto infus berpengaruh nyata apabila H1 diterima, yaitu jika RUF > Fkritis.
Jika tidak artinya “oto infus” tidak berpengaruh nyata.
6. Perhitungan Rasio Uji (RU).
RUF = Ftest = σ̂2antara / σ̂2dalam
a. Pembilang
σ̂2antara = (n1(x̄1-X̿)2+ n2(x̄2-X̿)2+... nk(x̄k-X̿)2) / (k-1)
dimana X̿ = (n1 x̄1+n2 x̄2+...+nk x̄k) / (n1+n2+...+nk)
n = banyaknya anggota sampel x̄ = mean dari sampel
b. Penyebut
σ̂2dalam = (Σd12+Σd22+...+ Σdk2) / (T-k)
Σdi2 = Jumlah dari simpangan kuadrat (Σ (xi-x̄i)2)
19
7. Pengambilan Keputusan secara Statistik.
Jika rasio uji berada di daerah penerimaan maka hipotesis nol diterima,
artinya penggunaan “oto infus” tidak berpengaruh nyata. Sedangkan jika
berada di daerah penolakan maka hipotesis nol ditolak artinya “oto infus”
berpengaruh nyata.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Konsumsi Bahan Bakar
Data hasil pengukuran konsumsi bahan bakar pada berbagai kecepatan putar
dapat dilihat pada grafik Gambar 12. Hasil pengukuran terhadap konsumsi bahan
bakar pada kecepatan putar mesin 1500 RPM memperlihatkan bahwa terjadi
perbedaan laju konsumsi bahan bakar setelah menggunakan “oto infus”. Seperti
diperlihatkan pada grafik Gambar 12, penggunaan “oto infus” membuat laju
konsumsi bahan bakar secara umum menjadi lebih rendah pada kecepatan mesin
1500 RPM. Berdasarkan perhitungan terjadi perubahan rata-rata laju konsumsi
bahan bakar sebesar 5.65 %.
Pada kecepatan mesin 2000 RPM terjadi perubahan laju konsumsi bahan
bakar setelah menggunakan “oto infus”. Seperti yang diperlihatkan pada grafik di
atas, pada kondisi dengan penambahan “oto infus”, laju konsumsi bahan bakar
mengalami penurunan. Berdasarkan perhitungan, penurunan rata-rata laju
konsumsi yang terjadi adalah 4.58 %.
Pada kecepatan 2500 RPM perubahan yang terjadi semakin kecil. Meskipun
begitu, penggunaan “oto infus” pada kondisi ini juga membuat laju konsumsi bahan
bakar menjadi lebih rendah. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan penurunan
rata-rata laju konsumsi bahan bakar yang terjadi adalah sebesar 3.47 %. Ini adalah
yang paling kecil di antara semua perlakuan yang dilakukan.
Penurunan rata-rata laju konsumsi bahan bakar paling besar ditunjukkan pada
kecepatan mesin 3000 RPM. Seperti yang ditunjukkan pada grafik, kedua garis
sama sekali tidak bersentuhan. Ini menunjukkan bahwa penurunan laju konsumsi
bahan bakar terjadi dengan sangat jelas pada kondisi ini. Setelah menggunakan “oto
infus” penurunan rata-rata laju konsumsi bahan bakar yang terjadi adalah sebesar
7.69 %.
Pada kecepatan mesin 3500 RPM, penggunaan oto infus menunjukkan
perubahan laju konsumsi bahan bakar. Meskipun tidak setinggi pada kondisi 3000
RPM namun penurunan laju konsumsi bahan bakar tetap terjadi pada kondisi ini.
Berdasarkan perhitungan penurunan rata-rata laju konsumsi bahan bakar yang
terjadi adalah 4.07 %.
20
Gambar 12 Grafik hasil pengukuran konsumsi bahan bakar pada berbagai
kecepatan putar mesin
21
Pengukuran konsumsi bahan bakar pada kecepatan optimum mesin, 3600
RPM, menunjukkan hasil yang sangat baik. Penurunan laju konsumsi bahan bakar
menurun secara signifikan pada perlakuan ini. Pada perlakuan ini, dilakukan
pembebanan pada mesin dan juga penyetelan aliran air dengan lebih tepat. Ratarata penurunan laju konsumsi bahan bakar yang terjadi mencapai 20.46 %.
Perbedaan konsumsi bahan bakar pada kecepatan mesin 3600 RPM dengan
pembebanan ditunjukkan pada Gambar 13.
0.65
Konsumsi BBM (l/jam)
0.60
0.55
0.50
0.45
0.40
0.35
Tanpa "oto infus"
Dengan "oto infus"
0.30
1
3
5
7
9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39
Pengulangan ke-
Gambar 13 Grafik hasil pengukuran konsumsi bahan bakar pada 3600 RPM
Pengaruh Penggunaan “Oto Infus” pada Konsumsi Bahan Bakar
Penggunaan “oto infus” memberikan perubahan terhadap laju konsumsi
bahan bakar pada motor bensin stasioner. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 15 dan
Tabel 2 berikut. Gambar 14 menunjukkan rata-rata konsumsi bahan bakar dari tiaptiap perlakuan. Pada grafik terlihat rata-rata laju konsumsi bahan bakar tanpa “oto
infus” berada di atas grafik rata-rata laju konsumsi bahan bakar setelah
menggunakan “oto infus” pada semua perlakuan RPM.
Konsumsi BBM (l/jam)
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
Tanpa "oto infus"
Dengan "oto infus"
0.0
1500
2000
2500
3000
3500
3600*
Kecepatan Putar Mesin (RPM)
Gambar 14 Grafik rata-rata konsumsi bahan bakar
* Dilakukan dengan pembebanan prony brake dan debit air yang berbeda.
22
A ngka perubahan rata-rata konsumsi bahan bakar dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel tersebut menampilkan rata-rata konsumsi bahan bakar dalam satuan liter/jam
dan presentase perubahannya. Penurunan laju konsumsi terbesar ditunjukkan pada
kecepatan mesin 3000 RPM yaitu 7.69 %. Sedangkan penurunan laju konsumsi
terkecil terjadi pada kecepatan mesin 2500 RPM yaitu 3.47 %.
Tabel 2 Rata-rata hasil pengukuran konsumsi BBM Honda GX-160 (liter/jam)
Rata-rata Konsumsi Bahan Bakar
Kecepatan
Persentase
(liter/jam)
Putar
Perubahan
(RPM)
Tanpa “Oto Infus” Dengan “Oto Infus”
1500
0.1004
0.0947
-5.65%
2000
0.1392
0.1328
-4.58%
2500
0.1785
0.1723
-3.47%
3000
0.2344
0.2164
-7.69%
3500
0.2715
0.2605
-4.07%
3600*
0.5364
0.4267
-20.46%
* Pengukuran dilakukan dengan pembebanan prony brake dan debit air yang
berbeda.
Sedangkan pada kecepatan putar 3600 RPM menunjukkan konsumsi bahan
bakar yang cenderung jauh lebih besar. Hal ini disebabkan karena pada kecepatan
putar 3600 RPM dilakukan pembebanan terhadap mesin. Selain itu pada Tabel 2
ditunjukkan bahwa pada 3600 RPM, “oto infus” memberikan pengaruh yang lebih
besar pada konsumsi bahan bakar karena adanya penyetelan aliran air kembali
dengan kran yang lebih halus.
Analisis Statistik terhadap Perubahan Laju Konsumsi bahan Bakar
Berdasarkan perhitungan analisis statistik yang dilakukan pada data waktu
penurunan permukaan bahan bakar dapat diambil kesimpulan penggunaan “oto
infus” nyata atau tidak. Seperti yang telah dijelaskan pada bab metode, “oto infus”
dinyatakan berpengaruh nyata apabila RUF lebih besar daripada F kritis. Nilai F
kritis didapat dari tabel distribusi F untuk α = 0.01, dengan dfnum = 1, dan dfden = 78
adalah 6.97. Hasil perhitungan analisis statistik konsumsi bahan bakar dapat dilihat
pada Tabel 3. Dengan F kritis sebagai nilai pembanding, dapat dilihat pengaruh
“oto infus” terhadap waktu penurunan permukaan bahan bakar berpengaruh nyata
pada kondisi tanpa beban pada kecepatan putar 3000 dan 3500 RPM dan kondisi
dengan pembebanan pada kecepatan 3600 RPM. Contoh perhitungan dan data
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
23
Tabel 3 Hasil perhitungan analisis s tatistik konsumsi bahan bakar
Kecepatan Putar
Pengaruh “Oto
RUF
Fkritis (α = 0.01)
(RPM)
Infus”
1500
2.1042
Tidak nyata
2000
2.5596
Tidak nyata
2500
3.8093
Tidak nyata
6.97
3000
11.0578
Nyata
3500
7.4656
Nyata
3600*
173.1756
Nyata
* Pengukuran dilakukan dengan pembebanan prony brake dan debit air yang
berbeda.
Uji Emisi Gas Buang
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan pada motor stasioner Honda
GX-160, terjadi perubahan emisi gas buang dengan adanya penambahan “oto infus”.
Uji emisi gas buang dilakukan dengan setelan “oto infus” yang sama dengan setelan
pada pengukuran konsumsi bahan bakar pada 3600 RPM. Hal ini disebabkan karena
setelan tersebut dianggap paling baik pengaruhnya.
Hasil uji emisi dapat dilihat pada Tabel 4. Penggunaan “oto infus”
menunjukkan pengaruh yang sangat baik terhadap emisi gas buang. Nilai semua
unsur emisi gas buang dapat diturunkan. Nilai standar kadar emisi gas buang pada
Tabel 4 adalah berdasarkan nilai standar yang terdapat pada alat uji emisi.
Tabel 4 Hasil uji emisi gas buang motor bakar Honda GX-160
Tanpa “Oto Infus” Dengan “Oto Infus”
CO (%)
2.03
1.22
CO2 (%)
10.28
6.44
HC (ppm)
279
165
O2 (%)
3.86
1.39
NOx (ppm)
0
0
Λ
1.12
1.04
Nilai Standar
4
15
400
2
0
Pengaruh “Oto Infus” terhadap Daya Motor Bakar
Hasil penelitian menunjukkan penggunaan “oto infus” memberikan
perubahan daya yang dihasilkan dari sebuah motor bakar. Perhitungan daya yang
dilakukan berdasarkan perubahan massa terukur menunjukkan daya yang
dihasilkan meningkat cukup besar. Perubahan daya yang dihasilkan mencapai
28.88 % dibandingkan daya semula.
24
Tabel 5 Pengaruh “oto infus” terhadap daya motor bakar
Rata-rata
Massa
Konsumsi
Torsi
terangkat
BBM
(Nm)
(kg)
(l/jam)
Tanpa "Oto
8.5
0.5364
31.6540
Infus"
Dengan "Oto
11
0.4267
40.9640
Infus"
Persentase
29.41 %
perubahan
B HP
(kW)
SFC
(kg/kWh)
12.0062
0.0313
15.4731
0.0193
28.88 %
-38.27 %
Pengukuran Konsumsi Air
Pengukuran konsumsi air dilakukan sesuai dengan perlakuan sama dengan
pengukuran laju konsumsi bahan bakar. Tabel 6 berikut menunjukkan hasil
pengukuran konsumsi air yang telah dilakukan. Berdasarkan pengukuran yang
dilakukan terlihat terjadinya penurunan konsumsi air dalam penggunaan oto infus.
Semakin tinggi putaran mesin menimbulkan semakin tingginya bensin yang dihisap
dan menurunkan jumlah air yang dihisap. Pada perlakuan tanpa beban, setelan kran
ada pada posisi yang sama. Berbeda dengan pada kondisi dengan beban, yaitu
kecepatan putar 3600 RPM. Pada kondisi ini, aliran air memang dibuat lebih kecil.
Tabel 6 Hasil pengukuran konsumsi air
Kecepatan Putar (RPM)
Konsumsi Air (ml/s)
1500
0.2093
2000
0.2281
2500
0.2437
3000
0.2713
3500
0.2927
3600*
0.0591
* Pengukuran dilakukan dengan pengaturan debit air yang berbeda.
Pembahasan
Penggunaan “oto infus” telah dapat menurunkan konsumsi bahan bakar dan
emisi gas buang pada motor bensin stasioner Honda GX-160. Konsumsi bahan
bakar untuk kondisi tanpa beban dalam setelan aliran air yang sama dapat
diturunkan hingga 7.69 % yaitu terjadi pada kecepatan 3000 RPM. Pada kecepatan
3500 RPM, pengaruh “oto infus” juga dapat dinyatakan cukup baik. Hal ini
ditunjukkan dari analisis statistik yang telah dilakukan. Pada kecepatan 3000 dan
3500 RPM, perbedaan laju konsumsi bahan bakar berdasarkan populasi data waktu
penurunan permukaan bahan bakar dinilai berpengaruh secara nyata. Hal ini
25
menunjukkan bahwa oto infus dapat berfungsi lebih optimal pada putaran mesin
yang tinggi.
Pengukuran konsumsi bahan bakar pada kecepatan 3600 RPM menunjukkan
angka yang jauh lebih baik. Pada kondisi ini konsumsi bahan bakar dapat
diturunkan hingga 20.46 %. Namun data ini tidak dapat dibandingkan dengan
perlakuan lainnya karena tidak dilaku