Prof. Dr. Rahayu Hartini SH, MSi, Mhum Dikukuhkan sebagai Guru Besar Hukum Dagang dan Kepailitan

Universitas Muhammadiyah Malang
Arsip Berita
www.umm.ac.id

Prof. Dr. Rahayu Hartini SH, MSi, Mhum Dikukuhkan sebagai Guru Besar Hukum Dagang dan Kepailitan
Tanggal: 2011-12-17
Prof. Dr. Hj. Rahayu Hartini, S.H., M.Si.,M. Hum

Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) kembali mengukuhkan seorang guru
besar, Sabtu (17/12). Prof. Dr. Rahayu Hartini SH, MSi, Mhum dinyatakan sebagai guru
besar bidang Hukum Dagang dan Kepailitan. Bagi UMM, Rahayu adalah guru besar
ke-19, dan bagi Fakultas Hukum merupakan guru besar ke-2 setelah Prof. Dr. Muslan
Abdurahman, MSi, yang meninggal dua tahun lalu.
Di bidang hukum kepailitan, Rahayu yang juga kepala Prodi Magister Hukum
UMM, ini terbilang sebagai guru besar pertama di Jawa Timur. Tak hanya itu, bisa jadi dia
juga satu-satunya guru besar perempuan di bidangnya. “Saya belum menemukan guru
besar perempuan bidang kepailitan di Indonesia,” kata dosen yang akrab dipanggil Yayuk
itu.
Bidang kepailitan sudah menarik Yayuk sejak di bangku kuliah S-1 di UGM. Bidang
itu pula yang diajarkan pertama kali ketika diterima sebagai dosen tahun 1996. Selain itu,
minat lain yang ditekuni Yayuk adalah hukum dagang, perlindungan konsumen, arbitrase

dan HAKI.
Dalam pidato pengukuhannya, Yayuk mengangkat tema hukum kepailitan
berdasarkan risetnya pada masalah kepailitan BUMN. Pada kasus PT Dirgantara
Indonesia (PT DI) yang dinyatakan bangkrut tahun 2007, dinilainya terdapat kekuatan
politik yang mencampurinya. “Hukum sering kalah dengan politik,“ kata ibu dari Ahmad
Dzulfiqar Hibatullah Putra, Muhammad Faisal Jamaluddin Malik dan Muhammad Hanif
Furqon Aufa Putra itu.
Akar masalah kepailitan perusahaan BUMN, menurut Yayuk, terletak pada konsep
keuangan negara dengan keuangan BUMN yang tak singkron. UU tentang uang negara
yang ditanam sebagai modal persero dipisahkan APBN masih dikategorikan uang negara.
“Padahal uang negara kan tak bisa dipailitkan, pasal 50 UU Perbendaharaan
Negara menyatakan harta negara tak bisa disita,” urainya.
Sebaliknya dalam UU BUMN, uang negara yang masuk sebagai modal persero sebagai
badan hukum dinyatakan sama persis dengan persero biasa yang mencari untung, jadi
bisa disita. Demikian juga fatwa MA yang mengakui teori badan hukum, publik dan privat,
di mana subyek hukum punya hak dan kewajiban, maka harta perseroan sebagai badan
hukum. “Di sinilah terdapat vagennorm atau kekaburan, tidak konsisten, tidak harmonis
yang memicu perbedaan tafsir hukum,” katanya.
Dampak UU keuangan tersebut, menurut Yayuk, bisa mengarah pada korupsi.
Kalau ada BUMN rugi maka kerugian bisa dinyatakan sebagai kerugian Negara dan

direkturnya dinyatakan sebagai korup. UU Pemberantasa Tindak Pidana Korupsi (PTPK)
bisa menjerat seorang direktur BUMN meski tidak melakukan kesalahan dalam mengelola
melainkan faktor lain, seperti, ekonomi makro.

page 1 / 2

Universitas Muhammadiyah Malang
Arsip Berita
www.umm.ac.id

Bagi Yayuk, langkanya jumlah ahli hukum dagang dan kepailitan merupakan
peluang besar bagi Magister Hukum dan FH UMM. Calon sarjana dan master hukum
dagang dan kepalilitan perlu lebih banyak dicetak secara profesional mengingat
kebutuhannya sangat besar untuk mencegah dan menangani kasus-kasus sengketa
dagang dan kepailitan. “Saat ini, pemerhati hukum dagang ini masih sedikit.Kebanyakan
berkonsentrasi pada Hukum Administrasi Negara – Hukum Tata Negara,” katanya.
Yayuk bertekad, dengan gelar guru besarnya itu untuk lebih berbuat banyak untuk
bangsa melalui UMM. Ke depan, Yayuk ingin mengembangkan kerjasama yang lebih luas
dalam skala nasional maupun internasional untuk memperkuat FH dan Magister Hukum
UMM. “Saya selalu mengibarkan bendera FH maupun Magister Hukum UMM saat tampil

di forum-forum nasional,” akunya.
Untuk saat ini, Yayuk masih sebatas menyalurkan energinya untuk membesarkan
Magister Hukum yang dipimpinnya. Selain itu, kesibukannya mengajar, meneliti, menulis
untuk jurnal dan buku terus dilakukannya. Sejumlah enam buku sudah diterbitkan, dan
naskah pidato guru besarnya akan dijadikan buku ke-tujuhnya.
“Saya tidak akan melupakan peran suami saya yang rela berbagai peran sebagai
ibu dan bapak saat saya menempuh kuliah S3 di Unair Surabaya,” pungkas istri dari
Achmad Heru Achadi Hari ini.
Pengukuhan Yayuk tergolong istimewa karena dihadiri oleh beberapa tokoh. Selain
anggota Majlis Dikti PP Muhammadiyah, Prof. Dr. M. Mursyidi, MSc, Apt, hadir pula tokoh
asal Pacitan, Prof. Dr. Haryono Suyono. Mantan Menteri di Era Soeharto ini hadir khusus
untuk memberi selamat kepada Yayuk. (nas)

page 2 / 2