Rencana Program Pengembangan Konservasi Tumbuhan Obat

hanya dengan perseorangan maka perlunya manajemen kolaborasi di antara pihak- pihak yang terlibat agar dapat mengakomodir seluruh elemen. Hal yang paling penting dalam program pengembangan tumbuhan obat adalah adanya kemauan untuk melakukan dan memulai disertai kreativitas kepala sekolah, guru dan orang tua dalam manajemen kolaborasi.

5.5 Rencana Program Pengembangan Konservasi Tumbuhan Obat

Hasil wawancara dengan responden yang telah ditabulasi dan telah mengidentifikasi beberapa hal, seperti kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam pengembangan tumbuhan obat yang dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20 Hasil pendekatan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pengembangan konservasi tumbuhan obat di SDN Pengadilan 5 Bogor Kekuatan Kelemahan 1 untuk kesehatan, 2 praktis di saat darurat, 3 penghijauan, 4 pengetahuan, 5 hiasan, 6 murah meriah, 7 aman, 8 alamiherbal, 9 alternatif pengobatan secara tradisional 10 tidak ada efeksamping 11 mudah dicari 1 tidak adanya tempat atau lahan berupa tanah, 2 kesulitan mempraktikan atau aplikasi 3 kurangnya pengetahuan guru, 4 perawatan, 5 banyaknya jumlah murid 6 waktu luang 7 sumber pendanaan yang jelas, 8 kurangnya kualitas guru, 9 kurangnya optimalisasi peran komite sekolah Peluang 1 adanya antusiasme siswa, 2 adanya jaringan kerja yang berasal dari orang tua siswa, 3 sumber pembiayaan dapat melalui komite sekolah HambatanAncaman 1 mengganggu jam pelajaran, 2 tidak adanya penanggung jawab, 3 melibatkan murid dalam kegiatan menanam Kekuatan atau manfaat dalam pengembangan konservasi tumbuhan obat, diantaranya adalah 1 untuk kesehatan, 2 praktis di saat darurat, 3 penghijauan, 4 pengetahuan, 5 hiasan, 6 murah meriah, 7 aman, 8 alamiherbal, 9 alternative pengobatan secara tradisional, 10 tidak ada efek samping, dan 11 mudah dicari. Beberapa di antaranya sesuai dengan 10 kelompok manfaat tumbuhan obat dari berbagai sudut pandang yang diklasifikasikan oleh Zuhud 2007, yaitu manfaat medis kesehatan, manfaat estetis keindahan, manfaat bisnis usaha, manfaat financial keuangan, manfaat hobi kesenangan, manfaat pendidikan pembelajaran, manfaat konservasi pelestarian, manfaat budaya, manfaat ekologis, dan manfaat sosial kemasyarakatan. Berdasarkan hasil wawancara, ditemukan beberapa kelemahan dalam pengembangan tumbuhan obat, diantaranya adalah jawaban tersirat dan tersurat. Jawaban tersurat atau terucap secara lisan, yaitu 1 tidak adanya tempat atau lahan berupa tanah, 2 kesulitan mempraktikan atau mengaplikasikannya, 3 kurangnya pengetahuan guru, 4 perawatan, 5 banyaknya jumlah murid, dan 6 waktu. Selain jawaban yang terucap teridentifikasi juga beberapa kelemahan tersirat, yaitu 1 sumber pendanaan, 2 kurangnya kualitas guru, dan 3 kurangnya optimalisasi peran komite sekolah. Beberapa peluang yang dapat mewujudkan keberhasilan pengembangan 1 adanya antusiasme siswa, 2 adanya jaringan kerja yang berasal dari orang tua siswa, dan 3 sumber pembiayaan dapat melalui komite sekolah. Antusiasme siswa yang positif dapat dijadikan peluang dalam pembentukan kelompok untuk perawatan tumbuhan obat. Jaringan kerja yang berasal dari orang tua sekolah merupakan peluang yang sangat menunjang karena dapat memudahkan dalam program pengembangan tumbuhan obat. Sebenarnya adanya jaringan kerja tersebut sangat menguntungkan dalam hal kebutuhan partner, tetapi tidak adanya perapihan database mengakibatkan pihak sekolah harus mencari pihak-pihak yang dapat diajak bekerja sama sesuai dengan kebutuhan tentang pengembangan tumbuhan obat. Beberapa tantangan dalam pengembangan konservasi tumbuhan obat di SDN Pengadilan 5 Bogor, sehingga perlu diantisipasi agar tidak menjadi hambatan dalam program. Tantangan yang teridentifikasi di antaranya adalah, 1 mengganggu jam pelajaran, 2 tidak adanya penanggung jawab, dan 3 melibatkan murid dalam kegiatan menanam. Berdasarkan pendekatan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dari hasil wawancara responden diperoleh rencana strategis yang dapat dilakukan di SDN Pengadilan 5 Bogor, antara lain : 1. Pembentukan kelompok sebagai sumber informasi dan pengembangan program tumbuhan obat, 2. Sosialisasi pemanfaatan tumbuhan obat, 3. Mendekatkan tumbuhan obat kepada ekstrakurikuler atau mata pelajaran yang terkait, 4. Penguatan lembaga, 5. Kerjasama dengan pihak-pihak di luar sekolah, dan 6. Peningkatan kualitas guru. Program kegiatan yang dapat dilaksanakan untuk mengakomodir permasalahan dan melibatkan seluruh pihak di sekolah, diantaranya adalah : 1. Membuat kelompok, 2. Mengadakan sekretariatan 3. Pembuatan jadwal piket perawatan TOGA, 4. Membuat label tumbuhan obat yang sudah ada di sekolah, 5. Pelatihan, 6. Up grading, 7. Menambah koleksi TOGA dengan metode tanam verticulture, 8. Membuka hubungan kerjasama dengan orang tua siswa. 9. Menyisipkanmemasukkan materi tentang tumbuhan obat ke dalam mata pelajaran lainnya, missal untuk latihan soal matematika, IPA dan lainnya. 10. Membuat poster-poster publikasi yang menarik. Selain pelaksanaan program-program tersebut sebaiknya dalam penyampaian materi selain dilakukan di dalam kelas juga dilakukan diluar kelas dengan sebanyak mungkin keterlibatan aktif siswa aktif. Metode yang digunakan selain ceramah, diskusi, bercerita juga praktikpengamatan lapang. Praktikpengamatan lapang dilakukan untuk memberikan pemahaman yang lebih kepada siswa didik, karena dengan siswa melakukanpraktek langsung di lapangan diharapkan materi yang mereka pelajari akan langsung mereka rasakan manfaatnya dan kepentingannya Sutrisno et al 2007.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Pengetahuan dan sikap responden terhadap konservasi tumbuhan obat di sekolah, yaitu: a. Siswa: pengetahuan sedang dan sikap positif. b. Guru: pengetahuan tinggi dan sikap positif c. Kepala sekolah: pengetahuan tinggi dan sikap positif d. Orang tuakomite sekolah: pengetahuan rendah dan sikap positif. Responden mengetahui arti tumbuhan obat, pernah mengkonsumsinya, mau dan suka mengkonsumsi tumbuhan obat serta setuju ada tumbuhan obat di sekolah sebagai upaya konservasi. 2. Permasalahan pengembangan konservasi tumbuhan obat di SDN Pengadilan 5 Bogor, yaitu lahan yang sempit, kurangnya pengetahuan guru yang aplikatif, tidak adanya alokasi dan sumber dana yang jelas, kurangnya kualitas guru dan kurang optimalnya peran komite sekolah.

6.2. Saran

Perlunya mengaplikasikan rencana atau program pengembangan konservasi seperti: 1. Membuat kelompok, 2. Mengadakan sekretariatan, 3. Pembuatan jadwal piket perawatan TOGA, 4. Membuat label tumbuhan obat yang sudah ada di sekolah, 5. Pelatihan Up grading, 6. Menambah koleksi TOGA dengan menanam dalam pot, 7. Membuka hubungan kerjasama dengan orang tua siswa, 8. Menyisipkanmemasukkan materi tentang tumbuhan obat ke dalam mata pelajaran lainnya, misal untuk latihan soal matematika, IPA dan lainnya. 9. Membuat poster-poster publikasi yang menarik.