Aplikasi KNO3 Menunda Dormansi pada Tanaman Iles-Iles (Amorphophallus muelleri (Blume)

APUKASI knセ@

MENUNDA DORMANSI PADA TANAMAN ILES-ILES
(Amorphophallus mueI1eri (Blume)

Edl Santosa1 t, Anas Dlnurrohman Suslla1, dan Adolf Pleter Lontoh1

lFDepartemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB. n Meranti Kampus IPB Dannaga,
Bogor 16168 hldonesia.
t Penuliskorespondcnsi: Edi Santosa; edisang@gmail.com Teleponlfax.: +62-251-8629353.

ABSTRAK
memmda donnansi diduga dapat meningkatkan produktivitas Amorphophallus.
Pene1itian ini dilakukan untuk mene1iti apakah periode pertmnbuhan A. muelleri dapat diperpanjang
menggunakan aplikasi ham dan honnon tanaman. Bibit A. nr.uelleri dipangkas daunnya atau disemprot
dengan hormon yang mengandung sitokinin, dan larutan knセ@
konsentrasi 4% dan SOAi. Tanaman
dipelihara di bawah naungan sekitar 50%. Bibit tanpa per1akukan digunakan sebagai kontrol perlakuan.
Hasil penelitian menw:yukkan bahwa penerapan KNO] pada konsentrasi 4% dan SOAi memperpanjang
masa セ「オィ。ョ@
bibit A. muelleri dengan cam mendorong tumbuIlDya daun bam. Efek merangsang dari

knセ@
Paerbentuk payung yang memiliki tiga
cabang tulang daun utama yang disebut
rachis.' Pada rachis nya, iles-iles
mcnghasilkan umbi udara (disebut bulbil)
yang dapat digunakan untuk perbanyakan
vegetatif. Sebagai tanaman asli Indonesia.
ゥャ・ウMセ@
tersebar di banyak tempat di
Indonesia terutama di hutan dataran rendah,
namun belakangan ini iles-iles mulai
ditanam seeara tanaman komersial pada
sistemltumpangsari (Sugiyama dan Santosa,
2008).· Luas areal budidaya Iebih dari 2000
hektar! di areal hutan milik Perhutani di
lawa Timur (Santosa et al., 2003).

94

1Ill radalah untuk mengkaji penghapusan

masa dorman pada tanaman iles-iles
melalui pemberian knセ@
dan harmon.

pengamatan. Hormon yang diberikan
mengandung sitokinin (20%) dan GAJ
(10%) dan diberikan sehesar 200 ppm
setara kandungan sitokinin, sedangkan
KNOJ diaplikasikan pada konsentrasi 4%
dan 8%. Horman dan knセ@
diberikan
sebagai
perlakuan
preharvest yang
disemprotkan melalui daun. Maksud
preharvest adalah diberikan pada saat
tanaman sudah menunjukkan tanda-tanda
akan dipanen yaitu daun terakhir telah
mekar sempuma dan menjelang senesen.
Berdasarkan

kondisi
tanaman,
penyemprotan dilakukan secara seragam
pada 16 minggu setelah tanam (MS'I) (20
April 2010). Dalam pelakuan pangkas,
dengan
asumsi
、ッセゥ@
apical
menghambat perkembangan tunas baru,
daun dipotong dari pangkal (0 em dari
tanah) dengan menggunakan pisau steril.
Volume semprot hormon dan knセ@
adalah
.
sekitar 400 literlha.
Peubah pertumbuhan diamati setiap
minggu yaitu panjang tangkai daun dan
diameternya, dan lebar rachis. Panen
dilaku.1can pada akhir percobaan. Evaluasi

statistik dilakukan dengan menggunakan
Uji LSD untuk mengetahui pengaruh
perlakuan.

BAHAN DAN METODE
Penelitian dilaksanakan di Bogar,
Jawa Barat, Indonesia (248 m dpl), pada
musim hujan antara Desember 2009 dan
September 2010. Se1ama pereobaan suhu
maksimum harian dan suhu minimum
adalah 31 OC dan 23°C (rata-rata 26.5 OC),
dan kelembaban udara relatif adalah 85%.
Tanaman ditempatkan di bawah naungan
pohon jambu air (Syzygium samarangense
(Blume) Merr. & Perry) di mana radiasi
mataharl セゥG。、@
tengah hari kira-kiT8
berkurang 50%.
Bahan tanaman adalah benih (oiji)
iles.;iles yang dipanen pada bulan Juli 2009

dan telah disimpan dalam suhu kamar. Biji
mulai dikecambahkan pada awal November
2009 sebelum penanaman. Pada saat tanam
(4 セ。ョオイゥ@
20iO), semua biji telah bertunas
dengan panjang sekitar 1.0 em Benih
dipilih yang seragam lalu ditanam dalam
nanipan plastik (25 em x 45 em x 9 em)
yang memiliki 45 lubang (5 em x 5 em x 9
・ュIセ@
Media tanam adalah kompos
(pezht,uatnya Green Valley, Stasiun
p・ョセャゥエ。@
LHM, Solo, Indonesia) diberikan
sebanyak 100 g per lubang. Menurut
ketJrangan pembuat, kompos memiliki pH
7.1 I mengandung 1.44% total N, 2.38%
P10S, 3.03% K10, 1.70% Cao; 1.70%
45.9% bahan
MgO, 26.6% C ッイァセG@

orgli\nik dan 76.3 mellOO g total kation
yang dapat dipertukarkan. Kompos juga
merlgandung unsur mikro seperti MIl, Cu,
Zn, ICo dan Fe masing-masing sebyak 1.56,
0.11, 2.51, 0.50 dan 27.5 ppm. Pada saat
aplikasi, kadar air kompos sekitar 15%.
p・ョセゥイ。@
dilakukan setiap hari sampai
air fDenetes dari lubang nampan. Tanaman
tidak diberikan pupuk tambahan atau
pestisida kimia selarna penelitian.
I
Pereobaan
diraneang
dalam
rancangan aeak kelompok (RAK) dengan 5
perlakuan
yaitu
kontrol,
pangkas,

pemberian hormon dan pemberian KNOJ
pada dua konsentrasi. Setiap perlakuan
diulang 3 kali. Sepanyak sembilan tanaman
dalam setiap ulangan dijadikan sampel

HASIL DANPEMBAHASAN

Pertunzbuhan Tanaman
Daun tanaman kontrol mulai layu
pada 18-19 MST. dan masuk masa
dormansi pada 24 MST (Tabel 1). Tanaman
dengan
perlakuan
pangkas
tidak
menghasilkan daun baru. artinya setelah
dipangkas langsung menjadi dorman. Fakta
ini menunjukkan bahwa pada tanaman
dipangkas
kemunglcinan

ada
endodormancy, yakni dormansi yang
dikendalikan dari dalam tanaman. Fakta
tersebut berbeda dengan hasil penelitian
Zhang et aI. (2010) di mana dormansi pada
iles-iles bisa dihilangkan dengan cara
mengontrol kondisi air.

.....

95

I

Tabell. 'Waktu muneulnya daun baru dan rata-rata jumlah daun per tanaman
p・イャセ@
Waktu muneul daun
Umur tanaman
Jumlah daun per
I

baru (MSP)
(MST)
tanaman x
Kontrol
Z
19.19±O.19
2.00±0.0
Pangkas
y
2.04±0.2
Hormon
19.70±0.48
2.04±O.2"
KNO:, 4%
3.63 ±0.58
34. 85±O.04
3.63±0.9
KNO:! 8%
3.90±O.61
34.19±1.60

3.44±O.4
Nilai ± standar error (SE); MST-minggu setelah tanam; MSP-minggu setela.lt perlakuan; zTidak
ada daun baru; Y Daun habis setelah dipangkas pada 16 MSP, tidak ada daun baru; x Jumlclt
daun bidup hingga mati secara alami atau dipangkas
セ。エオ@
minggu setelah pemberian
KNO:! dan hormon, daun-claun tanaman
yang sudah mulai tua berubah menjadi
kuning dan layu, sedangkan 'daun muda
dapat tumbuh dengan sehal Pada perlakuan
KNO:! daun-daun baru mulai muncu! pada
sekitar 20 MST atau sekitar 4 minggu
setelah perlakuan, tanpa diper.garu}lj oleh

sementara tidak ada daun baru
dosis knセL@
yang muneul pada perlakuan lain (Tabel I).
Pada tanaman yang membentuk daun
setelah perlakuan, masa tumbuhnya lebih
dari 34 minggu karena masa aktif daun baru

sekitar 14 minggu, dibandingkan dengan
20-22 minggu pada tanaman kontroi (Tabel
2).

Tabel
2 Persentase tanaman per p! ot yang masih tumbuh.padaperlakuk'an b erbeda
セ@
Perlakuan
Umur tanaman (MST)
14

16

18

20

22

24

lOO±O 100±0 37±2 11±4 11±4
z
lOO±O
100±O IOO±O 48+11 26+4 11+6
4+2
lOO±O IOO±O 41±6 30±8 41±9 85±4
knセTE@
lOO±O 100±0 26+8 26±8 33+10 67±6
knセXE@
Nilal ± standar error (SE); セ@ Menunjukkan semua tanaman dorman
kッョエイセ@

I

PangkaS
Hormon

i

26-28

30

32

34-36

-

-

-

-

-

-

85±4
67±6

85±4
52±9

85±4
37±II

48±14
30±9

dibandingkan dengan konsentrasi 4%.
Namun demikian, diameter petiol tidak
dipengaruhi oleh perlakuan. Pentingnya
peran kalium bagi pemanjangan petiol
dipedcuat oleh penelitian Santosa et al.
(2011) bahwa tinggi tanaman iles-iles nyata
meningkat pada perlakuan 50 kg K10lha
dibanding tanpa pemberian kalium.

Penelitian ml adalah laporan
pertama bahwa pemberian KNOJ melalui
daun
dapat
digunakan
untuk
mempcrpanjang
masa
pertumbuhan
tanaman iles-iles. Hasil penelitian ini
kemudian diperkuat oleh hasil penelitian
Santosa I et at. (2013) bahwa pemberian
KNO:! rltelalui daun lebif efektif dalam
mendorong pertumbuhan daun baru
dibandi'lgkan dengan pemberian KNOJ
melalui tanah.

Ukurtut Daun

セーャゥォ。ウ@
KN03 nyata meningkat
tinggi tanaman dan lebar rachis (Tabel 3).
Tanaman
dari
diperlakukan
knセ@
konsentrasi 8% menghasilkan petiol lebih
panjaag ,dan lehar rachis Iebih panjang
96

Tabel;3. Ukuran daun terakhir dari A. muelleri pada perlalrukan berbeda
Lebar rachis
, Perlakuan
Tinggi tanaman
Diameter petiol
(em)
(em)
(em?
Kontrol
04±O.0
l1.O±O.3Z
4.6±O.1
Pangkas
1O.5±0.2
0.4±0.O
4.8±O.1
Hormon
lO.3±O.3
O.4±O.O
4.7±O.1
knセTE@
15.5±O.5
O.4±O.O
5.6±O.1
kNnセ@
8%
18.5±0.6
O.4±O.O
6.6±O. i
Nilai ± standar error (SE); Z Daun terakhir aktif sebelum masuk masa dorman atau sebelum
perJaknan pangkas atau pada akhir penelitian. Waktu muncul daun dapat betbeda; Y Diukur dari
percabangan rachis hingga anak daun paling panjang
Peningkatan tinggi tanaman ilesiles dari pelak."Uan K.lI.JO.J ini juga sejalan
dengab hasil pada famili r".::'aceae lain
seperti talas (Singh et al., 1993) oan suweg
(A. iaeoniifolius) (Sen et aI., 1996), di
mana. aplikasi N meningkatkan panjang
tangkai daun. Dengan demikian, selain
kali\J1l1. peran nitrogen dalam pemanjangan
petioli iles-iles juga penting. Namun
demikian, baik Singh et al. (1993) maupun
Sen et al. (1996) tidak menunjukkan bahwa
pemberian kalium mempengaruhi tinggi
tanarrlan baik pada talas ataupun suweg.

Panen
Aplikasi
KN0:J
nyata
meningkatkan hobot umbi tanaman ilesiles, dan tidak ada perbedaan nyata pada
peubah bobot umbi antara perlakuan
pangkas, pemberian hormon dan kontroi
(Tabel 4). Diameter dan lebar umbi juga
nyata lebih besar pada tanaman diberi
perlakuan KNOJ
dibandingkan dari
perlakuan lainnya. Pemberian KN03
konsentrasi 8% menghasilkan bobot dan
ukuran umbi sedikit lebih tinggi dati pada
KN03 konsentrasi 4%. Hal ini mungkin
berkaitan bahwa pemberian KN0:J 8%
mampu menyediakan hara lebih tinggi
dibandingkan dengan 4%.

Tabel4. Ukuran umbiA. muelleri pada perlakuan berbeda, dipanen pada 4 September 2010
p・イャセォオ。ョ@
Bobot (g)
Diameter (cm)
Lebar Umbi (cm)
Kontrol
1.48±O.05
1. 34±O.O 1
1.13±O.02
Pangkas
1.33±O.05
1. 26±O.0 1
1. 16±O.07
1. 17±O.02
1.32±O.01
1.47±O.02
Hormon
1.33±O.05
1. 53±O.06
2.49±O.33
knセTE@
1.44±O.03
1.
68±O.06
3.00±0.17
KN03 8%
NilaJ standar error (SE)
Namun, pada Amorphophallus spesies,
Santosa
(2006)
melaporkan
bahwa
pemberian GAJ pada konsentrasi yang lebih
besar dari 500 ppm pada umbi dorman
menginduksi pembungaan. Pada tanaman
bawaIig (Allium wakegi), dormansi ditandai
dengan meningkatkan asam absisik (ABA)
dan potensial air (Yamazaki et aI., 1995).
Pada umbi tanaman kentang, pemberian
ABA menunda pertumbuhan kecambah
(Bewley dan Black, 1994), dan pemberian
GA memecah dormansi dengan efek mirip

Mekarusme dormansi pada umbi
iles-ilFs masih belum jelas. Namun
demikian,
ada kemungkinan
hahwa
ー・イャ。セ@
hormon yang mengandung
sitokihi (200Al) dan GA3 (10%), berpengaruh
terhadap mekanisme donnansi iles-iles
(Tabel 1). Hal tersebut masih perlu
pembuktian . lebih lanjut.. Suttle (1996)
menyktakan bahwa dormansi pada tanaman
umbi dapat dipecahkan. menggunakan
bahan kimia seperti sulflhidril, etilena
」ャッイセ、ゥョL@
bromoethan, GA diln sitokinin.
97

i
セ@

NLセ@

.

ciengap

efek pemberian sitokinin dan
Pada Dioscorea, pemberian ABA
tidaksign;fikan mempengaruhi dormansi
(Wickham Bt aI.. 1984). sedangkan
pemberlan GA memperpanjang masa
dormansi (CraufUrd Bt aI., 2001). Martin
dan Cabanillas (1976) menyatakan bahwa
pada IJioscorea, pemberian ethrel sebe1um
panen (preharvest). pada saat panen dan
saat c;torman secara nyata meningkatkan
perkedambahan dan menghilangkan adanya
masa dormansi.
Kandungan utama umbi iles-iles
。、ャセ@
glukomanan (Jansen Bt aI.• 1996;
Zhang Bt aI., 2010) sehingga peran enzim p
セ。ョウ・@
yimg
menghidrolisis
glukorpannan menjadi glukosa mung1cin
penting. Pada biji tanaman tomat, aktivitas
p - mananase teIhitung rendah ketika
kons$asi ABA tinggi (Toorop Bt aI.•
1998). Hal tersebut sangat mungkin bahwa
k.ehadiran l\BA menghambat aktivitas endo
ヲSMセ。ウ・@
dalam biji tomato Namun
demikian, studi f3-mananase pada donnansi
umbi 4morphophallus masih terbatas.
1 Pemeeahan dormansi pada tanaman
iles-ileS mungkin juga dipengaruhi oleh
pemberian pupuk. Pada percobaan pot
menggpnakan umbi bibit 100 g yang
dilakulCan oleh Santosa et al. (2013)
menunjukkan bahwa pemberian knセ@
nyata 1° men1.Ulda waktu panen dan
menfngkatkan jumlah· daun. Gupta dan
°bahwa
Kaur
(2000)
menyatakan
セォ。エョ@
ketersediaan nitrogen akan
menguiduksi enzim yang mendegradasi
karbohidrat dan metabolism nitrogen seperti
PEP - Farboxilase dan NADP - dependent
isocitrate, sebingga pada gilirannya akan
memecahkan dormansi.
I Seperti
disajikan pada Tabel 2,
daun terakhir dari tanaman kontrol mulai
layu (senesen) pada 18 MST. Pada tanaman
yang dtberi perlakukan hormon, layu dapat
ditunda bingga 2 minggu. Menari.1cnya,
pada tanaman iles-iles ° yang diberi
ー・イャセ@
knセ@
dapat menghindari
dormansi dengan cara menge1uarkan daun
baru atau menunda Iayu. Daun-datm baru
munculi sebagaian besar pada 6 mingu
setelah I pemberian KNC>,. Santosa Bt aI.
(2011; 2013) menunjukkan bahwa masa

bidup daun dipengaruhi oleh pemberian
pupuk nitrogen dan kalium, dimana
pemberian nitrogen dosis tinggi abn
mempersingkat masa bidup datm sementara
aplikasi kaliwn lebih tinggi 50 kg K 20lha
meningkatkan umur datm. Sugiyama dan
Santosa (2008) menyatakan bahwa jumlah
daun iles-iles teIgantung pada umur
tanaman, dan ukuran lDllbi saat tanam;
wnbi keeil akan menghasilkan daun yang
lebih banyak dari pada umbi besar. Dalam
pereobaan
perlakuan knセ@
nyata
meningkatkan jumlah da1.Ul tanaman ilesiles seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.
Peningkatan
jumlah
daun
tersebut
kemungkinan berhublDlgan dengan aplikasi.
nitrogen dan kalium, yang diperkuat oleh
Santosa Bt aI. (2011; 2013).
Peningkatan jumlah daun pada
tanaman
dengan perlakukan KN03
merupakan fakta penting dalam kaitannya
dengan peningkatan produktivitas. Menurut
Sugiyama
dan
Santosa
(2008).
pertumbuhan
akar
baru
pada
Amorphophallus
sebanding
dengan
pertumbuhan da1.Ul baru. Dengan demikian,
muneulnya daun-daun baru dari tunas yang
mulai dorman diharapkan akan memaeu
muneulnya
akar-akar baru.
Seperti
dikemukakan Sugiyama dan Santosa
(2008), akar-akar baru keluar dari pangleal
daun yang baru, sehingga tidak adanya
daun barn.Pari tanaman menjadi salah satu
penyebab ukuran umbi yang dihasilkan juga
Iebih keeil. Keterbatasan jumlah akar bam
telah lama diduga menjadi penyebab
keterbatasn
tanaman
iles-iles untuk
memanfaatkan nutrisi.
Spekulasi rendahnya kemampuan
akar dalam menyerap hara diajukan
et aI. (2004). Dalam
Sumarwoto
penelitiannya, tanaman iles-iles tidak
menunjukkan pengaruh berbeda setelah
diberikan kalium dan fospor. Penelitian
Mine et aI. (2010) menyatakan bahwa
produktivitas dan dormansi iles-iles
volume
tergantung pada volume ー・イ。ォセ@
perakaran yang kecil dapat membatasi
kemampuan memanfaatkan air dan juga
memberikan stress mekanis. Santosa Bt aI.
(2013)
menyatakan
bahwa
iles-iles
membutuhkan knセ@
Icbm banyak bila

dhilea.

un.

98

diberikan melalui akar dari pada jika
diberikan melalui daun.
: Dari penelitian ini, umbi yang lebih
besar Idapat diperoleh dar! tanaman diberi
pupuk KN03 (fabel 4), dan penirJgkatan
tersebut kemungkinan berkaitan dengan
jumlah daun (Tabel 1). Pada penelitian ini.
bobot umbi sebenarnya masih dapat
meningkat jika panen dari tanaman
perlakuan KNOJ dilakukan setelah dorman
alami. Saat panen, beberapa tanaman
perlakuan KNOJ masih berdaun hijau.
Sugiyama dan Santosa (2008) menyatakan
bahwa
panen umbi iles-iles komersial

I
dllakukan pada saat tanaman masuk masa
dorman. Namun demikian, masih perlu
penelitian ャ。セェオエョ@
apakah peningkatan
ukurarl. umbi setelah aplikasi KN03 juga
meningkatkan kandungan glukomanan. N
dan K pada tanaman umbi-umbian
mempengaruhi produksi dan kadar pati
(Singh et al., 1993; Das et al., 2003).

Bewley, J. D. and M. Black. 1994. Seeds.
Physiology of Development and
Germination., 2nd edn. New Yo::-k and
London: Plenum Press.
ZセイゥNオヲ、L@
P.Q., R.J Summelfie1d, R.
Asiedu and P. V. Vara Prasad. 2001.
Dc;manty in yams. Expl. Agric. 37:
147-181.
Das, S., H. Sen and A. Basu. 2003. Effect
of soil applied nitrogen and potash
of
severity
fertilizers
on
Phytophthora blight and yield of taro
(Colocasia esculenta var antiquorum)
under field condition. Indian J. Agric.
Sci. 73 (12):625-655.
Gupta, A.K., and N. Kaur. 2000.
Carbohydrate reseves in plants:
synthesis and regulation. Elsevier
Publ.372p.
Jansen, P.C.M, C. van der Wille. and
\V.L.A.
Hetterscheid.
1996.
Amorphophallus Blume ex Decaisne.
In: M Flach and F. Rumawas (eds.).
PROSEA 9: Plant yielding non-seed
carbohydrates.
Backhuys
Publ.
Leiden. p. 45-50.
Liu, P. Y., S.L. Zhang and X G. Zhang.
1998. Research and utilization of
AmorphophalJus in China. Acta Bot.
Yunn. Suppl X: 48-61.
J\1artLn, F.W. and E. Cabanillas. 1976.
Stimulating the sprouting of yam
tubers with ethephon. J.
Agric.
University of Puerto Rico 60:592595.
Mine, Y., E. Santosa, W. Amakiand N.
Sugiyama. 2010. Effects of rooting
volume and the number of plants per
pot on the growth of A morphophallus
muelleri Blume. Indonesia J. Agron.
38(3):238-242.
Santosa, E. 2006. Edible Amorphophallus
species in Indonesia. Dissertation.
Global Agriculture and Life Sciences,
The University of Tokyo, Japan.
148p.
Santosa, E. I. Setiasih, Y. lvfine and N.
Sugiyama. 2011. Nitrogen and
potassium applications on growth of
A morphophallus muelleri Blume.
Indonesia 1. Agron. 39 (2):118-124.
Santosa, E., N. Sugiyama, E. Sulistyono
and D. Sopandie. 2004. Effects of

KESIMPULAN
PembJrian KN03 melalui daun sebelum
dorman dapat menginduksi daun
bam, sehingga dapat menunda dormansi
pada セョ。イ@
iles-iles. Tanaman yang
dipangkas dan chberi hormon yang
mengandung
sitokinin
dan
GA
menunjukkan pertumbuhan sarna dengan
dari
perlakuan
kontrol.
Tanaman
perlakukan
KN0:J
konsentrasi
8%
mengllasilkan umbi lebm besar dari
konsentrasi 4%. La1.1'lbatnya pertumbuha.'"l
daun I akibat keterbatasan akar dalam
memanfaatkan kalium dan nitrogen dapat
diatasij melalui pemberian KNOJ melalui
daun. Pada penelitian ini, namun demikian,
masih belum je1as bagaimana mekanisme
pemberian KNOJ melalui daun dapat
mendorong pertumbuhan daun.

tanamb

UCAPAN TERIMAKASIH
Penelitian ini didanai Progam
Insentif Riset Terapan Kementerian Riset
dan tセォZョッャァゥL@ I
Republi Indonesia Hibah
Nomor: RT-2010-864 year 2010.

DAFTAR PUSTAKA

99
99

セエ・イゥョァ@
fi'equency on the growth of
fIephant foot yams. Jpn J. Trop.

completion of germination. Pp 16-28.
P.E. Toorop (Hd). The role of endo
f3-mananase activity in tomato seed
germination. Wageningen University.
Wickham. L. D .• H.C. Passam and L.A
Wiliron 19M. Dmmancyresponses
to post-harvest application of growth
regulators in Dioscorea species. 2.
Dormancy responses in ware tubers
of D. alata and D. esculenta. 1. Agric.
Sci. 102:433-436.
Yamazaki. H.. T. Nishijima and M.
Koshioka. 1995. Changes in abscisic
acid content and water status in bulbs
of Allium キ。ォpセ@
Araki throughout
the year. J. Jpn. Spc. Hort.. Sci. 64
(3):589-598.
Zhang. D .• Q. Wang and S.S. George. 2010.
Mechanism of staggered multiple
seedling
production
from
Amorphophallus
bulbifer
and
Amorphophallus muelleri and its
application to cultivation in southeast
Asia. Trop. Agric. Dev. 54 (3):84-90.
Zhang. S.L.. and Y. Liu 2006. Smali
konjac could be a big industry in
China's new countryside. Pp 1-5.
Proceeding 56. National Konjac
Symposium. Iianshi. Hubei (China).
Zhang. Y.. B. Xie and X Gan. 2005.
Advance in the applications of konjac
glucomannan and its derivatives.
Carbohydrate Polymers 60(1): 27-33.

iAgric.48:235-239.

Santosa, E.• N. Sugiyama, S. HikosaIca. S.
Kawabata.
セュッイーQキィ。ャX@

2003.

Cultivation

of

muelkri Blume in

timber forests of East Java, Indonesia.
Jpn.1. Trop. Agric. 47 (3): 190-197.

Santolla. E.•S. Halimab. AD. Susila, AP.
!Lontoh. Y. Mine. and N. Sugiyama'
2013. Application KNQ, .on the
,growth
and
development
of
Amorphophallll8 muelleri Blume. J.
Agron Indonesia 41 (3):228-234.
Sen, H.. P.K. Das and D.B. Goswami.
!1996. Growth and conn production of
blephant foot yams as affected by
seed corm sm; セN@
NK nutrition
and harvesting date and evaluation of
the low cost storage methods. In G. T.
Kurup. MS. Palaniswami. V.P. Potty.
G. Padmaja, S. Kabeerathumma and
S.V. Pillai (Eds.). Tropical Tuber
bops: Problems, Prospects and
Future Strategies. Sci. Publ.. USA Pp
298-305.
singbJ J.P.• MK. Singh and R.D. Singh.
11993. Response of nitrogen and
potassium on growth. yield and
quality of Colocasia. Indian I. Hort.
50 (3):265-268.
Sugiyama. Nand E. Santosa. 2008. Edtble
.Amorphophallus
in' Indonesiafotential Crops in Agroforestry.
Gajah Mada Press. Yogyakarta.
Indonesia. 125p.
Sumarwoto.
2004. Aspek Agronomi DesI
Des
(Amorphophallll8
muelleri
Bhnne). Dissertasi. Sekolah Pasca
Sajana IPB, Bogor, Indonesia 150
hal.
Suttlej J.C. 1996. Dormancy in tuberous
OIgans: problems and prospective. Pp
133-143. In G.A. Lang (ed.). Plant
pormancy: Physiology. biochemistry
and
molecular biology.
CAB
International Wallingford. UK.
Toorop. P.E.. ID. Bewley and H.W.M
Hilhorst 1998. Endo f3-mannanase
isoforms are present in the endosperm
cap and embIyo of tomato seed, but
not
essentially linked to the
I

100

PERAGI
Perhlmpunan Agronoml

UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA

Indonesia

Pengu'atan Ketahanan Pangan
Dalam Menghadapi Perubahan Iklim
13 - 14 November 2014

Prodi Agronomi
Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret
Surakarta

ISBN 978-602-72421-0-4

DAFTARISI
$AMBUTAN MENTERI PERTANIAN REPUBUK INDONESIA .............................................. Iff
I
SAMBUTAN
KETUA UMUM PENGURUS PUSAT PERAGL................................................... VII.•
I

.



. SAMBUTAN REKTOR UNIVERSITAS SEBElAS MARET ......................................................... IX
KATA PENGANTAR KETUA PANmA SEMINAR NASIONAL PERAGI ..................................... xii
DAFTAR 151 ........................................................................................................................... xiv

I

A.IMAKAlAH UTAMA
.1. MAKAlAH UTAMA BMKG

............................................................................. 1-1

2. MAKAlAH UTAMA PERAGI PUSAT

.................................................................... 2-1

3. MAKAlAH UTAMA PASCASARJANA UNS

........................................................... 3.1

B.IMAKALAH PENUNJANG
1. PENGENDALIAN PENYAKIT BUSUK BUAH DAN PENINGKATAN lIASILKAKAO MELALUl
MODIFIKASI PEMA..'II/GKAS.II.N DAN OPTIMASI POPULASI DI KEBUN BERTIPE IKLIM BASAH (AAdi

l'rawoto).
2. DESAIN INDIKATOR KINERJA UTAMA KOMODITAS UNOGULAN
ICUBISDALAM UPAYA
MENINGKATKAN KINERJA SEKTOR PERTANIAN (Achmad Muttnqin t). Alim Setiawan 2»
3. PENGARUH BAHAN PENGAWET TERHADAP MUTU PUREE LABU ICUNING (CUCURBITA MOSCHATA)

(Agus Budiyanto Dan Sri Usmiati).
4. DISPIAY BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT (Agus
gセwャiXLN@
Priatna Sasmita Dan lams Hasmi).
5. PENGARUH PENGGUNAAN .nJMLAH MATA ENTRIS YANG BERBEDAPADA PERBAJIj'YAKAN
M'OKAT SECARA SA.'dBUNG CELAH(Agus Sugiyalno Dm A. Hanafiyah)
6. pセolャferasi@
TUNAS STROBERI SECARA flY VDRO MENOGUNAKAN EKSPLAN BATANG PLANLET
HASIL ICULTUR MERlSTEM(Ahmad SyahrillI\ Siregar).
7. PRbDUKSI BEBERAPA VARIETAS KEDEIAI PADAPENOGUNAAN NUWJRAI!A RlLEYII DAN
BEAUVERlA BA.SSlANA DALAMPENGENOALIAN HAMA(Arlyna B. Pustika, Sri Wahyuni Budiarti, Arif
Anshori, Dan Utomo Bimo Bekti)
S. LIGHT EMITTING DIODES (LEDS) SEBAGAI ALTERNATIF Sm.-lBER CAHAYA PADA KULTUR IN
VITRO (Baiq Dina Mariana)...
9. KESESUAIAN WAKTIJ BERBUNGA 29 KOMBINASI PADI HIBRIDA (Bayu P. Wibowo, htdrnstuti A.
Rumanti, Dan Satoto)...
10. ANAUSIS VEGETASI GULMA PADA TANAM.II.N PADI DI KABUPATEN SLl::MAN 0.1 YOGYAKARTA
(ciansnalia Listyowatit Dan Arlyna Burli Pu..c:tikal )
11. PENINGKATAN PERTUMBUHAN BIBIT TEB (CAMELUA SINENSIS L (0.) KUNlZE) YANG DIBERI
OOSIS FUNGI MIKORIZA. ARBUSICULA DAN ZAT PENGATUR TUMBUH AKAR (CuC!l Suhennan*),
Wieny H Riz.1cy*) Dan bttan Ratna Oewi*)..
12. PENGARUH LAMA PERENDAMAN I.1MBAH SERAT KAYU AREN TERHADAP PERTUMBUHAN
SElADA (LACTUCA SATIVA L.) PADA HIDROPONIK SUBSTRAT (Dwi Hmjolm, Hery Widijanto, Asyrifah
Nur Ami Rohmah)
n. un MASA BERIAKUNYA IABEL PADA BENIHJERUK BEBAS PENYAKIT BEROASARKAN
TBRJADINYA INFEKSI ULANGPENYAKIT HLB DAN CTV D! PENANGKAR BENIH MENDUKUNG
PENGELOLAANLINGKUNGAN BIOTIK (Dwiastuti, Mutia Em & Sri Widyaningsih)
14. PENGARUH INTENSlTAS CEKAMAN AIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN
AlfroSIANIN PAD! HITAM DAN PAD! MERAH (Edi Purwanto Dan Widyabhakti Kisbin1an)
15. APLIKASI KN03 MENUNDA DORMANSI PADA TANAMAN lLES-ILES AMORPHOPHALLUSMUELLERl
(BLuME)(Edi Santosatt, Anas DinUlTO)unan Susila t, Dan AdolfPieter Lontoh?

xiv

10
19

27

31
37
44
51

56
62
69
75
81
89
94

16. APLIKASI PUPUK ORGANIK CAIR BERBAHAN LIMBAH BIOGAS YANG DIPERKAYA
¥IKROORGANISME LOKAL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI GOGO F4 (PENDEK X IR
78581) DITANAH ULTISOL (&Ii Susilo l Dan Hesti pオェゥャG|Siセ@
17. セemtan@
LAHAN PERTANIAN (PADI) BERKELANJUTAN BERBASIS SISTEM INFORMASI
GEOGRAFIS (STUDI KASUS DI ICABUPATEN BANGKALAN MADURA) (Eko Mumiyanto"l, Fmnan Farid
Muhsoni And Mustika Tripatma.-an)
18. KAJIAN SISTEM TANAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DI LAHAN KERi'NG
D.LYOGYAKARTA (Eko Srihartanto D311 Sri W!1hyoni Budiarti)
19. TElCNIK PEMATAHAN DORMANSI BENIH PADI (ORYZ4 &t11VA) DAN BENIH SAGA (ABRUS
PRECATORIUS) (Elfiani)
20. KARAKTERISASI 13 VARIETAS BUAH PAMELO (CURUS GRANDIS OSBECK) HASILKONSERVASI DI
DATARAN RENDAH (Emi Budiya1i, Umi Nurul T Dan Saknr)
21. PENGUJIAN PEMBERIAN BERBAGAl BOKASHI PUPUK KANDANG DAN GA3 TERHADAP
PERTIIMBUHAN CABE MERAH (CAPS/CUMANNlI!!M.L) (Emi Sa...-i Ritonga,-l.ulfikri-HlIIlIhap, Jakoni)
22. RESPON BENIH APEL BINTANG (CHRYSOPHYLLUM CAINITO L.) PADA BERBAGAI TINGKAT
KEMASAKAN TERHADAP PENYIMPANAN (Elldang Selia Muliawati I), SukayaI), Kiky Natasya2l)
23. ¥ETODE un PENETAPAN KADAR AlR BENffi UNTUK SERTlFIKASI BENIH PALA (MYRISTICA SPP.)
(Eny Wid1\iati I, Faiza2, Siti Nur Apriyani)
24. AKLIMATISASI BIBIT DUA VARIETAS PISANG (A-fUSA PARADlSlACA LJ DmmAN BEBERAPA
MACAM PGPR (PLANI GROWTH PROMOTIMJ RHIZOB..4CTERlA) (Fatatul Muyasaroh, M Ih.."l1Il Dan .....ri
セI@

101
108
117
121
126
133
137
143
152

25. PENGARUH PUPUK UREA TERHADAP PRODUKSI DAN KANDUNGAN ASIATIKOSIDA PADA
TANA.'vIAN PEGAGAN (CENIELLAASIATICA (1..) URBAN.) (Fauzi, Endang Broto Joyo, Hero Sudrajad)
26. KERAGAMAN CENDAWAN ENDOFIT PADI PADA BERBAGAI VARIETAS DANCARJ\.. DUDIDAYA (filIi
fセ。wイ、ョゥャᄋdhjGiエQ^N@
27. PENGUJIA.."I METODE SRI (THE SYSTEM OF RICE INI'ENSIFICATION) PADA BUDIDAYA PADI SAWAH
(OR'YZA S417VA L) DI DESA PADAi'llG MUTUNG KECAMATAN KAMPAR KABUPATEN KAMPAR
(Gunawan Tabranit, Ralunad Hidayar, Nurbaitil)
28. ANALISIS NILAI TAMB..ui SAYUR-ul DATARAN TINGGI DALAM RANGKAMENINGKATKAN
KESEJATERAAN PETANI (NovitaMw:yam I) Lindawati Kartika Rセ@
29. KAR4.K.TERISTIK PETANI PADA LOKASI PENDAMPING.-ul PIT JAGUNG DI NUSA TENGGARA
rp,WR (Helena Os Siva Dan Y Leki Seran)..
30. pセngua@
VAR1ErAS UNGGUL DALAM MENDORONG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS
JAGUNG DI KABl'PATEN MALAlCA(Yohanf$ LekiSemn l, d。ョh・ャsゥカセ@
31. PlmGARUH MEDIA, HORMON lBA (INDOL.3·BUTYRIC ACID) DAN PUPUK TERHADAP
ph1UCEMBANGAN SEMAI STEK PUCUK JATI UNGGUL (Hendm Hebnanto, Frisca Damayanti Dan Angga
Yudaputra)
32. PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI HITAM AKIBAT AMELIORASI TANAH MINERAL
BERGAMBUT SULFAT MASAM (Hf$ti Pujiwati\ MunifGhularnahdl, Sudinnan Yahya3, Oteng Haridjaja4,
Sandra A. A:D:i)..
33. TEKNOLOGI EFISIENSI FEMANFAJ\..TAN AIR TANAM.-ul PADI DI DAERAH ALIR-\N SUNGAI (DAS)
YEH HO PROVINSI - BALI (I GustiKomq DamArsana)
34. PENGEMBANGAN KOMPONEN TEKNOLOGI PEJIlGOLAHAN TANAH PADA LAHAN SUB OPfIMJ\..L
uNruK PADl GOGO Qdrus Hasrau, Prayitno, Priatna Sasmia, Widyuntoro)
35. DAYA GABUNGDAN HETEROSIS KARAKTER KOMPOSISI GIZIDA...."I lIASIL GALUR JAGUNG MUTAN
UNPAD BERDASARl

Dokumen yang terkait

Pengaruh Konsentrasi Dan Frekuensi Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh Kinetin Terhadap Pemecahan Dormansi Pucuk Tanaman Teh (Camellia sinensis L.) Produksi

0 38 103

Aplikasi Pupuk Kandang Sapi pada Beberapa Varietas Tanaman Bayam (Amaranthus spp)

0 32 54

KNO3 Application Affect Growth and Production of Amorphophallus muelleri Blume

0 1 7

Pengaruh Pupuk Nitrogen Terhadap Kerapatan Kristal Kalsium Oksalat pada Umbi Porang (Amorphophallus muelleri Blume)

0 2 6

Peta Persebaran Porang (Amorphophallus muelleri Blume) Berdasarkan Topografi Wilayah di Malang Raya

0 0 5

Kerapatan dan Bentuk Kristal Kalsium Oksalat Umbi Porang (Amorphophallus muelleri Blume) pada Fase Pertengahan Pertumbuhan Hasil Penanaman dengan Perlakuan Pupuk P dan K

0 0 5

Peta dan Struktur Vegetasi Naungan Porang (Amorphophallus muelleri Blume) Di Wilayah Malang Raya

0 4 5

PENGARUH LAMA PENGGILINGAN DENGAN METODE BALL MILL TERHADAP RENDEMEN DAN KEMAMPUAN HIDRASI TEPUNG PORANG (Amorphophallus muelleri Blume) The Effect of Grinding Duration Using Ball Mill on the Yield and Hydration Capability of Konjac Flour (Amorphophallus

0 0 7

PROPORSI TEPUNG PORANG (Amorphophallus muelleri Blume) : TEPUNG MAIZENA TERHADAP KARAKTERISTIK SOSIS AYAM The Effect of Porang Flour (Amorphophallus muelleri): Cornstarch Flour towards Chicken Saussage Characteristic

0 2 10

PENGARUH PENAMBAHAN GEL PORANG (Amorphophallus muelleri Blume) PADA PEMBUATAN KERUPUK PULI The Effect Of Adding The Porang Gel (Amorphophallus muelleri Blume) On Making Crackers Puli

0 0 10