TEMUAN DAN ANALISA Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhada Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Werdha (Pstw) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur

“Dalam pelaksanaannya memang di latih oleh orang-orang yang professional yaitu dengan Mba Messi atau Mba Rika, namun tentunya kita berunding terlebih dahulu apa sih materi yang ingin diberikan. Ada koordinasi antara pekerja sosial dengan psikolog. Kita saling berdampingan karena kedua komponen ini tidak dapat terpisahkan.” 4 Seperti yang sudah dijelaskan pada Bab II halaman 43-44 dijelaskan mengenai peran pekerja sosial dalam program dinamika kelompok, yakni sebagai fasilitator, sebagai pemercepat perubahan enabler, perantara broker, perencana sosial social planner. Pekerja sosial dalam melakukan peran sebagai fasilitator diharapkan mampu mengajak WBS untuk ikut serta berperan aktif dalam menghadapi permasalahan yang dihadapinya. Dan memfasilitasi WBS dengan suatu program, dapat memberikan manfaat serta menghibur mereka. Salah satunya dengan menggunakan program dinamika kelompok. Selain itu pekerja sosial juga menggunakan peran sebagai pemercepat perubahan enabler, pekerja sosial diharapkan membantu para WBS agar dapat mengartikulasikan kebutuhan mereka, mengidentifikasikan masalah mereka, dan mengembangkan kemampuan yang WBS miliki agar dapat menangani masalah yang mereka hadapi secara lebih efektif. Salah satunya dengan melakukan program dinamika kelompok. Dalam pelaksanaan dinamika kelompok, pekerja sosial mampu mengidentifikasikan kebutuhan para WBS dengan adanya berbagai macam permainan. Kemudian pekerja sosial juga berperan sebagai perencana sosial social planner yakni pekerja sosial merupakan bertugas untuk mengumpulkan data mengenai masalah sosial yang terdapat di dalam 4 Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fatonah, S.sos sebagai Pekerja Sosial. Jakarta, 13 Agustus 2014 lembaga, pekerja sosial menganalisis data tersebut dan menyajikan rencana pemecahan masalah untuk menangani permasalahan WBS. Setelah itu perencanaan sosial mengembangkan program kegiatan serta mengembangkan minat yang dimiliki WBS. Merujuk pada BAB II halaman 43 menurut Abraham Monk prinsip- prinsip pada pekerja sosial dengan orang tua lansia, ialah sebagai berikut: a. Membantu seseorang dalam memperluas kompetensi mereka dan meningkatkan kemampuan untuk memecahkan permasalahan mereka. Dalam hal ini pekerja sosial di PSTW Budi Mulia 1 memberikan pelayanan sosial terhadap lanjut usia agar para WBS dapat mengeksplorasi kemampuan mereka dengan adanya beberapa program. Salah satunya ialah Support group yang ada di dalam program dinamika kelompok. b. Membantu seseorang dalam memperoleh pelayanan. Dalam hal ini pekerja sosial melakukan segala kemungkinan untuk membantu WBS memperoleh pelayanan dengan menjaga harkat dan martabat para WBS serta menerima WBS apa adanya. Kemudian memanfaatkan keterampilan manajeman kasus untuk memastikan bahwa para WBS menerima semua layanan yang di perlukan dengan cara yang paling efektif dan efisien dengan cara membantu masalah WBS dengan tulus ikhlas dan sungguh-sungguh menyelesaikan masalah. Untuk itulah PSTW Budi Mulia 1 memberikan suatu program dinamika kelompok. Sesuai dengan yang Ibu Siti Fatonah, S.sos ungkapkan sebagai berikut: “Dengan adanya dinamika kelompok bertahap akan melihat perubahan prilaku lansia yang awalnya hanya diam saja mulai ada interaksi dengan temannya. Mulai mampu menceritakan hal-hal yang dialami beliau dan intinya dapat membantu orang lain, ada rasa empati dengan teman-temannya” 5 c. Membuat organisasi responsive terhadap orang-orang dan pengaruh antara organisasi dengan lembaga. Dalam hal ini PSTW BM 1 mengalami peningkatan jumlah WBS untuk itulah pekerja sosial harus bertanggung jawab lebih untuk meyakinkan bahwa pelayanan di lembaga dirancang untuk mengatasi permasalahan mereka. Pelayanan sangat membantu lansia jika di rancang untuk mengurang perasaan jenuh atau tidak berdaya. Dengan adanya Program dinamika kelompok inilah dapat membuat para WBS merasa terhibur. Sebagaimana yang Ibu Siti Fatonah, S. sos ungkapkan sebagai berikut: “Karena dengan dinamika kelompok sedikit banyak mengurangi rasa kejenuhan lansia yang ada di panti dan untuk meningkatkan aktivitas lansia itu sendiri.” 6 d. Memfasilitasi interaksi lansia dan orang lain dalam lingkungan mereka. Pekerja sosial harus terampil dalam membantu WBS bersosialisasi sebagai sarana untuk mengatasi kehilangan, karena mereka yang tinggal di PSTW BM 1 Cipayung memang lansia yang sudah tidak memiliki keluarga. Untuk itulah pekerja sosial harus memfasilitasi interaksi yang saling menguntungkan antar anggota. Sesuai dengan yang Ibu Siti Fatonah, S.sos ungkapkan sebagai berikut: “Dinamika kelompok itu sangat banyak manfaatnya, tentunya ada interaksi, sosialisasi dengan wbs yang lain, pengembangan diri, dimana dinamika kelompok bertahap akan melihat perubahan prilaku lansia yang awalnya hanya diam saja 5 Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fatonah, S.sos sebagai Pekerja Sosial. Jakarta, 13 Agustus 2014 6 Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fatonah, S.sos sebagai Pekerja Sosial. Jakarta, 13 Agustus 2014 mulai ada interaksi dengan temannya. Mulai mampu menceritakan hal-hal yang dialami beliau dan intinya dapat membantu orang lain, ada rasa empati dengan teman-temannya. 7 e. Mempengaruhi kebijakan sosial dan lingkungan. Dalam hal ini pekerja sosial harus memberikan suatu program atau pelayanan yang terbaik untuk lansia. Setiap program harus kritis di periksa untuk memastikan bahwa semua program di PSTW BM 1 mencerminkan maksud yang ingin disampaikan, dan pekerja sosial bertanggung jawab untuk menilai kembali permasalahan atau kebutuhan WBS. Sesuai dengan yang Ibu Siti Fatonah, S.sos ungkapkan sebagai berikut: “Untuk program dinamika kelompok ini kita sudah berjalan 1 tahun. Program ini dapat terlaksana tentu dengan adanya pengajuan dari divisi Bimbingan dan Penyaluran BIMLUR ke dinas sosial. Meskipun kita pernah melaksanakan, namun secara administrasi harus di konsep dulu nak. Dilihat dari manfaat untuk lansia bermacam-macam seperti dapat meningkatkan kepercayaan diri, sosialisasinya baik, jadi saya rasa sangat perlu dengan adanya dinamika kelompok ada di semua panti” Pemberian materi dalam dinamika kelompok merupakan hal yang penting dalam proses pelaksanaan program. Adapun materi yang diberikan oleh Psikolog dan Pekerja Sosial ialah berupa suatu permainan. Seperti yang di ungkapkan Ibu Siti Fatonah, S. Sos: “Materi yang kami berikan berbentuk permainan, mengenai pola fikir, motorik kasar atau motorik halus, atau melatih memori. Kita sesuaikan dengan kondisi lansianya intinya yang mudah di tangkap beliau dan menerima apa yang kita sampaikan. Mediasi ini dilakukan pertama, untuk program Panti. Yang kedua melatih diri lansia untuk menjadi mandiri. Dan arti mandiri disini ialah adanya kepercayaan diri. Karena dengan dinamika kelompok sedikit banyak mengurangi rasa kejenuhan lansia yang ada di Panti dan untuk meningkatkan aktivitas lansia 7 Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fatonah, S.sos sebagai Pekerja Sosial. Jakarta, 13 Agustus 2014 itu sendiri. Fungsi dinamika kelompok itu sangat banyak, tentunya ada interaksi, sosialisasi dengan wbs yang lain, pengembangan diri, dimana dinamika kelompok bertahap akan melihat perubahan prilaku lansia yang awalnya hanya diam saja mulai ada interaksi dengan temannya. Mulai mampu menceritakan hal-hal yang dialami beliau dan intinya dapat membantu orang lain, ada rasa empati dengan teman-temannya.” 8 Berikut program dinamika kelompok yang di berikan Panti Sosial Tresna Werdha terhadap lanjut usia diantaranya ialah:

1. Dukungan kelompok Support group

Dalam pelaksanaan support group ini WBS diberikan kesempatan untuk menceritakan pengalaman hidupnya yang sampai saat ini masih terasa sangat berkesan, baik itu sedih ataupun senang. Pada pelaksanaan ini fasilitator mempersilahkan para WBS yang hadir untuk bercerita mengenai pengalaman hidupnya yang masih berkesan sampai saat ini. Kemudian WBS yang hadir dalam support group ini dapat memberikan komentar yang memberi semangat, motivasi ataupun dukungan, dan tidak boleh memberikan kritik yang menjatuhkan, menilai serta menyalahkan. 9 Adapun tujuan dari kegiatan ini ialah sebagai berikut: a. Memberikan wadah bagi WBS untuk lebih membuka diri. b. Memberikan wadah bagi WBS untuk melepaskan beban pikirannya. c. Menumbuhkan rasa saling mendukung. 8 Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fatonah, S. Sos. sebagai Pekerja Sosial Jakarta, 20 Agustus 2014 9 Observasi kegiatan Support Group di PSTW BM 1, pada tanggal 29 Agutus 2014. d. Membuat satu sama lain saling mengenal dan dapat memahami perasaan serta mengetahui latar belakang kehidupan teman-temannya, Hasil yang dicapai dari kegiatan ini ialah sebagai berikut: a. WBS yang mengikuti kegiatan ini sangat antusias. b. Peserta lebih mengenal dan memahami orang lain dalam suatu kelompok. c. WBS yang bercerita mendapatkan perasaan yang lebih positif, lebih lega dan merasa mendapat dukungan dari teman-temannya.

2. Permainan Kelompok

Permainan dalam dinamika kelompok menggunakan 2 metode permainan yaitu berdasarkan memori ataupun motorik lansia. Dalam metode permainan memori biasanya psikolog ataupun pekerja sosial memberikan permainan yang berpengaruh terhadap daya ingat seperti cerdas cermat atau diskusisharing. Sedangkan pada motorik lansia biasanya menggunakan berbagai macam media yang dapat dijadikan permainan diantaranya ialah: bola, kertas origami, kelereng, biji-bijian dan lain sebagainya. 10 Sedangkan metode permainan motorik terbagi lagi menjadi 2 bagian yaitu: 10 Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fatonah, S. Sos. sebagai Pekerja Sosial Jakarta, 20 Agustus 2014 a. Motorik halus: Permainan yang digunakan dalam motorik halus yakni sebuah permainan kompetisi. Fasilitator memberikan alat bantu berupa gelas plastik kosong, mangkuk, sendok dan kacang merah. Media ini digunakan untuk suatu permainan mengisi gelas kosong dengan kacang secara estafet. Fasilitator membagi peserta menjadi 2 kelompok, kemudian setelah itu fasilitator memberikan instruksi mengenai cara bermain dan aturan bermainnya. Pada permainan ini tugas kelompok adalah memindahkan kacang secara estafet menggunakan sendok dan dimasukan ke gelas kosong. Adapun tujuan dari kegiatan ini ialah sebagai berikut: 1 Mengakrabkan antar WBS. 2 Melatih konsentrasi. 3 Melatih kerjasama. 4 Melatih motorik halus. 5 Menambah semangat untuk berkegiatan Hasil yang dicapai dari kegiatan ini ialah sebagai berikut: 1 WBS yang mengikuti kegiatan ini sangat antusias, senang dan gembira. 2 Muncul semangat karena suasana kompetisi. 3 Semua WBS yang hadir dapat ikut terlibat, bahkan WBS yang sehari-harinya diam dan pemalu, tidak dapat berjalan, kurang lancar berkomunikasi, dapat ikut serta secara aktif dalam permainan. 4 Dari permainan ini, dapat terlihat WBS yang bersemangat ataupun yang kurang bersemangat, dapat didiagnosa juga WBS yang kemampuan dan motorik halusnya baik ataupun kurang baik. 5 Petugas yang berinteraksi sehari-hari dengan WBS, dapat melihat beberapa WBS ada yang mengalami peningkatan dan ada juga yang mengalami penurunan sehingga dapat menjadi perhatian mengenai pendekatan yang akan dilakukan kemudian. 6 Dalam permainan ini interaksi keseharian akan nampak, misalnya yang suka marah-marah, berbicara kasar, mudah patah semangat ataupun kurang sabar. 11 b. Motorik kasar Permainan yang dilakukan dalam melatih motorik kasar ini ialah dengan senam otak. Dalam melakukan senam otak, fasilitator mengajarkan sebuah lagu yang akan digunakan dalam kegiatan senam otak. Kemudian fasilitator memandu peserta untuk menyanyikan lagu senam otak bersama-sama. Lalu mempraktekan gerakan senam otak sederhana kepada seluruh peserta. Setelah itu peserta bersama-sama menyanyikan lagu dan melakukan gerakan senam otak secara bersamaan. Adapun tujuan dalam kegiatan ini ialah sebagai berikut: 1 Meningkatkan konsentrasi. 11 Observasi kegiatan Permainan Motorik Halus di PSTW BM 1, pada tanggal 18 Juni 2014 2 Melatih koordinasi motorik kasar. 3 Meningkatkan motorik kasar. Hasil yang dicapai dari kegiatan ini ialah sebagai berikut: 1 WBS cukup antusias mengikuti kegiatan ini dan berpartisipasi secara aktif. 2 Saat fasilitator memberikan intruksi sebagian WBS ada yang langsung mengikuti dan yang lainnya bersikap pasif. 3 Pembelajaran yang didapat dari kegiatan ini ialah: daya ingat, konsentrasi, dan koordinasi motorik halus. 12 Dari kedua materi yang diberikan oleh psikolog ataupun pekerja sosial memang tidak banyak karena disesuaikan pada implementasinya di Panti Sosial Tresna Werdha PSTW Budi Mulia 1. Seperti apa yang telah diungkapkan oleh Ibu Rika Fitriyana, M. Psi sebagai berikut: “Sejauh ini sih kita pake itu aja. Dan itu aja udah cukup banyak yah untuk lansia. Karena kita gak perlu cukup banyak teknik menyampaikannya. Yang penting kita konsisten. Menyampaikannya juga kita dengan bahasa yang ringan saja. Yang mudah dimengerti. Kalau dianya belum mau cerita masih blocking jangan dipaksa, karena mereka akan narik diri. Karena dalam kapasitas intelegensy itu kan dibawah rata rata kemudian latar belakang pendidikan itu juga mempengaruhi. Bagaimana mereka menyerap informasi mengelola informasi” 13 Dinamika kelompok ini dilaksanakan 1 kali dalam seminggu. Yakni pada hari Rabu ataupun Jum’at. Waktu dalam melakukan kegiatan ini tidak di tentukan karena melihat dari kondisi fisik lansia yang sudah melemah. 12 Observasi kegiatan Support Group di PSTW BM 1,pada tanggal 25 Juni 2014. 13 Wawancara pribadi dengan Ibu Rika Fitriyana, M. Psi. sebagai Psikolog Jakarta, 29 Agustus 2014 Pelaksanaannya dinamika kelompok ini dilakukan di dalam wisma, di taman, ataupun di aula. Tergantung dari jenis kegiatan yang akan dilakukan. Selain itu pula, dalam pelaksanaan dinamika kelompok ini. Lansia yang berada di dalam Panti juga dapat mengembangkan diri mereka melalui aktivitas kelompok. Sehingga mereka dapat beradaptasi baik secara sosial, tingkah laku, dan emosional melalui proses kelompok. Selain itu pula dinamika kelompok merupakan suatu kegiatan yang dapat menunjang aktivitas lansia di Panti menjadi bertambah dan dengan adanya pelaksanaan dinamika kelompok, lansia mampu mengembangkan potensi yang mereka miliki. Adapun teori yang di gunakan dalam pelaksanaan dinamika kelompok yaitu teori pembentukan kelompok dari Homans pada BAB II halaman 28- 29 yakni teori Activity-Interaction-Sentiment Theory. Dalam teori ini menjelaskan mengenai suatu interaksi dalam kelompok dengan konsepsi dasar yang berpijak pada dasar pemikiran sebagai berikut: a Semakin banyak seseorang melakukan aktivitas bersama dengan orang lain, maka semakin banyak interaksi yang dapat menumbuhkan rasa kebersamaan. b Semakin sering seseorang melakukan interaksi, maka semakin sering seseorang tersebut membagi perasaan dengan orang lain. c Semakin seseorang memahami perasaan orang lain maka semakin tinggi interkasi yang dilakukan, berarti juga semakin sering aktivitas dilakukan. Seperti yang telah peneliti paparkan diatas semakin banyak WBS melakukan aktivitas bersama orang lain, maka semakin banyak pula interaksi yang dapat menumbuhkan kebersamaan. Untuk itulah kegiatan seperti dinamika kelompok sangat dibutuhkan, karena dengan adanya kegiatan ini membuat satu sama lain saling mengenal lebih dalam mengenai perasaan dan latar belakang orang lain, serta dapat menumbuhkan rasa saling mendukung. Selain itu pula telah di jelaskan pada BAB II halaman 38 mengenai teori aktivitas menurut Palmor dan Lemon et al. menyatakan bahwa penuaan yang sukses tergantung dari bagaimana seorang lansia merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas serta mempertahankan aktivitas tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas dan aktivitas yang dilakukan. Dari satu sisi aktivitas lansia dapat menurun, akan tetapi di sisi lain dapat dikembangkan. Selanjutnya peneliti akan memaparkan temuan yang peneliti temukan pada saat peneliti mencoba menganalisis dengan teori tahapan dinamika kelompok, adapun tahapan dinamika kelompok diantaranya ialah: 1 Tahap perkenalan Jika kelompok itu baru dibentuk, maka diadakan kesepakatan bersama tentang aturan-aturan main yang harus di taati oleh semua anggota. Pada tahapan ini pekerja sosial dengan psikolog, melakukan perkenalan awal dengan WBS. Sebelum kegiatan di mulai WBS diberikan penjelasan serta arahan terlebih dahulu mengenai permainan yang akan di lakukan. Kemudian pekerja sosial dengan psikolog melakukan kesepakatan secara bersama sama tentang aturan-aturan main yang harus di taati oleh semua anggota. Hal ini dilakukan agar WBS dapat mengerti setiap permainan yang akan di laksanakan. Berdasarkan pengamatan peneliti, pada tahapan perkenalan ini psikolog didampingi oleh pekerja sosial sebagai fasilitator, melakukan perkenalan dengan para WBS. Kemudian dilanjutkan dengan perkenalan para WBS yang hadir mengikuti kegiatan. Setelah selesai melakukan perkenalan. Psikolog memberikan penjelasan mengenai permainan yang akan dilakukan serta aturan-aturan saat permainan berlangsung. 14 2 Tahap mencari pola Kelompok masuk ke dalam proses dimana sering terjadi benturan- benturan dalam mencari pola. Sehingga apabila aturan permainan tidak jelas, maka kelompok tersebut akan bubar atau individu yang baru masuk akan vacuum dan kemudian akan keluar. Tahap mencari pola merupakan suatu aturan dalam sebuah pelaksanaan dinamika kelompok, maksudnya ialah apabila aturan mainnya tidak jelas dan tidak dapat dimengerti WBS, maka kelompok tersebut akan bubar. Sebisa mungkin pekerja sosial tidak akan memberikan suatu program dinamika kelompok yang membuat para WBS menjadi bingung dan merasa tidak nyaman. Sebagaimana yang telah di katakan oleh Ibu Siti Fatonah sebagai berikut: “Dalam tahapan mencari pola di PSTW ini merupakan suatu bentuk model dalam pelaksanaan dinamika kelompok yang dilakukan sesuai perjanjian dengan keinginan WBS, misal WBS ingin menceritkan masa lalu kita membuat pola permainan dengan mengenang masa lalu mereka. Agar mereka merasa nyaman dan berani untuk tampil didepan orang banyak. Jadi apa yang kami Observasi Kegiatan Cerdas Cermat di PSTW BM 1, pada tanggal 20 Agustus 2014 + , lakukan dibuat senyaman mungkin agar mereka tidak merasa jenuh dan dapat terhibur” 15 Dalam tahap mencari pola, pada saat pelaksanaan senam otak di wisma dahlia, wisma yang di khususkan untuk lansia yang sudah tidak potensial, peneliti mengamati beberapa WBS yang mengikuti kegiatan ini mereka pergi meninggalkan tempat sebelum kegiatan ini berakhir setelah peneliti mencari tahu penyebabnya rupanya mereka tidak mengerti aturan dari permainan tersebut. Namun dikarenakan usia mereka yang sudah melemah pekerja sosial, psikolog ataupun petugas panti tidak dapat memaksakan mereka untuk selalu ikut dalam berbagai kegiatan. 16 3 Tahap Pemantapan Norma Kelompok masuk ke dalam tahap pengakuan akan norma. Benturan-benturan dalam kelompok akan melahirkan peraturan yang bersifat mengatur atau menata jalannya interaksi dalam kelompok tersebut, serta mengatur peran dan status yang ada. Selain itu cakupan tugas tanggung jawab kelompok mulai jelas dan telah disepakati oleh anggota setelah mereka berargumentasi secara sengit dalam tahapan sebelumnya. Seperti yang telah Ibu Siti Fatonah, S. Sos katakan sebagai berikut: “Pemantapan Norma merupakan suatu Kerangka permainan, apabila kerangka permainannya tidak jelas, sulit untuk kakek dan nenek dapet mengerti maksud yang ingin kita sampaikan. misalnya dalam melakukan permainan rantai berbisik ini merupkan sutau permainan yang menggunakan kerjasama antar kelompok. Mau mulai dari mana dulu. apakah dari sebelah kanan atau dari sebelah kiri dulu. Kalau permainan menggenggam bola ada aturannya. Ketika musik berhenti berarti ia yang berhak meceritakan masa lalu atau bernyanyi, sesuai dengan perjanjian 15 Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fatonah, S.sos sebagai Pekerja Sosial Jakarta, 13 Agustus 2014 16 Observasi kegiatan Support Group di PSTW BM 1,pada tanggal 25 Juni 2014 - . awal di dalam mencari pola. Moment apa dulu itu dibentuk, misalnya kita mau menggambar, atau bermain bola atau bernyanyi. Adanya komitmen dan sesuai kesepakatan.” 17 Pada tahap pemantapan norma peneliti mengamati anggota mulai fokus pada proses pelaksanaannya dinamika kelompok. Apabila dalam suatu permainan ada yang tidak sesuai dengan keinginan WBS maka mereka dapat mengungkapkannya dan pada pemantapan norma ini para WBS yang mengikuti kegiatan mulai berusaha secara maksimal dalam menyelesaikan permainan 18 . 4 Tahap berprestasi Maksudnya setelah kelompok betul-betul solid maka para anggota mencoba mengembangkan dirinya masing-masing maupun secara bersama-sama, guna mencapai suatu prestasi tertentu sesuai dengan tujuan kelompok tersebut. Dalam tahapan ini WBS diberikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan dirinya dalam melakukan permainan yang telah ditentukan. Yang kemudian dapat membentuk kelompok tersebut menjadi lebih solid sehingga dapat mencapai suatu tertentu sesuai dengan tujuan kelompok. “Dalam tahap ini ketika memberikan permainan dengan WBS adanya kekompakan yang terjadi didalam kelompok, adakah salah satu diantara mereka yang dapat mengembangkan diri, artinya mengembangkan diri disini yakni yang bisa menggantikan posisi kami, yang berani untuk tampil didepan, memproyeksikan apa yang kita tampilkan tadi. Itu artinya suatu pengembangan diri. Sehingga apa yang diberikan moderator bisa dipahami WBS. Dan dapat diterapkan didalam kesehariannya” 19 17 Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fatonah, S.sos sebagai Pekerja Sosial Jakarta, 13 Agustus 2014 18 Observasi kegiatan Permainan Motorik Halus di PSTW BM 1, pada tanggal 18 Juni 2014 19 Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fatonah, S.sos sebagai Pekerja Sosial Jakarta, 13 Agustus 2014 Dalam tahapan pelaksanaan dinamika kelompok, peneliti mengamati bahwa adanya dua macam interaksi saat program dinamika kelompok berlangsung. Dua macam interaksi tersebut adalah interaksi inter dan interaksi antar. Interaksi inter yakni antara fasilitator dengan WBS sudah cukup baik karena ada hubungan timbal balik, WBS bertanya kepada fasilitator jika ada sesuatu hal yang ingin ditanyakan, begitu halnya dengan fasilitator bertanya keadaan WBS setiap bertemu sebelum melakukan kegiatan. Sedangkan untuk interaksi antar yakni antara WBS dengan WBS dan fasilitator dengan fasilitator, dalam hal ini WBS dengan WBS dapat berinteraksi dengan baik di sela-sela waktu dan untuk interaksi fasilitator dengan fasilitator berjalan dengan baik karena mereka saling berinteraksi membicarakan mengenai perkembangan WBS. 20 20 Observasi Kegiatan Senam Otak di PSTW BM 1, 11 September 2014 00 B. Perubahan yang didapatkan lanjut usia dari implementasi dinamika kelompok yang telah diberikan oleh Panti Sosial Tresna Werdha PSTW Budi Mulia di lihat dari aspek biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Keberhasilan dalam program kegiatan dinamika kelompok dapat dilihat dari kemajuan dan perubahan yang di capai dibandingkan dengan kondisi WBS sebelumnya, serta manfaat yang dirasakan oleh mereka setelah mengikuti program kegiatan dinamika kelompok. Terkait dengan program kegitan dinamika kelompok, sehubungan dengan pengembangan diri yang diberikan untuk lansia di Panti Sosial Tresna Werdha PSTW Budi Mulia 1 sejak setahun terakhir ini menunjukan perkembangan yang sangat baik. Dengan adanya program kegiatan dinamika kelompok, para WBS dapat mengisi waktu luang mereka untuk ikut serta dalam program ini dan mereka dapat berinteraksi dengan teman-temannya sekaligus dengan petugas Panti. Tabel 4 WBS yang mengikuti program dinamika kelompok No Nama Klien Nama Wisma Gender Usia Suku 1 Sri Wisma Asoka P 63 thn Jawa 2 Masnun Wisma Asoka P 89 thn Betawi 3 Sumarni Wisma Asoka P 62 thn Betawi 4 Maria Wisma Dahlia P 83 thn Batak 5 Farida Wisma Cempaka P 61 thn Jawa 6 Buyung Wisma Catiliya L 84 thn Betawi 7 Lumanow Wisma Catiliya L 70 thn Batak 8 Thamrin Wisma Catiliya L 69 thn Kalimantan 9 Wandi Wisma Flamboyan L 65 thn Sunda 10 Dasni Wisma Flamboyan L 61 thn Padang Sumber: Hasil Wawancara Pribadi Berdasarkan dari tabel di atas merupakan WBS yang menerima program kegiatan dinamika kelompok. Mereka merupakan sebagian dari jumlah WBS yang tinggal di panti yakni sebanyak 210 orang. Dari kesepuluh 1 WBS yang peneliti amati mereka memiliki latar belakang, kondisi fisik, suku, dan usia yang berbeda-beda namun disatukan dalam suatu kondisi yang sama yaitu sama-sama tinggal dan menjalani kehidupan sehari-harinya di dalam Panti. Perbedaan yang terjadi juga dapat menimbulkan suatu permasalahan pada WBS. Perbedaan gender, perbedaan usia, perbedaan bahasa serta berbedaan suku ini dapat menimbulkan kesalahpahaman antar WBS. Misalnya suku Jawa yang memiliki karakter lemah lembut dalam bertutur bahasa bertemu dengan suku Batak yang memiliki karakter yang keras dari nada suaranya ini sering menimbulkan kesalahpahaman yang dapat mengakibatkan perselisihan . Dengan adanya program dinamika kelompok inilah para WBS mengikuti suatu permainan yang dapat membuat mereka lebih akrab, dapat menjalin kebersamaan, dan berbagi pengalaman dengan WBS yang lain sehingga mereka dapat memahami setiap karakter WBS yang tinggal di PSTW BM 1 . Selain itu pula yang tinggal di anti merupakan suatu kelompok yang terbentuk secara tidak sengaja, mereka hidup berkelompok dalam suatu panti karena disatukan oleh sebuah nasib. Adapun perubahan yang terjadi pada WBS di PSTW setelah mengikuti program dinamika kelompok berdasarkan aspek Biopsikososial dan spiritual yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut: 1 Aspek Biologisfisik Dari segi fisik lansia memang memiliki berbagai macam keterbatasan dalam melakukan segala hal. Perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada lansia diantaranya ialah penglihatannya yang sudah mulai berkurang, pendengarannya juga mulai melemah dan pada kesehatan juga 2 3 menurun. Konsekuensi dari penurunan tersebut menjadikan faktor kesehatan sebagai permsalahan utama bagi lansia. Hal ini juga terjadi pada WBS di PSTW BM 1, kondisi seperti ini membuat para WBS yang berada di Panti menjadi malas dalam mengikuti kegiatan yang ada di PSTW, mereka merasa minder, tidak percaya diri dan malu akan kondisi hidupnya saat ini. Seperti yang terjadi pada Nenek Masnun 89 tahun yang tinggal di Wisma Asoka beliau mengalami penurunan terhadap penglihatannya dan memiliki darah tinggi membuat beliau jarang mengikuti berbagai kegiatan yang ada di Panti. Seperti yang beliau ungkapkan sebagai berikut: “Udah males ikut kegiatan, udah tua. Waktu itu pernah ikut kegiatan itu. Cuma sekarang nenek udah rada males. Badannya udah gampang capek. Paling nenek ngejait aja. Itu juga kalo lagi gak males. Kalo lagi males seminggu baru nenek jait. Mau main angklung matanya udah ga ngeliat. Ya paling kegiatannya ya gitu- gitu aja. Iyah soalnya matanya udah ngga enak gini.. entar deh kalo udah tua ngerasain deh.” 21 Hal serupa juga dialami oleh Nenek Maria 83 tahun dari wisma dahlia, beliau merupakan WBS yang memiliki kecacatan pada bagian kaki sehingga mengharuskan beliau untuk menggunakan tongkat. Sebagaimana yang beliau ungkapkan: “Nenek jarang ikut kegiatan, ribet kalau memakai tongkat seperti ini. Mungkin kalau kegiatannya yang ringan-ringan nenek masih bisa ikut. Tapi kalau yang berat-berat nenek sudah tidak bisa ikut” Namun berbeda halnya dengan Nenek Sri 63 tahun yang juga tinggal di Wisma Asoka walaupun beliau mengalami pengapuran pada tulang, penglihatan juga sudah mulai melemah karena memiliki katarak. 21 Wawancara pribadi dengan Nenek Masnun, sebagai Warga Binaan Sosial WBS Jakarta, 14 Agustus 2014 namun beliau masih sering mengikuti setiap kegiatan yang ada di Panti. Menurutnya setelah mengikuti program kegiatan dinamika kelompok dapat menghibur beliau dan juga para WBS yang ada di Panti. Seperti yang beliau ungkapkan sebagai berikut: “Iya, saya semua ikut kegiatan, tapi yang saya mampu, yang saya bisa. Kalo rebana kan memang bukan rombongan saya. Dari gereja semua saya ikuti. Dari semua kegiatan dari gereja seperti kebaktian belum pernah saya absen. Saya selalu ikut. Tapi kalo sekiranya kegiatannya berat ya saya tidak bisa berdiri lama-lama. Karena sering terasa nyeri pada punggung. saya ikut senam kan sambil duduk. jadi saya ikut kegiatan yang memang tidak terlalu berat. Kayak angklung, meronce bunga, senam semua saya ikut. Daripada saya cuma bengang-bengong aja duduk di sini teras depan Wisma Asoka, ya saya senang kalau ada kegiatan seperti dinamika kelompok. Waktu itu saya ngikut yang rantai berbisik, itu kita ketawa terus. Ada gembiranya lah pokoknya” 22 Dengan adanya program dinamika kelompok ini fasilitator selalu memberikan semangat dan selalu memberikan dukungan kepada setiap WBS dengan memberikan materi terkait dengan kebutuhan WBS. Sehingga dengan adanya program ini dapat membangkitkan semangat para WBS yang sudah mulai berkurang . 2 Aspek Psikologi Pada aspek psikologi kepribadian lansia dan perubahan secara biologi dapat mempengaruhi sikap mentalnya yang akan mempengaruhi orang lain selain itu pula banyak WBS yang merasa kesepian, depresi, merasakan kecemasan akan kematian, rasa tidak berdaya, mudah marah karena tidak ada pengakuan dari keluarga ataupun masyarakat, muncul perubahan minat dan terjadi perubahan mental seperti suka lupa, ingatan yang tidak lagi berfungsi dengan baik dan pengetahuan mulai lemah. Hal 22 Wawancara pribadi dengan Nenek Sri, sebagai Warga Binaan Sosial WBS Jakarta, 13 Agustus 2014 ini juga dialami oleh Kakek Lumanow 70 tahun, beliau merupakan WBS yang mengalami masalah kejiwaan atau yang sering disebut dengan ODMK Orang Dengan Masalah Kejiwaan. Sebelum Kakek Lumanow tinggal di PSTW Budi Mulia 1, beliau tinggal di Panti Sosial Bina Laras PSBL Harapan Sentosa 3 yakni panti yang khusus untuk ODMK. Setelah beliau mengikuti kegiatan yang ada di panti kondisinya saat ini sudah mulai stabil dan perubahan kondisinya juga sudah mencapai hampir 90. Sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Ibu Siti Fatonah, S. Sos sebagai berikut: “Kakek Lumanow ini merupakan pribadi yang care terhadap teman-temannya. Suka bantu-bantu petugas di dapur buat ambil nasi. Dia juga rajin bersihin kamar mandi. Nah mungkin karena dia juga lama di PSBL jadi setiap kegiatan yang ada di sini beliau juga selalu ikut. Perubahan yang di alamai saat ini juga sudah membaik, sudah jarang marah-marah. Ya namanya mantan sikotik ya terkadang beliau gak mau diatur” 23 Melihat kondisi Kakek Lumanow yang memiliki masalah dengan kejiwaan, beliau tidak bisa di atur-atur dalam melakukan sesuatu karena beliau akan merasa tertekan. Namun, karena beliau sudah terbiasa mengikuti semua kegiatan yang ada di Panti, sehingga membuat beliau sangat antusisas dengan adanya kegiatan dinamika kelompok, sesuai dengan apa yang beliau sampaikan sebagai berikut: “Ya, Kakek senang ikut kegiatan yang ada di sini. Jadi tidak merasa jenuh. Waktu acara lomba 17an saya juga ikut. Kalau ada rame-rame juga saya ikut. Saya juara 3 dapet duit 20.” 24 23 Wawancara pribadi dengan Ibu Siti Fatonah, S.sos sebagai pekerja sosial Jakarta, 22 Agustus 2014 24 Wawancara Pribadi dengan Kakek Lumanow, sebagai Warga Binaan Sosial WBS Jakarta, 22 Agustus 2014 Selain itu hal yang serupa juga terjadi pada Kakek Wandi 65 tahun yang mengalami psikotik ringan. Beliau sudah 4 bulan tinggal di PSTW. Awalnya beliau tidak mau berbicara sama sekali, namun setelah mengikuti program dinamika kelompok akhirnya beliau mau untuk berbicara. Seperti pada pengamatan peneliti saat kegiatan support group dan menceritakan tentang pengalaman masa lalunya. Beliau pun menangis tersedu-sedu dan mengatakan bahwa beliau rindu dengan anaknya. 25 Dinamika kelompok memang sangat di perlukan karena dengan adanya program ini membuat para WBS dapat lebih membuka diri untuk berinteraksi dengan orang lain. Tidak seperti dulu WBS terkesan lebih menyendiri dan susah diajak berinteraksi dengan orang lain. 3 Aspek Sosial Secara sosial, usia tua akan memngalami perubahan dalam peran sosial di masyarakat. Hal ini menyebabkan lanisa rentan mengalami tindakan diskriminasi dan isolasi oleh lingkungan sekitar, baik di tingkat keluarga, masyarakat maupun Negara. Salah satu faktor utamanya adalah adanya stigma di kalangan masyarakat bahwa lansia sebagai kelompok yang harus tinggal di rumah. Pada aspek sosial pendapat mengenai lanjut usia merupakan seseorang dengan keadaan fisik dan mentalnya lemah, pikun, jalannya membungkuk dan sulit hidup bersama siapapun ini pada akhirnya dapat mempengaruhi sikap sosial para lansia, sehingga membuat lanjut usia menjadi lebih individualis, suka menyendiri, jarang berinterkasi dengan teman-temannya dan tidak ada komunikasi antara satu dengan 25 Observasi kegiatan Support Group di PSTW BM 1, pada tanggal 19 September 2014 yang lain. Hal ini juga dapat berpengaruh dan dapat mengalami penurunan kepada aspek-aspek yang lain seperti aspek biologis dan aspek psikologis. Namun untuk menghindari hal-hal tersebut PSTW BM 1 membuat suatu program dinamika kelompok guna meningkatan aktivitas WBS yang tinggal di panti dan mereka dapat berinteraksi serta berkomunikasi dengan baik kepada teman-teman sewismanya. Hal ini juga dirasakan oleh beberapa WBS, setelah mengikuti kegiatan dinamika kelompok seperti yang di ungkapkan oleh Kakek Tamrin 69 tahun dari Wisma Catilliya sebagai berikut: “Senang, saya juga mengikuti kegiatan seperti angklung, dan olah raga. Waktu itu juga saya ikut Terapi Aktivitas Kelompok TAK yang di berikan perawat. Saya senang dengan kegiatan- kegiatan seperti ini. Karena dapat mengurangi rasa jenuh saya selama berada disini. Saya baru 6 bulan disini. Dengan adanya TAK saya mempunyai banyak teman” 26 Hal serupa juga di ungkapkan oleh Nenek Sumarni 62 tahun dari Wisma Asoka, sebagai berikut: “Seneng, karena ada hiburan. Biasanya kita main bola, lempar bola. Terus dapet hadiah. Hadiahnya dapet mangkok, dapet uang. Jadinya kan kite semangat. Kita biasanya main di belakang, di aula. Ye bareng sama nenek-nenek yang lain.” 27 Selain itu hal yang sama juga di katakana oleh Nenek Farida 61 tahun dari wisma cempaka sebagai berikut: “Iya, jadi kegiatannya gak cuma itu-itu aja. Lama-lama kan juga saya bosen. Tapi kalo ada permainan kelompok kayak gini ya saya seneng. Bisa cerita ngobrol bareng sama temen-temen” 26 Wawancara Pribadi dengan Kakek Tamrin, sebagai Warga Binaan Sosial WBS Jakarta, 22 Agustus 2014 27 Wawancara Pribadi dengan Nenek Sumarni, sebagai Warga Binaan Sosial WBS Jakarta, 22 Agustus 2014 4 Aspek Spiritual Peranan agama merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan. Pada aspek spiritualisme merujuk pada pengertian hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang arti kehidupan. Hal ini lah yang menyebabkan setiap WBS yang ada di PSTW BM 1 wajib mengikuti semua kegiatan keagamaan yang ada seperti pengajian, sholat berjama’ah ataupun kebaktian. Hal ini di maksudkan agar mereka mampu meningkatkan kualitas ibadah mereka dan timbulnya kesadaran dalam diri para lansia untuk menaati perintah Allah SWT dan menjauhi larangannya. Pada pengamatan peneliti saat kegiatan support group menceritakan tentang pengalaman masa lalu. Kakek Dasni 70 tahun saat mendengar Adzan Ashar beliau langsung mengangkat tangan dan meminta izin kepada Psikolog maupun Pekerja Sosial untuk melaksanakan ibadah sholat Ashar terlebih dahulu. Dan meminta kegiatan tersebut di lanjutkan setelah melaksanakan sholat ashar berjama’ah. Seperti yang beliau ungkapkan sebagai berikut: “Bu.. sudah Adzan Ashar, saya mau sholat terlebih dahulu. Kalau saya sudah selesai sholat. Nanti saya akan kembali lagi kesini” 28 Dengan keterbatasan fisik beliau yang mengalami struk, pelafalan saat beliau berbicara pun sudah tidak terlalu jelas dan memiliki penyakit alzaimar, beliau masih semangat dalam menjalankan setiap aktivitas yang ada di Panti salah satunya dengan mengikuti kegiatan keagamaan. 28 Observasi kegiatan Support Group di PSTW BM 1, pada tanggal 19 September 2014 Dari keempat aspek yang sudah peneliti paparkan di atas, para WBS mengalami perubahan cukup baik setelah mengikuti program dinamika kelompok. Namun apabila dilihat berdasarkan usia, pada usia 83-89 tahun dari aspek biologifisik mereka sudah mengalami penurunan, membuat mereka menjadi jarang mengikuti program-program yang ada di PSTW BM 1. Berbeda pada usia 60-70 tahun mereka masih memerlukan program-program yang dapat meningkatkan aktivitas dan dapat mengisi waktu luangnya, sehigga mereka mampu berinteraksi serta bersosialisasi dengan baik kepada teman-temannya. Perubahan yang terjadi pada WBS juga bukan merupakan suatu tuntutan yang di haruskan dari pihak panti. Namun dengan adanya program ini diharapkan para WBS dapat merasakan manfaatnya. Seperti yang di ungkapkan oleh Ibu Siti Fatonah, S. Sos sebagai berikut: “Untuk perubahan itu kan kita bertahap yah, kan disini bukan tuntutan mutlak harus bagus. Untuk perubahan itu sendiri kalau di persentasikan kira-kira hampir 60 sampai dengan 70. Artinya keberhasilan itu tidak menonjol banget. Tapi paling tidak Beliau senang dengan adanya dinamika kelompok. bisa menerima kehadiran kita dan poin yang paling penting disini ialah interaksi beliau lebih bagus. Dan beliau dapat merasakan manfaat yang kita berikan. Pokoknya beliau dapat menerima manfaatnya. Dan sebagai fasilitator kita juga harus terbuka juga dengan mereka. Fungsi kita juga hanya sebagai fasilitator. Jd kita gak bisa memaksakan beliau. Yang penting implementasinya” 29 Sesuai dengan apa yang telah disampaikan oleh Ibu Siti Fatonah, S.Sos interaksi sangatlah di perlukan khususnya di dalam sebuah panti sosial, karena dengan adanya interaksi dan sosialisasi, antar WBS dapat menumbuhkan rasa saling mendukung, saling memberi semangat dan dapat menumbuhkan keakraban sehingga dapat mengurangi ketergantungan di masa tuanya. Selain itu 29 Wawancara pribadi dengan Ibu Siti Fatonah, S.Sos sebagai Pekerja Sosial Jakarta, 22 Agustus 2014 pula dengan adanya program dinamika kelompok di PSTW BM 1 ini dapat meminimalisir adanya ketergantungan fisik atau mental, yaitu merujuk pada ketidakmampuan seorang lansia dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Seperti halnya pada lansia yang tidak potensial mengalami disability walaupun perubahan tidak begitu terlihat dikarenakan berdasarkan kondisi beliau sudah renta, namun sebagian dari mereka dapat melakukan aktivitasnya sendiri tanpa di bantu dengan petugas seperti merapihkan tempat tidur, mandi, ataupun mengambil makanan. Sedangkan pada WBS yang masih potensial dapat melakukan kegiatan yang ada di PSTW BM 1 dengan mandiri contohnya ialah membantu petugas dalam menyiapkan makanan, membantu petugas membersihkan halaman dan lain sebagainya. 44 B. Perubahan yang didapatkan lanjut usia dari implementasi dinamika kelompok yang telah diberikan oleh Panti Sosial Tresna Werdha PSTW Budi Mulia di lihat dari aspek biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Dalam melakukan penelitian keberhasilan dalam program kegiatan dinamika kelompok dapat dilihat dari kemajuan dan perubahan yang di capai dibandingkan dengan kondisi WBS sebelumnya, serta manfaat yang dirasakan oleh mereka setelah mengikuti program kegiatan dinamika kelompok seperti adanya interaksi dengan WBS yang lain dan timbul rasa solidaritas terhadap sesama WBS sehingga dapat saling menghargai dan menghormati pendapat orang lain. Terkait dengan program kegitan dinamika kelompok, sehubungan dengan pengembangan diri yang diberikan untuk lansia di Panti Sosial Tresna Werdha PSTW Budi Mulia 1 sejak setahun terakhir ini menunjukan perkembangan yang sangat baik. Dengan adanya program kegiatan dinamika kelompok, para WBS dapat mengisi waktu luang mereka untuk ikut serta dalam program ini dan mereka dapat berinteraksi dengan teman-temannya sekaligus dengan petugas panti. Adapun beberapa WBS yang mengikuti kegiatan dinamika kelompok diantaranya ialah sebagai berikut: Tabel 4 WBS yang mengikuti program dinamika kelompok No Nama Klien Nama Wisma Gender Usia Suku 1 Masnun Wisma Asoka P 89 thn Betawi 2 Sumarni Wisma Asoka P 62 thn Betawi 3 Lumanow Wisma Catiliya L 70 thn Batak 5 4 Thamrin Wisma Catiliya L 69 thn Kalimantan Sumber: Hasil Wawancara Pribadi Berdasarkan dari tabel di atas merupakan WBS yang menerima program kegiatan dinamika kelompok. Mereka merupakan sebagian dari jumlah WBS yang tinggal di panti yakni sebanyak 210 orang. Dari keempat WBS yang peneliti amati mereka memiliki latar belakang, kondisi fisik, suku, dan usia yang berbeda-beda namun disatukan dalam suatu kondisi yang sama yaitu sama-sama tinggal dan menjalani kehidupan sehari-harinya di dalam Panti. Perbedaan yang terjadi juga dapat menimbulkan suatu permasalahan pada WBS. Perbedaan gender, perbedaan usia, perbedaan bahasa serta berbedaan suku ini dapat menimbulkan kesalahpahaman antar WBS. Misalnya suku Jawa yang memiliki karakter lemah lembut dalam bertutur bahasa bertemu dengan suku Batak yang memiliki karakter yang keras dari nada suaranya ini sering menimbulkan kesalahpahaman yang dapat mengakibatkan perselisihan . Dengan adanya program dinamika kelompok inilah para WBS mengikuti suatu permainan yang dapat membuat mereka lebih akrab, dapat menjalin kebersamaan, dan berbagi pengalaman dengan WBS yang lain sehingga mereka dapat memahami setiap karakter WBS yang tinggal di PSTW BM 1 . Selain itu pula yang tinggal di panti merupakan suatu kelompok yang terbentuk secara tidak sengaja, mereka hidup berkelompok dalam suatu panti karena disatukan oleh sebuah nasib. Adapun perubahan yang terjadi pada WBS di PSTW setelah mengikuti program dinamika kelompok berdasarkan aspek Biopsikososial dan spiritual yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut: 67 1 Aspek Biologisfisik Dari segi fisik lansia memang memiliki berbagai macam keterbatasan dalam melakukan segala hal. Perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada lansia diantaranya ialah penglihatannya yang sudah mulai berkurang, pendengarannya juga mulai melemah dan pada kesehatan juga menurun. Konsekuensi dari penurunan tersebut menjadikan faktor kesehatan sebagai permsalahan utama bagi lansia. Hal ini juga terjadi pada WBS di PSTW BM 1, kondisi seperti ini membuat para WBS yang berada di Panti menjadi malas dalam mengikuti kegiatan yang ada di PSTW, mereka merasa minder, tidak percaya diri dan malu akan kondisi hidupnya saat ini. a. Nenek Masnun Nenek Masnun merupakan WBS yang berusia 89 tahun, dari segi usia umur beliau sudah cukup lanjut. Beliau tinggal di wisma asoka. Beliau berasal dari Jakarta Betawi. Beliau memiliki kulit tubuh sawo matang, dengan rambut yang sudah mulai beruban. Tinggi badan beliau juga mencapai 165 cm. Nenek Masnun juga menggunakan kacamata untuk menujang beliau dalam melakukan aktivitas. 21 Kondisi beliau saat ini juga sudah banyak mengalami penurunan seperti penglihatan yang sudah mulai melemah, beliau juga memiliki darah tinggi dan kebiasaan beliau merokok sembunyi- sembunyi juga sulit dihilangkan hal ini juga dapat menyebabkan beliau mudah sakit sehingga membuat beliau jarang mengikuti berbagai 21 Observasi Nenek Masnun sebagai Warga Binaan Sosial WBS di PSTW BM 1, Jakarta, 22 Agustus 2014 kegiatan yang ada di panti. Seperti yang beliau ungkapkan sebagai berikut: “Udah males ikut kegiatan, udah tua. Waktu itu pernah ikut kegiatan itu. Cuma sekarang nenek udah rada males. Badannya udah gampang capek. Paling nenek ngejait aja. Itu juga kalo lagi gak males. Kalo lagi males seminggu baru nenek jait. Mau main angklung matanya udah ga ngeliat. Ya paling kegiatannya ya gitu- gitu aja. Iyah soalnya matanya udah ngga enak gini.. entar deh kalo udah tua ngerasain deh.” 22 b. Nenek Sumarni Nenek Sumarni saat ini berusia 62 tahun. Nenek Sumarni juga berasal dari Jakarta Betawi. Beliau memiliki tinggi badan ±168 cm dengan tubuh yang kurus. Kulit tubuhnya berwarna sawo matang dan selalu mengenakan tutup kepala. 23 Beliau merupakan WBS yang rajin mengikuti setiap kegiatan yang ada di panti karena kondisi beliau yang masih potensial dan masih mampu melakukan aktivitas secara mandiri tanpa bantuan orang lain. Beliau juga tidak mengalami kekurangan fisik, hanya saja beliau memiliki darah rendah, selain itu daya ingat beliau terkadang melemah dan beliau juga sering jatuh sakit akibat daya tahan tubuhnya yang menurun, seperti flu, demam atau yang lain sebagainya. c. Kakek Lumanow Pada Kakek Lomanow yang berusia 70 tahun. Beliau berasal dari Medan Batak kondisi fisik beliau masih normal, dengan tinggi badan mencapai ±170 cm tubuhnya juga terlihat kurus dan rambut yang sudah beruban. Beliau merupakan perokok 22 Wawancara pribadi dengan Nenek Masnun, sebagai WBS Jakarta, 14 Agustus 2014 23 Observasi Nenek Sumarni sebagai Sosial WBS di PSTW BM 1, Jakarta, 22 Agustus 2014 aktif hal ini dapat memperngaruhi kondisi fisik beliau mengingat usia beliau yang sudah tidak muda lagi. Beliau adalah pribadi yang rajin, terutama dalam menjaga kebersihan diri maupun kebersihan lingkungan dan beliau juga selalu mengikuti kegiatan senam pagi sehingga beliau selalu terlihat bugar. 24 d. Kakek Thamrin Sedangkan untuk Kakek Thamrin yang berusia 69 tahun beliau berasal dari Kalimantan, beliau memiliki tinggi badan sekitar 150 cm dengan berat badan berkisar 45 sd 50 kg. Kondisi fisiknya sudah mulai melemah beliau memiliki penyakit reumatik hal ini terjadi dikarenakan beliau berjualan koran di daerah Matraman, tidak jarang beliau terkadang kehujanan sampai kedinginan karena tidak adanya tempat untuk berteduh. Karena sakitnya inilah yang mengakibatkan beliau sering kambuh dan beliau tidak dapat mengikuti kegiatan yang ada di panti. Dengan adanya program dinamika kelompok ini fasilitator selalu memberikan semangat dan selalu memberikan dukungan kepada setiap WBS dengan memberikan materi terkait dengan kebutuhan WBS. Sehingga dengan adanya program ini dapat membangkitkan semangat para WBS yang sudah mulai berkurang . 2 Aspek Psikologi Pada aspek psikologi kepribadian lansia dan perubahan secara biologi dapat mempengaruhi sikap mentalnya yang akan mempengaruhi 24 Observasi Kakek Lumanow sebagai WBS di PSTW BM 1, Jakarta, 22 Agustus 2014 orang lain selain itu pula banyak WBS yang merasa kesepian, depresi, merasakan kecemasan akan kematian, rasa tidak berdaya, mudah marah karena tidak ada pengakuan dari keluarga ataupun masyarakat, muncul perubahan minat dan terjadi perubahan mental seperti suka lupa, ingatan yang tidak lagi berfungsi dengan baik dan pengetahuan mulai lemah. a. Nenek Masnun Dalam aspek ini Nenek Masnun merupakan pribadi yang ceria dan ramah. Emosi beliau juga stabil dan tidak pernah marah- marah, namun terkadang beliau sering merasa kesepian karena sudah tidak memiliki keluarga dan memasrahkan hidupnya untuk tinggal di panti, tetapi beliau selalu dapat membuat orang tersenyum sehingga membuat orang lain merasa nyaman di dekat beliau. Dari segi psikologis beliau tidak terlalu memiliki banyak permasalahan. b. Nenek Sumarni Nenek Sumarni merupakan pribadi yang ramah, namun beberapa tahun yang lalu beliau pernah mengikuti konseling dengan psikiater karena saat itu kondisi beliau sering marah-marah dan sempat mengalami depresi ringan. Hal itu dikarenakan beliau tidak di terima dilingkungan keluarganya. Beliau tidak memiliki suami dan tidak memiliki anak. Beliau hanya memiliki sanak saudara namun keluarga beliau tidak mau menerimanya untuk tinggal bersama karena itulah yang membuat beliau lebih nyaman untuk tinggal di panti. Nenek Sumarni juga memiliki rasa ingin tahu yang berlebihan yang membuat para WBS yang lain merasa tidak nyaman. Dalam hal ini peneliti dapat menyimpulkan bahwa beliau membutuhkan teman untuk berbagi cerita, bertukar pikiran, membutuhkan perhatian dan perlindungan dari orang lain, melihat dari latar belakang beliau yang tidak memiliki keluarga. Namun setelah beliau mengikuti berbagai macam pelayanan yang ada kondisi psikologis beliau semakin membaik. Beliau tidak mudah marah, beliau juga dapat menerima kondisi beliau untuk tinggal di panti. Beliau juga sering mengikuti kegiatan seperti senam pagi, angklung dan lain sebagainya yang dapat mempengaruhi perubahan psikologis menjadi lebih baik lagi. c. Kakek Lumanow Kakek Lumanow merupakan WBS yang mengalami masalah kejiwaan atau yang sering disebut dengan ODMK Orang Dengan Masalah Kejiwaan. Sebelum Kakek Lumanow tinggal di PSTW Budi Mulia 1, beliau tinggal di Panti Sosial Bina Laras PSBL Harapan Sentosa 3 yakni panti yang khusus untuk ODMK. Setelah beliau mengikuti kegiatan yang ada di panti kondisinya saat ini sudah mulai stabil tidak mengganggu, tidak agresif dan sudah tenang dan perubahan kondisinya juga sudah mencapai hampir 90. Melihat kondisi Kakek Lumanow yang memiliki masalah dengan kejiwaan, beliau tidak bisa di atur-atur dalam melakukan sesuatu karena beliau akan merasa tertekan. Namun, karena beliau sudah terbiasa mengikuti semua kegiatan yang ada di panti. Sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Ibu Siti Fatonah, S. Sos sebagai berikut: “Kakek Lumanow ini merupakan pribadi yang care terhadap teman-temannya. Suka bantu-bantu petugas di dapur buat ambil nasi. Dia juga rajin bersihin kamar mandi. Nah mungkin karena dia juga lama di PSBL jadi setiap kegiatan yang ada di sini beliau juga selalu ikut. Perubahan yang di alamai saat ini juga sudah membaik, sudah jarang marah-marah. Ya namanya mantan sikotik ya terkadang beliau gak mau diatur” 25 d. Kakek Thamrin Kakek Thamrin merupakan pribadi yang ramah, cara bicaranya juga sangat lembut hanya saja beliau sangat pendiam dan individualis mungkin karena beliau belum terlalu lama tinggal di panti. Beliau berada di panti kurang lebih 6 bulan. Kondisi psikologis beliau juga sangat baik, beliau tidak mengalami gangguan kejiwaan, depresi ataupun dimensia. Beliau WBS yang masih produktif. Dalam aspek ini dinamika kelompok memang sangat di perlukan karena dengan adanya program ini membuat para WBS dapat lebih membuka diri untuk berinteraksi dengan orang lain. Tidak seperti dulu WBS terkesan lebih menyendiri dan susah diajak berinteraksi dengan orang lain. 3 Aspek Sosial Secara sosial, usia tua akan memngalami perubahan dalam peran sosial di masyarakat. Hal ini menyebabkan lanisa rentan mengalami tindakan diskriminasi dan isolasi oleh lingkungan sekitar, baik di tingkat 25 Wawancara pribadi dengan Ibu Siti Fatonah, S.sos sebagai pekerja sosial Jakarta, 22 Agustus 2014 keluarga, masyarakat maupun Negara. Salah satu faktor utamanya adalah adanya stigma di kalangan masyarakat bahwa lansia sebagai kelompok yang harus tinggal di rumah. Pada aspek sosial pendapat mengenai lanjut usia merupakan seseorang dengan keadaan fisik dan mentalnya lemah, pikun, jalannya membungkuk dan sulit hidup bersama siapapun ini pada akhirnya dapat mempengaruhi sikap sosial para lansia, sehingga membuat lanjut usia menjadi lebih individualis, suka menyendiri, jarang berinterkasi dengan teman-temannya dan tidak ada komunikasi antara satu dengan yang lain. Hal ini juga dapat berpengaruh dan dapat mengalami penurunan kepada aspek-aspek yang lain seperti aspek biologis dan aspek psikologis. Namun untuk menghindari hal-hal tersebut PSTW BM 1 membuat suatu program dinamika kelompok guna meningkatan aktivitas WBS yang tinggal di panti dan mereka dapat berinteraksi serta berkomunikasi dengan baik kepada teman-teman sewismanya. a. Nenek Masnun Nenek Masnun merupakan WBS yang menjalin relasi dengan WBS yang lainnya dengan cukup baik. Interaksi beliau juga sangat bagus, baik kepada teman sesama wisma ataupun dengan petugas panti. Beliau juga tidak pernah memiliki permasalahan yang dengan teman sewismanya selama beliau tinggal di panti. Nenek Masnun merupakan pribadi yang ramah, ceria dan mudah berinteraksi dengan orang baru. Namun dikarenakan usia beliau yang sudah lanjut dan sudah mengalami berbagai macam penurunan. Beliau sudah jarang mengikuti kegiatan yang ada di panti salah satunya program dinamika kelompok. b. Nenek Sumarni Dalam aspek ini Nenek Sumarni sempat mengalami dilema, karena kondisinya dahulu yang mengalami depresi ringan, mudah marah dan mempunyai rasa ingin tahu yang berlebihan membuat beberapa WBS tidak nyaman berada di dekat beliau. Namun setelah beliau mengikuti beragam kegiatan yang ada di panti. interaksi serta sosialisasi beliau menjadi lebih baik. Beliau juga sering mengikuti program dinamika kelompok, karena menurutnya kegiatan seperti ini merupakan suatu permainan yang menyenangkan dan dapat menjalin interaksi dengan WBS yang lain. Seperti yang beliau ungkapkan sebagai berikut: “Seneng, karena ada hiburan. Biasanya kita main bola, lempar bola. Terus dapet hadiah. Hadiahnya dapet mangkok, dapet uang. Jadinya kan kite semangat. Kita biasanya main di belakang, di aula. Ye bareng sama nenek-nenek yang lain.” 26 c. Kakek Lumanow Kakek Lumanow adalah WBS yang memiliki interaksi dengan WBS yang lainnya dengan cukup baik, beliau juga memiliki kepedulian yang tinggi kepada teman-temannya. Dengan ikhlas beliau membantu teman-temannya yang tidak dapat melakukan aktivitas dengan baik tidak potensial atau teman- temannya yang sedang sakit dengan membantu mengambilkan makanan maupun minuman. Selain itu pula beliau juga rajin 26 Wawancara Pribadi dengan Nenek Sumarni, sebagai WBS Jakarta, 22 Agustus 2014 membantu para petugas panti untuk mengambil makanan didapur, menyapu teras atau halaman panti serta membersihkan kamar mandi. Walaupun mengalami gangguan kejiwaan ringan tetapi beliau dapat melakukan aktivitasnya sendiri tanpa bantuan pendamping. Dan dari segi memori, memori beliau cukup baik. Terlihat pada kegiatan cerdas cermat saat pelaksanaan program dinamika kelompok beliau lebih dominan di bandingkan dengan WBS yang kondisinya masih normal. Beliau juga rajin mengikuti setiap kegiatan yang ada di panti sehingga membuat beliau sangat antusisas dengan adanya kegiatan dinamika kelompok, sesuai dengan apa yang beliau sampaikan sebagai berikut: “Ya, Kakek senang ikut kegiatan yang ada di sini. Jadi tidak merasa jenuh. Waktu acara lomba 17an saya juga ikut. Kalau ada rame-rame juga saya ikut. Saya juara 3 dapet duit 20.” 27 d. Kakek Thamrin Kakek Thamrin merupakan pribadi yang pendiam dan agak minder serta sulit untuk melakukan interaksi dengan orang lain. Beliau cenderung individualis. Beliau juga jarang banyak bicara hal ini dikarenakan beliau yang tidak dapat membuka pembicaraan dalam artian jika tidak di ajak berbicara terlebih dahulu beliau sulit untuk berbicara. Namun setelah mendapat pendampingan dari petugas panti interaksi beliau saat ini sudah cukup baik, beliau juga sangat care dengan teman-teman sewismanya. Selain itu beliau juga selalu membantu petugas untuk mengambil nasi didapur dan 27 Wawancara Pribadi dengan Kakek Lumanow, sebagai WBS Jakarta, 22 Agustus 2014 dibagikan kepada teman-teman di wismanya. Kakek Thamrin juga rajin mengikuti setiap kegiatan yang ada di panti semua kegiatan beliau ikuti seperti bermain catur, bermain angklung dan lain sebagainya. seperti yang beliau ungkapkan sebagai berikut: “Senang, saya juga mengikuti kegiatan seperti angklung, dan olah raga. Waktu itu juga saya ikut Terapi Aktivitas Kelompok TAK yang di berikan perawat. Saya senang dengan kegiatan- kegiatan seperti ini. Karena dapat mengurangi rasa jenuh saya selama berada disini. Saya baru 6 bulan disini. Dengan adanya TAK saya mempunyai banyak teman” 28 4 Aspek Spiritual Peranan agama merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan. Pada aspek spiritualisme merujuk pada pengertian hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang arti kehidupan. Hal ini lah yang menyebabkan setiap WBS yang ada di PSTW BM 1 wajib mengikuti semua kegiatan keagamaan yang ada seperti pengajian, sholat berjama’ah ataupun kebaktian. Hal ini di maksudkan agar mereka mampu meningkatkan kualitas ibadah mereka dan timbulnya kesadaran dalam diri para lansia untuk menaati perintah Allah SWT dan menjauhi larangannya. a. Nenek Masnun Kesadaran diri untuk beribadah Nenek Masnun masih kurang. Beliau belum terfikirkan kearah sana. Walaupun beliau sudah sering di berikan bimbingan rohani islam namun beliau masih malas untuk melaksanakan sholat 5 waktu dan dari petugas 28 Wawancara Pribadi dengan Kakek Tamrin, sebagai Warga Binaan Sosial WBS Jakarta, 22 Agustus 2014 panti pun sudah banyak yang mengingatkan beliau untuk mengikuti setiap kegiatan keagamaan dari dirinya belum ada kemauan untuk melaksanakan ibadah. b. Nenek Sumarni Nenek Sumarni merupakan WBS yang memiliki kesadaran diri untuk beribadahnya tinggi. Beliau merupakan WBS yang rajin beribadah, beliau selalu mengikuti sholat berjama’ah di masjid bersama dengan beberapa WBS yang lain. Nenek Sumarni juga sering mengikuti pengajian mingguan dan bimbingan rohani islam hal ini terlihat dari kebiasaan beliau yang selalu datang kemasjid lebih awal untuk melaksanakan sholat berjam’ah. 29 c. Kakek Lumanow Kakek Lumanow adalah WBS yang rajin mengikuti kegiatan rohani Kristen. Beliau juga selalu beribadah setiap hari minggu. Kesadaran diri beliau untuk beribadah juga sangat baik, terlihat pada kebiasaan beliau yang selalu berdoa sebelum makan. d. Kakek Thamrin Pada Kakek Thamrin, awalnya beliau tidak pernah melaksanakan ibadah sholat. Setiap petugas mengajak beliau untuk sholat berjama’ah di masjid beliau beralasan bahwa kakinya sakit. Namun sekarang setelah dari Mahasiswa beliau mau menjalankan ibadah sholat meskipun dilakukan dalam posisi 29 Observasi Nenek Sumarni sebagai Sosial WBS di PSTW BM 1, Jakarta, 22 Agustus 2014 89 duduk. Sehingga sampai saat ini beliau menjadi rajin untuk melakukan ibadah sholat 5 waktu. Dari keempat aspek yang sudah peneliti paparkan di atas, para WBS mengalami perubahan cukup baik setelah mengikuti program dinamika kelompok. Namun apabila dilihat berdasarkan usia, pada usia 83-89 tahun dari aspek biologifisik mereka sudah mengalami penurunan, membuat mereka menjadi jarang mengikuti program-program yang ada di PSTW BM 1. Berbeda pada usia 60-70 tahun mereka masih memerlukan program-program yang dapat meningkatkan aktivitas dan dapat mengisi waktu luangnya, sehigga mereka mampu berinteraksi serta bersosialisasi dengan baik kepada teman-temannya. Perubahan yang terjadi pada WBS juga bukan merupakan suatu tuntutan yang di haruskan dari pihak panti. Namun dengan adanya program ini diharapkan para WBS dapat merasakan manfaatnya. Seperti yang di ungkapkan oleh Ibu Siti Fatonah, S. Sos sebagai berikut: “Untuk perubahan itu kan kita bertahap yah, kan disini bukan tuntutan mutlak harus bagus. Untuk perubahan itu sendiri kalau di persentasikan kira-kira hampir 60 sampai dengan 70. Artinya keberhasilan itu tidak menonjol banget. Tapi paling tidak Beliau senang dengan adanya dinamika kelompok. bisa menerima kehadiran kita dan poin yang paling penting disini ialah interaksi beliau lebih bagus. Dan beliau dapat merasakan manfaat yang kita berikan. Pokoknya beliau dapat menerima manfaatnya. Dan sebagai fasilitator kita juga harus terbuka juga dengan mereka. Fungsi kita juga hanya sebagai fasilitator. Jd kita gak bisa memaksakan beliau. Yang penting implementasinya” 30 Sesuai dengan apa yang telah disampaikan oleh Ibu Siti Fatonah, S.Sos interaksi sangatlah di perlukan khususnya di dalam sebuah panti sosial, karena dengan adanya interaksi dan sosialisasi, antar WBS dapat menumbuhkan rasa 30 Wawancara pribadi dengan Ibu Siti Fatonah, S.Sos sebagai Pekerja Sosial Jakarta, 22 Agustus 2014 :; saling mendukung, saling memberi semangat dan dapat menumbuhkan keakraban sehingga dapat mengurangi ketergantungan di masa tuanya. Selain itu pula dengan adanya program dinamika kelompok di PSTW BM 1 ini dapat meminimalisir adanya ketergantungan fisik atau mental, yaitu merujuk pada ketidakmampuan seorang lansia dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Seperti halnya pada lansia yang tidak potensial mengalami disability walaupun perubahan tidak begitu terlihat dikarenakan berdasarkan kondisi beliau sudah renta, namun sebagian dari mereka dapat melakukan aktivitasnya sendiri tanpa di bantu dengan petugas seperti merapihkan tempat tidur, mandi, ataupun mengambil makanan. Sedangkan pada WBS yang masih potensial dapat melakukan kegiatan yang ada di PSTW BM 1 dengan mandiri contohnya ialah membantu petugas dalam menyiapkan makanan, membantu petugas membersihkan halaman dan lain sebagainya. = Tabel 5 Perubahan dari Aspek Biosikososial Spiritual Nama WBS Aspek Biologis Aspek Psikologi Aspek Sosial Aspek Spiritual Nenek Masnun Sebelum : Pada aspek ini Nenek Masnun merupakan seseorang yang rajin mengikuti kegiatan. Beliau mengikuti setiap kegiatan yang ada di panti. seperti menjahit, bermain angklung, senam pagi.dan lain sebagainya. Namun saat ini penglihatan beliau juga sudah mulai melemah. Sesudah : Perubahan yang terjadi sejalan usianya yang sudah lanjut dan mengalami beragam penurunan, Nenek Masnun pun menjadi sukar untuk melakukan setiap kegiatan yang ada di panti. beliau hanya mengisi waktu luangnya dengan menjahit. Sebelum: Pada aspek psikologis Nenek Masnun merupakan pribadi yang ramah dan ceria. Beliau juga tidak mengalami permasalahan pada kondisi psikologisnya. Sesudah: Perubahan psikologis yang terjadi pada Nenek Masnun juga tidak begitu terlihat. Hal ini dikarenakan memang kondisi psikologis beliau yang masih baik. Sebelum: Pada aspek sosial Nenek Masnun cukup baik. Beliau mudah berinteraksi dengan orang lain beliau juga tidak pernah memiliki permasalahan dengan teman-temannya. Sesudah: Dalam aspek ini tidak terjadi perubahan pada Nenek Masnun. Karena memang pembawaan diri beliau yang cukup baik. Sebelum: Aspek Spiritual Nenek Masnun kurang begitu baik. Kesadaran diri beliau untuk beribadah juga sangat kurang. Walaupun sesekali beliau mengitu bimbingan rohani islam ataupun pengajian beliau tetap jarang untuk menjalakan ibadah Sholat 5 waktu. Sesudah: Perubahan pada Nenek Masnun juga tidak terlihat pada aspek spiritualnya. Beliau masih jarang melaksanakan sholat 5 waktu. ? Nenek sumarni Sebelum: Pada aspek ini sebelum beliau mengikuti kegiatan dinamika kelompok beliau tidak memiliki riwayat kesehatan yang berbahaya. Kondisi fisik beliau juga sangat baik. Beliau juga tidak mengalami kekurangan fisik, hanya saja beliau memiliki darah rendah, Sesudah: Perubahan yang terjadi pada aspek ini ialah beliau mendapatkan pelayanan kesehatan dari panti beliau sering di berikan vitamin untuk menjaga daya tahan tubuhnya. dan perubahan yang terjadi setelah beliau mengikuti kegiatan dinamika kelompok ialah dapat melatih mental beliau. Sebelum: namun beberapa tahun yang lalu beliau pernah mengikuti konseling dengan psikiater karena saat itu kondisi beliau sering marah-marah dan sempat mengalami depresi ringan. Hal itu dikarenakan beliau tidak di terima dilingkungan keluarganya. Sesudah: Namun setelah mengikuti beragam program kegiatan dinamika kelompok yang ada di panti perubahan pun mulai dirasakan oleh Nenek Sumarni. Kondisi psikologis beliau semakin membaik. Beliau tidak mudah marah, beliau juga dapat menerima kondisi beliau untuk tinggal di panti. Beliau juga sering mengikuti kegiatan seperti senam pagi, angklung dan lain sebagainya yang dapat mempengaruhi perubahan Sebelum: Nenek Sumarni sempat mengalami dilema, karena kondisinya dahulu yang mengalami depresi ringan, mudah marah dan mempunyai rasa ingin tahu yang berlebihan membuat beberapa WBS tidak nyaman berada di dekat beliau. Sesudah: Tetapi dengan adanya program dinamika kelompok perubahan yang terjadi pada Nenek Sumarni ialah interaksi serta sosialisasi beliau menjadi lebih baik dan adanya penambahan aktivitas untuknya. Sebelum: Beliau merupakan WBS yang rajin beribadah, beliau selalu mengikuti sholat berjama’ah di masjid bersama dengan beberapa WBS yang lain. Nenek Sumarni juga sering mengikuti pengajian mingguan dan bimbingan rohani islam. Sesudah: Dan pada aspek ini tidak ada perubahan yang terjadi pada Nenek Sumarni karena beliau memiliki kesadaran diri untuk beribadah yang tinggi. A psikologis menjadi lebih baik lagi Kakek Lumanow Sebelum : Pada aspek ini sebelum kakek Lumanow mengikuti kegiatan dinamika kelompok beliau memiliki kondisi fisik yang baik, beliau juga merupakan pribadi yang rajin dan bersih. Beliau juga tidak memiliki riwayat penyakit yang berbahaya. Hanya saja kebiasaan merokok beliau tidak dapat dihilangkan. Sesudah : Perubahan yang terjadi pada aspek ini setelah Kakek Lumanow mengikuti kegiatan dinamika kelompok tidak terlalu ada perubahan yang signifikan. Karena beliau memang seseorang yang selalu menjaga kebersihan. Sebelum: Pada aspek psikologis Kakek Lumanow adalah seseorang yang mengalami gangguan kejiwaan. Emosinya juga labil dan tidak bisa mendapat tekanan dari orang lain. Sesudah: Perubahan yang terjadi pada aspek ini setelah Kakek Lumanow mengikuti kegiatan dinamika kelompok beliau menjadi lebih tenang, tidak agresif dan tidak mengganggu orang lain. Dalam kegiatan dinamika kelompok juga terdapat beberapa permainan yang dapat melatih kesabaran para Sebelum: Pada aspek sosial sebelum beliau mengikuti kegiatan dinamika kelompok beliau merupakan seseorang yang memiliki interaksi yang sangat baik dengan orang lain. Beliau juga tidak pernah memiliki permasalahan kepada teman- teman sewismanya atau dengan WBS yang lain. Sesudah : Perubahan yang terjadi setelah mengikuti kegiatan dinamika kelompok pada Kakek Lumanow ialah solidaritas beliau terhadap sesama WBS yang lain semakin solid. Kemudian interaksinya juga semakin lebih baik tidak hanya kepada para petugas panti namun kepada sesama WBS yang lain juga, Sebelum: Pada aspek ini Kakek Lumanow merupakan WBS yang rajin beribadah. Baik sebelum ataupun sesudah kegiatan dinamika kelompok. Beliau rajin mengikuti kebakitian dan pebekalan rohani Kristen Sesudah: Pada aspek ini tidak ada perubahan yang signifikan. Beliau memang pribadi yang rajin beribadah. BC WBS. Kakek Thamrin Sebelum: kondisi fisiknya sudah mulai melemah beliau memiliki penyakit reumatik. Karena sakitnya inilah yang mengakibatkan beliau sering kambuh dan beliau tidak dapat mengikuti kegiatan yang ada di panti. Sesudah: Perubahan yang terjadi pada Kakek Thamrin setelah beliau mendapatkan pelayanan. Beliau rajin memeriksakan penyakitnya di klinik PSTW. Selain itu pula banyak perawat yang memberikan obat sehingga kondisinya membaik. Sebelum: Beliau sangat pendiam dan individualis mungkin karena beliau belum terlalu lama tinggal di panti. Beliau berada di panti kurang lebih 6 bulan. Kondisi psikologis beliau juga sangat baik, beliau tidak mengalami gangguan kejiwaan, depresi ataupun dimensia. Beliau WBS yang masih produktif. Sesudah: Namun dengan adanya dinamika kelompok perubahan yang terjadi pada beliau ialah beliau mau di ajak berinteraksi dengan orang lain. Sebelum: Kakek Thamrin merupakan pribadi yang pendiam dan agak minder serta sulit untuk melakukan interaksi dengan orang lain. Beliau cenderung individualis. Beliau juga jarang banyak bicara. Sesudah: Namun setelah mendapat pendampingan dari petugas panti dan dengan adanya program dinamika kelompok dapat membuat interaksi beliau saat ini sudah cukup baik, beliau juga sangat care dengan teman-teman sewismanya. Kakek Thamrin juga rajin mengikuti setiap kegiatan yang ada di panti semua kegiatan beliau ikuti seperti bermain catur, bermain Sebelum: awalnya beliau tidak pernah melaksanakan ibadah sholat. Setiap petugas mengajak beliau untuk sholat berjama’ah di masjid beliau beralasan bahwa kakinya sakit. Kesadaran diri untuk beribadahnya juga masih kurang Sesudah: Namun sekarang setelah dari Mahasiswa beliau mau menjalankan ibadah sholat meskipun dilakukan dalam posisi duduk. Sehingga sampai saat ini beliau menjadi rajin untuk melakukan ibadah sholat 5 waktu. D 6 angklung. Sehingga membuat interaksi beliau dnegan orang lain menjadi lebih baik lagi. EF

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan yang telah penulis uraikan pada bab-bab sebelumnya dan telah penulis analisis maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Implementasi program dinamika kelompok merupakan kegiatan yang bertujuan untuk membantu mengatasi permasalahan terhadap WBS secara berkelompok dan dapat membantu mengembangkan potensi lanjut usia secara optimal sesuai dengan kemampuannya. Dimana setelah mengikuti kegiatan dinamika kelompok ini diharapkan adanya rasa saling menghargai satu dengan yang lain, timbul rasa solidaritas terhadap teman sesama WBS sehingga dapat saling menghormati dan saling menghargai pendapat orang lain. 2. Dalam implementasi program dinamika kelompok ini lansia yang berada di dalam panti juga dapat mengembangkan diri mereka melalui aktivitas kelompok. Sehingga dapat beradaptasi baik secara sosial, tingkah laku, dan emosional melalui proses kelompok. Selain itu pula dinamika kelompok merupakan suatu kegiatan yang dapat menunjang aktivitas lansia di panti menjadi bertambah dan dengan adanya pelaksanaan dinamika kelompok, lansia mampu mengembangkan potensi yang mereka miliki. 3. Dalam implementasi dinamika kelompok, metode dan proses pelaksanaan dinamika kelompok dapat menumbuhkan dan membangun kelompok dari semula kumpulan individu-individu yang belum saling mengenal satu G sama lain, menjadi satu kesatuan kelompok dengan satu tujuan, suatu norma, dan suatu cara pencapaian berusaha yang disepakati bersama. 4. Keberhasilan dalam program kegiatan dinamika kelompok dapat dilihat dari kemajuan dan perubahan yang di capai dibandingkan dengan kondisi kakek dan nenek sebelumnya, serta manfaat yang dirasakan oleh mereka setelah mengikuti program kegiatan dinamika kelompok. Terkait dengan program kegitan dinamika kelompok, sehubungan dengan pengembangan diri yang diberikan untuk lansia di Panti Sosial Tresna Werdha PSTW Budi Mulia 1 sejak setahun terakhir ini menunjukan perkembangan yang sangat baik.

B. SARAN

Panti Sosial Tresna Werdha PSTW Budi Mulia 1 Cipayung memang telah memberikan suatu program atau pelayanan yang optimal kepada para Warga Biaan Sosial WBS dalam hal ini ialah lanjut usia. Oleh karena itu, tanpa mengurang rasa hormat atas kerja keras yang telah dilakukan oleh PSTW Budi Mulia 1, sehingga peneliti mencoba untuk memberikan saran yang mudah- mudahan dapat memberi masukan untuk PSTW, dan secara khusus dapat lebih bermanfaat untuk para WBS. Saran tersebut antara lain: 1. Sebaiknya pelaksanaan program kegiatan dinamika kelompok seperti ini lebih sering di lakukan, karena dengan adanya kegiatan seperti ini, lanjut usia yang berada di panti merasa terhibur dan mengurangi kejenuhan lansia selama berada dipanti. 2. Dalam pelaksanaan dinamika kelompok di PSTW Budi Mulia 1 dari segi kualitas sebaiknya menggunakan berbagai media yang lebih beragam agar HH tidak membosankan. Disamping itu dari segi kuantitas dalam pelaksanaan dinamika kelompok di PSTW Budi Mulia 1 juga perlu untuk diperhatikan waktunya. 3. Pada pelaksanaan dinamika kelompok di PSTW Budi Mulia 1 ini, Sebaiknya SDMnya juga ditambahkan, karena dari jumlah WBS mencapai 210 orang dengan 2 orang Psikolog dan 3 orang pekerja sosial dirasa masih kurang dalam memberikan pelayanan yang maksimal untuk para WBS di PSTW Budi Mulia 1 ini. IJ J LAMPIRAN-LAMPIRAN