Selat Nasik Estuari Donan

Gambar 13 . Distribusi tekanan parsial CO 2

4.2 Produktifitas Primer

di perairan Estuari Donan Cilacap, Juni 2010.

4.2.1 Selat Nasik

Produktifitas primer perairan Selat Nasik cukup bervariasi antar lokasi dan waktu penelitian. Laju produksi primer kotorfotosintesis GPP, respirasi, dan produksi primer bersih NPP disajikan dalam Gambar 14. Secara umum aktifitas biologi di perairan Selat Nasik lebih tinggi pada Stasiun 1 perairan sekitar mangrove. Hal ini ditunjukkan oleh nilai laju fotosintesis, respirasi dan produktifitas primer bersih yang lebih tinggi pada Stasiun 1. Laju fotosintesis dan respirasi di perairan Selat Nasik masing-masing berkisar antara 0,069–0,094 mgCm 2 hari dan 0,082–0,092 mgCm 2 hari. Fitoplankton pada Stasiun 1 cenderung bersifat autotrofik laju fotosintesis lebih tinggi daripada laju respirasi, sedangkan pada Stasiun 2 dan 3 cenderung bersifat heterotrofik laju respirasi lebih tinggi dibanding laju fotosintesis. Secara umum laju fotosintesis dan respirasi meningkat pada siang hari. 200 400 600 800 1000 1200 1 2 3 4 5 te k an an p ar si al C O 2 µa tm S t a s i u n Gambar 14. Laju fotosintesis GPP, respirasi, dan produksi primer bersih NPP di perairan Selat Nasik, April 2010. [A=pagi 6:35–8:15, B=siang 12:00–13:25]

4.2.2 Estuari Donan

Sebaran laju fotosintesis GPP, repirasi dan produktifitas primer bersih NPP di perairan Estuari Donan disajikan dalam Gambar 15. Gambar 15. Laju fotosintesis GPP, respirasi dan produksi primer bersih NPP di perairan Estuari Donan, Cilacap, Juni 2010. Sebaran produktifitas primer di perairan Estuari Donan cukup berfluktuasi. Secara umum perairan Estuari Donan bersifat autotrofik dimana laju fotosintesis lebih tinggi dibanding laju respirasi. Sebaran laju fotosintesis di perairan Estuari Donan berbanding terbalik dengan sebaran DIC dan pCO 2 . Berdasarkan Gambar 0,000 0,010 0,020 0,030 0,040 0,050 0,060 0,070 0,080 0,090 0,100 1 2 3 P ro d u k ti fi ta s p ri me r mg C m 2 h a ri S t a s i u n 0,000 0,010 0,020 0,030 0,040 0,050 0,060 0,070 0,080 0,090 0,100 1 2 3 S t a s i u n GPP Respirasi NPP 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06 0,07 0,08 1 2 3 4 5 P ro d u k ti fi ta s p ri me r mg C m 2 h a ri S t a s i u n GPP Respirasi NPP A B 15 terlihat bahwa semakin ke arah laut laju fotosintesis dan respirasi semakin tinggi, namun laju fotosintesis selalu lebih tinggi dibanding laju respirasi kecuali di Stasiun 4. Perairan di Stasiun 4 cenderung bersifat heterotrofik karena laju respirasi lebih tinggi dibanding fotosintesis. Hal ini diduga karena stasiun empat mempunyai suhu yang relatif lebih tinggi 29,6 o C. Suhu dapat mempengaruhi fotosintesis di laut baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh suhu secara langsung yakni untuk mengontrol reaksi kimia enzimatik dalam proses fotosintesis, sedangkan pengaruh secara tidak langsung yakni dalam merubah struktur hidrologi kolom perairan yang dapat mempengaruhi distribusi fitoplankton Tomascik et al. 1997. Suhu yang tinggi dapat menaikkan laju maksimum fotosintesis P max . Secara umum, laju fotosintesis fitoplankton meningkat dengan meningkatnya suhu perairan, namun laju respirasi meningkat lebih cepat dibanding fotosintesis pada suhu tinggi. Laju fotosintesis dan respirasi di perairan Estuari Donan masing-masing berkisar antara 0,022–0,070 mgCm 2 hari dan 0,015–0,045 mgCm 2 hari.

4.3 Pertukaran CO