Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

penelitian yang dilakukan di Uganda oleh Osinde 2011, yang menyatakan bahwa kasus IMS tertinggi adalah sifilis sebanyak 99 orang 64,3, diikuti oleh campuran IMS sebanyak 21 orang 13,6 dan Gonore sebanyak 15 orang 9,7. Akan tetapi, dari hasil penelitian Jazan 2003 di Bitung yang menyatakan IMS yang paling banyak ditemukan adalah gonore 32 yang diikuti oleh jenis IMS klamidia 22 dan sifilis 9 ini berarti penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya. Namun pada penelitian ini, IMS yang tertinggi kedua dan ketiga yaitu gonore dan sifilis sama dengan urutan penelitian CDC dan WHO. Pada pendapat peneliti, setiap daerah mempunyai perbedaan jenis IMS yang terbanyak karena ada perbedaan dari sosio ekonomi, budaya, dan faktor resiko. Pada penelitian ini didapat kandidiasis vulvovaginalis yang terbanyak hal ini kemungkinan oleh karena faktor resiko kebersihan yang kurang menyebabkan candida yang merupakan flora normal boleh tumbuh berlebihan. Di samping itu, kemungkinan banyak penderita perempuan yang melakukan pemeriksaan ginekologis sehingga terdeteksi kandidiasis vulvovaginalis. Pada tabel 5.2, dapat penderita IMS paling banyak berasal dari kelompok usia 20-24 tahun dengan jumlah 15 orang 21,4 yang diikuti oleh kelompok usia lebih dari 49 tahun sebanyak 14 orang 20,0 dan kelompok usia 30-34 tahun dan 45-49 tahun mempunyai jumlah penderita IMS yang sama yaitu sebanyak 10 orang 14,3. seterusnya, kelompok usia 25-29 tahun sebanyak 7 orang 10,0, 15-19 tahun dan 40-44 tahun sama-sama berjumlah 5 orang 7,1, 35-39 tahun sebanyak 3 orang 4,3 dan kelompok usia dengan frekuensi paling kecil adalah kurang dari 15 tahun, sebanyak 1 orang 1,4 . Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Silitonga 2011, yang mendapatkan karakteristik IMS menurut kelompok usia tertinggi di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2009 adalah kelompok usia 20-24 tahun. Di samping itu, hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Mamahit 2000 yang melakukan penelitian di Jember dan Tulungagung, Jawa Timur serta Bitung dan Manado,Sulawesi Utara mendapatkan usia rata-rata menderita IMS adalah 25 tahun. Akan tetapi penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian CDC pada tahun 2011 karena menyatakan kelompok usia tertinggi penderita IMS adalah kelompok usia 15-19 tahun. Begitu juga penelitian Osinde 2011, menyatakan kelompok usia tertinggi yang menderita IMS adalah kelompok usia 25-34 sebanyak 184 orang 47,3. Menurut asumsi peneliti, hal ini mungkin terjadi karena pada golongan usia ini penderita mendapat kemudahan fasilitas seperti akses internet sehingga mendapat akses pornografi. Hal ini meningkatkan sikap ingin tahu dan ingin mencoba melakukan hubungan seksual pranikah. Tambahan pula dengan terpengaruh budaya barat dimana kebanyakan dewasa muda berhubungan seksual pranikah. Pada tabel 5.3, karakteristik penderita IMS menurut jenis kelamin yang paling banyak adalah pada laki-laki yaitu 41 orang 58,6 dan jumlah penderita perempuan adalah 29 orang 41,4. Hal ini sesuai dengan penelitian STBP 2011 karena mendapati bahwa lebih banyak penderita IMS adalah laki-laki. Akan Tetapi didapati ada hasil penelitian yang tidak sesuai seperti CDC tahun 2011, yang menyatakan jumlah penderita IMS perempuan jauh lebih banyak daripada laki-laki. Begitu juga Silitonga 2011 yang menyatakan penderita IMS pada perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Perbedaan ini mungkin disebabkan pada laki-laki banyak dipengaruhi oleh film pornografi sehingga meningkatkan nafsu seksual, kemudian mempengaruh perilaku laki-laki untuk melakukan hubungan seksual secara bebas. Selain itu, kemungkinan laki-laki memiliki pergaulan yang lebih luas, sehingga lebih mudah terjebak oleh faktor- faktor resiko penularan IMS. Di samping itu, perbedaan ini mungkin disebabkan pada laki-laki lebih mudah timbul gejala IMS sehingga penderita akan segera mencari pengobatan, sementara pada wanita asimtomatik sehingga tidak pergi berobat. Pada tabel 5.4 didapatkan hasil bahwa IMS lebih banyak terjadi pada penderita dengan tingkat pendidikan terakhir SMA yaitu 47 orang 67,1. Kedua tertinggi adalah penderita dengan tingkat pendidikan terakhir tingkat perguruan tinggi dengan jumlah 20 orang 28,6 dan jumlah penderita dengan tingkat pendidikan terakhir SMP dan SD masing-masing adalah 1 orang 2,9 dan 2 orang 1,4. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian STBP 2011 dan Silitonga 2011 yang menyatakan gambaran IMS menurut tingkat pendidikan terakhir yang terbanyak adalah tingkat SMA. Selain itu, hasil penelitian Mamahit 2000 di Bitung dan Manado,Sulawesi Utara juga sesuai dan menyatakan tingkat pendidikan terakhir terbanyak pada penderita IMS di propinsi tersebut adalah tingkat pendidikan sedang hingga SMP atau SMA yaitu sebanyak 157 orang 75,1. Hal ini mungkin disebabkan pada masa sekolah penderita IMS kurang mendapat penyuluhan atau edukasi mengenai IMS sehingga tidak tahu atau tidak peduli akan dampak IMS ini. Pada tabel 5.5 penderita IMS tertinggi berdasarkan jenis pekerjaan adalah mahasiswa dengan jumlah 20 orang 28,6, seterusnya diikuti oleh wiraswasta sebanyak 15 orang 21,4, ibu rmuah tangga sebanyak 12 orang 17,1. Selain itu, ada juga bekerja sebagai pegawai negeri sebanyak 10 orang 14,3, pegawai swasta sebanyak 7 orang 10,0, dan terdapat 2 orang bekerja sebagai gurudosen 2,9. Di samping itu, ada juga penderita IMS yang tidak bekerja sebanyak 4 orang 5,7. Menurut penelitian Silitonga 2011 dan Jazan 2003 menyatakan bahwa penderita IMS lebih banyak yang bekerja daripada yang tidak bekerja. Menurut asumsi peneliti hal ini mungkin disebabkan terjadinya degradasi moral dan pegangan agama yang kurang pada mahasiswa pada masa kini dan mungkin juga mahasiswa yang tinggal jauh dari orang tua menyebabkan mahasiswa kurang pengawasan sehingga mudah melakukan hubungan seksual secara bebas. Pada tabel 5.6, penelitian ini menunjukkan bahwa lebih banyak penderita IMS sudah menikah yaitu sebanyak 39 orang 55,7 sedangkan penderita IMS yang belum menikah adalah sebanyak 31 orang 44,3. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Silitonga 2011, hasil penelitian Mamahit 2000, dan hasil penelitian Osinde 2011 yang menyatakan bahwa penderita IMS lebih banyak yang telah menikah daripada yang belum menikah. Akan tetapi daripada penelitian STBP 2011 menyatakan bahwa majoritas penderita IMS belum nikah. Hal ini mungkin terjadi karena tidak setia pada pasangan, apabila bekerja di luar kota atau luar negeri penderita berhubungan seksual dengan pekerja seks komersial PSK dan hal ini meningkatkan resiko IMS pada pasangan penderita sehingga turut serta menderita IMS. Dengan melakukan tabulasi silang, gambaran masing-masing jenis Infeksi Menular Seksual IMS pada penelitian ini, dapat dijelaskan sebagai berikut: 5.2.1. Kandidiasis genitalis Kandidiasis genitalis merupakan IMS ditemukan paling banyak pada penelitian ini yaitu sebanyak 24 orang. Kandidiasis genitalis ditemukan paling banyak pada penderita perempuan yaitu sebanyak 23 kasus dan 1 kasus pada laki- laki. Kandidiasis genitalis paling banyak ditemukan pada penderita dengan tingkat pendidikan terakhir yaitu tingkat SMA sebanyak 18 kasus. IMS ini lebih banyak ditemukan pada penderita yang bekerja sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 12 orang. Kandidiasis genitalis paling banyak ditemukan pada penderita dengan kelompok usia lebih 49 tahun dan didapati lebih banyak penderita yang sudah menikah yaitu sebanyak 16 kasus. 5.2.2. Gonore Dalam penelitian ini, ditemukan 20 orang penderita yang mengidap gonore. Karakteristik dari IMS ini adalah, ditemukan paling banyak pada penderita laki-laki yaitu sebanyak 19 kasus dan 1 kasus pada perempuan. Gonore paling banyak ditemukan pada penderita dengan tingkat pendidikan terakhir yaitu tingkat SMA sebanyak 12 kasus. Terdapat 9 penderita adalah mahasiswa diikuti oleh 3 pegawai negeri, 3 pegawai swasta, 3 wiraswasta dan 2 tidak bekerja. Gonore paling banyak ditemukan pada penderita dengan kelompok usia 20-24 tahun. Gonore merupakan jenis IMS yang paling banyak ditemukan pada penderita yang belum menikah yaitu sebanyak 11 kasus. 5.2.3. Sifilis Pada penelitian ini, didapatkan 12 kasus sifilis yang terdiri dari 11 orang penderita laki-laki dan 1 orang penderita perempuan. Kasus sifilis paling banyak ditemukan pada penderita dengan tingkat pendidikan terakhir SMA yaitu sebanyak 9 kasus. IMS jenis ini lebih banyak ditemukan pada penderita yang bekerja sebagai wiraswasta yaitu sebanyak 5 kasus diikuti dengan 4 pegawai negeri, 2 mahasiswapelajar dan 1 tidak bekerja. Dari penelitian ini, terdapat 2 kelompok usia yang paling banyak dan sama banyak jumlahnya yaitu 3 penderita ditemukan pada kelompok usia 25-29 tahun dan 3 penderita yang melebihi 49 tahun. Disamping itu, ditemukan jumlah penderita sifilis yang sudah menikah sama banyak yang belum menikah yaitu 6 sudah menikah dan 6 belum menikah. 5.2.4. Kondiloma Akuminata Dalam penelitian ini, jumlah kasus kondiloma akuminata yang ditemukan adalah sebanyak 6 kasus. Kondiloma akuminata lebih banyak ditemukan pada penderita perempuan yaitu sebanyak 4 orang, sedangkan penderita laki-laki terdapat 2 orang. Kondiloma akuminata ditemukan pada penderita dengan tingkat pendidikan terakhir SMA dan tingkat perguruan tinggi yaitu 3 penderita dengan tingkat pendidikan terakhir SMA dan 3 penderita dengan tingkat pendidikan terakhir tingkat perguruan tinggi. Terdapat 3 penderita adalah mahasiswa dan diikuti dengan 1 orang pegawai swasta, 1 orang wiraswasta, dan 1 gurudosen. Terdapat 2 kelompok usia yang paling banyak dan sama banyaknya yaitu kelompok usia 25-29 tahun sebanyak 2 kasus dan kelompok usia 30-34 tahun yaitu sebanyak 2 kasus. Di samping itu, didapati lebih banyak pada responden yang belum menikah yaitu 4 orang. 5.2.5. IGNS Infeksi Genital Non-Spesifik Dari penelitian ini, ditemukan 4 kasus IGNS, kesemua 4 kasus tersebut merupakan penderita laki-laki. Daripada keempat penderita IGNS tersebut 2 penderita memiliki tingkat pendidikan terakhir SMA dan 2 penderita memilki tingkat pendidikan terakhir tingkat perguruan tinggi, 3 diantaranya bekerja sebagai wiraswasta dan 1 bekerja sebagai pegawai swasta. Penderita paling banyak didapati pada kelompok usia lebih daripada 49 tahun yaitu sebanyak 3 orang. Terdapat 3 penderita IGNS telah menikah dan 1 IGNS belum menikah. 5.2.6. Herpes genitalis Dalam penelitian ini, didapatkan 3 kasus herpes. Ketiga penderita ini adalah laki-laki dan didapati 2 orang penderita memiliki tingkat pendidikan terakhir SMA dan didapati 1 orang penderita memiliki tingkat pendidikan terakhir tingkat perguruan tinggi. Selain itu, 2 orang penderita yang bekerja sebagai wiraswasta dan 1 orang penderita bekerja sebagai pegawai negeri 1. Salah seorang penderita termasuk dalam kelompok usia 20-24 tahun dan 2 orang penderita termasuk dalam kelompok usia lebih 49 tahun. 2 penderita pada penelitian ini didapati sudah menikah dan 1 penderita belum menikah. 5.2.7. Ulkus Mole Dari penelitian ini, didapatkan hanya 1 kasus ulkus mole. Penderita ini adalah laki-laki dan memiliki tingkat pendidikan terakhir SMA. Selain itu, penderita yang bekerja sebagai wiraswasta dan penderita ini termasuk dalam kelompok usia 45-49 tahun serta didapati sudah menikah.

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai gambaran karakteristik Infeksi Menular Seksual IMS di RSUD Dr. Pirngadi Medan pada tahun 2012 dengan jumlah penderita sebanyak 70 orang, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Karakteristik penderita menurut jenis IMS paling banyak adalah kandidiasis genitalis sebanyak 24 orang 34,3. 2. Karakteristik penderita IMS menurut kelompok usia yang paling banyak adalah 20-24 tahun sebanyak 15 orang 21,4. 3. Karakteristik penderita IMS menurut jenis kelamin yang paling banyak pada laki-laki yaitu 41 orang 58,6 4. Karakteristik penderita IMS menurut pendidikan terakhir yang paling banyak adalah tingkat SMA yaitu sebanyak 47 penderita 67,1. 5. Karakteristik penderita IMS menurut pekerjaan yang paling banyak adalah mahasiswa yaitu sebanyak 20 orang 28,6. 6. Karakteristik penderita IMS menurut status pernikahan yang paling banyak adalah sudah menikah yaitu sebanyak 39 penderita 55,7.

6.2. Saran

1. Bagi Pemerintah dan Masyarakat: Diharapkan dapat memberikan informasi tentang infeksi menular seksual pada masyarakat yang mempunyai resiko tinggi IMS melalui penyuluhan, ceramah atau seminar sehingga peningkatan jumlah kasus IMS dapat dicegah. 2. Bagi RSUD Dr. Pirngadi Medan: Diharapkan agar tenaga kesehatan lebih memberikan informasi kepada masyarakat tentang infeksi menular seksual dan melengkapi data rekam medik pasien, sehingga penelitian selanjutnya dapat meneliti bagaimana gambaran karakteristik IMS pada tahun sebelum atau berikutnya. 3 Bagi peneliti: Diharapkan penelitian ini dapat menjadi pedoman untuk peneliti selanjutnya dengan membuat penelitian IMS di beberapa rumah sakit pemerintah maupun rumah sakit swasta khususnya di Medan agar mendapat lebih banyak data dan dapat menentukan gambaran karakteristik IMS dengan lebih tepat.