LABORATORIUM FARMAKOLOGI
DIPLOMA - III
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang untuk digunakan pada bagian luar badan kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian
luar, gigi dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik,
memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit. Meskipun kosmetik umumnya dipakai pada
kulit, tidak tertutup kemungkinan efek sampingnya mengenai daerah lain misalnya iritasi pada mata, pada pemakaian shampo dan tata rias.
Selain menyebabakan efek lokal ditempat kontak, suatu toksikan akan menyebabkan kerusakan jika diserap oleh organisme itu. Absorpsi bisa
terjadi lewat kulit, paru-paru dan beberapa jalur lain. Salah satu jenis efek yang terjadi akibat pejana kulit terhadap toksikan adalah iritasi primer
kulit. Iritasi adalah suatu reaksi kulit terhadap zat kimia misalnya alkali kuat, asam kuat, pelarut, dan detergen. Iritasi primer terjadi ditempat kntak
dan umumnya pada sentuhan pertama.
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA
Page 1
LABORATORIUM FARMAKOLOGI
DIPLOMA - III
B. Maksud dan Tujuan 1. Maksud Percobaan
Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk Menguji efektifitas penggunaan kosmetik yang dapat menyebabkan iritasi pada
hewan uji coba kelinci Oryctolagus cuniculus.
2. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui efek kosmetik dengan mengamati gejala toksiknya berupa edema dan
eritema pada kulit hewan coba kelinci Oryctolagus cuniculus.
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA
Page 2
LABORATORIUM FARMAKOLOGI
DIPLOMA - III
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Iritasi
Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen,
menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi dan keluhan gatal. Dermatitis
kontak adalah reaksi fisiologik yang terjadi pada kulit karena kontak dengan substansi tertentu, dimana sebagian besar reaksi ini disebabkan
oleh iritan kulit dermatitis kontak iritan dan sisanya disebabkan oleh alergen dermatitis kontak alergi yang merangsang reaksi alergi.
Dermatitis kontak iritan merupakan inflamasi pada kulit yang bermanifestasi sebagai eritema, edema ringan dan pecah-pecah. DKI
merupakan respon non spesifik kulit terhadap kerusakan kimia langsung yang melepaskan mediator-mediator inflamasi yang sebagian besar berasal
dari sel epidermis. Istilah dermatitis kontak iritan atau iritasi menunjukkan suatu
reaksi yang berubah terhadap suatu bahan tertentu yang tidak melibatkan sistem imun tubuh dapat terjadi pada setiap orang, dan ada beberapa
faktor-faktor tertentu yang memegang peranan seperti keadaan permukaan kulit, lamanya bahan bersentuhan dengan kulit, usia pasien, adanya oklusi
dan konsentrasi dari bahan. Gejalanya eritema kemerahan dan vesikulasi berair, disertai rasa gatal dan panas. Dermatitis kontak iritan ini dapat
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA
Page 3
LABORATORIUM FARMAKOLOGI
DIPLOMA - III
terjadi akibat pemakaian kosmetik, terutama yang mengandung bahan bersifat asam, basa, dan abrasif.
Adakalanya suatu bahan kimiawi menyebabkan suatu respons iritasi pada kulit sebagai contoh : sabun, jika disertai dengan mencuci
berulang-ulang dapat menyebabkan iritasi kulit.
B. Penyebab Iritasi
Iritasi kulit disebabkan oleh suatu bahan dapat terjadi pada setiap orang, tidak melibatkan sistem imun tubuh dan ada beberapa faktor-faktor
tertentu yang memegang peranan seperti keadaan permukaan kulit, lamanya bahan bersentuhan dengan kulit, usia pasien, adanya okulasi dan
konsentrasi dari bahan.
Hal-hal yang dapat menyebabkan iritasi: 1. Reaksi Kulit terhadap Bahan Pengawet
Reaksi kulit terhadap bahan pengawet yang terdapat di dalam kosmetika dan obat-obat oles, dapat berupa dermatitis eksema
dengan tanda-tanda kulit kering, bersisik, merah, berlepuh sampai basah atau retak-retaknya kulit. Reaksi bisa ringan atau berat dan
biasanya disertai dengan rasa terbakar dan gatal. Reaksi dapat timbul sebagai urtika atau kadang-kadang berupa pembengkakan lokal.
Sering terjadi timbulnya reaksi kulit pada pemakaian pertama kali dari
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA
Page 4
LABORATORIUM FARMAKOLOGI
DIPLOMA - III
obat oles atau kosmetika pada kulit yang terluka atau sedang mengalami iritasi.
2. Reaksi Kulit Terhadap Sabun dan Deterjen
Reaksi kulit terhadap pemakaian sabun dan detergen dapat terjadi berdasarkan iritasi kulit akibat pemakaian yang berlebihan.
Terjadinya iritasi kulit oleh pemakaian sabun kemungkinan disebabkan oleh sifat alkalis sabun disertai dengan daya menghapus minyak dari
kulit dan sifat iritasi dari asam lemak. Pernah dilaporkan terjadinya depigmentasi kulit oleh pemakaian sabun yang mengandung fenol.
Sabun sebagai iritan utama dapat merupakan faktor yang memperlambat penyembuhan dari eksema pada tangan. Untuk
menghindari reaksi iritasi ini, kurangi pemakaian sabun.
3. Salah Kosmetik Sebabkan Iritasi Kulit Kulit yang wajah sensitif cepat sekali memberikan reaksi iritasi
jika salah dalam merawatnya. Biasanya, kulit wajah yang sensitif akan cepat memerah jika kosmetika yang dipakai tidak cocok. Terasa pedih
dan kemudian akan muncul bintik-bintik merah yang mengakibatkan kulit menjadi mudah teriritasi. Alkohol yang terkandung dalam
kosmetik biasanya sering menyebabkan iritasi. Berikut sebagai contoh bahaya dari kosmetik yang mengandung
merkuri dapat menyebabkan:
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA
Page 5
LABORATORIUM FARMAKOLOGI
DIPLOMA - III
1. Gangguan pada saraf Dilansir, Husinah Rubuna Thamrin Akib dari BPOM mengatakan bahwa merkuri sangat berbahaya karena
termasuk logam berat. Sekecil apapun merkuri yang masuk ke dalam tubuh akan menjadi racun. Salah saru efek samping
pemakaian merkuri adalah gangguan pada saraf. Anda akan mengalami kasus, seperti alzheimer dan parkinson dengan gejala
insomnia, gemetar, gangguan penglihatan, pikun, depresi, dan disorientasi ruang. akibat memakai kosmetik bermerkuri.
2. Memperlambat pertumbuhan janin nerkuri yang tidak bisa dibuang oleh ginjal, ditumpuk di badan dan akan masuk ke janin ketika
Anda hamil. Dengan begitu, akan bisa memperlambat pertumbuhan janin dan si anak juga akan mengalami autisme.
3. Wajah akan menjadi lebih rusak Krim yang mengandung merkuri pada awalnya memang terasa manjur dan membuat nampak putih
berseri. Tapi, lama-kelamaan kulit akan menghitam dan menyebabkan jerawat semakin parah. Selain itu, wajah juga akan
timbul flek-flek hitam yang sangat parah. 4. Merusak lapisan kulit bawah Jika disinari dengan lampu
diagnostik, maka kulit yang memakai krim bermerkuri akan terlihat biru di bawahnya dikarenakan sel kulit tersebut sudah mati.
Selanjutnya, bisa mengakibatkan kanker kulit.
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA
Page 6
LABORATORIUM FARMAKOLOGI
DIPLOMA - III
5. Kerusakan pada ginjal Bau urin akan menjadi tajam setelah memakai krim bermerkuri. Selain itu, orang yang memakai krim
bermerkuri juga akan merasakan sakit pinggang. Namun, bukan karena kelelahan tapi karena logam berat yang menumpuk di ginjal
sehingga bisa mengakibatkan gagal ginjal. 6. Penyakit kanker Pemakaian kosmetik yang mengandung bahan
merkuri lama-kelamaan akan mengakibatkan kanker kulit, kanker payudara, kanker leher rahim, kanker paru-paru, dan jenis kanker
lainnya. Efek samping yang ditimbulkan jika memakai kosmetik berbahan merkuri itu tentunya sangat membahayakan kesehatan.
Sekali masuk dalam tubuh, merkuri sangat sulit bahkan hampir tidakmungkin dikeluarkan. Untuk itu, Anda harus berhati-hati
dalam memilih kosmetik. Pastikan kosmetik yang digunakan aman dan sudah terdaftar oleh BPOM atau badan kesehatan dunia yang
dapat dipertanggungjawabkan. Jangan juga tergiur krim pemutih yang berdar di pasaran, sekalipun harganya mahal.
C. Mekanisme Iritasi
Dermatitis kontak iritan atau iritasi merupakan kelainan sebagai akibat pajanan dengan bahan toksik non-spesifik yang merusak epidermis
danatau dermis. Umumnya setiap orang dapat terkena, bergantung pada kapasitas toleransi kulitnya. Penyakit tersebut mempunyai pola
monofasik, yaitu kerusakan diikuti dengan penyembuhan.
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA
Page 7
LABORATORIUM FARMAKOLOGI
DIPLOMA - III
Dermatitis kontak iritan dapat terjadi melalui dua jalur: efek langsung iritan terhadap keratinosit dan kerusakan sawar kulit. Efek
langsung iritan pada keratinosit, pada iritasi akut, penetrasi iritan melewati sawar kulit akan merusak keratinosit dan merangsang pengeluaran
mediator inflamasi diikuti dengan aktivasi sel T. Selanjutnya terjadi akumulasi sel T dengan aktivasi tidak lagi bergantung pada penyebab. Hal
tersebut dapat menerangkan kesamaan jenis infiltrat dan sitokin yang berperan antara Dermatitis kontak Iritan dan Dermatitis Kontak Alergi.
Peradangan hanya merupakan salah satu aspek sindrom iritasi. Apabila terjadi pajanan dengan konsentrasi suboptimal maka reaksi yang terjadi
langsung kronik. Stratum korneum atau kulit ari merupakan sawar kulit yang sangat
efektif terhadap berbagai bahan iritan karena pembaharuan sel terjadi secara berkesinambungan dan proses penyembuhan berlangsung cepat.
Apabila waktu pajanan lebih pendek daripada waktu penyembuhan, sehingga sel-sel keratinosit tidak sempat sembuh, maka akan terjadi gejala
klinis iritasi kumulatif. Kerusakan sawar lipid berhubungan dengan kehilangan daya kohesi antar korneosit dan deskuamasi diikuti dengan
peningkatan trans-epidermal water loss TEWL. Hal tersebut merupakan rangsangan untuk memacu sintesis lipid, proliferasi keratinosit dan
hiperkeratosis sewaktu transient sehingga dapat terbentuk sawar kulit dalam keadaan baru.
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA
Page 8
LABORATORIUM FARMAKOLOGI
DIPLOMA - III
D. Anti Iritasi dan pengobatan
Anti-iritasi adalah aspek vital dari formula perawatan kulit. Apapun penyebabnya, iritasi adalah permasalahan untuk semua jenis kulit,
namun sangat sulit untuk dihindari. Entah karena matahari, kerusakan oksidatif dari polusi, atau dari produk perawatan kulit yang digunakan,
iritasi dapat menjadi permasalahan terus-menerus bagi kulit. Ironisnya, bahkan bahan-bahan yang di butuhkan seperti zat-zat tabir surya,
pengawet, exfoliant kulit, dan zat-zat pembersih dapat menyebabkan iritasi. Bahan-bahan lain, seperti pewangi, methol, dan ekstrak tanaman
yang menyebabkan kulit sensitif, adalah penyebab utama iritasi dan umumnya tidak memberikan hasil yang menguntungkan bagi kulit jadi
penggunaan zat-zat ini tidak berguna,setidaknya jika serius ingin menciptakan dan mempertahankan kulit yang sehat.
Anti-iritasi sangat membantu karena memberikan waktu penyembuhan bagi kulit dan mengurangi permasalahan oksidatif dan
sumber kerusakan eksternal. Anti-iritasi seperti Metil salisilat bekerja sebagai anti iritan lokal dan mampu berpenetrasi sehingga menghasilkan
efek analgesik.
Pengobatan
Upaya pengobatan dermatitis kontak iritan yang terpenting adalah menyingkirkan pajanan bahan iritan, baik yang bersifat mekanik, fisik
maupun kimiawi. Bila hal ini dapat dilaksanakan dengan sempurna, dan
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA
Page 9
LABORATORIUM FARMAKOLOGI
DIPLOMA - III
tidak terjadi komplikasi, maka dermatitis iritan tersebut akan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan topikal, mungkin cukup dengan
pelembab untuk memperbaiki kulit yang kering. Apabila diperlukan, untuk mengatasi peradangan dapat diberikan
kortikosteroid topikal, misalnya hidrokortison, atau untuk kelainan yang kronis bisa diawali dengan kortikosteroid yang lebih kuat.
Pemakaian alat pelindung yang adekuat diperlukan bagi mereka yang bekerja dengan bahan iritan, untuk mencegah kontak dengan bahan
tersebut.
E. Uraian Hewan Coba
A. Klasifikasi Hewan Kelinci Festing : 1979 Kingdom : Animalia
Fillum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Lagorhapha
Familia : Lapordidae
Genus : Oryctolagus
Spesis : Oryctolagus cuniculus
B. Karakteristik Hewan Kelinci Festing : 1979 Lama hidup
: 8 tahun Suhu tubuh normal
: 39,5ºC Volume darah
: 5-66
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA
Page 10
LABORATORIUM FARMAKOLOGI
DIPLOMA - III
Masa tumbuh : 38,5 hari
Masa puberitas : 4 bulan
Masa beranak : 5 kali dalam setahun
Masa hamil : 28-36 hari
Jumlah sekali lahir : 5-6 ekor
Frekuensi kelahiran : 3-4 kalitahun
Luas permukaan tubuh : 12,89 kg
Bobot badan dewasa Jantan
: 2-5 kg Betina
: 4-6,5 kg Bobot lahir
: 30-100 g C. Morfologi Hewan Kelinci Festing : 1979
Kelinci Orytolagus cuniculus berpungung melengkung dan berekor pendek, kepalanya pendek dengan daun telinga yang tegak
keatas akan tetapi ada beberapa jenis kelinci yang terkulai ke bawah. Kelinci memiliki bibir yang bagian atasnya terbelah dan bergabung
hingga hidung, beberapa misa atau kumis panjang yang keras atau tepat di hidung. Disekitar mata terdapat beberapa helai bulu mata
yang panjang. Telinga kelinci yang besar dan banyak terdapat saluran darah, kaki belakang kelinci lebih panjang dan kuat dibanding dengan
kaki depannya yang berjari dan berkuku empat, kelinci merupakan hewab pelonoat.
Gigi kelinci tergolong unik, gigi akan terus tumbuh sepanjang usianya. Apabila pertumbuhan gigi semakin panjang, untuk
membatasi pertumbuhan gigi, diusahakan makan yang keras seperti
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA
Page 11
LABORATORIUM FARMAKOLOGI
DIPLOMA - III
jagung yang kering dan sepotong kayu sebagai sarana untuk mengasah gigi dan kukunya.
Sebagian hewan herbivora, kelinci menyukai makanan berupa rumput-rumputan dan daun yang kehijauan segar dengan gigi
tergolong unik yang akan terus tumbuh sepanjang usianya.
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA
Page 12
LABORATORIUM FARMAKOLOGI
DIPLOMA - III
BAB III METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
A. Alat yang digunakan : 1. Alat cukur
2. Gunting rambut 3. Keranjang tempat kelinci
4. Mistar 5. Pensil Spidol
B. Bahan yang digunakan : 1. Aquadest
2. Cream Dokter White 3. Kasa steril
4. Kelinci 5. Lap halus
6. Perban 7. Plester
8. Tissue
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA
Page 13
LABORATORIUM FARMAKOLOGI
DIPLOMA - III
B. Cara kerja
A. Pencukur ‘an kelinci Oryctolagus cuniculus 1. Buat 6 kotak berukuran 2 X 2 pada punggung kelinci, cukur ke-
6 kotak tersebut. 2. Beri batas yang jelas pada kotak tersebut
3. Punggung kelinci bagian kiri untuk kulit yang normal, sedangkan punggung kelinci bagian kanan untuk kulit yang
lecet. B. Pemberian zat uji
1. Sebelum dioleskan zat uji, kulit hewan uji dibersihkan pelan- pelan dengan kapas bersih yang dibasahi air.
2. Lalu kulit diolesi dengan zat uji sesuai dengan dosis yang telah ditentukan.
3. Setelah itu, kulit dilapisi dengan plastik tipis dan kasa steril, dibuat sedemikian rupa sehingga dipastikan hewan uji tidak
dapat menelan senyawa uji yang diberikan. 4. Berikan zat uji 1 hari dan juga lakukan pengamatan gejala
toksik selama 3 hari.
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA
Page 14
LABORATORIUM FARMAKOLOGI
DIPLOMA - III
BAB IV HASIL PENGAMATAN
A. Tabel Pengamatan pada Kulit Normal
Perlakua n
Pengamatan 24 jam Pengamatan 72 jam
Eritema Edema
Eritema Edema
I II
III I
II III
I II
III I
II III
1x oles
1 1
2
2x oles
1 1
1 1
1
Aquades
1
B. Tabel Pengamatan pada Kulit Lecet
Perlakuan Pengamatan 24 jam
Pengamatan 72 jam Eritema
Edema Eritema
Edema I
II III I
II III
I II
III I
II III
1x oles 1
1 1
1 2
2x oles 2
1 2
1 1
Aquades 1
2 1
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA
Page 15
LABORATORIUM FARMAKOLOGI
DIPLOMA - III
B. Tabel Indeks Nilai Eritema dan Edema
Perlakua n
Rata-rata eritema
Indeks eritem
a primer
Rata-rata edema
Indeks edema
primer
Indek s
iritasi prime
r Norma
l Lecet
Norma l
Lecet
1x oles 0,33
0,5 0,415
0,33 0,5
0,415 0,83
2x oles 0,67
0,83 0,75
0,617 0,33
0,25 1
aquades 0,3
1 0,65
0,33 0,165
0,81
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA
Page 16
LABORATORIUM FARMAKOLOGI
DIPLOMA - III
BAB V PEMBAHASAN
Pada praktikum ini, percobaan yang dilakukan adalah uji iritasi primer dengan metode uji temple patch test. Adapun hewan uj yang digunakan adalah
kelinci Oryctolagus cuniculus. Iritasi adalah suatu reaksi kulit terhadap zat kimia misalnya alkali kuat, asam kuat, pelarut dan deterjen. Beratnya
bermacam-macam dari hyperemia, edema dan vasikulasi sampai pemborokkan. Iritasi primer terjadi ditempat kontak dan umumnya pada sentuhan pertama.
Adapun dalam melakukan praktikum ini kami menggunakan bentuk sediaan topical berupa kosmetik dengan merk dagang pada bedak kosmetik Dokter
White dan Krim malam Scholar. Pada praktikum ini, mula-mula kelinci yang memenuhi syarat disiapkan.
Kemudian kelinci diberi perlakuan, yang pertama dilakukan adalah penetapan dosis. Dosis yang akan diberikan yaitu untuk perlakuan 1x oles untuk kotak
pertama, 3x oles untuk kotak kedua dan aquadest untuk kotak ketiga sebagai kontrol negatif. Kemudian, lanjut dengan tahap pencukuran pada kulit kelinci
dibuat 6 kotak yang berukuran 2 X 2 cm pada penggunaannya, lalu dicukur keenam kotak tersebut dengan member batasan yang jelas pada setiap kotak-
kotak itu, lalu masing-masing kelinci dibuatkan pola yaitu untuk bagian punggung kiri adalah bagian kulit normal dengan ditandai untuk perlakuan I –
IV, sedangkan untuk bagian kanan adalah bagian kulit yang telah dileceti dengan cara kulit hewan coba dicukur sampai kulit memerah tapi tidak sampai terjadi
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA
Page 17
LABORATORIUM FARMAKOLOGI
DIPLOMA - III
pendarahan dan kulit bagian kanan ditandai pada setiap kelompok perlakuan yaitu I – IV.
Tahap berikutnya dengan pemberian zat uji dan melakukan pengamatan gejala toksik dengan prosedur kerjanya yakni sebelum dioleskan zat uji, kulit
hewan uji dibersihkan pelan-pelan dengan kapas atau tissue dibasahi aquadest. Lalu kulit diolesi dengan zat uji dengan dosis yang telah dilakuakan. Setelah itu,
kulit diperban lalu diplaster, dibuat sedemikian rupa sehingga dipastikan hewan uji tidak menelan hewan uji yang diberikan. Berikan zat uji sekali sehari dan
juga dilakukan pengamatan gejala toksit selama 3 hari. Kemudian dilakukan analisa hasil dengan data hasil pengamatan secara
kualitatif, yaitu pengamatan gejala toksik berupa eritema dan edema yang terjadi pada kulit yang dileceti. Pengamatan ini dilakukan setelah 24 dan 72 jam
terakhir. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai indeks iritasi primer pada
perlakuan I untuk pengolesan krim scholar sebanyak 1 X hanya sedikit mengiritasi kulit.
Untuk perlakuan II pengolesan krim sebanyak 2X sebesar 1 atau sedikit mengiritasi kulit. Untuk perlakuan III aquadests sebagai kontrol negatif
diperoleh hasilnya berbeda seperti nilai indeks iritasi primer pada perlakuan I yaitu tidak mengiritasi pada kulit.
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA
Page 18
LABORATORIUM FARMAKOLOGI
DIPLOMA - III
BAB VI PENUTUP